BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) penerimaan negara, dan mendorong produk ekspor.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya pajak merupakan pungutan wajib oleh negara kepada

BAB II LANDASAN TEORITIS. (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

Modul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1)

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk

Pengertian. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kelebihan PPN 30/04/2011

Pajak. Definisi Pajak Pembagian Jenis Pajak Menurut Sifat Menurut Sasaran Menurut Pengelola

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak berdasarkan undang-undang dan dari berbagai pakar pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PENGANTAR. Dasar Hukum : UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun Presented by M.

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. berbagai faktor pendukung terutama stabilitas ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LANDASAN TEORI. dalam buku Perpajakan Indonesia karangan Waluyo (2008, h3),

BAB III PEMBAHASAN TENTANG MEKANISME PENGAJUAN RESTITUSI ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

BAB III PEMBAHASAN TENTANG EFEKTIVITAS PENERAPAN E-FAKTUR ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

PENERAPAN PER-11/PJ./2013 TERHADAP PELAPORAN SPT MASA PPN TAHUN 2013 PADA PT. ALPHA UTAMA SURABAYA SKRIPSI. Oleh : RISKI APRILIA PURWANTI

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun

KARYA ILMIAH WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB PPAT ATAS PAJAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB II TELAAH PUSTAKA. dimiliki oleh masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (1990:5),

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TELAAH PUSTAKA. pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ).

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG

Pelaksanaan Penelitian Dan Pemeriksaan Spt Tahunan Pph Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perpajakan 2.1.1 Pengertian pajak Berikut adalah beberapa pengertian Pajak menurut Diaz (2012:2). Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung, pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum (Wikipedia, 2010). Adapun pengertian pajak menurut para ahli antara lain adalah sebagai berikut: Pengertian pajak menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R yang dikutip dari buku R. Mansury (2002) adalah sebagai berikut: Pajak dapat diartikan adanya aliran dari sektor privat ke sektor publik secara dipaksakan yang dipungut berdasarkan keuntungan ekonomi tertentu dari nilai setara dalam rangka pemenuhan kebutuhan negara dan objek-objek sosial. 7

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang dikutip dari wikipedia adalah sebagai berikut: Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Pengertian pajak menurut S.I Djajadiningrat yang dikutip dari buku Siti Resmi (2003) adalah sebagai berikut: Pajak adalah kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai hukuman menurut peraturan yang ditetapkan Pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. yaitu: Sedangkan menurut Undang-undang KUP No. 28 Tahun 2007 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang tertang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang- 8

undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dapat disimpulkan bahwa ada lima unsur yang melekat dalam pengertian pajak menurut Wirawan, Burton (2010:7) yaitu: a. Pembayaran pajak harus berdasarkan UU. b. Sifatnya dapat dipaksakan. c. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak. d. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara (pusat maupun daerah). e. Pajak digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum. 9

2.1.2 Fungsi Pajak Menurut Wirawan, Burton (2010:12), pada umumnya terdapat dua fungsi pajak yaitu fungsi budgetair (pendanaan) dan fungsi regulerend (pengatur). a. Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. b. Pajak mempunyai fungsi regularend, artinya pajak sebagai alat untuk mengukur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan. Namun dalam perkembangannya, fungsi pajak dapat dikembangkan dan ditambah dua fungsi lagi, yaitu fungsi demokrasi dan fungsi redistribusi. c. Pajak mempunyai funsi demokrasi, artinya pajak merupakan wujud sistem gotong-royong, termasuk kegiatan pemerintahan dan pembangunan. d. Pajak mempunyai fungsi redistribusi, artinya pajak lebih menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. 10

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak Terdapat 3 sistem pemungutan pajak menurut Siti (2013:11) yaitu: a. Official Assesment System Sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menghitung besarnya pajak terhutang oleh seseorang berada pada pemungut/ aparatur pajak, dalam hal ini WP bersifat pasif, menunggu ketetapan dari aparatur pajak, hutang baru timbul bila ada surat ketetapan pajak dari aparatur pajak. b. Self Assesment System Sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menghitung besarnya pajak terhutang berada pada WP, dalam sistem ini WP harus aktif menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan sendiri pajaknya. c. Witholding System Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP. Sitem pemungutan pajak yang digunakan oleh Indonesia adalah sistem Self Assessment System, dalam hal ini WP dianggap paling tahu mengenai besarnya pajak terutang. 11

2.1.4 Hukum Pajak Menurut Wirawan, Burton (2010:13), kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum administrasi negara, dalam pengaturan materinya banyak memiliki kesamaan dengan hukum perdata dan hukum pidana. HUKUM HUKUM NEGARA HUKUM PERDATA HUKUM PIDANA HUKUM TATA NEGARA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM PAJAK Pembagian Hukum Pajak: a. Hukum Pajak Materiil Mengatur tentang timbulnya, besarnya, dan hapusnya utang pajak beserta hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak. b. Hukum Pajak Formil Mengatur cara mewujudkan ketentuan materil atau cara menyelesaikan kewajiban perpajakan oleh WP kepada Negara. 12

