Jurnal Kesehatan Masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
Unnes Journal of Public Health

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT PES

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah, sehingga

PARTISIPASI IBU DALAM PEMASANGAN LIVE TRAPP TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN TIKUS DAN PINJAL DI DESA SUKABUMI KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. sudah tercatat kasus orang meninggal. Pada abad yang sama, juga

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan kesehatan manusia. Keadaan lingkungan dan pola hidup

NASKAH PUBLIKASI MUHAMMAD ZAMZAMI J Disusun oleh :

Journal of Health Education

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

PENINGKATAN PERANSERTA MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DBD (PSN-DBD) DI DUA KELURAHAN DI KOTA PALU, SULAWESI TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasy experiment yang dilakukan. Rancangan penelitian digambarkan sebagai berikut:

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB III METODE PENELITIAN. O1 X 0 O k : Observasi awal/pretest sebanyak 3 kali dalam 3minggu berturut-turut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Saluran Air Tertutup Sebagai Faktor Penekan Populasi Tikus di Daerah Bekas Fokus Pes Cangkringan Sleman Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

PENGARUH PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif quasi

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

Unnes Journal of Public Health

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT Chikungunya DI KOTA PADANG. Mahaza, Awaluddin,Magzaiben Zainir (Poltekkes Kemenkes Padang )

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI PENTAVALEN LANJUTAN PADA BATITA DI KELURAHAN KEPRABON SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS GOGAGOMAN KOTA KOTAMOBAGU.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana S-1 Program Studi Kesehatan Masyarakat.

THE PRESENCE OF TRASH HEAP AS A RISK FACTORS FOR INCIDENCE OF LEPTOSPIROSIS IN YOGYAKARTA CITY

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah

SUMMARY HASNI YUNUS

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG SKISTOSOMIASIS DI KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH TAHUN 2015

Unnes Journal of Public Health

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

HUBUNGAN ANTARA SANITASI RUMAH WARGA DENGAN JUMLAH TIKUS DAN KEPADATAN PINJAL DI DESA SELO KECAMATAN SELO BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimental dengan

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. karena kebiasaan tikus yang suka mengerat benda-benda disekitarnya,

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK DI JANTURAN MLATI SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

JENIS UPAYA, SARANA PRASARANA, DAN KETERLIBATAN INSTANSI DALAM PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO LEPTOSPIROSIS DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh

Efektifitas Pemberdayaan Kelompok Ibu Rumah Tangga Dalam Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

GAMBARAN FAKTOR KEBERHASILAN KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG DALAM PROGRAM KAWASAN BEBAS JENTIK

Fajarina Lathu INTISARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT POSYANDU TERHADAP SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI DUSUN NGANGKRIK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

PEMETAAN KEBERADAAN TIKUS DAN KONDISI LINGKUNGAN SEBAGAI POTENSI PENULARAN LEPTOSPIROSIS DI RW 08 KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini

Unnes Journal of Public Health

Journal of Health Education

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS ILIR TALO SELUMA. Susi Eryani

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

O1 (X) O2. BAB lll METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental design:

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN TINGKAT ENDEMISITAS DBD DI KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu)

Transkripsi:

