BAB I PENDAHULUAN. Murwani, 2009). Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan yang berupa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon,

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam kolon iliaka (assenden) sebagai tempat mengeluarkan feses (Pearce,

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

KEMAMPUAN SELF CARE DAN GAMBARAN DIRI PASIEN KOLOSTOMI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Kolostomi merupakan suatu tindakan pembuatan lubang pada kolon yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan tidak terkendali (Diananda, 2009). Kanker menjadi penyakit yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti,

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker pembunuh perempuan nomor satu. maka pengobatan yang diberikan adalah kemoterapi (Baradero,2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi, mencapai 12,31/ (Japaries, 2013). dari pasien terdiagnosis pada late stage, sehingga penanganan sulit dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian obat secara intravena (Smeltzer & Bare, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun demikian, kecenderungan sistem perawatan kesehatan baru baru ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Simadibrata, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KLIEN DENGAN KOLOSTOMI MENGENAI PERAWATAN KOLOSTOMI BAG DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

BAB I PENDAHULUAN. Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah salah satu penyakit infeksi dengan angka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kulit hipoalergenik untuk mempertahankan integritas kulit peristomal. Kantong

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki pasien dalam memperoleh perawatan yang baik (Asmadi, 2008). Perawat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

A. Latar belakang masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti semula dan berlangsung kira-kira 6 minggu. 1. dibagi menjadi periode pasca persalinan (immediate postpartum), periode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dunia luar. Beberapa kasus seperti plasenta previa, preeklamsia, gawat janin,

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kolostomi merupakan sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991 dalam Murwani, 2009). Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan yang berupa mukosa kemerahan disebut dengan stoma. Kolostomi dapat dibuat secara permanen ataupun temporer (sementara) yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien (Murwani, 2009). Tindakan kolostomi paling sering dilakukan karena adanya karsinoma kolon dan rektum (Mayers, 1996). Angka kejadian karsinoma kolon dan rektum di Amerika Serikat bekisar 150.000 dalam setahun (Smeltzer & Bare, 2002). Sedangkan di Indonesia prevalensi karsinoma kolon dan rektum cukup tinggi, dan kejadiannya meningkat pada usia diatas 40 tahun (Sjamsuhidajat, 1997). Pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan di RSUP H. Adam Malik Medan, jumlah pasien kolostomi mulai bulan januari 2009 sampai dengan September 2011 sebanyak 1.221 jiwa. Pasien dengan pemasangan kolostomi disertai dengan tindakan laparotomi (operasi pembukaan dinding perut). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya yang bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka (Murwani, 2009). Komplikasi pada stoma yang dapat terjadi adalah obstruksi/penyumbatan yang diakibatkan karena adanya perlengketan usus atau

adanya pergeseran feses yang sulit dikeluarkan, stenosis akibat penyempitan lumen, prolap pada stoma akibat kelemahan otot abdomen, perdarahan stoma akibat tidak adekuatnya haemostasis dari jahitan batas mucocutaneus, edema jaringan stoma akibat tekanan dari hematoma peristomal dan pengkerutan dari kantong kolostomi, nekrotik stoma akibat cedera pada pembuluh darah stoma, dan retraksi/pengkerutan stoma akibat kantong stoma yang terlalu sempit/tidak pas untuk ukuran stoma dan akibat jaringan scar disekitar stoma (Blackley, 2004). Penelitian Lyon, dkk (2000) dari 325 responden, 73% melaporkan masalah kulit yang telah menggunakan kantong stoma yang normal. Dermatosis termasuk reaksi iritasi, terutama dari kebocoran urin atau tinja (42%); penyakit kulit yang sudah ada, terutama psoriasis, dermatitis seboroik dan eksim (20%), infeksi (6%); dermatitis kontak alergi (0,7%) dan pioderma gangrenosum (0,6% kejadian tahunan). Selanjutnya 15% dari pasien mengalami dermatitis persisten atau berulang tidak diketahui dengan pasti apakah akibat alergi, infeksi atau iritasi terang fekal. Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa insiden peristomal kulit pada pasien ostomy berkisar 25% sampai 35%. Penelitian Piccinellil, Brazzale, dan Saracco (2009) juga menunjukkan dari 48 pasien, 35 (73%) menyatakan tidak ada masalah kulit tapi secara keseluruhan 27 pasien memiliki gangguan kulit (11 dari mereka menyadari memiliki masalah dan 16 dari mereka tidak sadar). Pasien yang melakukan perawatan stoma tidak melaporkan masalah apapun meskipun 27 mempunyai beberapa gangguan kulit. Tidak ada pasien yang dilaporkan memiliki erosi kulit meskipun 13 terdeteksi oleh perawat stoma. Perhatian perawatan stoma harus dilakukan tidak hanya pada pasien dengan stoma