2.2 Pajak Pertambahan Nilai 2.2.1 Pengertian dan Dasar Hukum PPN Pengertian PPN menurut Wirawan, Rudy (2013:233) adalah pajak atas konsumsi barang atau jasa yang dikonsumsi di dalam negeri, dan merupakan pajak objektif yang pengenaan PPN hanya berdasarkan objeknya dan tidak memperhatikan pihak yang melakukan konsumsi. Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah UU No. 8 tahun 1983 berikut perubahannya UU No. 11 tahun 1994, UU No. 18 tahun 2000, dan UU No. 42 tahun 2009. 2.2.2 Karakteristik PPN Terdapat 7 karakteristik PPN menurut Diaz (2012:408) yaitu sebagai berikut: 1. Pajak tidak langsung Pajak menempatkan kedudukan pemikul beban pajak dengan kedudukan penanggung jawab pembayaran pajak ke kas negara pada pihak-pihak yang berbeda. 2. Pajak objektif Timbulnya kewajiban pajak di bidang PPN sangat ditentukan oleh adanya objek pajak, kondisi subjektif pajak tidak relevan. 13

3. Multi-stage tax PPN dikenakan secara bertahap di setiap dan di seluruh rantai produksi dan distribusi. 4. Non-kumulatif PPN tidak besifat kumulatif karena PPN mengenal adanya mekanisme pengkreditan pajak masukan. 5. Tarif tunggal Tarif PPN yaitu 10% untuk transaksi penyerahan barang atau jasa di dalam negeri dan 0% atas transaksi ekspor. 6. Credith Method PPN terutang timbul merupakan selisih dari Pajak Keluaran (PPN yang dipungut) dengan Pajak Masukan (PPN yang diperoleh) 7. Konsumsi dalam negeri PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikonsumsi di dalam daerah pabean Republik Indonesia, sedangkan barang atau jasa yang akan dikonsumsi di luar negri tidak dikenakan PPN. 14

2.2.3 Subjek dan Bukan Subjek Pajak Pertambahan Nilai Menurut Diaz (2013:409), subjek PPN pada dasarnya adalah WP pada PPh, namun istilah PKP selalu dipakai untuk yang bertanggung jawab terhadap pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN. 1. Pengusaha Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang/jasa, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa/memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. 2. PKP PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN. 3. Bukan PKP Yang termasuk bukan PKP yaitu pengusah kecil, dan pengusaha yang menghasilkan dan/atau menyerahkan BKP dan/atau bukan JKP. Menurut PMK No. 68/PMK.03/2010, Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah peredaran dan/penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000 15

2.2.4 Objek Pertambahan Nilai Menurut Untung (2011:23) objek PPN diatur dalam pasal 4, pasal 16C, dan pasal 16D UU No. 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU No.42 Tahun 2009 (untuk selanjutnya disebut UU PPN 1984). a. Ps. 4 ay. (1) huruf a, Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan pengusaha. b. Ps. 4 ay. (1) huruf b, impor BKP. c. Ps. 4 ay.(1) huruf c, Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan pengusaha. d. Ps. 4 ay. (1) huruf d, pemanfaatan BKP tidak Berwujud dari luar di dalam Daerah Pabean. e. Ps. 4 ay. (1) huruf e, Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. f. Ps. 4 ay. (1) huruf f, Ekspor BKP berwujud oleh PKP. g. Ps. 4 ay. (1) huruf g, Ekspor BKP tidak Berwujud oleh PKP. h. Ps. 4 ay. (1) huruf f, Ekspor JKP oleh PKP. 16

i. Ps. 16C, Membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha/pek. oleh orang pribadi/badan. j. Ps. 16D, Penyerahan BKP berupa Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP. 2.2.5 Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) 1. BKP (Barang Kena Pajak) Menurur Untung (2011:30) pada pasal 1 angka 2 dan angka 3 UU PPN 1984 BKP adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya daat berupa barang bergerak / tidak bergerak, dan barang tidak berwujud dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini. 2. Bukan BKP Menurut Untung (2011:32), barang yang dikatagorikan sebagai barang bukan BKP menurut Pasal 4A ayat 2 adalah: a. Barang hasil pertambangan atau pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, meliputi: minyak mentah, gas bumi; b. Barang kebutuhan pokok, meliputi: beras, gabah, jagung, sagu; 17

c. Makanan dan minuman yang disajikan dihotel, restauran, rumah makan, warung, dan sejenisnya; d. Uang, emas batangan, dan surat berharga. 3. JKP (Jasa Kena Pajak) Menurut Untung (2011:35) pada Pasal 1 angka 5 UU PPN 1984 Jasa yang dimaksud yaitu setiap kegiatan pelayanan beradasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termsasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan/permintaan dengan bahan dan atas pemesan. 4. Bukan JKP Menurut Untung (2011:36) Jasa yang dikategorikan sebagai jasa bukan JKP pada Ps. 4A ayat 3 adalah: a. Jasa pelayanan kesehatan medis; b. Jasa pelayanan sosial; c. Jasa pengiriman surat dengan perangko melalui kantor Pos; d. Jasa keuangan; e. Jasa asuransi; 18

f. Jasa keagamaan; g. Jasa pendidikan; h. Jasa kesenian dan hiburan; i. Jasa penyiaran yang tidak besifat iklan; j. Jasa angkutan umum di darat dan di air; k. Jasa tenaga kerja, termasuk peserta magang; l. Jasa perhotelan; m. Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum; n. Jasa penyediaan tempat parkir; o. Jasa telpon umum dengan uang logam; p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; q. Jasa boga atau katering. 19