KEMAS 8 (1) (2012) 94-98 Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas PARTISIPASI IBU DALAM PEMASANGAN LIVE TRAP TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN TIKUS DAN PINJAL Emy Rahmawati Apotik Graha Mukti 1, Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Maret 2012 Disetujui April 2012 Dipublikasikan Juli 2012 Keywords: Bubonic plague; Trappping; Trapping success rate. Abstrak Penyakit pes disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis yang dibawa oleh pinjal sebagai vector dan tikus sebagai reservoir. Pencegahan pes dilakukan melalui survailens pada daerah fokus dengan menangkap tikus menggunakan live trap. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui partisipasi Ibu dalam penangkapan tikus menggunakan live trap jumlah pinjal penyisiran tikus di Desa Sukabumi Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen, menggunkan metode survei rancangan posttest only control group. Populasi dalam penelitian ini warga Desa Sukabumi Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Tahun 2011. Sampel berjumlah 64 responden, yang terdiri dari 32 sampel eksperimen dan 32 sampel pembanding. Instrumen yang digunakan adalah tabel hasil penangkapan tikus, pinjal dan live trap (alat jebak tikus hidup). Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (menggunakan uji Wilxocon dengan α = 0,05). Simpulan penelitian ini ada beda jumlah tikus yang tertangkap (p = 0,029), dan tidak ada beda jumlah pinjal yang tertangkap (p = 0,617) melalui partisipasi ibu dalam memasang live trap. Mother s Participation in The Use of the Live Trap to the Number of Mice and Fleas Abstract Bubonic plague is caused by Yersinia pestis bacterial infection carried by fleas as vectors and rodents as reservoirs. Prevention of plague through survailens on an area of focus by using a live trap to catch mice. The purpose of the study was to determine Mother s participation in the capture of mice using a live trap in Sukabumi Cepogo Boyolali. This research is a quasi experimental study, use the survey method posttest only control group design. The population in this study Cepogo Boyolali residents Sukabumi 2012. The sample amounted to 64 respondents. The instrument used is a table of the results of catching mice, fleas and live trap. Data analysis was performed by univariate and bivariate (using Wilxocon test with α = 0.05). The conclusion of this study was different from the number of mice caught (p = 0.029), and no different from the number of fleas caught (p = 0.617) and Mother s participation. 2012 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Graha Mukti Raya Kelurahan Tlegosari Kulon Semarang Email: syyi_ta@ymail.com ISSN 1858-1196

Pendahuluan Penyakit pes merupakan penyakit yang menular dan dapat mengakibatkan kematian (Marisa, 20017). Tikus merupakan reservoir dan pinjal merupakan vector penularnya, sehingga penularan ke manusia dapat terjadi melalui gigitan pinjal atau kontak langsung dengan tikus yang terinfeksi bakteri Yersinia pestis (Jawetz, 2005). Pemerintah Indonesia dan dunia sepakat untuk memasukkan penyakit pes sebagai penyakit karantina dan penyakit re-emergensi disease. Penyakit re-emergensi disease yaitu penyakit yang sewaktu-waktu menular dan menimbulkan kejadian luar biasa. Indikator Kejadian Luar Biasa (KLB) pes yaitu apabila terjadi peningkatan empat kali lipat pemerikasaan spesimen secara serokonversi, Flea Indek (FI) umum