Bab 5 H O R T I K U L T U R A

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

INDIKATOR KINERJA UTAMA Tahun Visi : " Jawa Timur sebagai Pusat Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura untuk Kesejahteraan Petani "

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

PRODUKSI CABAI BESAR DAN CABAI RAWIT

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH


I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

PROFIL PANGAN DAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS DAN PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

2. Semua bilangan di belakang koma yang nilainya lebih dari setengah dibulatkan ke atas.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

PETA POTENSI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNGGULAN JAWA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PRODUK NASIONAL DAN PASAR EKSPOR

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH MALUKU UTARA TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab itu

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)


1. PENDAHULUAN 2. STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH

Tahun Bawang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

DASAR-DASAR HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, BAWANG MERAH, DAN MANGGA PROVINSI ACEH TAHUN 2011

1. Pengembangan Komoditas Unggulan 2. Pengembangan Kawasan dan Sentra Produksi 3. Pengembangan Mutu Produk 4. Pengembangan Perbenihan

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. Industri pengolahan obat-obatan tradisional mengalami perkembangan yang

RENCANA KERJA dan EVALUASI e-proposal DITJEN HORTIKULTURA TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. berkembang menjadi usaha yang bersifat komersial. Pada awalnya di Negara

Transkripsi:

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan usahatani hortikultura secara agribisnis dapat meningkatkan pendapatan petani dengan skala usaha yang kecil, karena nilai ekonomi komoditas hortikultura yang tinggi. Produk hortikultura terbesar adalah buah-buahan, diikuti sayuran dan tanaman hias. Pada tahun 2004, produksi buah-buahan utama saja mencapai 9,1 juta ton diikuti sayuran 3,6 juta ton, dan tanaman biofarmaka sebesar 92,6 ribu ton. Sementara itu, produksi tanaman hias utama yang terdiri dari anggrek, gladiol, dan krisan sebesar 52,4 juta tangkai. Komoditas hortikultura pada umumnya ditanam sebagai tanaman sela, tanaman pekarangan, dan kebun. Seiring dengan nilai komersialnya yang tinggi, terutama sayuran dan tanaman hias, banyak dikembangkan melalui budidaya hidroponik. 5.1. Buah-buahan buah-buahan yang terbesar adalah pisang, jeruk, mangga dan durian. pisang pada tahun 2004 mencapai 4,9 juta ton atau meningkat sebesar 16,7% dibandingkan produksi pada tahun 2003. Peningkatan juga terjadi pada produksi jeruk sebesar 35,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, pada periode yang sama produksi mangga dan durian menurun masingmasing sebesar 5,8% dan 8,8% (Tabel 44). Penurunan produksi ini antara lain disebabkan oleh gangguan iklim berupa curah hujan yang tinggi dan serangan organisme pengganggu tanaman. 37

Tabel 44. Buah-buahan Mangga Durian Jeruk Pisang 2003 2004 2003 2004 2003 2004 2003 2004 Jawa 1.211,0 1.126,0 224,5 176,0 473,5 517,0 2.625,0 3.108,0 Bali & Nusa Tenggara 128,4 141,0 8,0 13,0 96,7 87,0 175,0 247,0 Sumatera 88,6 68,0 370,0 343,0 729,1 1.019,0 753,7 940,0 Kalimantan 17,3 16,0 90,0 95,0 131,4 214,0 244,0 241,0 Sulawesi 74,6 81,0 43,5 44,0 94,7 228,0 234,0 296,0 Maluku & Papua 5,7 5,0 5,5 5,0 4,2 5,0 144,0 42,0 Luar Jawa 314,6 311,0 517,0 500,0 1.056,1 1.553,0 1.550,7 1.766,0 Indonesia 1.526,0 1.437,0 741,5 676,0 1.529,6 2.070,0 4.175,7 4.874,0 Sumber : Statistik Pertanian 2004 Departemen Pertanian 5.2. Sayuran sayuran utama adalah kubis, kentang, bawang merah, dan bawang daun. kubis pada tahun 2004 mencapai 1,4 juta ton atau meningkat sebesar 6,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh meningkatnya luas panen kubis sebesar 5,1%, yaitu dari 64,7 ribu hektar pada tahun 2003 menjadi 68 ribu hektar pada tahun 2004. Empat daerah penghasil kubis terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pulau Jawa masih menghasilkan sekitar 66,3% dari total produksi nasional (Tabel 45). Tabel 45. dan Kubis 2002 2003 2004 2002 2003 2004 Jawa 766,0 836,7 915,0 38,6 42,0 43,0 Bali & Nusa Tenggara 55,1 55,5 61,0 2,0 1,9 2,0 Sumatera 348,9 374,1 365,0 15,6 16,8 18,0 Kalimantan 0,5 0,9 2,0 0,1 0,2 0,0 Sulawesi 59,7 77,6 83,0 3,4 3,3 4,0 Maluku & Papua 2,7 3,8 7,0 0,5 0,5 1,0 Luar Jawa 466,9 511,9 518,0 21,6 22,7 25,0 Indonesia 1.232,9 1.348,6 1.433,0 60,2 64,7 68,0 Sumber : Ditjen Bina Hortikultura kentang pada tahun 2004 mencapai 1,07 juta ton atau meningkat sebesar 6,1% dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Peningkatan produksi ini disebabkan oleh meningkatnya hasil per hektar 38

