CREATIVE TALENT BIDANG KECANTIKAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. Asi Tritanti Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Industri Kreatif Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

1.1 LATAR BELAKANG. Periklanan. Arsitektur BAB I PENDAHULUAN

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

Perkembangan Industri Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri. Tidak hanya mengandalkan bidang industri sebagai sumber ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Ekonomi Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta pengaruh perekonomian global. pemerintah yaitu Indonesia Desain Power yang bertujuan menggali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pemasaran merupakan segala kegiatan usaha untuk membujuk,

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

TERMS OF REFERENCE (TOR) EAGLE AWARDS DOCUMENTARY COMPETITION 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis

BAB 2 KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

Sri Hartiyah 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Al-Quran Jawa Tengah ABSTRAK

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

Assalaamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Om Swastiastu.

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu

TUGAS AKHIR PENCIPTAAN KARYA

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, sudah tak asing lagi kita mendengar kata televisi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terdapat satu hal yang belakangan ini sering didengungkan, baik

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

INDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN. Vita Kartika Sari 1 ABSTRAK

BAB I Pendahuluan. Gambar 1.1 Gelombang Perekonomian Dunia. (sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Setidaknya sejak beberapa dekade terakhir, perekonomian dunia bergerak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung

Analisis Pengembangan Program Bisnis Industri Kreatif Penerapannya Melalui Pendidikan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk menjalankan segala aktivitas atau kegiatan sehari-hari. Contoh dari

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

Pengembangan Industri Kreatif

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG EKONOMI KREATIF

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara luas. Tidak dapat dipungkiri lagi, televisi saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup pendidikan suatu pembelajaran materi yang diajarkan

BLUE PRINT MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. kunci dari sukses tidaknya informasi dapat sampai ke masyarakat. Kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah kesenjangan sosial ekonomi dimasyarakat. Sektor

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cintya Iftinan, 2014 Manfaat Hasil Belajar Costume Performing Art Sebagai Kesiapan Menjadi Costume D esigner

BAB l. Perkembangan di dunia penyiaran yang semakin kompetitif saat ini. semakin marak. Setiap stasiun televisi berusaha menampilkan ulasan

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu cepat, termasuk perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi.

PT. GEMINI MITRA GEMILANG Advertising & Promotion Marketing Communications Event Organizer Design & Publishing Multimedia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya

PROPOSAL PENELITIAN RISET MEDIA DAN KHALAYAK TINGKAT KETERTARIKAN MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP SUATU GENRE MUSIK (BEAT TV)

BAB I PENDAHULUAN. pada potensi penerimaan negara khususnya pajak. Karena di dunia yang

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

Transkripsi:

CREATIVE TALENT BIDANG KECANTIKAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KREATIF Asi Tritanti Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia terkait dengan sektor industri telah bergerak begitu cepat, hal ini terlihat pada sikap negara-negara maju yang lebih siap menyambut sehingga cenderung lebih mampu memanfaatkan kesempatan dibandingkan dengan negara-negara sedang berkembang. Menyikapi kondisi tersebut Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menetapkan kebijakan-kebijakan untuk mempercepat proses industrialisasi. Krisis ekonomi global yang terjadi secara tidak langsung juga memberikan dampak positif terhadap sektor industri yang sempat terpuruk, yaitu tumbuhnya industri kreatif yang perlahan tapi pasti mampu berdiri dan berdaya saing untuk mendukung pembangun ekonomi siol. Pemerintah Indonesia memberikan dukungan tumbuhnya industri kreatif dengan mencangkan tahun 2009 sebagai tahun Indonesia Kreatif. Tumbuhnya industri kreatif telah menciptakan lapangan kerja baru yang membantu pemerintah mengatasi permasalahan penyerapan tega kerja dalam berbagai sektor. Selain itu industri kreatif juga mampu mendongkrak perekonomian dengan memunculkan banyak peluang bisnis baru. Peluang bisnis tersebut membuat profesi pekerjaan tidak lagi konvensiol mun lebih beragam. Jika semula profesi seperti guru, dokter, pengacara, dan lain-lain merupakan profesi yang dapat menjamin kesejahteraan hidup, kini paradigma tersebut bergeser dan berkembang menjadi profesi-profesi yang mengandalkan kreativitas, inovasi, dan entrepreneurship, salah satunya profesi dalam bidang hiburan. Profesi dalam bidang hiburan sangat dekat dengan kompetensikompetensi vokasiol khususnya bidang rias dan kecantikan. Untuk menjawab tantangan sumber daya manusia yang berkualitas sejalan dengan perkembangan industry kreatif, dibutuhkan creative-creative talent yang memiliki kreativitas, kemampuan berinovasi, berekspresi dan berkreasi sesuai standar kebutuhan industry. Kata kunci : creative talent, tata rias, industri kreatif