lebih besar atau sama dengan 2 dan Flea Indek (FI) khusus lebih besar atau sama dengan 1, ditemukan bakteri Yersenia pestis dari pinjal, tikus, tanah, sarang tikus, bahan organik lain, dan manusia hidup maupun mati. Untuk mengendalikan KLB pes ini, maka perlu dilakukan survailens pada daerah epizootic pes. Kegiatan survailens pes pada daerah epizootic pes bertujuan untuk mengendalikan penyakit pes, yaitu untuk mempertahankan kasusnya agar selalu nol, mencegah penularan dari daerah fokus ke daerah sekitar, memantau agar tidak terjadi relaps, dan mencegah masuknya pes dari luar negeri. Di Indonesia sendiri terdapat empat propinsi yang menjadi daerah pengawasan pes, yaitu di Ciwidey Kabupaten Bandung (Jawa Barat), Cangkringan Kabupaten Sleman (Yogyakarta), di Kecamatan Tutur, Tosari, Puspo, dan Pasrepan Kabupaten Pasuruan (Jawa Timur), dan di Kabupaten Boyolali di Kecamatan Selo dan Cepogo, (Jawa Tengah). Kecamatan Cepogo adalah salah satu daerah pengamatan pes yang jumlah tangkapan tikusnya masih sedikit. Jumlah tikus dan pinjal yang didapat pada tahun 2011 di Kecamatan Cepogo pada bulan maret sebanyak 17 tikus dengan 51 pinjal, pada bulan april sebanyak 40 tikus dengan 79 pinjal, dan pada bulan juni tertangkap 20 tikus dengan 57 pinjal. Sedikitnya jumlah tikus yang didapat dengan jumlah pinjal yang banyak menjadi- kan kewaspadaan terulangnya Kejadian Luar Biasa (KLB), maka perlu dilakukan pengendalian agar angka kejadian pes selalu nol dan tidak terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) pes. Pencegahan KLB pes dilakukan dengan memasang live trap setiap lima hari berturut-turut dalam satu bulan sesuai ketentuan pedoman penanggulangan pes pada daerah fokus. Dalam survailens ini partisipasi warga sangat dibutuhkan, dengan partisipasi ini masyarakat diharapkan mampu berperan aktif dalam kegiatan survailens. Partisipasi adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, maupun kesehatan lingkungan. Partisipasi masyarakat dalam keikutsertaan bertanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri sudah berhasil dibuktikan Sitti chodijah dkk (2011). Partisipasi masyarakat Angka Bebas Jentik (ABJ) di dua Kelurahan di Kota Palu meningkat dari ABJ 68% menjadi 89% dengan Countener Indek (CI) awal 20,81% menjadi 3,6%, House Indek (HI) awal 11% menjadi 32%, dan Bretau Indek (BI) awal 46 menjadi 1 di Kelurahan Palupi dan di Kelurahan Siranindi ABJ awal 78% menjadi 85% dengan CI awal 19,64% menjadi 8,4%, HI awal 22% menjadi 15%, dan BI awal 33 menjadi 21. Dari penelitian tersebut membuktikan tanggung jawab kesehatan adalah tanggung jawab bersama tidak hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan, tanpa adanya partisipasi masyarakat derajat kesehatan masyarakat tidak dapat ditingkatkan. Berdasarkan keberhasilan penelitian Sitti chodijah dkk, melalui partisipasi masyarakat diharapkan juga dapat meningkatkan jumlah tikus yang tertangkap. Dalam pemasangan alat trapping (live trap) Ibu merupakan anggota keluarga yang dianggap mengerti kondisi rumah, karena ibu yang biasa membersihkan rumah, sehingga mengetahui tanda keberadaan tikus (jejak tikus, kotoran tikus, jalan tikus, bekas gigitan tikus, dan bau khas tikus) dan dapat meletakkan trap sesuai tempatnya (Dwi S, 2008; Ikawati, 2010). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Partisipasi Ibu dalam Pemasangan Live Trapp Terhadap Jumlah Tangkapan Tikus dan Pinjal Di Desa Sukabumi Kecamatan 95