kentang, karena luas panen kentang pada tahun yang sama menurun 1,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Komoditas kentang sebagian besar juga dihasilkan di pulau Jawa, yaitu sekitar 63,9%. Produsen utama kentang adalah propinsi Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (Tabel 46). Tabel 46. dan Kentang 2002 2003 2004 2002 2003 2004 Jawa 566,6 598,8 685,0 33,5 37,2 38,0 Bali & Nusa Tenggara 7,4 6,6 8,0 0,9 0,8 1,0 Sumatera 270,3 340,7 276,0 17,1 20,3 16,0 Kalimantan - - 0,0 - - 0,0 Sulawesi 48,7 63,8 99,0 5,5 7,5 10,0 Maluku & Papua 0,7 0,1 4,0 0,2 0 0,0 Luar Jawa 327,1 411,2 387,0 23,7 28,6 27,0 Indonesia 893,7 1.010 1.072,0 57,2 65,8 65,0 Sumber : Statistik Pertanian 2004, Departemen Pertanian bawang merah pada tahun 2004 mencapai 757 ribu ton atau menurun sebesar 0,7% dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Namun demikian, luas panen bawang merah pada tahun 2004 meningkat sebesar 1,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan produksi ini disebabkan oleh penurunan produktivitas bawang merah pada tahun 2004 yang diakibatkan oleh tingginya curah hujan dan serangan hama penyakit tanaman (Tabel 47). bawang merah sebagian besar (78,7%) dihasilkan di pulau Jawa. Sentra produksi bawang merah terdapat di propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. 39

Tabel 47. dan Bawang Merah 2002 2003 2004 2002 2003 2004 Jawa 562,7 590,1 596,0 58,4 66,6 67,0 Bali & Nusa Tenggara 110,1 100,8 95,0 10,6 10,8 11,0 Sumatera 43,7 44,2 44,0 5,0 5,9 6,0 Kalimantan 0,2 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 Sulawesi 48,6 25,4 190,0 5,2 4,2 4,0 Maluku & Papua 1,1 2,0 3,0 0,6 0,4 1,0 Luar Jawa 203,7 172,6 161,0 21,4 21,3 22,0 Indonesia 766,4 762,7 757,0 79,8 87,9 89,0 Sumber : Statistik Pertanian 2004 Departemen Pertanian bawang daun pada tahun 2003 mencapai 345,7 ribu ton atau meningkat sebesar 9,7% dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Namun demikian, luas panen bawang daun pada tahun 2003 menurun sebesar 7,5% dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel 48). Sekitar 80,3% produksi bawang daun terjadi di pulau Jawa. Daerah produsen utama antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Daerah potensi produksi di luar Jawa antara lain propinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Utara. Tabel 48. dan Bawang Daun 2001 2002 2003 2001 2002 2003 283,3 315,2 345,7 34,3 41,6 38,5 Sumber : Ditjen Bina Hortikultura 5.3. Hias tanaman hias pada tahun 2004 meningkat sebesar 26,5 persen dibandingkan tahun 2003. Peningkatan yang terbesar terjadi pada produksi bunga gladiol, yang pada tahun 2004 meningkat hampir satu setengah kali lipat dibandingkan produksi tahun 2003. Peningkatan ini terutama didorong oleh permintaan pasar domestik dan ekspor yang sangat tinggi (Tabel 49). 40

