1.1 LATAR BELAKANG. Pendahuluan Masterplan Jambi Agro Industrial Park

dokumen-dokumen yang mirip
Gambaran ekonomi Jambi tahun akan dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... I DAFTAR TABEL... VII DAFTAR GAMBAR... IX BAB 1 PENDAHULUAN... I LATAR BELAKANG... I - 1

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jambi Tahun Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jambi Tahun 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURANDAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI

PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT : TINJAUAN SECARA MAKRO

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PROGRAM REHABILITASI KARET DI PROVINSI JAMBI : UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2014

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN Jambi, 6 April 2011

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

1.1 LATAR BELAKANG Dalam 5 tahun mendatang, Pemda Jambi akan berupaya melakukan akselerasi pembangunan daerah yang akan difokuskan untuk mencapai peningkatan kualitas pertumbuhan dan penyerapan tenaga kerja yang berbasis pada sektor pertanian yang merupakan resource endowment Provinsi Jambi, sehingga mampu meningkatkan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah. Pada tahun 2004, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari 15,5 triliun menjadi 18,7 triliun pada tahun 2005. Share terbesar didominasi oleh sektor pertanian yang memberi kontribusi sebesar 30,2 %. Namun, Potensi tersebut belum dikelola secara optimal, sehingga belum mampu memberikan konstribusi bagi pembangunan Jambi. JAIP merupakan Kawasan ekonomi yang memiliki fasilitas dan insentif khusus untuk mengintegrasikan seluruh aktivitas ekonomi dari hulu hingga hilir dengan mengedepankan konsep Cluster Industry (berbasiskan pada kekhususan komoditi), memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya industri menengah dan kecil (UKM), fokus pada processing industries, merupakan Industri pengolahan yang dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi unggulan dalam bentuk derrivative industries. Beberapa Isue penting pembangunan JAIP; 1) Modernisasi Sektor Unggulan: Peremajaan kebun karet rakyat seluas 130 ribu Ha selama lima tahun dengan bibit unggul sistem pemupukan yang baik dan penyuluhan yang intensif (Baru direalisasikan sebanyak 17.500 Ha melalui alokasi APBD tahun 2006). Upaya peningkatan produksi maupun kualitas produk pangan antara lain padi, kedele, jagung, kentang dan sapi yang merupakan komoditas unggulan. I - 1

2) Penguatan Sektor Energi (Infrastruktur Pendukung) di Jambi Rencana pembangunan PLTA Kerinci yang dilaksanakan oleh PT. Bukaka Teknik Utama dengan kapasitas 180 MW dan direncanakan selesai pada tahun 2010. Masih banyak pekerjaan pembangunan sektor energi, seperti rencana pembangunan PLTG (tenaga gas) di Tanjung Jabung Barat, PLTU Mulut Tambang di Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Bungo. 3) Beberapa permasalahan pembangunan dan perbaikan infrastruktur dasar di Jambi Pembangunan jalan dan jembatan yang memperpendek jarak dan waktu tempuh dari daerah sentra produksi di wilayah barat (Kabupaten Kerinci, Merangin, Bungo dan Sarolangun) menuju pusat-pusat distribusi serta pelabuhan Muara Sabak sebagai outlet ekspor impor Provinsi Jambi masih dalam tahap perencanaan, pembangunan Jembatan Batanghari II berjalan tersendat juga Jembatan Berbak yang berjalan tersendat, serta masih banyak permasalahan pembangunan infrastruktur lainnya. 4) Proses Realisasi Perwujudan JAIP Sampai Akhir Tahun 2006: Menyelaraskan dan mengakselerasi semua program kerja di pemerintah daerah mengacu kepada timeline pembangunan JAIP (2005-2010). Terus memantapkan upaya modernisasi sektor unggulan, pembentukan regulasi daerah pendukung, pembentukan insentif bagi investasi (pajak, fiskal, dll), dan persiapan lembaga pengelola, termasuk rencana pengembangan SDM lokal, Tahun 2007: Menyiapkan Rencana Feasibility Study, Menyusun Master Plan JAIP, dan Meminta dukungan pemerintah pusat khususnya untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dasar dan pendukung lainnya. 1.2 RUMUSAN PERSOALAN Lemahnya nilai tukar produk pertanian terutama produk-produk berupa bahan primer memaksa pemerintah, swasta dan masyarakat untuk dapat meningkatkan nilai tambah dari sebuah komoditi pertanian berupa bahan primer menjadi bahan jadi atau setengah jadi. Hal ini juga didukung dengan semakin luasnya upaya ekstensifikasi perkebunan sawit di Provinsi Jambi yang diperkirakan akan terjadi booming pada awal tahun 2010. Kondisi demikian jika tidak diimbangi dengan upaya peningkatan dan pengembangan industri pengolahan sawit yang tidak I - 2