Cepogo Kabupaten Boyolali. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperiment), menggunakan metode survei rancangan (posttest only control group). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 KK yang terdiri dari 32 KK sampel kelompok eksperimen dan 32 KK sampel kelompok pembanding. Kriterian inklusi kelompok eksperimen dalam penelitian ini yaitu ibu yang bersedia memasang live trap, ibu yang dalam sehari-hari mengurus rumahnya sendiri tanpa menggunakan jasa pembantu, berada didaerah fokus pes. Kriteria ekslusi eksperimen yaitu responden yang tidak bersedia menjadi subyek penelitian. Sedangkan Kriteria inklusi kelompok pembanding yaitu berada di daerah fokus pes dan bersedia menjadi subjek penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah partisipasi Ibu dalam pemasangan live trap. Variabet terikat dalam penelitian ini adalah jumlah tangkapan tikus dan jumlah tangkapan pinjal hasil penyisiran tikus. Sedangkan variabel perancu dalam penelitian ini adalah kebersihan rumah dan pengetahuan. Untuk mengendalikan perancu ini dilakukan dengan mencari kondisi rumah warga kelompok eksperimen dan pembanding yang hampir sama, sehingga perancu dapat dikendalikan melalui pemilihan kondisi rumah yang sama antara kedua kelompok sesuai dengan kebiasaan yang mempengaruhi kehidupan tikus dan pinjal. Sedangkan pengetahuan dikendalikan dengan memberi penyuluhan sehingga pengetahuan Ibu dengan petugas pemasang live trap sama. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara pencuplikan multistage sampling. Pencuplikan multistage sampling dilakukan dengan mengacak semua RW yang ada di Desa Sukabumi dari 9 RW didapat 1 RW, kemudian dari 1 RW ini diacak lagi untuk mendapatkan 2 RT yang menjadi kelompok eksperimen dan kelompok pembanding. Prosedur penelitian meliputi tiga tahap, yaitu tahap pra penelitian, tahap penelitian dan tahap paska penelitian. Tahap pra penelitian meliputi: mempersiapkan materi penyuluhan untuk kelompok eksperimen, mempersiapkan live trap, mengukur kebersihan rumah kelompok eksperimen dan pembanding, dan mempersiapkan umpan tikus. Tahap penelitian pada kelompok eksperimen meliputi : penunjukan Ibu pemasang live trap, memberi intervensi cara memasang live trap, kemudian setelah mendapat intervensi keesokan harinya Ibu memasang live trap sesuai dengan hasil intervensi yaitu diletakkan pada jalur dan tanda keberadaan tikus, keesokan harinya peneliti mencatat jumlah tikus yang tertangkap, kemudian petugas menyisir pinjal yang ada pada tubuh tikus, dan peneliti mencatat jumlah pinjal yang tertangkap hasil penyisiran dari tubuh tikus. Tahap Penelitian pada kelompok pembanding meliputi : petugas pemasang live trap memasang live trap seperti biasa pada kelompok pembanding tanpa intervensi, live trap diambil keesokan harinya dan dihitung jumlah tikusnya, kemudian tikus yang tertangkap disisir untuk mengetahui jumlah pinjal yang ada pada tubuh tikus, dan peneliti mencatat jumlah pinjal yang tertangkap hasil penyisiran dari tubuh tikus. Tahap ketiga atau tahap akhir dari penelitian ini yaitu paska penelitian meliputi : analisis data untuk mendapatkan hasil dari proses pengambilan data yang telah dilakukan. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan pada seluruh variabel dan hasil pengukuran kondisi keadaan rumah responden pada kelompok eksperimen dan kelompok pembanding. Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui beda jumlah tikus dan jumlah pinjal hasil penyisiran tubuh tikus dengan partisipasi masyarakat. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dilakukan uji altrenatif dari uji t- berpasangan yaitu uji wilcoxon dengan nilai α=0,05. Pada penelitian ini digunakan uji alternative dari uji t-berpasangan karena data yang diperoleh tidak terdistribusi secara normal, sehingga dilakukan uji alternative wilcoxon. Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data terdistribusi secara normal apa tidak, dengan menggunakan uji sphapiro-wilk. Uji normalitas data pada kelompok eksperimen dan pembanding yang mendapat tikus sebesar p=0,000 (<α 0,05), sehingga 96

