PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK KABUPATEN/KOTA TAHUN 2015 DAN TAHUN 2035

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU

Ambon, 20 Mei Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku. iii

PENYUSUNAN PROFIL DAN DATA KEPENDUDUKAN KABUPATEN/KOTA

PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI PROVINSI BENGKULU ( HASIL MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS )

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN

fertilitas, mortalitas dan migrasi Kependudukan semester

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

] GIANI'DESICJY. Trhrff, Pcrodrtil lirhprbr Worojlrl. Trlra 201er$5. I(mlH toeacrarhr Krtnprbr W.r{lrl. kfnr 1

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI JAMBI TAHUN

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

SOSIALISASI HASIL PENETAPAN PARAMETER MASALAH KEPENDUDUKAN DAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU TAHUN DENGAN TFR 2,5.

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU

SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN

PENDAHULUAN SUMBER DATA

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

Beberapa Konsep Dasar Kependudukan Terkait dengan Kerjasama Pendidikan Kependudukan

Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), 2015

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

(S.5) SIMULASI PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA DENGAN ASUMSI TFR NAIK DAN TURUN Yayat Karyana

Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), 2005

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

I. PENDAHULUAN. mengalami masalah kependudukan. Masalah kependudukan di Indonesia tersebut,

MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL. Oleh : Drs. Andang Muryanta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota Pematangsiantar setiap tahunnya menunjukkan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DI PROPINSI BENGKULU : SEKILAS TENTANG UPAYA PENGENDALIAN KUANTITAS DAN PENINGKATAN KUALITAS PENDUDUK DAN KELUARGA

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN

BAB 2 LANDASAN TEORI

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

UKURAN-UKURAN DEMOGRAFI

BAB 2 LANDASAN TEORI

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 394 /KPTS/013/2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

PENDUDUK. mencatat peristiwa peristiwa penting yang berhubungandengan kehidupan maka

Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995

PROYEKSI PENDUDUK KOTA BANDUNG Nugraha Setiawan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

PERTEMUAN 8 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(MS.6) TAKSIRAN TFR BERDASARKAN HASIL PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA MENGGUNAKAN METODE CAMPURAN

ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU

Prosiding SNaPP2010 Edisi Eksakta ISSN:

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

Data dan Informasi dalam Perencanaan

I. PENDAHULUAN. dari tiga perempat penduduk dunia bertempat tinggal di negara-negara sedang

SAMBUTAN. Jakarta, September Kepala BKKBN, Prof. dr. H. Fasli Jalal, PhD, SpGK. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA ii ii

FAKTOR-FAKTOR PENURUNAN FERTILITAS DI PROVINSI BENGKULU (PERBAIKAN HASIL SDKI TAHUN 2007)

pengisian data dan cara pembuatan grafik. setelah pengolahan dan analisa perhitungan serta saran-saran yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. lengkap dari pada sumber-sumber data yang lain karena kemungkinan tercecernya

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA PER PROPINSI

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk yang sangat tinggi dan sangat padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU

DAFTAR PARAMETER DASAR KEPENDUDUKAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

hampir semua negara berkembang di dunia. Perubahan penduduk dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

ASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran

Policy brieft FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UMUR KAWIN PERTAMA WANITA DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan fertilitas (kelahiran) di Indonesia selama dua dekade

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

Menata Ulang Sistem Registrasi Penduduk di Indonesia Untuk Mendukung Program SDGs

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

Policy Brief: Faktor-faktor yang Memengaruhi Hubungan Anomali TFR dan CPR

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2013

JUMLAH DAN PERTUMBUHAN, KOMPOSISI, SERTA PERSEBARAN DAN MIGRASI PENDUDUK

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan

Advokasi Penyusunan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten/ Kota se- Bakorwil III Provinsi Jawa Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN BAGI STAKEHOLDERS DAN MITRA KERJA DI PROVINSI BANTEN. Oleh. Riny Handayani

Transkripsi:

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 200 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk, kebijakan pembangunan berkelanjutan adalah kebijakan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk saat ini sekaligus mempertimbangkan kesejahteraan penduduk dimasa mendatang, kebijakan pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup penduduk saat ini tidak boleh mengorbankan kesejahteraan penduduk generasi mendatang. Dalam rangka perencanaan pembangunan diperlukan informasi tentang keadaan penduduk yang menyangkut jumlah penduduk, persebaran dan susunan penduduk menurut umur dan jenis kelamin, perencanaan membutuhkan informasi penduduk pada masa lalu dan masa kini dan masa yang akan datang yang dibuat melalui proyeksi yaitu berupa perkiraan jumlah penduduk dan komposis dimasa mendatang. Proyeksi ini dihitung berdasarkan asumsi berdasarkan perkembangan fertilitas, mortalitas dan migrasi yang dihitung berdasarkan umur dan jenis kelamin, perbaikan proyeksi selalu dilakukan karena sering terjadi asumsi yang dibuat mengenai fertilitas, mortalitas dan migrasi tidak sesuai lagi dengan keadaan data yang baru. Metode proyeksi yang dilakukan untuk menghasilkan tingkat provinsi menggunakan metode komponen (Component Method) yaitu penghitungan proyeksi penduduk pada setiap komponen penduduk secara terpisah yaitu komponen fertilitas, komponen Kematian dan migrasi yang digabung dan metode ini cocok untuk membuat proyeksi jangka panjang karena memperhitungkan perubahan-perubahan dalam komponen utama pertumbuhan penduduk kelahiran, kematian dan perpindahan, sedangkan untuk tingkat penduduk menggunakan Eksponential Rate Of Growth karena menggunakan Laju Pertumbuhan Penduduk sedangkan pendekatan fertilitas

menggunakan Angka Lahir Hidup sebagai perencanaan Program. Tingkat Provinsi dirangkum dalam program spectrum sehingga memudah dalam pembuatan proyeksi penduduk 2. Kebijakan Pemerintah Masalah Kependudukan Untuk mengatasi masalah kependudukan yang demikian kompleks, serta sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Pemerintah membuat semacam grand design pembangunan kependudukan di Indonesia, ditindak lanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 27 Tahun 20 tentang Tim Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun 20 2035 dengan maksud Tim penyusunan dapat menyusun road map pembangunan, yang terdiri dari dari 5 (lima) aspek pembangunan kependudukan, yaitu: () Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk; (2) Grand Design Peningkatan Kualitas Penduduk; (3) Grand Design Pengarahan Mobilitas Penduduk; (4) ) Grand Design Pembangunan Keluarga: dan (5) Grand Design Pembangunan Data-Base Kependudukan untuk menanggulangi dampak pertumbuhan penduduk yang cepat dan mengendalikan arah perkembangan kependudukan secara lintas sektoral agar dapat mendukung pembangunan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. A. Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini dimaksudkan untuk:. Memberikan arah kebijakan bagi pelaksanaan pengendalian kuantitas penduduk nasional 200-2035; 2. Menjadi pedoman bagi penyusunan Road Map pengendalian kuantitas penduduk 200-204, 205-209, 2020-2024, 2025-2029, dan 2030-2034. 3. Menjadi pedoman bagi lembaga serta pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan. 4. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan melalui rekayasa kondisi penduduk optimal yang berkaitan dengan jumlah, struktur/komposisi, pertumbuhan, serta persebaran penduduk. 2

5. Mengendalikan pertumbuhan dan persebaran penduduk sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan secara nasional melalui pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian, dan pengarahan mobilitas penduduk. B. Pertimbangan dalam penyusunan Penetapan Paramter ini adalah: Pertama, sasaran sebagaimana ditentukan dalam RPJMN 200-204 harus dapat tercapai yaitu Angka Fertilitas Total (TFR) sebesar 2, dan Laju Pertambahan Penduduk (LPP) sebesar,4 %. Kedua, perlu dilakukan penajaman sasaran sesuai dengan daya dukung kondisi dan potensi Kabupaten / Kota serta kontribusinya terhadap pencapaian sasaran nasional. Ketiga, kemampuan pemerintah dalam membiayai pembangunan masih terbatas sehingga pengalokasiannya perlu didasarkan pada skala prioritas, baik dalam konteks program maupun wilayah. 3. Tahapan dalam melakukan Penetapan Parameter Dalam melakukan penetapan parameter kependudukan dilakukan langkahlangkah sebagai berikut : a. Mengindentifikasi kebijakan-kebijakan kependudukan yang teruang dalam Undang-Undang no. 52 tahun 2009 yang dijabarkan melalui Grand Design dan Road Map Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 200 2035, dimana pokok-pokok pencapaian pada tahun 205 TFR sebesar 2,0 dan tahun 2035 sebesar,85 dan NRR tahun 205 sebesar b. Mengumpulkan data akhir menyangkut kependudukan melalui analisa hasil Sensus Penduduk 200 dan SDKI tahun 2007 dan data-data lainnya seperti Data Statistik, Satkernas, Riskesdas, Susenas, dan RPJMN dari masingmasing Departemen yang mempunyai kaitan dengan masalah Kependudukan dan Program KB c. Melakukan Diskusi dengan para pakar terutama Kelompok Koalisi Kependudukan dalam mempertimbangkan target yang ingin dicapai sesuai 3

