BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. antara manusia yang satu dengan yang lainnya. perkembangan yang terjadi pada remaja laki-laki meliputi tumbuhnya rambut,kulit

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. beralamatkan di Jalan L. A. Sucipto Gang Pesantren II/3 Blimbing Malang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PUBERTAS

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PADA PERUBAHAN FISIK PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP N 4 BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI (SELF-ACCEPTANCE) SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir ke dunia akan mengalami pertumbuhan dan. perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 24 tahun (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

PSIKOLOGI REMAJA PRODI KEBIDANAN F.KEDOKTERAN UB. Oleh. Estalita Kelly

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

KESIAPAN PESERTA DIDIK MENGHADAPI MASA PUBERTAS DAN LAYANAN BK DI KELAS VII SMP NEGERI 31 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun), dan fase remaja akhir (usia 18 tahun sampai 21 tahun) (Monks,

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1. All About Remaja

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. anak berkebutuhan khusus sebagai bagian dari masyarakat perlu memahami

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

Perkembangan Sepanjang Hayat

Atas partisipasi dan kesediaan saudara/i sekalian untuk menjadi responden, peneliti mengucapkan terimakasih.

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alatalat

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB II LANDASAN TEORI

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Menurut Monks

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. Pengertian Pertumbuhan Fisik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan manusia terbagi menjadi beberapa fase selama rentang kehidupan. Beberapa fase tersebut diantaranya fase bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa. Setiap fase memiliki keunikan dan tingkat perkembangan tersendiri. Pada usia kanak-kanak, salah satu perkembangan yang sangat terlihat adalah pertumbuhan fisik yang cepat dan berlangsung hingga fase remaja awal. Fase transisi antara fase anak-anak dan remaja ini juga sering disebut sebagai masa pubertas yang terjadi pada individu. Masa puber secara umum diawali pada usia 09 tahun hingga usia 16 tahun, yaitu suatu tahap dalam perkembangan ketika terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi, saat kriteria kematangan seksual muncul dan ciri-ciri seks sekunder terus berkembang dan sel-sel diproduksi dalam organ-organ seks (Hurlock, 1978. hlm. 191). Perubahan yang terjadi pada masa pubertas berlangsung selama kurang lebih tiga sampai empat tahun. Kira-kira setengah dari masa ini masih tumpang tindih antara masa kanak-kanak dan masa remaja. Pada umumnya pubertas dialami oleh anak-anak yang memasuki fase usia awal remaja, oleh karena itu pubertas pada anak perempuan berkisar antara usia 9-16 tahun dan anak laki-laki pada usia 13-15 tahun. Selama masa puber ini, seluruh tubuh mengalami perubahan, baik di bagian luar maupun di bagian dalam tubuh, baik dalam struktur tubuh maupun dalam fungsinya. Menurut penelitian, perempuan pada usia 7 tahun mengalami perkembangan payudara sebanyak 10,4% pada gadis berkulit putih, 23,4% orang kulit hitam dan 14,9% anak perempuan Hispanik (Ellyzar, 2010). Penelitian lain menunjukkan sekitar 30% siswa-siswi kelas empat sekolah dasar telah mengalami menstruasi dan mimpi basah. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2005 terhadap 1.674 orang peserta didik SD se-jabodetabek yang terdiri dari 897 peserta didik perempuan dan 777 peserta didik laki-laki menunjukkan tiga dari 10 siswi kelas empat SD atau 30% telah mengalami