hanya sebatas penyulingan menjadi minyak sawit mentah (Cruid Palm Oil) maka keterpurukan sektor pertanian yang ditandai dengan relatif miskinnya para petani Jambi, terus berdampak negatif terhadap sektor dan sub sektor lainnya. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, sektor pertanian mendominasi perekonomian Provinsi Jambi dengan peningkatan kontribusi cukup signifikan. Pada tahun 1999, kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi berdasarkan harga konstan baru berkisar 27,65 %, kemudian meningkat drastis mencapai 30,22 % pada tahun 2003. Hal ini menunjukkan bahwa peran sektor pertanian terhadap perekonomian daerah tetap terbesar, yang berarti pertumbuhan ekonomi yang berbasis ekonomi kerakyatan telah dapat diimplementasikan. Namun ternyata peningkatan kontribusi sektor pertanian tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan, dimana selama kurun waktu tersebut perkembangan kontribusi sektor industri pengolahan relatif stabil. Hal ini mengindikasikan bahwa produk-produk pertanian yang dihasilkan lebih banyak dipasarkan oleh petani dalam bentuk bahan primer yang tidak mempunyai nilai tambah, belum diolah menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi. Dalam hal penduduk miskin, berdasarkan data penduduk miskin (Badan Pusat Statistik Jakarta, 2004), jumlah penduduk miskin Provinsi Jambi pada tahun 2002/2003 berada pada ranking ke-3 se-wilayah Sumatera, setelah Bangka Belitung (1) dan Sumatera Barat (2). Namun jika dibandingkan proporsinya, Provinsi Jambi memiliki proporsi yang terbesar. Dari hasil-hasil penelitian baik yang dilakukan oleh berbagai Perguruan Tinggi, baik Perguruan Tinggi daerah maupun yang berasal dari luar daerah, termasuk penelitian yang dilakukan oleh beberapa LSM, diketahui bahwa tertinggalnya petani Jambi dibandingkan dengan petani daerah lain di Sumatera paling tidak disebabkan oleh dua faktor, yaitu : (1) kualitas sumberdaya manusia (SDM) masyarakat pertanian yang rendah dan (2) posisi tawar yang lemah. Sehubungan dengan permasalahan di atas paling tidak terdapat dua program prioritas dan mendasar dalam upaya mengentaskan kemiskinan keluarga petani, yaitu : (1) Meningkatkan kualitas sumberdaya menusia masyarakat pertanian dan (2) Meningkatkan posisi tawar petani yang salah satunya melalui peningkatan nilai tambah produk pertanian melalui industri pengolahan hasil pertanian (agro-industri) atau peningkatan dan pengembangan industri hilir yang mampu mengolah produk pertanian menjadi bahan jadi atau setengah jadi sesuai dengan permintaan pasar, baik lokal, domestik maupun pasar mancanegara. I - 3