dengan UU No.52 Tahun 2009, serta melakukan konsultasi pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional d. Melakukan penghitungan menggunakan Program Spectrum dengan memperhitungkan hasil konsultasi dengan melakukan skenario-skenario TFR pada tahun 205 dan TFR tahun 2035 sebagai berikut. 4. Metodologi Menentukan Asumsi-asumsi untuk TFR, IMR dan Migrasi Data dasar yang digunakan hasil sensus penduduk tahun 200 yang masih sementara hasil publikasi tanggal 5 Mei tahun 20, termasuk penentukan TFR, IMR dan Migrasi menggunakan sistem penghitungan Direct Method yang dihitung langsung oleh BPS dengan sifat sementara. a. Fertilitas untuk keperluan penghitungan proyeksi tingkat provinsi dibuat estimasi terhadap ASFR sebagai data dasar dan TFR untuk data dasar dan estimasi tahun 2035 estimasi ini dengan melihat trend dari TFR dan situasi kondisi dari perkembangan Keluarga Berencana. Faktor-faktor penunjang tingginya angka kelahiran antara lain :. Kepercayaan dan agama yang mempengaruhi dalam penerimaan KB 2. Pendidikan; semakin tinggi sekolah akan terjadi penundaan pernikahan dan penundaan klahiran dan sikap menerima jumlah anak 3. Kondisi ekonomi; bila penduduk kaya tidak memikirkan perencanaan jumlah anak karena merasa mampu maka akan banyak penduduk 4. Kebijakan pemerintah yang peduli atau tidak peduli terhadap perencanaan anak akan mempengaruhi jumlah penduduk 5. Adat istiadat di masyarakat/kondisi budaya dan sosial; merupakan kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk 6. Struktur Penduduk; bila penduduk usia subur jumlah kelahiran akan tinggi, Sedangkan untuk tingkat kabupaten/kota melihat Angka Lahir Hidup baik secara total WUS maupun WUS yang sudah pernah kawin baik yang masih terikat perkawinan, maupun cerai hidup dan cerai mati dari perempuan. 4

b. Mortalitas untuk tingkat provinsi dengan melihat perkembangan kesehatan, tingkat kematian yang akan terjadi dimasa mendatang, sehingga dapat menggambarkan tinggi rendahnya pola kematian penduduk, untuk data digunakan trend dari kematian bayi (IMR).. Sarana kesehatan 2. Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan 3. Lingkungan hidup/sekitar 4. Tingkat pendidikan masyarakat 5. Terjadinya berbagai bencana alam, kecelakaan lalu lintas, tindakan bunuh diri dan pembunuhan sedang tingkat Kabupaten/Kota yang melihat hasil sensus penduduk dengan cara membandingkan Angka Lahir Hidup dengan Angka Masih Hidup sebagai pendekatan terhadap mortalitas. c. Migrasi baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota menggunakan migrasi risen 5. Hasil Keputusan Pertemuan : Pertemuan yang dihadiri dari unsur Perwakilan BKKBN Propinsi Bengkulu, Tim TOT Spectrum, BPS, Bappeda Provinsi, Koalisi Kependudukan Indonesia Bengkulu, Pusat Study Kependudukan menghasilkan kesepakatan bahwa : A. Data Dasar Yang Digunakan:. Data Penduduk menggunakan publikasi dari BPS tanggal 5 Mei 20 2. Data TFR menggunakan perhitungan dari BPS 2,5 perhitungan Bengkulu 3. Data ASFR menggunakan perhitungan dari BPS 4. Data IMR menggunakan perhitungan dari BPS yaitu 27 5. Migrasi menggunakan Migrasi Risen Publikasi BPS Pusat 6. ALH sementara menggunakan Proyeksi BPS 2005 yaitu ALH Laki-Laki sebesar 68,8 dan ALH Perempuan 72,8 Total 70,8 7. Sex Ratio Birth sebesar 06,66 perhitungan BPS Provinsi Bengkulu 5