2 menstruasi. Angka ini terus meningkat di kelas lima SD yang mencapai 48% dan kelas enam SD sebanyak 59%. Sementara untuk peserta didik laki-laki di kelas empat sebanyak 38% telah mengalami mimpi basah, kelas lima sebanyak 47% dan kelas enam sebanyak 52% (Risman, 2005). Berbagai perubahan fisik yang terjadi secara signifikan pada anak yang mulai mengalami pubertas atau masa remaja awal. Beberapa contoh perubahan tersebut adalah pada perempuan bentuk panggul yang mulai membesar, mulai terjadi siklus menstruasi, perubahan payudara, dan produksi keringat yang semakin banyak. Pada laki-laki terjadi perubahan yaitu mulai membesarnya testis, produksi keringat yang lebih banyak dan mulai berubahnya suara. Karena bebagai perubahan tersebut anak seringkali menemukan ketidakpuasan di dalam dirinya. Sebagai contoh, anak perempuan merasa tidak puas dengan penampilan fisiknya yang membuat ia merasa malu karena pakaian yang sering dipakai menjadi sempit. Sakit perut ketika menstruasi juga dirasakan oleh anak perempuan sehingga membuat anak tidak bisa mengikuti pembelajaran di sekolah dan pekerjaan rumah juga tidak dapat diselesaikan dengan baik. Beberapa perubahan fisik tersebut belum tentu dapat mereka terima begitu saja. Perlu adanya penyesuaian dan pemahaman terkait dengan perubahan yang dialami oleh anak. Selain itu, anak juga tidak mengalami masa pubertas secara serempak. Anakanak yang mengalami proses perubahan bentuk tubuh lebih awal dibandingkan dengan teman sebayanya dari jenis kelamin yang sama, disebut sebagai anak-anak yang lebih awal matang dan yang lambat dinamakan lambat matang (Hurlock, 1978. hlm. 125). Ketidakseragaman ini membuat anak semakin merasa berbeda dengan teman-teman disekitarnya. Karakteristik lain yang muncul pada anak puber atau anak yang berada pada masa remaja awal antara lain merasa diri sudah dewasa sehingga anak sering membantah atau menentang, emosi tidak stabil sehingga anak puber cenderung merasa sedih, marah, gelisah, khawatir, mengatur dirinya sendiri sehingga terkesan egois, dan sangat mengutamakan kepentingan kelompok atau gank sehingga mudah terpengaruh oleh teman sekelompoknya. Anak mudah terpengaruh oleh lingkungan dan budaya baru yang sering bertentangan dengan norma masyarakat, serta memiliki rasa keingintahuan yang

besar pada hal-hal baru yang mengakibatkan perilaku coba-coba tanpa didasari dengan informasi yang benar dan jelas. Perasaan malu sering dirasakan oleh anak perempuan kepada teman-teman dan orangtuanya pada saat mengalami menstruasi pertama. Anak laki-laki merasakan kulitnya berubah menjadi kasar, timbulnya jerawat membuat anak merasa malu, canggung dan tidak percaya diri terutama kepada anak perempuan. Keringat yang banyak membuat anak sering menjauh dari temannya karena merasa keringatnya menyebabkan bau badan. Rambut di kepala yang mudah berminyak membuat anak gatal-gatal dan tidak nyaman sehingga konsentrasi belajar menjadi terganggu. Kondisi anak yang mudah terpengaruh berhubungan erat dengan proses penerimaan diri terhadap perubahan yang dialaminya. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang membuat anak tidak dapat menerima diri. Penerimaan diri merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai anak pada fase remaja awal atau masa pubertas. Tugas perkembangan yang harus dikuasai anak pada masa pubertas menurut Hurlock (1993, hlm. 10) yaitu menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuh secara efektif. Perubahan fisik pada masa puber memengaruhi semua bagian tubuh, baik eksternal maupun internal, sehingga juga memengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja (Hurlock,1978. hlm. 189). Individu juga akan mengalami krisis di setiap tahap perkembangannya. Ketika anak tidak dapat menerima dirinya dengan positif untuk kemudian mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya, maka ia mengalami krisis yang tidak terselesaikan dengan baik. Erikson (Monks, 2001. hlm. 196) mengemukakan jika individu gagal menyelesaikan krisis dalam tahap perkembangannya, maka dapat menyebabkan masalah dalam diri termasuk di dalamnya krisis terkait penerimaan diri. Penerimaan diri penting dimiliki anak sebagai langkah awal agar anak dapat menyesuaikan diri dengan kondisinya sendiri maupun lingkungan di sekitarnya. Keadaan fisik dan psikologis yang dipengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan yang dialami remaja dapat berakibat negatif apabila indiviidu tidak mengetahui bagaimana cara menerima

