PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK ARSITEKTURAL RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PALANGKA RAYA

KAJIAN PERMUKIMAN KEMBALI PENDUDUK TEPIAN SUNGAI KAHAYAN DI KOTA PALANGKA RAYA

POLA RUANG IBUKOTA KECAMATAN BANAMA TINGANG KABUPATEN PULANG PISAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

RIVERWALK SEBAGAI RUANG TERBUKA ALTERNATIF DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH KOTA PALANGKA RAYA

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

KONSEP PENATAAN KEMBALI RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH KOTA PALANGKA RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

STUDI TERHADAP POTENSI TEPIAN SUNGAI KAHAYAN MENJADI KAWASAN WISATA DI KOTA PALANGKA RAYA

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

BAB VI DATA DAN ANALISIS

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

PENGELOLAAN KAWASAN RUANG HIJAU DI DAS KAHAYAN KOTA PALANGKA RAYA

Kondisi Eksisting Lokasi Budidaya Tanaman Hias Kelurahan Srengseng

FAKTOR PENYEBAB PENGEMBANG MEMILIH LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR INTISARI

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

Kajian Perencanaan Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau pada Perumahan Kota Terpadu Mandiri di Bungku Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING. IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN 5.1. Karakteristik Fisik Lingkungan Perumahan Pahandut Seberang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Geografi merupakan pencitraan, pelukisan atau deskripsi tentang keadaan bumi.

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

6.1 Peruntukkan Kawasan

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ABSTRAK 1. PENDAHULUAN

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

BAB III TINJAUAN WILAYAH

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, GARIS SEMPADAN PAGAR, GARIS SEMPADAN SUNGAI, GARIS SEMPADAN PANTAI.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

STUDIO 3 PERENCANAAN & PENGEMBANGAN WILAYAH KELURAHAN GANDUS 1

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH Amiany, ST., MT 1 ; Elis Sri Rahayu, ST., MT 2 ; Rony Setya Siswadi, ST., M.Sc 3 Abstrak Ruang Terbuka Hijau (RTH) hadir sebagai sebuah kebutuhan utama bagi masyarakat perkotaan yang setiap harinya kehidupannya dipenuhi dengan aktivitas rutin. Namun ketersediaan RTH kota yang dirasakan kurang, menjadikan RTH sebagai sesuatu yang langka, padahal terdapat berbagai macam peraturan yang dibuat pemerintah perihal keberadaan RTH tersebut. Publik merupakan sekumpulan orang-orang tak terbatas siapa saja, dan space atau ruang merupakan suatu bentukan tiga dimensi yang terjadi akibat adanya unsur-unsur yang membatasinya (ching, 1992). Berdasarkan Keputusan Presiden No.32 tahun 1990, tentang pengelolaan kawasan lindung Bab I Pasal 1 ayat 7 menjelaskan bahwa tepian sungai seharusnya memiliki sempadan sungai yaitu kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan / kanal / saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Namun pada kenyataan yang ada saat ini di lokasi penelitian di tepian Sungai Kahayan (DAS) Kahayan ini justru ditutupi oleh permukiman penduduk tanpa adanya Ruang Terbuka Hijau seperti yang diharuskan dalam peraturan tersebut. Penelitian ini pada hakekatnya akan mengkaji lebih mendalam terhadap aspek fisik keberadaan Ruang Terbuka Hijau yang berada di sepanjang Sungai Kahayan tepatnya Flamboyan Bawah (dari arah belakang Aline Photo Studio hingga belakang Toko Swalayan Telaga Biru RT 01-RT 05/ RW VIII) karena ternyata hampir seluruh rumah dikawasan permukiman tepian sungai Kahayan khususnya Flamboyan bawah ini sudah tumbuh berkembang kawasan permukiman padat padahal sejak awalnya memang peruntukan tanah tepian sungai Kahayan merupakan jalur hijau. Kata Kunci : Pemanfaatan, Ruang terbuka hijau. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan kota pada hakekatnya disebabkan oleh pertambahan penduduk baik secara alamiah maupun migrasi serta perubahan dan perkembangan kegiatan usahanya yang disebabkan oleh perubahan pola sosial budaya dan sosial ekonomi penduduk tersebut sebagai masyarakat kota. Sejalan dengan pertambahan penduduk daerah perkotaan menurut Panudju (1999) mengakibatkan peningkatan kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan terutama kebutuhan perumahan. Krisis dari dalam berupa merosotnya kualitas lingkungan kota karena sarana dan prasarana yang tersedia semakin tidak memadai, dan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah tidak dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat yang selalu meningkat.pertumbuhan dan perkembangan kota yang demikian menyebabkan semakin tidak terkontrolnya permukiman baru yang menyebabkan perubahan terhadap sifat kota di kemudian hari. 1 Staff Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Palangka Raya 2 Staff Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Palangka Raya 3 Staff Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Palangka Raya ISSN 1907-8536 35