B. Menentukan Asumsi 2035 Dalam menentukan asumsi dari parameter penduduk menggunakan perubahan TFR dan Migrasi serta ALH yang diinginkan pada tahun 2035 dengan pertimbangan :. Komitmen pemerintah yang serius terhadap masalah kependudukan, kelembagaan, Sumber Daya Manusia yang menangani masalah kependudukan dan pendanaan. Kebijakan pemerinah mempengaruhi apakah ada pembatasan kelahiran atau penambahan jumlah kelahiran selain itu kondisi pemerintah yang tidak stabil akan mengurangi angka kelahiran. 2. Dalam penurunan TFR (Fertilitas) dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial budaya masyarakat terhadap jumlah anak yang diinginkan, ada kecenderungan pasca pemerintah Orde Baru pada jaman reformasi penerimaan NKKBS terhadap jumlah anak 2 cukup cenderung tidak dipenuhi lagi oleh masyarakat. Adat istiadat di masyarakat sebagai kebiasaan masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk, misal nilai anak ada yang menginginkan anak sebanyakbanyaknya, apalagi ada yang menilai anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan dan sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki atau sebaliknya. 3. Kelembagaan yang menangani masalah Keluarga Berencana, Pendanaan mengenai masalah Keluarga Berencana dan tenaga yang mengelola Keluarga Berencana mempengaruhi dalam penurunan fertilitas 4. Pendidikan melalui kependudukan sangat diperlukan dalam rangka merubah pola pikir masyarakat tentang fertilitas terutama pada kelompok menengah atas secara ekonomi dan pendidikan tinggi, dimasyarakat semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang berarti pula penundaan kelahiran, pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secara rasional. 5. Segmen garapan pada masyarakat menengah bawah akan mempengaruhi pola penurunan fertilitas 6

6. Pada sekian tahun yaitu 2035 di Provinsi Bengkulu terhadap masalah migrasi belum terlalu menyulitkan bila tidak ada perbaikan dalam sektor infrastruktur dan lahan pekerjaan terutama industri 7. Dengan adanya jaman moderen terutama masalah konsumsi makanan akan mempengaruhi dalam rata-rata angka harapan hidup, kesehatan yang baik memungkinkan bayi lebih banyak yang hidup dan kematian bayi yang rendah akan menambah pula jumlah kelahiran. 6. Hasil Pengelolaan Dengan pertimbangan tersebut diatas maka disepakati penentuan TFR untuk parameter di Provinsi Bengkulu pada tahun 2035 terdapat dua pilihan yaitu TFR tinggi sebesar 2,0 dan TFR rendah sebesar,90, sehingga diperoleh hasil proyeksi penduduk sebagai berikut : C Hasil Pengolahan Spectrum TFR 2,0 dan TFR,90 pada tahun 2035. TFR Dengan skenario TFR tahun 2035 sebesar,90 dengan data awal TFR 2,5 tahun 200 penurunan setiap LIma tahun yaitu tahun 205 sebesar 2,39, tahun 2020 sebesar 2,27, tahun 2025 sebesar 2,4, tahun 2030 sebesar 2,02 sedangkan dengan skenario 2,0 pada tahun 2035 untuk tahun 205 sebesar 2,43, tahun 2020 sebesar 2,35, tahun 2035 sebesar 2,26 dan tahun 2030 sebesar 2,8. 7

Laju perkembangan dari TFR dua skenario untuk skenario,90 tahun 2035 rata-rata turun persen, sedang skenario 2,0 tahun 2035 rata-rata turun sebesar 0,70 persen. 2. Jumlah Penduduk Dengan TFR,90 jumlah penduduk tahun 2035 sebesar 2.29.69 dengan penduduk laki-laki sebesar.58.669 dan penduduk perempuan.33.02 dengan sex rasio sebesar 02.26 dan menggunakan skenario TFR 2,0 penduduk sebesar 8

2.332.95 dengan penduduk laki-laki.79.860 dan penduduk perempuan.53.09 dengan sex rasio sebesar 02.32 Laju Pertumbuhan penduduk skenario TFR,90 pada tahun 2035 sebesar,7 persen sedang skenario 2,0 pada tahun 2035 sebesar,24 persen. Sedang untuk penduduk laki-laki dengan skenario,90 pada tahun 2035 laju pertumbuhan penduduk sebesar,2 persen dengan skenario 2,0 tahun 2035 laju pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar,9 untuk jenis kelamin perempuan skenario,90 sebesar,2 persen dan tfr 2,0 pada tahun 2035 laju pertumbuhan penduduk perempuan sebesar,28 persen 9