data tidak terdistribusi secara normal. Nilai pada kelompok eksperimen dan pembanding yang tidak mendapat tikus sebesar p=0,001 (<α 0,05), sehingga data pada kelompok eksperimen dan pembanding yang tidak mendapat tikus juga tidak terdistribusi secara normal. Pada kelompok eksperimen dan pembanding yang mendapat pinjal dapat diketahui sebesar p=0,000 (<α 0,05), sehingga data tidak terdistribusi secara normal. Nilai pada kelompok eksperimen dan pembanding yang tidak mendapat pinjal sebesar p=0,000 (<α 0,05), sehingga kelompok eksperimen dan pembanding juga tidak terdistribusi secara normal. Dari hasil analisis normalitas semua data tidak terdistribusi normal, maka digumakan uji alternatif dari uji t-berpasangam yaitu uji Wilxocon. Hasil uji wilcoxon dari data penelitian tentang partisipasi Ibu dalam pemasangan live trap terhadap jumlah tangkapan tikus, menunjukan ada beda partisipasi Ibu dalam pemasangan live trap terhadap jumlah tangkapan tikus di Desa Sukabumi Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Hasil ini didasarkan pada uji Wilcoxon yang menunjukkan nilai p value 0,03 lebih kecil dari 0,05. Nilai tangkapan kelompok pembanding lebih besar kelompok eksperimen 40,6%, nilai tangkapan kelompok pembanding lebih rendah dari kelompok eksperimen 12,5% dan nilai tangkapan kelompok pembanding sama dengan kelomok eksperimen 46,9% yang menunjukan partisipasi meningkatkan jumlah tangkapan tikus. Melalui partisipasi Ibu, menjadikan ibu tahu bagaimana cara memasang live trap yang sesuai pada jalur keberadaan tikus, sehingga ibu mengetahui bagaimana cara menjaga keluarganya dari bahaya penyakit akibat tikus. Dengan meningkatnya pengetahuan ibu menjadikan mereka berlomba-lomba menangkap tikus agar rumahnya bersih dari tikus. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa determinan perilaku atau tindakan seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur-unsur lain yang ada dalam individu), faktor pendukung (tersedianya sarana kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya) dan faktor pendorong (pengaruh keluarga, teman, panutan, pelaksana kesehatan dan pembuat keputusan). Peningkatan jumlah tikus melalui partisipasi ibu juga sesuai dengan pedoman Sub Direktorat Zoonosis, bahwa target populasi yang efektif untuk melakukan pencegahan penyakit pes antara lain: anak-anak sekolah mulai dari SD, SMP, dan SMA, bapak atau ibu guru, dan ibu rumah tangga. Hasil uji wilcoxon dari data penelitian tentang partisipasi Ibu dalam pemasangan live trap terhadap jumlah tangkapan pinjal yang ada pada tubuh tikus menunjukan tidak ada beda partisipasi Ibu dalam pemasangan live trap terhadap jumlah tangkapan pinjal yang ada pada tubuh tikus di Desa Sukabumi Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Hasil ini didasarkan pada uji Wilcoxon yang menunjukkan nilai p value 0,617 lebih besar dari 0,05. Nilai tangkapan kelompok pembanding lebih besar kelompok eksperimen 28,1%, nilai tangkapan kelompok pembanding lebih rendah dari kelompok eksperimen 21,9% dan nilai tangkapan kelompok pembanding sama dengan kelomok eksperimen 50% yang menunjukan partisipasi belum bisa meningkatkan jumlah tangkapan pinjal yang ada pada tubuh tikus. Pertisipasi ibu dalam penelitian ini belum bisa meningkatkan jumlah pinjal yang tertangkap. Keadaan ini dimungkinkan karena dua hal, yaitu karena proses penyisiran tikus harus menunggu petugas laboratorium, kemudian baru dibawa ke laboratorium puskesmas untuk dilakukan penyisiran. Faktor yang kedua dimungkinkan pinjal berpindah ke vektor lain saat didalam live trap, karena pinjal mendeteksi adanya cahaya. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan bahwa pinjal menghindari cahaya (fototaksis negatif). Penutup Berdasarkan hasil penelitian tentang partisispasi Ibu dalam pemasangan live trap terhadap jumlah tangkapan pinjal hasil penyisiran tubuh tikus dapat disimpulkan bahwa partisipasi Ibu ini belum bisa meningkatkan jumlah tangkapan pinjal yang ada pada tubuh tikus, hal ini disebabkan proses penyisiran tikus yang harus menggunakan alat laboratorium, sehingga tidak bisa langsung disisir ditempat. Faktor yang kedua dimungkinkan pinjal berpindah ke vektor lain saat didalam live trap, karena pinjal mendeteksi adanya cahaya. Walaupun pmili- 97

han partisipasi ibu sudah dengan pertimbangan bahwa ibu merupakan anngota keluarga yang dianggap mengerti kondisi ruma, sehingga mengetahui tanda keberadaan tikus dan dapat meletakan trap sesuai tempatnya. Daftar Pustaka Dwi Sarwani. 2008. Hubungan Keberadaan Tikus di Dalam dan Disekitar Rumah dengan Kejadian Leptospirosis Berat. Jurnal KEMAS, 4 (1): 7-13 Sitti Chodijah dkk, 2011. Peningkatan Peranserta Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Dbd (Psn-Dbd) Di Dua Kelurahan Di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Ejournal Litbang Depkes 21(4) Sub Direktorat Zoonosis. 2000. Pedoman Penanggulangan Pes di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Ikawati Bina, Nurjazuli. 2010. Analisis Karakteristik Lingkunagn Pada Kejadian Leptospirosis di Kabupaten Demak Jawa Tengah Tahun 2009. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 9(1): 33-40 Jawetz, Melnick dan Adelbergs. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika Marisa, Dolhnikoff. 2007. Pathology and Pathophysiology of Pulmonary Manifestations In Leptospirosis. The Brazilian Journal of Infectious Disease, 11(1): 142-148 98