dan mengelola kondisi tersebut. Akibatnya, tugas perkembangan yang seharusnya tercapai menjadi tidak dikuasai dengan baik. Individu yang mengalami krisis dan tidak dapat menerima diri dengan positif pada masa awal remajanya akan mengalami kesulitan pula dalam meraih prestasi serta mengembangkan potensi yang dimiliki. Penerimaan diri memengaruhi prestasi belajar karena jika peserta didik tidak dapat menerima dirinya ia akan cenderung menunjukkan perilaku-perilaku negatif yang dapat menghambat potensi untuk meraih prestasi. Perilaku yang ditunjukkan peserta didik yang tidak dapat menerima dirinya diantaranya rendah diri dan kurangnya kepercayaan diri untuk mengambil keputusan serta adanya perasaan takut untuk mengambil resiko dari setiap tantangan belajar yang dihadapi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fahrurrozi (2007) kepada mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2006 yang diterima melalui jalur SPMB yang berjumlah 109 orang menunjukkan bahwa responden secara keseluruhan memiliki konsep diri positif dan pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Simpulan ini dihasilkan dengan dimilikinya citra diri, penerimaan diri, dan harga diri yang tinggi, serta nilai kognitif dan afektif yang tinggi. Penerimaan diri positif mencerminkan persepsi positif mahasiswa terhadap pemahaman diri, harapan-harapan diri, kebebasan secara sosisal, dan perilaku sosial yang menyenangkan. Dengan demikian, diketahui bahwa penerimaan diri memiliki korelasi positif dengan prestasi belajar individu. Pendapat lain yang menunjukkan korelasi antara penerimaan diri dengan prestasi individu diungkapkan oleh Tan (1984) dalam Eriany (1987) yang mengatakan bahwa keberhasilan dan kegagalan anak di sekolah sering ditentukan oleh rasa percaya diri dan penghargaan mereka terhadap diri sendiri. Selain itu, Hurlock (1978) mengungkapkan bahwa prestasi yang jelek dapat berasal dari sikap yang tidak menyenangkan terhadap dirinya. Penerimaan diri (self acceptance) merupakan sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri dan pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan diri (Chaplin,2004; Rostini,2010). Individu yang mampu menerima dirinya akan mampu melakukan evalusi diri

positif dengan menunjukkan rasa nyaman, peduli dan sadar akan karakteristiknya. Penerimaan diri penting karena tidak hanya berperan pada aspek diri sendiri akan tetapi juga dalam interaksi atau hubungan dengan orang lain (Flett, G.,Ricard & Hewiit, 2003; Mancinnes, 2006; Wiryo, 2012). Penerimaan diri juga merupakan salah satu kompetensi kemandirian peserta didik yang harus dikuasai menurut ABKIN (2008, hlm. 253). Dimulai dengan tahap pengenalan yaitu mengenal kemampuan dan keinginan diri. Tahap akomodasi yaitu menerima keadaan diri secara positif dan tahap tindakan dengan menampilkan perilaku yang merefleksikan keragaman diri dalam lingkungannya. Selain itu, penerimaan diri juga termasuk dalam sebelas tugas perkembangan remaja yaitu menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif yang juga dapat memengaruhi tugas perkembangan yang lainnya. Penerimaan diri individu tidak hanya dipengaruhi oleh diri sendiri yang menghasilkan pandangan-pandangan tentang diri. Lingkungan dan orang-orang sekitar individu juga dapat memengaruhi penerimaan diri individu terutama remaja. Hal ini dikarenakan sifat remaja yang sangat memperhatikan pendapat orang lain dan mudah terpengaruh. Faktor lain yang juga memengaruhi penerimaan diri adalah prestasi remaja baik dalam hal akademik maupun non akademik. Sebagai contoh, remaja dengan prestasi yang baik akan mendapat pujian serta respon positif yang lebih banyak dari lingkungan sehingga persepsi mereka terhadap kondisi diri akan lebih positif. Sebaliknya, remaja yang jarang atau bahkan tidak pernah mendapatkan prestasi cenderung memandang dirinya negatif sehingga tidak dapat menerima diri dengan positif. Hasil studi pendahuluan di SMA Laboratorium UM Malang menggunakan expressed acceptance of self and otherscale secara acak terhadap 40 peserta didik menunjukkan data 17 peserta didik atau 42,5% peserta didik terkatagori penerimaan diri rendah 10 peserta didik atau 25% peserta didik terkategori sedang dan 13 peserta didik atau 32,5% peserta didik terkatagori tinggi (Wiryo, 2012). Studi lain yang dilakukan Nadya (2013) terhadap 143 orang peserta didik kelas X SMA Pasundan 2 Bandung secara umum menunjukkan penerimaan diri fisik peserta didik berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 120 orang (83,91%) dan