Penduduk Kelompok Umur 0 4 tahun pada tahun 2035 dengan skenario,90 sebesar 6.807 dan skenario 2,0 sebesar 77.484, Laju pertumbuhan penduduk skenario,90 pada tahun 2035 sebesar minus 0,33 persen dan skenario 2,0 sebesar 0,04 persen. Penduduk usia remaja kelompok umur 5 24 tahun pada tahun 2035 dengan skenario TFR,90 sebesar 356.66 atau 5.56 dari total penduduk 2.29.69 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,48 persen skenario 2,0 sebesar 363.046 atau 5.56 dari total dengan laju pertumbuhan penduduk 0,55 persen. Penduduk usia kerja 5 64 tahun skenario TFR,90 tahun 2035 sebesar.577.205 atau 67.95 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar,36 persen dan skenario 2,0 pada tahun 2035 sebesar.583.635 atau 67.88 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar,37 persen. Penduduk usia lanjut 65 keatas sebesar 2.444 dengan skenario,90 dan 2.444 dengan skenario 2,0 3. Ukuran Fertilitas 0

Angka Reproduksi Bruto atau Gross Reproduction Rate(GRR) yang merupakan ukuran-ukuran dasar fertilitas adalah banyaknya bayi perempuan yang akan dilahirkan oleh suatu kohor perempuan selama usia reproduksi mereka dengan skenario,90 pada tahun 2035 sebesar 0,92 dengan laju pertumbuhan tahun 2035 sebesar minus,09 persen sedangkan skenario 2,0 sebesar,02 Laju Pertumbuhan Penduduk sebesar minus 0,68 persen Net Reproduction Rate ukuran fertilitas yang telah memperhitungkan faktor kematian bayi perempuan sebelum mencapai akhir masa reproduksinya skenario,90 tahun

2035 sebesar 0,9 artinya pada tahun 2035 di provinsi Bengkulu 00 orang perempuan akan digantikan oleh 90 orang perempuan yang akan tetap hidup sampai seumur ibunya waktu melahirkan mereka dengan laju pertumbuhan tahun 2035 sebesar minus,0 sedang skenario 2,0 sebesar 99 bayi perempaun dan laju pertumbuhan penduduk tahun 2035 sebesar minus 0,63 persen Rasio anak wanita (CWR) merupakan perbandingan antara jumlah anak dibawah lima tahun dengan jumlah penduduk perempuan usia reproduksi skenario,90 tahun 2035 terdapat anak usia 0-4 tahun sebesar 280 dengan laju pertumbuhan sebesar minus, persen sedang skenario 2,0 sebesar 30 anak dengan laju pertumbuhan tahun 2035 sebesar minus 0,7 persen. 2

4. Ukuran Kematian Bayi dan Balita Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) yang merupakan jumlah kematian bayi usia dibawah tahun (0- bulan) di Provinsi Bengkulu dengan skenario,90 tahun 2035 sebesar 20,6 kematian bayi berusia dibawah tahun per.000 kelahiran hidup sedang kematian bayi dengan skenario,90 dan 2,0 sebesar 7,8 penurunan per lima tahun dengan skenario,90 tahun 2035 turun sebesar 7 persen sedangkan dengan skenario 2,0 turun sebesar 7 persen. Kematian balita laki-laki sebesar 24,7 per.000 kelahiran hidup skenari,90 pada tahun 2035 sedangkan untuk kematian balita perempuan sebesar 6, per.000 kelahiran hidup dengan perkembangan penurunan 6 persen. Rata-rata Usia Melahirkan anak dengan skenario,90 tahun 2035 sebesar 26,5 dengan skenario 2,0 sebesar 27,0, 3

5. TOTAL KELAHIRAN DAN KEMATIAN 4

Pada tahun 2035 dengan skenario TFR,90 terdapat kelahiran total sebesar 32.385 terdiri laki-laki sebesar 6.74 dan perempuan 5.67 laju pertumbuhan tota lkelahiran pada tahun 2035 dengan skenario TFR sebesar,90 sebesar minus 0,59 persen dan skenario 2,0 sebesar 35.922 dengan laki-laki 8.540 dan perempuan 7.382 dengan laju pertumbuhan secara total sebesar minus 0,77 Child Birth Rate skenario TFR,90 pada tahun 2035 sebesar 4, dengan laju pertumbuhan minus,75 persen dan TFR 2,0 tahun 2035 sebesar 5,4 dengan laju pertumbuhan minus,40 5