Volume 7 / No.2, Desember 2012 Sehingga, permukiman juga mengalami perubahan besar yang turut mempengaruhi tata guna dan pengelolaan lahan. Hal ini juga menyangkut tentang visualisasi dan tanggapan lingkungan terhadap kondisi daerah permukiman tersebut dalam hal ini adalah Kelurahan Pahandut. Oleh karena itu, perlu dipikirkan alternatif pemecahan masalah dalam hal ini perencanaan yang terpadu yang berkaitan dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH) baik berupa perumahan maupun kawasan permukiman penduduk.untuk itu segala daya dan upaya diarahkan terhadap pelaksanaan pembangunan Kota Palangka Raya pada umumnya dan perencanaan yang sistematis dan terencana secara baik khususnya terhadap Kelurahan Pahandut, agar dapat mewadahi pola aktivitas penduduk yang terus berkembang menjadi kota maju. Palangkaraya sebagai salah satu kota yang sedang berkembang ditandai dengan berbagai perkembangan fisik yakni lebih banyak ditentukan dengan sarana dan prasarana yang ada dan juga semakin meluasnya daerah yang digunakan sebagai permukiman. Pembangunan Kota Palangkaraya diawali dengan peletakkan tiang pertama pembangunan kota oleh Presiden RI pertama yaitu Ir. Soekarno pada tanggal 17 Juli 1957 di tepian Sungai Kahayan yang berdekatan dengan sebuah kampung yang disebut Kampung Pahandut. Di Desa Pahandut inilah masyarakat Dayak sebagai penduduk asli bermukim dan menggantungkan kehidupannya dengan Sungai Kahayan. Ketergantungan tersebut kemudian berlanjut seiring dengan perkembangan kota yang kemudian bukan hanya penduduk asli yang bermukim di tepian Sungai Kahayan namun banyak pendatang yang berasal dari luar kota Palangka Raya pun ikut bermukim di kawasan tepian Sungai Kahayan ini dan menjadikannya sebuah kawasan permukiman yang padat. Pengembangan kawasan baru di sekitar Kelurahan Pahandut terlihat dari semakin banyaknya dibangun bangunan-bangunan baru yang berfungsi sebagai pusat perdagangan, perkantoran maupun berfungsi sebagai kawasan permukiman. Dengan adanya permasalahan yang terjadi di kota besar termasuk Indonesia, maka permasalahan yang dihadapi pun menjadi semakin kompleks baik krisis dari dalam maupun krisis dari luar. Berdasarkan Keputusan Presiden No.32 tahun 1990, tentang pengelolaan kawasan lindung Bab I Pasal 1 ayat 7 menjelaskan bahwa tepian sungai seharusnya memiliki sempadan sungai yaitu kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan / kanal / saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai ¹). Sempadan sungai inilah yang seharusnya menjadi kawasan RTH yang melindungi dan menjaga kelestarian sungai namun pada kenyataannya telah menjadi kawasan permukiman dimana manusia dengan berbagai aktivitasnya secara langsung maupun tidak langsung telah merusak dan mengganggu kualitas air sungai dan menyebabkan berbagai masalah ekologi lainnya. Dan kriteria sempadan sungai berdasarkan Keputusan Presiden tersebut di atas pada Bab IV pasal 16 adalah : a. Sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman. b. Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter. Namun pada kenyataan yang ada saat ini di lokasi penelitian di tepian Sungai Kahayan (DAS) Kahayan ini justru ditutupi oleh permukiman penduduk tanpa adanya Ruang Terbuka Hijau seperti yang diharuskan dalam peraturan tersebut. Pembagian jenis-jenis RTH yang ada sesuai dengan tipologi RTH sebagaimana Gambar 1. berikut: 36 ISSN 1907-8536

Gambar 1. Tipologi RTH Sumber: www.scribd.com Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan. Dari segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat. Pembagian jenisjenis RTH publik dan RTH privat adalah sebagaimana tabel 1.2 berikut. Tabel 1. Kepemilikan RTH Sumber:www.scribd.com ISSN 1907-8536 37