23 orang (16,09%) berada pada kategori sedang. Artinya, peserta didik pada kategori tinggi telah mencapai tingkat penerimaan diri fisik yang optimal pada setiap aspeknya, yaitu kemampuan yang terampil akan menerima diri secara fisik yang diwujudkan dalam memiliki perasaan sederajat, percaya akan kemampuan diri, bertanggungjawab, mempunyai orientasi keluar diri, berpendirian, menyadari keterbatasan dan mampu menerima sifat kemanusiaan. Hasil analisis berdasarkan inventori tugas perkembangan yang disebar di Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran 2014/2015 menunjukkan peserta didik berada pada kategori rendah dalam aspek penerimaan diri dan pengembangannya. Ini berarti peserta didik cenderung memiliki hambatan dalam penerimaan diri. Selain itu, berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru bimbingan dan konseling SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi, perubahan yang terjadi karena mulai memasuki masa remaja telah terjadi pada peserta didik yang berada di Kelas VI walaupun belum dialami oleh semua peserta didik. Perubahan fisik dan psikologis pada awal masa remaja ini juga tidak hanya dialami oleh peserta didik perempuan namun juga peserta didik laki-laki. Respon peserta didik perempuan dan peserta didik laki-laki terhadap masa transisi yang dialami ini cenderung beragam. Sebagian peserta didik ada yang berani mengungkapkan perubahan-perubahan fisik yang dialami, namun ada juga yang tidak bersedia mengungkapkannya. Keengganan peserta didik menceritakan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya menjadi salah satu aspek yang perlu diketahui guru bimbingan dan konseling ataupun guru kelas agar dapat memberikan bimbingan yang tepat dan berimbang bagi perkembangan peserta didik. Guru bimbingan dan konseling juga tidak hanya melakukan layanan ketika sebuah masalah muncul pada peserta didik, keterampilan proaktif dibutuhkan agar bimbingan kepada individu dapat lebih optimal dan menjadi upaya pencegahan bukan hanya upaya perbaikan. Masa transisi antara kanak-kanak dan remaja merupakan suatu periode perkembangan yang sering dikaitkan dengan hubungan sosial karena mereka mulai melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Hal tersebut dapat terganggu ketika anak belum dapat menerima keadaan dirinya yang mengalami

perubahan baik fisik maupun psikologis yang diakibatkan oleh dimulainya masa pubertas pada anak. Permasalahan lain terkait perubahan-perubahan yang terjadi pada masa awal pubertas bagi anak juga terjadi dan dapat berakibat pada tumbuh kembang anak yang kurang optimal. Tumbuh kembang anak yang kurang optimal tentu tidak diharapkan. Guna menghindari hal-hal yang mengarah negatif, maka pemahaman terkait permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masa pubertas sangat diperlukan. Pengetahuan terkait permasalahan-permasalahan ini juga dapat membantu konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah ketika melakukan bimbingan kepada peserta didik. Hal ini karena salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi pemahaman yaitu membantu peserta diidk agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya. Berdasarkan pemahaman ini pesrta didik diharapkan dapat mengembangkan potensi diri secara optimal dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap profil penerimaan diri peserta didik saat memasuki masa remaja awal di sekolah dasar guna menggali permasalahan-permasalahan yang terjadi pada periode perkembangan tersebut serta hubungannya dengan capaian prestasi belajar. Upaya ini merupakan awal untuk menemukan metode terbaik bagi pengembangan potensi peserta didik yang mengalami awal pubertas dan implikasinya bagi bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan judul Profil Penerimaan Diri Remaja Awal Berdasarkan Jenis Kelamin dan Korelasinya dengan Capaian Prestasi Belajar serta Implikasinya Bagi Bimbingan dan Konseling. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Masa kanak-kanak merupakan suatu periode perkembangan yang sering dikaitkan dengan hubungan sosial karena mereka mulai melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Hal tersebut dapat terganggu ketika anak belum dapat menerima keadaan dirinya yang mengalami perubahan baik fisik maupun