PENDAHULUAN Globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia terkait dengan sektor industri telah bergerak begitu cepat, hal ini terlihat pada sikap negara-negara maju yang lebih siap menyambut sehingga cenderung lebih mampu memanfaatkan kesempatan dibandingkan dengan negara-negara sedang berkembang. Menyikapi kondisi tersebut Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menetapkan kebijakan-kebijakan untuk mempercepat proses industrialisasi. Krisis ekonomi global yang terjadi secara tidak langsung juga memberikan dampak positif terhadap sektor industri yang sempat terpuruk, yaitu tumbuhnya industri kreatif yang perlahan tapi pasti mampu berdiri dan berdaya saing untuk mendukung pembangun ekonomi siol. Pemerintah Indonesia memberikan dukungan tumbuhnya industri kreatif dengan mencangkan tahun 2009 sebagai tahun Indonesia Kreatif. Tumbuhnya industri kreatif telah menciptakan lapangan kerja baru yang membantu pemerintah mengatasi permasalahan penyerapan tega kerja dalam berbagai sektor. Selain itu industri kreatif juga mampu mendongkrak perekonomian dengan memunculkan banyak peluang bisnis baru. Peluang bisnis tersebut membuat profesi pekerjaan tidak lagi konvensiol mun lebih beragam. Jika semula profesi seperti guru, dokter, pengacara, dan lain-lain merupakan profesi yang dapat menjamin kesejahteraan hidup, kini paradigma tersebut bergeser dan berkembang menjadi profesi-profesi yang mengandalkan kreativitas, inovasi, dan entrepreneurship, salah satunya profesi dalam bidang hiburan. Profesi dalam bidang hiburan sangat dekat dengan kompetensikompetensi vokasiol khususnya bidang rias dan kecantikan. Untuk menjawab tantangan sumber daya manusia yang berkualitas sejalan dengan perkembangan industry kreatif, dibutuhkan creative-creative talent yang memiliki kreativitas, kemampuan berinovasi, berekspresi dan berkreasi sesuai standar kebutuhan industry. PEMBAHASAN Kebutuhan SDM unggulan dalam industry kreatif Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang mengandalkan kreativitas individu, keterampilan serta talenta yang memiliki kemampuan meningkatkan taraf hidup dan penciptaan tega kerja melalui penciptaan gagasan dan eksploitasi hak dan kekayaan intelektual atau HKI (Mudrajad Kuncoro, 2008). Definisi industri kreatif dari Departemen Perdagangan RI adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeskploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Sementara ekonomi kreatif didefinisikan sebagai sistem kegiatan manusia yang berkaitan dengan produksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi barang dan jasa yang bernilai kultural, artistik dan hiburan (Kelompok Kerja Indonesia Design Power-Departemen Perdagangan, 2008).

Pada dasarnya industri kreatif mengembangkan tiga pilar utama sebagai modal awal, yakni kreativitas sumber daya manusia, inovasi, serta semangat kewirausahaan (Mudrajad Kuncoro, 2008). Sumber daya manusia yang kreatif adalah SDM yang memiliki dan menciptakan ide-ide baru, teknologi-teknologi bari dan konten baru. Diperlukan peman pola pikir kreatif yang lebih kontekstual dan diterapkan disegala sisi kehidupan, baik dari sisi pendidikan, budaya serta motivasi kewirausahaan. Mengembangkan industri kreatif memerlukan sinergi antara industri, pemerintah dan pengelola pendidikan, dalam hal ini adalah perguruan tinggi. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, perguruan tinggi merupakan tempat untuk menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menjawab tantangan, mengalisis dan menyelesaikan masalah, kreatif, inovatif, mampu berfikir kritis, berekspresi, berkreasi dan profesiol dibidang keahliannya. Lembaga pendidikan hendaknya memuat kurikulum yang berorientasi pada kreativitas, dan terbentuknya jiwa kewirausahaan yang dapat mengasah kepekaan dan kesiapan untuk proaktif didalam menghadapi perubahanperubahan yang ditemui di lingkungan nyata. Lembaga pendidikan seharusnya dapat mengarah pada system pendidikan yang dapat menciptakan 1) Kompetensi yang kompetitif yaitu kompetensi yang banyak membutuhkan latihan, orientasi lapangan, ekperimen, riset dan pengembangan serta mengadakan proyek kerjasama multidisipliner yang beranggotakan berbagai keilmuan dari sains, teknologi, maupun seni. 2) Intelejensia multi dimensi dengan cara menempatkan dimensi kecerdasan manusia yaitu IQ (kecerdasan rasiol), EQ (kecerdasan emosiol), dan SQ (kecerdasan spiritual) diharapkan dapat dihasilkan SDM yang berintelegensia rasiol yang tinggi dan memiliki daya kreativitas yang tinggi pula (Kelompok Kerja Indonesia Design Power- Departemen Perdagangan, 2008). Lembaga pendidikan kecantikan sebagai salah satu lembaga pendidikan dengan bidang keilmuan multidisipliner sangat dekat dengan industri kreatif. Pendidikan vokasi bidang kecantikan masuk dalam beberapa kategori sektor industri kreatif yang ditetapkan oleh Departemen Perdagangan. Terdapat 14 kategori sektor industri kreatif yaitu jasa periklan, arsitektur, pasar barang seni, kerajin, desain, fesyen, film, video & fotografi, permain interaktif (games), musik, seni pertunjukan, penerbitan & percetakan, layan komputer & piranti luk, televisi & radio serta riset & pengembangan. Sektor-sektor yang merupakan basis industri kreatif bidang kecantikan adalah : 1. Periklan; merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa periklan yang meliputi proses kreasi, produksi, dan distribusi iklan yang dihasilkan, misalnya riset pasar, perencaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi produk, tampilan iklan di media cetak dan elektronik, pemasangan berbagai poster dan gambar, selebaran, edaran, pamflet dan lain-lain. 2. Video, film dan fotografi; merupakan kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film dan jasa fotografi serta distribusi rekaman video dan film.