Volume 7 / No.2, Desember 2012 Baik RTH publik maupun privat memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi ekologis serta fungsi tambahan, yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika/arsitektural. Khusus untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat istirahat, sarana olahraga dan atau area bermain, maka RTH ini harus memiliki aksesibilitas yang baik untuk semua orang, termasuk aksesibilitas bagi penyandang cacat. Karakteristik RTH disesuaikan dengan tipologi kawasannya. Berikut ini tabel arahan karakteristik RTH di perkotaan untuk berbagai tipologi kawasan perkotaan: Tabel 2. Fungsi Dan Penerapan RTH Tipologi Kawasan Perkotaan Sumber:www.scribd.com Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dijabarkan di atas maka tujuan penelitian di wilayah studi yaitu mengkaji pemanfaatan ruang terbuka hijau di Kawasan Flamboyan Bawah.. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian secara kualitatif. Dalam penelitian ini pada hakekatnya dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang ketika penelitian berlangsung dan menyajikan dalam bentuk data-data yang bisa di analisa dengan kajian diskripsi. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian sangat dibutuhkan dalam membatasi penelitian yang terkait dengan permasalahan yang diangkat. Ruang lingkup penelitian ini meliputi ruang lingkup lokasi dan ruang lingkup materi yaitu: Ruang lingkup Lokasi adalah meliputi kawasan permukiman Flamboyan bawah di Kota Palangka Raya. batasan materi dalam penelitian ini pada dasarnya untuk mengkaji dari pemanfaatan ruang terbuka hijau yang berlokasi di Kawasan Flamboyan Bawah. Materi yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah mengidentikasi dari fungsi Ruang terbuka Hijau secara ekologis, sosial budaya, arsitektur dan ekonomi dalam kaitanya dengan pemanfaatan ruang terbuka hijau di lokasi penelitian. 38 ISSN 1907-8536

HASIL DAN PEMBAHASAN Fungsi Kawasan Penelitian Fungsi kawasan penelitian yang awalnya merupakan kawasan terbuka hijau kota sejak dahulu memang dimulai dari adanya bangunan individu saja. Dalam perjalanannya. Bangunan individu ini kemudian disewakan dan disinilah mulai timbul permasalahan. Karena ketertarikan masyarakat pada daerah kawasan strategis ini. Existing Fakta Teori Sintesa Analisa Ruang Terbuka Hijau Publik - Memiliki lokasi ruang terbuka hijau - Terdapat tempat tanaman bertumbuh - Area memanjang /jalur dan/atau mengelompok - Penggunaannya lebih bersifat terbuka - Diperlukan taman, tanaman-tanaman hias seperti palm dan lainlain Analisa RTH Jalur Hijau Jalan - Ruang terbuka hijau terdapat pada sisi jalannya - Dapat merencanakan ruang terbuka hijau untuk jalur hijau jalan - RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20 30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan - Diperlukan tanaman sebagai pembatas jalur hijau jalan. - Menambahkan penerangan/lampu jalan - Menambahkan vegetasi Analisa Kenyamanan Ruang Terbuka Hijau a. Tempat Duduk - Tidak terdapat tempat duduk satupun di lokasi penelitian - Ada banyak ruang kosong yang dapat dijadikan tempat untuk membuat tempat duduk - Harus mempunyai tempat duduk untuk tempat beristirahat sejenak/ bersantai. - Perlunya tempat untuk duduk memberikan kenyamanan kepada masyarakat yang berkunjung ke tempat tersebut. ISSN 1907-8536 39

Volume 7 / No.2, Desember 2012 b. Jalan - Jalan menuju lokasi site sudah tersedia dan dapat dilalui oleh mobil - Tidak adanya pemisah jalur pejalan kaki dan pengguna kendaraan bermotor - Terdapat pemisah jalur pejalan kaki dan pengguna pengendaraan bermotor - Perlu dibuatkan pemisah jalan pejalan kaki dan pengguna kendaraan bermotor - Pengerasan jalan diperlukan agar pengguna jalan merasa nyaman melaluinya c. Penerangan - Sudah tersedianya jalur listrik menuju lokasi yang akan dijadikan taman - Belum adanya penerangan di sekitar lokasi site - Mempunyai lampu penerangan pada malam hari - Taman harus memiliki penerangan - Perlu dibuat penerangan jalan untuk menuju lokasi yang akan dijadikan taman - Penerangan pada setiap jalan yang dilalui Analisa Utilitas Ruang Terbuka Hijau A. Listrik - Sudah tersedianya jalur listrik menuju lokasi yang akan dijadikan taman - Terdapat jalur listrik yang menjadi sumber penerangan - Perlu dibuat penerangan jalan untuk menuju lokasi yang akan dijadikan taman 40 ISSN 1907-8536