Sementara, disisi lain, pengembangan industri pengolahan di Provinsi Jambi masih dihadapkan pada beberapa kendala dan tantangan, seperti: (1) buruknya kinerja perekonomian nasional yang tercermin dalam kinerjanya di perdagangan internasional, investasi, ketenagakerjaan, dan stabilitas harga yang menyebabkan kurangnya gairah investor untuk berinvestasi, terutama investor manca negara, (2) kurang tanggapnya kelembagaan pemerintahan dalam mengembangkan kebijakan terutama dalam perizinan untuk berinvestasi di Jambi, (3) belum ada jaminan konsistensi dan keberlanjutan dari berbagai produk pertanian yang berhubungan dengan kuantitas maupun kualitas produk, (4) jaminan keamanan dan stabilitas politik yang belum menentu, (5) lambannya pengembangan berbagai peraturan dan perundangan untuk iklim usaha yang kondusif dan lemahnya koordinasi antar dinas/instansi terkait, (6) belum tersedianya infra struktur pendukung yang memadai, baik infrastruktur fisik, teknologi, dan infrastruktur dasar, dan (7) relatif rendahnya kualitas SDM masyarakat pertanian yang merupakan bagian terbesar dari populasi masyarakat. JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK (JAIP) merupakan gagasan yang diharapkan mampu mengatasi keterbatasan pengembangan sektor pertanian dan kondisi sosial ekonomi petani saat ini di Provinsi Jambi, sekaligus mampu menjawab tantangan pengembangan sektor industri pengolahan, baik di Provinsi Jambi sendiri maupun dalam skala nasional. JAIP merupakan kawasan ekonomi yang memiliki fasilitas dan insentif khusus untuk mengintegrasikan seluruh aktivitas ekonomi dari hulu hingga hilir dengan mengedepankan konsep Cluster Industry (berbasiskan pada kekhususan komoditi), memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya industri menengah dan kecil (UKM), fokus pada processing industries, merupakan Industri pengolahan yang dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah komoditi unggulan dalam bentuk derrivative industries. Gagasan ini perlu ditindaklanjuti dengan langkah-langkah konkrit, agar tercipta produk-produk unggulan hasil processing komoditas primer Provinsi Jambi yang diharapkan mampu meningkatkan kondisi ekonomi kawasan. Langkah konkrit ini dapat diawali dengan menyusun Masterplan Kawasan Agro Industri Jambi. I - 4

1.3 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN A. Maksud Maksud dari pekerjaan ini adalah melakukan pengembangan kawasan industri terpadu JAIP di Kawasan Muara Sabak yang dapat dijadikan landasan kerja bagi pihak-pihak terkait dalam merealisasikan pembangunannya. B. Tujuan Tujuan dari pekerjaan ini adalah membantu pihak-pihak terkait untuk memperoleh gambaran atas rencana pengembangan kawasan Agro-Industri Jambi (JAIP), terutama dalam hal: a. Rencana pengembangan baik berdasarkan pertimbangan internal (kebutuhan para calon pengguna yang akan merelokasi kegiatan, ketersediaan dan kemudahan dalam pembebasan lahan) maupun pertimbangan eksternal dalam kaitan kemudahan untuk memperoleh aksesibilitas dengan berbagai rencana jaringan infrastruktur. b. Memperoleh gambaran secara garis besar mengenai luasan areal yang dapat dikembangkan termasuk rencana perluasan, masterplan terhadap rencana lay out kawasan industri, rencana berbagai infrastruktur, estimasi biaya pengembangan dan sistem manajemen pengelolaan. C. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah: 1) Terwujudnya pembangunan kawasan industri JAIP di kawasan Pelabuhan Muara Sabak, sehingga dapat mengatasi berbagai kendala lingkungan yang dihadapi kawasan pada masa yang akan datang. 2) Teridentifikasinya taksiran umum pembiayaan pengembangan kawasan agroindustri Jambi (JAIP) serta komponen-komponennya. 3) Teridentifikasinya pilihan teknologi yang sesuai dalam menunjang pengembangan kawasan agroindustri Jambi (JAIP). 4) Teridentifikasinya kondisi eksisting kawasan agroindustri Jambi (JAIP) secara komprehensif meliputi: potensi ekspor impor, iklim investasi, aksesibilitas wilayah, dan pelayanan infrastruktur. 5) Teridentifikasinya potensi market (growth opportunity) eksisting dan peluangnya di masa mendatang di kawasan agroindustri Jambi (JAIP). I - 5