3. Music ; merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara. 4. Seni pertunjukan; merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten produksi pertunjukan, seperti : balet, tarian tradisiol, tarian kontemporer, drama, music tradisiol, music teater, opera, desain dan pembuatan busa pertunjukan, tata panggung dan tata pencahayaan. 5. Televise dan radio; merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (games, reality show, infotainment, dll) penyiaran dan transmisi content acara televise dan radio termasuk kegiatan stasiun relay stasiun radio dan televise. Potensi dari masing-masing basis industri kreatif bidang kecantikan memiliki nilai yang berbeda-beda. Menurut Departemen Perdagangan, beberapa sektor industri kreatif yang diperkirakan memiliki prospek cukup bagus antara lain bidang percetakan dan penerbitan, promosi, pengemasan, entertainment, industri film, musik, animasi & teknologi on line. Sedangkan sektor industri kreatif yang memiliki trend pertumbuhan industri tertinggi dalam 3 tahun terakhir adalah musik periklan dan penerbitan & percetakan. Nilai Pasar Industri Kreatif BIDANG ESTIMASI NILAI PASAR (SALES) Arsitek Rp300 miliar Ekspor Film Industri Craft USD 540 juta Industri Desain Visual Rp5 triliun Industri Desainer Fashion Peta Rambut Rp360 miliar Industri Seni & Barang Antik Industri Film & Fotografer Rp350 miliar Industri Televisi & Radio Rp19 triliun Industri Publishing Rp11,5 triliun Industri Software & Komputer Rp24,5 triliun Musik, Visual & Performing Art Industri Periklan Rp11 triliun Sumber : Dep. Perdagangan 2007 Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Studi Industri Kreatif Indonesia- Departemen Perdagangan tahun 2007 diperoleh data tentang pemain-pemain utama dalam industry kreatif. Dalam tabel tersaji bahwa kompetensi bidang kecantikan muncul pada bidang peta rambut, industri Film & Fotografi, industri music, visual dan performing art, serta industri periklan.

Pemain Utama Industri Kreatif BIDANG PEMAIN UTAMA Arsitek Urbane Indonesia, CV. Da;s Company, PT. Bintang Bangun Mandiri, PT. Han Awal & Partner, PT. Indomegah Cipta Bangun Citra Ekspor Film PT. Tripar Multiviosion Plus Industri Craft F. Widayanto Stay Statement, Batik Harni, PT. Retota Sakti Industri Desain Visual Le Boyet, Avigra Communication, PT Petak Umpet (Yogyakarta) Industri Desainer Fashion Arantxa Adianto, Sebastian A Guwan, Rold V Gagha Peta Rambut Rudy Hadisuwarno, Peter F Saerang, Johny Andrean Industri Seni & Barang Antik Linda Galery, Edwin Galery Industri Film & Fotografi Darwis Triadi, Jerry Aurum, Sam Nugroho, Artli Ali, Anton Ismail, Kayus Mulia RCTI, SCTV, TRANS TV Industri Televisi & Radio Smart FM, Trijaya, Delta Pass FM, Elshinta Industri Publishing Erlangga, Gramedia, Kanisius, Yudhistira, Tiga Serangkai Industri Software & Komputer PT. Sigma Cipta Caraka, PT. Invosa System, PT. Jati Piranti Solusindo Musik, Visual & Performing Art Industri Periklan Sumber : Dep. Perdagangan 2007 PT. Anggun C Sasmi, Samsons, Gumarang Sakti Dance Company, Getar Matari Advertising, Lowe Indonesia, Dwi Sapta Advertising Creative talent bidang kecantikan dalam industri kreatif Creative talent dapat didefinisikan sebagai orang-orang kreatif yang bekerja di sektor hiburan meliputi sektor periklan, sektor televisi dan radio, sektor seni pertunjukan, film dan fotografi, musik serta peta rambut. Creative talent dalam bidang kecantikan adalah orang-orang kreatif yang bekerja di belakang layar untuk menunjang terselenggaranya sebuah acara, baik iklan, pertunjukan, siaran berita, dan lain-lain. Selain bekerja pada industri hiburan, seorang creative talent kecantikan juga dapat berprofesi ganda sebagai pengusaha rumah kecantikan, sanggar rias pengantin, atau griya spa. Creative talent menjadi sebuah profesi kare adanya keterbukaan dari masyarakat terutama dalam hal perkembangan media, dari media cetak hingga media digital yang secara langsung memberi dampak positif bagi terbukanya ruang untuk berekspresi. Kebebasan berekspresi ternyata mendapat sambutan