Kematian total dengan skenario,90 tahun 2035 sebesar 7.4 terdiri laki-laki sebesar 9.693 dan peremuan 7.448 dan skenario TFR 2,0 sebesar 7.222 terdiri laki-laki sebesar 9.744 dan perempuan 7.478. PROYEKSI PENDUDUK KABUPATEN/KOTA Dalam membuat proyeksi penduduk untuk Kabupaten/Kota menggunakan Laju Pertumbuhan Penduduk stagnan pada tahun 2035, dengan data dasar dari sensus penduduk tahun 200 dan LPP sensus penduduk tahun 200 maka diperoleh hasil sebagai berikut: Pada tahun 205 diproyeksi jumlah penduduk sebesar.862.93 bila dibandingkan dengan hasil perhitungan menggunakan program spectrum dengan skenario TFR,90 tahun 2035 selisih sebesar 7.550 dan skenario TFR 2,0 sebesar 5.980, sedangkan proyeksi penduduk kabuaten/kota tahun 2035 sebesar 2.6.953 dibandingkan hasil olahan melalui program spectrum dengan TFR,90 selisih sebesar 320.262 dan dengan skenario 2,0 pada tahun 2035 selisih sebesar 279.002, besarnya perbedaan antara tahun 205 dengan tahun 2035 menggunakan olahan spectrum bahwa olahan kabupaten dengan menggunakan eksponential dengan hanya menggunakan laju pertumbuhan penduduk lebih cocok untuk membuat proyeksi jangka pendek lima tahunan sedangkan olahan spectrum menggunakan perhitungan komponen yang mempertimbangkan perkembangan dari TFR, IMR, ALH dan Migrasi sangat baik untuk melakukan proyeksi secara jangka panjang sehingga perbedaan selisih sangat besar, proyeksi untuk kabupaten dengan keterbatasan ata kabupaten digunakan sebagai rancangan program sehingga disertakan ALH per wanita dan ALH per wanita ernah kawin serta CPR hasil Mini Survei Pemantaua PUS tahun 20 sebagai berikut: 6

PROYEKSI PENDUDUK 205 DAN 2035 KABUPATEN/KO TA KABUPATEN/KOT A LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH LPP Proyeksi Proyeksi ALH ALH WANITA CPR 20 5 2035 W ANITA PERNAH MS 20 KAWIN 70 BENGKULU SELATAN 72,078 70,862 42,940.2 5,725 92,605.58 2.48 80. 702 REJANG LEBONG 25,32 2,466 246,787 0.63 254,659 288,74.46 2.33 79.2 703 BENGKULU UTARA 32,583 25,092 257,675 2.03 284,93 425,863.53 2.39 78. 704 K AUR 55,99 5,908 07,899.3 5,097 49,0 23.67 2.54 70.8 705 SELUMA 89,354 84,53 73,507.24 84,535 236, 3.60 2.50 78.2 706 M UKOMUKO 8,226 74,527 55,753 2.49 76,34 288,0 54.7 2.77 74.4 707 LEBONG 50,762 48,453 99,25.58 07,305 46,8 9.60 2.49 68 708 K EP AHIANG 63,996 60,869 24,865. 3,885 64, 42.52 2.40 77.5 709 BENGKULU TENGAH 50,560 47,773 98,333.74 07,9 5,354.58 2.58 70.7 77 BENGKULU 55,288 53,256 308,544 2.48 348,749 569,2 39.24 2.28 70.3 70X BENGKULU 877,59 838,359,75,58.67,862,93 2,6,9 53.3 2.44 75.5 Skenario,90,854,643 2,29,6 9 Selisih 7,550 320,2 62 Skenario 2,0,856,23 2,332,9 5 Selisih 5,980 279,0 02 Untuk hasil selengkapnya sebagaimana dalam lampiran, semoga penetapan parameter dapat berguna sebagaimana yang diinginkan dan hasil ini sifatnya sementara digunakan dalam program sambil menunggu dari sensus penduduk yang terakhir. Disusun oleh Tim Pengendalian Penduduk Bengkulu 7