6) Teridentifikasinya potensi sumber daya yang ada (resources available) yang dapat menunjang pengembangan kawasan agroindustri Jambi (JAIP). 7) Teridentifikasinya cakupan dan ukuran optimal pengembangan kawasan agroindustri Jambi (JAIP). 8) Teridentifikasinya pola keterkaitan kawasan agroindustri Jambi (JAIP) dengan wilayah lain yang berpengaruh disekitarnya. 1.4 RUANG LINGKUP 1.4.1 Lingkup Wilayah Lingkup wilayah studi ini dibagi atas wilayah kajian dan wilayah perencanaan. Wilayah kajian meliputi seluruh Provinsi Jambi dan kaitannya dengan wilayahwilayah lain di lingkungan regionalnya. Sementara, wilayah perencanaan akan difokuskan pada kawasan yang dipilih sebagai pengembangan JAIP, seluas 200 ha, disekitar Pelabuhan Muara Sabak. Gambar 1.1 Wilayah Administratif Provinsi Jambi I - 6

1.4.2 Lingkup Materi Secara keseluruhan studi ini akan mengakomodasi aspek-aspek: o o Spasial (Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota) Sosial ekonomi (kondisi sosial ekonomi eksisting dan perkembangannya, kajian terhadap faktor-faktor internal yang berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan wilayah Provinsi Jambi) 1.4.3 Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan Penyusunan Masterplan Kawasan Agro-Industri Jambi (JAIP), meliputi: 1. Melakukan pengumpulan data potensi daerah terutama yang berkaitan dengan ketersediaan lahan, rencana infrastruktur, rencana tata ruang dan sebagainya. 2. Menginventori kebijakan yang terkait dengan kawasan agroindustri Jambi (JAIP). 3. Menyusun matriks penilaian lokasi atas rencana pengembangan dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal dan studi-studi yang telah dilakukan sebelumnya 4. Melakukan diskusi mendalam dengan pihak-pihak terkait dalam rangka masterplan yang akan dikembangkan dalam suatu kegiatan workshop. 1.4.4 Lingkup Kegiatan Lingkup kegiatan pekerjaan ini adalah: 1) Melakukan akuisisi dan analisa data serta inventori kebijakan terkait pengembangan kawasan Agro-Industri Jambi (JAIP). 2) Melakukan cek/survei fisik/observasi lapangan sesuai kebutuhan pekerjaan. 3) Melakukan koordinasi dengan stakeholders terutama menyangkut aspek kelembagaan, kebijakan dan kemampuan pendanaan. 4) Mendiskusikan konsep perencanaan dengan pemberi tugas atau institusi terkait pada forum yang telah ditentukan di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. 5) Melaporkan hasil kerja dari tiap-tiap tahapan kegiatan yang telah ditetapkan. I - 7

1.5 M E T O D O L O G I Secara garis besar, tahapan penyusunan Masterplan Kawasan Agro Industri Jambi (JAIP) meliputi : 1) Kajian hasil studi kelayakan pengembangan Kawasan Agro Industri Jambi, merupakan kajian terhadap output penting yang dihasilkan, yaitu hal-hal penting analisis, tingkat kelayakan pengembangan Kawasan Industri Tanjung Jabung Timur, dan rekomendasi studi. 2) Kajian kondisi eksternal, merupakan kajian terhadap faktor-faktor determinan yang terkait pengembangan Kawasan Industri Tanjung Jabung Timur. Termasuk dalam kondisi eksternal ini adalah : Kebijakan terkait pengembangan kawasan industri Kerangka normatif pengembangan agro-industry Kondisi pengembangan industri di Provinsi Jambi sebagai eksternalitas pengembangan Kawasan Industri di Tanjung Jabung Timur 3) Kajian kondisi internal, merupakan kajian dan analisis terhadap rona wilayah Tanjung Jabung Timur. Termasuk dalam kondisi internal ini adalah kajian terhadap kondisi fisik dan lingkungan, kependudukan (demografi), struktur perekonomian, dukungan transportasi dan infrastruktur lainnya. 4) Identifikasi pokok-pokok penting pengembangan JAIP Tanjung Jabung Timur, merupakan hasil kolaborasi dari kajian kondisi eksternal dan internal, yang menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan konsep pengembangan dimasa mendatang serta perwujudannya didalam ruang kawasan. Pokok-pokok penting ini dapat berupa potensi, permasalahan, kendala ataupun peluang pengembangan. 5) Penyusunan konsep pengembangan, merupakan penentuan arah pengembangan JAIP Tanjung Jabung Timur, yang didasarkan atas pokok-pokok penting pengembangan kawasan tersebut. 6) Penyusunan masterplan JAIP Tanjung Jabung Timur, merupakan bentuk perwujudan konsep pengembangan ke dalam ruang dan tahapan pengembangannnya. I - 8