Tabel 49. Hias Utama Indonesia (tangkai) No Komoditas 2002 2003 2004 1 2 3 Anggrek Gladiol Krisan 4.995.735 10.876.948 25.804.630 6.904.109 7.114.382 27.406.464 8.027.720 16.686.134 27.683.449 T O T A L 41.677.313 Sumber : Ditjen Bina Hortikultura 41.424.955 52.397.303 5.4. Obat tanaman biofarmaka semakin meningkat sejalan dengan peningkatan industri biofarmaka. tanaman obat pada tahun 2004 mencapai 92,6 ribu ton atau meningkat sebesar 28,9 % dibandingkan tahun 2003. obat terbesar produksinya adalah kunyit diikuti kencur dan temulawak (Tabel 50). Tabel 50. Obat Utama (ton) No Komoditas 2002 2003 2004 1 2 3 4 Kunyit Kencur Temulawak Obat lainnya*) 23.993,0 12.848,2 7.173,5 8.182,7 30.707,5 19.527,1 11.762,0 9.885,7 40.470,2 22.609,1 16.666,5 12.899,2 T O T A L 52.197,4 71.882,3 Sumber : Ditjen Bina Hortikultura Keterangan : *) terdiri dari Lempuyang, Temuireng, Kejibeling 92.645.0 5.5. Ekspor Impor Total volume ekspor komoditas hortikultura pada tahun 2004 mencapai 344,1 ribu ton atau meningkat sebesar 1,2% dibandingkan volume ekspor tahun sebelumnya. Peningkatan volume ekspor ini disebabkan terutama oleh meningkatnya volume ekspor buah-buahan sebesar 10,8%. Namun, peningkatan volume ekspor tidak diiringi dengan peningkatan nilainya. Total nilai ekspor komoditas hortikultura pada tahun 2004 menurun sebesar 3,6% dibanding tahun 2003 yang disebabkan oleh menurunnya nilai ekspor buahbuahan. Dari total nilai ekspor tersebut, nilai ekspor buah-buahan memiliki kontribusi tertinggi sekitar 61,3% dan diikuti dengan sayuran dan tanaman hias yang masing-masing sebesar 29,7% dan 7,2% (Tabel 51). 41

Tabel 51. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Hortikultura Tahun Sumber Hias Sayur- Sayuran Buah- Buahan Volume (ton) Aneka Total 2001 16.662 146.753 188.040 1.515 352.970 2002 19.905 157.568 225.365 2.162 405.000 2003 14.671 133.042 189.648 2.774 340.135 2004 15.427 114.855 210.182 3.668 344.132 Nilai (Ribu USD) 2001 9.834 63.084 100.629 2.108 175.655 2002 12.134 56.942 138.373 2.211 209.660 2003 13.871 59.240 131.500 3.341 207.952 2004 14.446 59.465 122.836 3.630 200.377 : BPS Total volume impor komoditas hortikultura pada tahun 2004 mencapai 829,1 ribu ton atau meningkat sebesar 37,4% dibandingkan volume impor tahun sebelumnya. Peningkatan volume impor ini disebabkan terutama oleh meningkatnya volume impor buah-buahan dan sayuran masing-masing sebesar 72,0% dan 16,3%. Total nilai impor komoditas hortikultura pada tahun 2004 mencapai sebesar USD 364,1 juta atau meningkat sebesar 16,2% dibandingkan nilai impor tahun sebelumnya. Dari total nilai impor tersebut, nilai impor buahbuahan memiliki kontribusi tertinggi yaitu sekitar 61,7%, diikuti dengan sayuran sekitar 37,4%. Tabel 52. Perkembangan Volume dan Nilai Impor Hortikultura Tahun Hias Sayur- Sayuran Buah- Buahan Volume (ton) Aneka Total 2001 403 352.291 250.624 1.011 604.329 2002 808 372.692 274.783 741 649.024 2003 818 373.460 228.648 491 603.417 2004 896 434.476 393.353 354 829.079 Nilai (Ribu USD) 2001 1.054 108.791 147.103 1.396 258.344 2002 1.019 115.244 220.253 1.904 338.420 2003 1.151 114.950 195.006 2.231 313.338 2004 1.343 136.137 224.589 2.007 364.076 Sumber : BPS Dari data tersebut, neraca perdagangan komoditas hortikultura secara total pada tahun 2003 dan 2004 sudah mencapai defisit masing-masing sebesar USD 105,4 juta dan USD 163,7 juta. Defisit neraca perdagangan hortikultura tersebut disebabkan oleh defisit pada komoditas buah-buahan dan sayuran. Pada tahun 2003 defisit neraca perdagangan buah-buahan dan sayuran masing- 42

masing mencapai USD 63,5 juta dan USD 55,7 juta sedangkan pada tahun 2004 masing-masing meningkat mencapai USD 101,8 juta dan USD 76,7 juta. 43