B 2.3 Faktur Pajak 2.3.1 Pengertian dan Jenis jenis Faktur Pajak Pengertian Faktur Pajak menurut Wirawan, Rudy (2013:289), Faktur Pajak merupakan bukti pemungutan PPN atas transaksi impor, penyerahan dalam negri, dan ekspor. Faktur Pajak juga merupakan bukti pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP. Menurut Untung (2011:80), dalam pasal 1 angka 23 UU PPN 1984 dirumuskan bahwa Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau JKP atau bukti pungutan pajak karena impor BKP yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Jenis jenis Faktur Pajak menurut Untung (2011:82) 1. Faktur Pajak yang dapat berupa Faktur Penjualan (Pasal 13 ayat 1) 2. Faktur Pajak Gabungan (Pasal 13 ayat 2) 3. Faktur Pajak PKP Pedagang Eceran (PER-58/PJ.20/2010) 4. Dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak (Pasal 13 ayat 1) 5. Faktur Pajak khusus (Pemenkue No. 76/PMK.03/2010) 20

2.3.2 Klasifikasi Umum Faktur Pajak Menurut Untung (2011:83) terdapat syarat formal dalam Faktur Pajak yaitu : 1. Paling sedikit memuat keterangan (Ps. 13 ayat 5 UU PPN 1984) : a. Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP b. Nama, alamat, NPWP pembeli BKP atau penerima JKP c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga. d. PPN yang dipungut e. PPnBM yang dipungut f. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak g. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak 2. Kode Faktur Pajak: 2 digit kode transaksi, 1 digit status Faktur Pajak, 3 digit Kode Cabang, diikuti dengan nomor seri: 2 digit tahun pembuatan, 8 digit nomor urut. Contoh : 010.000.11-00000001 3. Bentuk dan ukuran disesuaikan dengan kepentingan PKP. 21

2.3.3 Faktur Penjualan Menurut Wirawan, Rudy (2013:291) pada pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan No.38/PMK.03/2010 menyebutkan bahwa Faktur Penjualan yang memuat keterangan sesuai dengan tata cara pengisian keterangan pada Faktur Pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak, dipersamakan dengan Faktur Pajak. Faktur Penjualan atau dalam istilah asingnya yaitu Sales Invoice adalah lembar bukti tagihan atau bukti transaksi kepada pelanggan atas pembelian suatu barang dan jasa. Faktur Penjualan biasanya dikirim oleh pemasok bersamaan dengan atau setelah pengiriman barang/ jasa. Tidak ada bentuk baku faktur sehingga perusahaan dapat mengubah bagian-bagian faktur sesuai dengan keperluan. 22

berikut: Secara terperinci, kegunaan faktur dapat diuraikan sebagai 1. Sebagai informasi barang/jasa yang dibeli oleh pelanggan. 2. Sebagai informasi nilai tagihan dan termin pembayaran yang harus dibayar oleh pelanggan. 3. Pelanggan dapat memperbaiki barang/jasa dan/atau nilai yang dibeli jika yang tercantum tidak sesuai dengan pesanan. 4. Rujukan yang absah sebagai faktur pajak. 5. Rujukan yang absah untuk memasukkan transaksi ke pembukuan keuangan. 23

2.3.4 Faktur Pajak Cacat PKP membuat Faktur Pajak Standar pengganti apabila Faktur Pajak standar cacat, atau salah dalam pengisisan. Ketentuan menurut Diaz (2012:498) mengenai Faktur Pajak cacat, yaitu: a. Faktur Pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar dan/atau tidak ditandatangani oleh PKP, wakil atau kuasanya yang sah. b. PKP melakukan kesalahan dalam pengisisan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak. c. Faktur Pajak yang dibuat tidak dimulai dengan nomor urut 1 pada awal tahun kalender bulan Januari. d. Faktur Pajak yang diterbitkan tidak/terlambat dalam menyampaikan pemberitahuan pemusatan kepada kepala KPP tempat PKP dikukuhkan. 24

2.3.5 Saknsi 1. Berdasarkan Pasal 4 ayat 4 UU KUP ditetapkan bahwa Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat Faktur Pajak atau tidak mengisi selengkapnya, dikenakan sanksi berupa denda administrasi sebesar 2% dari DPP. 2. Berdasarkan Pasal 39A UU KUP, bagi setiap orang yang: a. Membuat atau menggunakan Faktur Pajak tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya; atau b. Belum dikukuhkan sebagai PKP dengan sengaja membuat faktur pajak akan dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun atau paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit dua kali jumlah pajak dalam Faktur Pajak. 25