baru tetapi juga untuk pasien lain dengan stoma permanen yang mungkin lebih membutuhkan pendidikan. Perawatan stoma harus diajarkan pada pasien dan keluarga bersamaan dengan bagaimana menerapkan drainase kantung dan melaksanakan irigasi. Karena singkatnya masa perawatan (2-4 minggu), pasien belum dapat sepenuhnya terlatih dalam teknik perawatan stoma sebelum pulang (Smeltzer & Bare, 2002). Dalam penelitian Panusur dan Nurhidayah (2007), sebagian besar responden pasien kolostomi (58,33%) mempunyai gambaran diri negatif setelah tindakan kolostominya ketika pasien akan pulang dari perawatan. Pasien dengan kolostomi akan menganggap bahwa stoma mereka akan tetap dapat terlihat oleh orang lain walaupun sebenarnya tidak terlihat sehingga mereka merasa takut akan di tolak oleh pasangan, teman dekat ataupun orang orang disekitarnya. Syok psikologis merupakan reaksi emosional pasien terhadap perubahan, dan dapat terjadi pada saat pertama pembuatan stoma ditetapkan atau setelah operasi dilakukan. Reaksi pasien saat ini mungkin menggunakan pertahanan ego mengingkari, menolak, proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri. Tahap menarik diri merupakan tahap dimana pasien menjadi sadar akan kenyataan dan ingin lari dari kenyataan, reaksi pasien pada tahap ini mungkin pasien menjadi sangat tergantung, pasif, tidak ada motivasi dalam berperan dalam perawatannya. Oleh karena itulah, pasien membutuhkan orang lain yang dapat membantunya dalam melakukan perawatan ketika pasien meninggalkan rumah sakit (WHO, 2005). Dalam hal ini keluarga dapat terlibat dalam perawatan stoma pasien,

sehingga keluarga nantinya diharapkan dapat memantau dan ikut membantu pasien untuk mencapai self care-nya. Menurut Friedman (1986, dalam Setiawan & Dermawan, 2008), salah satu fungsi keluarga adalah fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan yang merupakan fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Tujuan dari fungsi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit (Suprajitno, 2004). Berkembangnya kemampuan seseorang terjadi melalui tahapan tertentu, yang dimulai dari pembentukan pengetahuan, sikap, sampai dimilikinya keterampilan baru (Suliha, dkk, 2001). Pada saat survey awal ke ruangan pada tanggal 26 september sampai 3 oktober 2012 terdapat 6 pasien kolostomi yang sedang dirawat inap yang terdiri dari 4 dirawat di Rindu B Ruang 3 (onkologi) dan 2 di Rindu B Ruang 2A ( bedah digestif). Peneliti mendapatkan bahwa 3 anggota keluarga dari pasien kolostomi tidak tahu dampak yang akan terjadi apabila stoma tidak dirawat, tidak tahu kapan kantong kolostomi harus diganti, tidak tahu apa yang harus dilakukan jika kantong kolostomi sudah penuh, tidak tahu dan tidak mampu bagaimana cara membuka kantong kolostomi dengan baik, tidak tahu dan tidak mampu apa yang dapat dilakukan apabila terjadi iritasi disekitar stoma, tidak tahu cara membersihkan stoma, dan tidak mampu untuk memasang kantong kolostomi seandainya lepas. Hal ini memungkinkan untuk diberikan edukasi pada keluarga tentang perawatan stoma pada pasien kolostomi.

Dari latar belakang masalah yang sudah disebutkan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi di RSUP. H. Adam Malik Medan. 2. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi apakah ada pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan. 3. Pertanyaan penelitian a. Bagaimana kemampuan keluarga tentang perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi sebelum diberi edukasi tentang perwatan stoma? b. Bagaimana kemampuan keluarga merawat stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi setelah diberi edukasi tentang perawatan stoma? c. Apakah ada pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi? 4. Hipotesa Penelitian Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi di Rindu B Ruang 2A RSUP H. Adam Malik Medan.

5. Tujuan penelitian 5.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi di Rindu B Ruang 2A RSUP. H. Adam Malik Medan. 5.2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: a. Mengidentifikasi kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi sebelum diberi edukasi tentang perwatan stoma. b. Mengidentifikasi kemampuan keluarga dalam merawat stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi setelah diberi edukasi tentang perawatan stoma. c. Mengidentifikasi pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi. 6. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. 6.1. Bagi Keluarga Keluarga mendapat informasi dan pengetahuan tentang perawatan stoma dan dapat menerapkannya pada saat merawat stoma pada salah satu anggota keluarganya yang mengalami kolostomi.

6.2. Bagi Pendidikan Keperawatan Sebagai informasi bagi pendidikan keperawatan tentang pentingnya perawatan stoma pada pasien kolostomi sehingga dapat dikembangkan dan diperkenalkan pada calon perawat di dunia pendidikan keperawatan. 6.3. Bagi Praktisi keperawatan Bila hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi, diharapkan sebagai perawat yang merupakan salah satu elemen pelayanan kesehatan agar dapat memberikan edukasi kepada keluarga tentang perawatan stoma agar keluarga mampu merawat pasien kolostomi. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai data dan informasi untuk evaluasi dalam pengembangan praktek keperawatan klinik khususnya di bagian keperawatan medikal bedah. 6.4. Penelitian keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar pada penelitian berikutnya, yang menyangkut pengembangan asuhan keperawatan khususnya dibagian keperawatan medikal bedah.