B. Tempat Pembuangan Sampah - Tidak adanya tempat penampungan sampah - Memiliki tempat untuk membuang sampah - Memiliki tempat sampah yang berdasarkan jenis sampahnya. - Diperlukan tempat untuk membuang sampah, sesuai dengan sampahnya seperti sampah organik, sampah plasti, sampah metal Analisa Vegetasi Ruang Terbuka Hijau - Tidak adanya vegetasi dilokasi penelitian. - Menggunakan vegetasi sebagai tempat peneduh taman. - Menggunakan vegetasi bakau ( tanaman mangrove) - Mengunakan pohon rindang sebagai peneduh di RTH. KESIMPULAN Berdasarkan uraian-uraian di depan maka hasil penelitian dan penulisan laporan seminar ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : Tepian Sungai Kahayan pada awal sebelum berdirinya Kota Palangkaraya adalah sebuah kawasan hutan yang secara ekologi berfungsi sebagai daerah perlindungan bagi Sungai tersebut dan juga lingkungan sekitarnya. Namun dalam perkembangannya kawasan tepian Sungai Kahayan yang dijadikan sebagai objek penelitian yaitu dimulai dari Dermaga Pemda hingga Pelabuhan Rambang, dialih fungsikan oleh warga sekitar menjadi areal permukiman tepian Sungai. Sehingga perlu dilakukan suatu upaya untuk mengembalikan kawasan tersebut menjadi Ruang Terbuka Hijau kembali sesuai dengan UU No. 18/1999 tentang Pemerintah Daerah. Memanfaatkan potensi yang ada dikawasan flamboyan dan setelah melalui proses analisa yang panjang maka sudah saatnya keberadaan ruang terbuka hijau dikembangkan di sekitar ISSN 1907-8536 41

Volume 7 / No.2, Desember 2012 kawasan ini. Karena dengan adanya ruang terbuka hijau di tepian Sungai Kahayan akan menciptakan sebuah kombinasi yang estetis selain itu keberadaannya nanti mampu memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan kota yang berkelanjutan. Strategi desain yang dapat digunakan meliputi : o Untuk kondisi jalan dilakukan pengerasan agar pengguna jalan atau pengguna kendaraan bermotor dapat melaluinya dengan nyaman. o Untuk kondisi eksisting tanah dan kondisi pasang surut dapat digunakan strategi dengan cara menimbun melebihi ketinggian pasang surut air sungai. o Untuk kondisi eksisting vegetasi, vegetasi yang ada dipertahankan dan ditambah dengan jenis yang sama dan untuk vegetasi yang tidak mampu bertahan digunakan media tanam dengan menggunakan tanah humus. Dengan banyaknya permasalahan yang terjadi pada kawasan ini, kecenderungan akan semakin padat dan penuh nya kawasan Flamboyan Bawah ini akan terus berlanjut. Tidak adanya penindaklanjutan terhadap batasan- batasan mendirikan lahan yang semakin melebar kearah sungai maka perlu dilakukan upaya perlindungan kawasan setempat. DAFTAR PUSTAKA Budiharjo, Eko. 1994. Percikan Masalah Arsitektur Perumahan Perkotaan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE, Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, 2001, Jakarta. Daldjoeni, N. 1992. Seluk Beluk Masyarakat Kota, Alumni, Bandung. Heinz Frick. 1984. Rumah Sederhana Kebijakasan Perencanaan dan Kontruksi, Konisius, Yogyakarta. Haryadi,. Setiawan, B. 1995. Arsitektur Lingkungan dan Perilaku: Teori, Metodologi dan Aplikasi, Kerjasama Proyek Pengembangan Pusat Studi Lingkungan dengan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Herlianto, M. 1986. Urbanisasi dan Pembangunan Kota, Alumni, Bandung, 1986 Muhadjir, Noeng. 1992. Metodologi Penelitian Kualitatif : Telaah Positivistik, Raionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik, Rake Sarasin, Yogyakarta. Panudju, Bambang. 1999. Pengadaan Perumahan Kota dengan Peran Serta Masyarakat Berpenghasilian Rendah, Alumni, Bandung. Riwut, Tjilik, 1997, Kalimantan memanggil, Yogyakarta Sastra M, Suparno, Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, ANDI Yogyakarta, 2006 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II, 2001, Jakarta Wijanarka, 2008, Desain Tepi Sungai, Penerbit Ombak, Yogyakarta. Anonim. Makalah Lokakarya, Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan, Departemen PU. 42 ISSN 1907-8536

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya. 2008. Buku I Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Infrastruktur Kota Palangka Raya Tahun 2009-2013. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya : Palangka Raya. Tim Dosen Jurusan Arsitektur UNPAR. Juli 2006. Vol. Juli 2006. Jurusan Arsitektur UNPAR : Palangkaraya. -----------------------------------------------. Desember 2006. Vol. Desember 2006. Jurusan Arsitektur UNPAR : Palangkaraya. ISSN 1907-8536 43