dari masyarakat luas. Dengan diakuinya kiprah creative talent dalam lingkup siol dan intersiol membuka sebuah kesempatan bidang pekerjaan baru. Untuk membentuk seorang creative talent yang berkualitas dan siap terjun dalam dunia industri dibutuhkan suatu standarisasi pekerjaan. Perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pencetak creative talent diharapkan dapat menjaga standar kualitas setiap lulusannya agar siap pakai dan siap kerja. Penerapan standarisasi kopetensi dapat dilakukan dengan cara ; 1) merumuskan standarisasi proses belajar mengajar agar sesuai dengan kebutuhan industri dan terus berupaya untuk menjaga standar kualitas pendidikan, 2) menyelaraskan muatan pendidikan yang diberikan dengan perkembangan industri kreatif agar sumber daya manusia yang dihasilkan dapat menjawab tantangan industri. Peluang bidang pekerjaan sebagai creative talent berbeda-beda di setiap daerah. Sebagai contoh beberapa kota utama di Indonesia memiliki potensi sektor yang berbeda-beda seperti Jakarta mempunyai potensi di sektor periklan, film & video, televisi & radio, musik serta penerbitan & percetakan. Sementara Bandung berpotensi pada sektor desain, fashion, arsitektur, film & video, musik, dan perangkat luk. Lain lagi dengan Denpasar, Yogyakarta dan Solo yang berpotensi besar akan seni pertunjukan, barang antik dan kerajin (Ratih Kusumaning Esti & Dinie Suryani, 2008). Terkadang kesenjangan kerap terjadi antara creative talent yang berasal dari kota besar dan dari daerah walaupun sistem pendidikan telah menerapkan standarisasi kompetensi yang sama. Hal ini berkaitan dengan pembian kepribadian secara utuh untuk menunjang kompetensi belum dilakukan maksimal. Untuk itu pembian menyeluruh terhadap faktor-faktor yang dapat memperkuat daya kreasi dan kreativitas harus ber-ber diterapkan. Pembian-pembin tersebut meliputi; 1) edukasi, 2) inovasi, 3) ekspresi, 4) kepercayaan diri, 5) pengalaman langsung, 6) dan Hak Intelektual. Proses pendidikan kreatif dapat melahirkan generasi-generasi yang kreatif, dimis dan inovatif, dan berkembang menjadi sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif yang mampu mengembangkan potensi ekonomi kreatif menjadi industri kreatif. Creative talent diharapkan sebagai salah satu SDM unggul yang memiliki daya saing tinggi, inovatif, kreatif, dan mampu menghadapi segala tantangan yang ada baik lokal, regiol maupun global. Creative talent menjadi sebuah profesi yang mulai dapat diterima kare tumbuhnya keterbukaan dalam masyarakat terutama dalam bidang media dan hiburan yang yang membawa dampak positif bagi tumbuhnya ruang untuk berekspresi dan berkreasi. Profesi creative talent berada dalam lingkup pekerjaan music, film, dan video sudah mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Sebagai bagian dari komunitas pekerja dalam industri kreatif diharapkan perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mencetak tega kerja dapat

menjaga standar kualitas lulusan dengan selalu memantau perkembangan industri dan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang disyaratkan oleh industri. DAFTAR PUSTAKA Mudrajad Kuncoro. (2008). UKM dan industry kreatif. Harian Seputar Indonesia Edisi Senin, 10 Maret 2008 Ratih Kusumaning Esti, Dinie Suryani. (2008). Economic Review Volume 212 Juni 2008 Kelompok Kerja Indonesia Design Power. (2007). Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia 2025. Jakarta : Departemen Perdagangan