psikologis yang diakibatkan oleh dimulainya masa pubertas pada anak. Permasalahan lain terkait perubahan-perubahan yang terjadi pada masa awal pubertas bagi anak juga dapat berakibat pada tumbuh kembang anak yang kurang optimal. Oleh karena itu, pemahaman terhadap penerimaan diri peserta didik yang mengalami pubertas di sekolah dasar menjadi salah satu upaya mencegah permasalahan yang dapat berdampak negatif bagi peserta didik yang mengalami pubertas. Berdasarkan identifikasi di atas, pertanyaan umum sebagai arah perumusan masalahnya adalah Bagaimana Profil Penerimaan Diri (Self Acceptance) Peserta Didik Kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015? Pertanyaan umum tersebut kemudian diturunkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1.2.1 Bagaimana tingkat penerimaan diri peserta didk Kelas VI SD Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015? 1.2.2 Bagaimana profil penerimaan diri peserta didik Kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015? 1.2.3 Bagaimana rata-rata penerimaan diri peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan Kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015? 1.2.4 Bagaimana hubungan penerimaan diri peserta didik Kelas VI dengan capaian prestasi belajar yang dimiliki di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian adalah memperoleh gambaran empirik mengenai profil penerimaan diri peserta didik Kelas VI Sekolah Dasar. Adapun tujuan khusus penelitian adalah memperoleh data empirik tentang: 1.3.1 tingkat penerimaan diri peserta didik Kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015;

1.3.2 profil penerimaan diri peserta didik Kelas VI di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015; 1.3.3 perbedaan rata-rata penerimaan diri peserta didik Kelas VI berdasarkan jenis kelamin di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015; 1.3.4 hubungan penerimaan diri peserta didik Kelas VI dengan capaian prestasi belajar yang dimiliki di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bumi Siliwangi Tahun Ajaran 2014/2015; 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis hasil penelitian dapat memberikan gambaran dan menambah wawasan bimbingan dan konseling terhadap bimbingan di tingkat sekolah dasar yang diberikan kepada peserta didik. Secara khusus hasil penelitian dapat memberikan referensi layanan bimbingan konseling bagi peserta didik yang memasuki masa pubertas dan mengalami perubahan fisik maupun psikis agar mereka dapat menerima diri dengan positif dan pada akhirnya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan serta mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan minat yang dimiliki. 1.4.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Guru BK Guru BK dapat mengetahui dan memahami berbagai permasalahan yang muncul pada peserta didik yang berada pada masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja di sekolah dasar dan dapat menyusun metode atau strategi bimbingan yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Terutama permasalahan yang terkait dengan penerimaan diri yang dapat berpengaruh terhadap penyesuaian sosial peserta didik juga peningkatan prestasi peserta didik. 2) Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk memperdalam pengetahuan terhadap kondisi beragam yang dialami oleh peserta didik di sekolah dan alternatif cara untuk menanganinya. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Penelitian ini ditulis dalam lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi. Bab II Kajian teori yang memaparkan konsep-konsep teori terkait variabel penelitian yang sedang dikaji yaitu penerimaan diri pada remaja awal dan prestasi belajar. Bab III Metode penelitian yang didalamnya menyampaikan informasi tentang metode penelitian yang digunakan, informasi terkait sampel, instrument penelitian yang digunakan dan prosedur penelitian. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang menguraikan tentang pengolahan data, serta pembahasan yang menjelaskan hasil dari pengolahan data tersebut. Bab V merupakan Penutup yang terdiri dari kesimpulan, keterbatasan penelitian dan rekomendasi.