Gambar 1.2 Kerangka Penyusunan Masterplan JAIP OUTPUT FEASIBILITY STUDY Poin-poin penting hasil analisis Tingkat kelayakan Rekomendasi KONDISI EKSTERNAL T A N J U N G J A B U N G Kebijakan terkait pengembangan kawasan industri Teori dan lesson learned : konsep pengembangan agroindustry Kondisi pengembangan industri di Provinsi Jambi T I M U R KONDISI INTERNAL Fisik dan lingkungan Kependudukan (Demografi) Struktur perekonomian Dukungan Pelayanan Transportasi Dukungan Infrastruktur Lainnya POKOK-POKOK PERTIMBANGAN DALAM MASTERPLAN JAIP Potensi, Masalah, Kendala, Peluang KONSEP PENGEMBANGAN JAIP MASTERPLAN JAIP 1.6 KELUARAN PEKERJAAN Keluaran-keluaran yang dihasilkan dalam pekerjaan Masterplan Kawasan Agro- Industri Jambi (JAIP) secara garis besar dapat dibagi atas dokumen dan gambar/peta. Rencana induk (masterplan) bersifat teknis; berdimensi spasial; menunjuk lokasi dan berorientasi fisik; serta berskala (terukur). I - 9

Dokumen masterplan ini nantinya mempunyai jangkauan penggunaan jangka panjang (10 tahun) dengan ketentuan harus ditinjau ulang untuk validasi. Dokumen masterplan berisi: 1. Pola dan arah pembangunan di lokasi dimaksud 2. Besaran fisik/ zonasi dan kebutuhan ruang 3. Tahapan implementasi 4. Peta masterplan 1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan Draft Laporan Akhir Masterplan Pengembangan Kawasan Agro-Industri Jambi (JAIP) ini memperhatikan sistematika sebagai berikut : BAB 1 Menjabarkan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metodologi, serta keluaran pekerjaan. BAB 2 Menjabarkan hasil studi kelayakan pengembangan Kawasan Agro-Industri Jambi. BAB 3 Menjabarkan faktor-faktor ekternal dalam pengembangan Kawasan Agro- Industri di Tanjung Jabung Timur, meliputi kajian teoritis, kajian kebijakan terkait, dan kajian kondisi pengembangan industri di Provinsi Jambi saat ini. BAB 4 Mengidentifikasi kondisi wilayah Tanjung Jabung Timur, meliputi kondisi fisik dan lingkungan, kependudukan (demografi), struktur perekonomian, dukungan transportasi dan infrastruktur lainnya. BAB 5 Menganalisis pokok-pokok penting dalam pengembangan Kawasan Agro- Industri di Tanjung Jabung Timur, meliputi potensi, permasalahan, kendala dan peluang pengembangan. BAB 6 Merumuskan konsep pengembangan Kawasan Agro-Industri di Tanjung Jabung Timur berdasarkan faktor eksternal dan kondisi wilayahnya. BAB 7 Merumuskan masterplan pengembangan Kawasan Agro-Industri di Tanjung Jabung Timur sebagai bentuk perwujudan konsep ke dalam ruang. I - 10