BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

GUBERNUR JAWA TENGAH

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

GUBERNUR JAWA TENGAH

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

PENEMPATAN TENAGA KERJA

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

GUBERNUR JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

GUBERNUR JAWA TENGAH,

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

PEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH. TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah)

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN APBN TA Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, Oktober 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Pertumbuhan ekonomi juga sebagai sebuah proses peningkatan output dari waktu ke waktu menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014). Salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara tersebut dapat diukur dari perbedaan produk domestik bruto tahun sebelumnya. Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan rujukan bagi pembangunan daerah atau dapat dikatakan dalam perencanaan pembangunan daerah, yaitu konsep pembangunan ekonomi yang disusun atau direncanakan oleh pemerintah pusat dijabarkan dalam rencana pembangunan daerah. Pembangunan ekonomi di Indonesia mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan nasional. Meningkatnya pendapatan nasional diharapkan akan meningkatkan kesempatan kerja. Dengan kemajuan 1

2 pembangunan ekonomi yang telah dicapai oleh Indonesia, maka diharapkan akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususnya di Jawa Tengah. Dengan demikian, Hasil dari pelaksanaan pembangunan ekonomi selama ini mempunyai dampak yang besar yaitu terjadi perubahan sektoral. Perubahan sektoral adalah adanya perubahan dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Perubahan ini juga terjadi pada tenaga kerja, banyak tenaga kerja yang pindah dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa. Adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa menyebabkan kesempatan kerja di sektor pertanian mengalami penurunan (Suindyah, 2011). Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 yang ditunjukan oleh Produk Domestik Bruto (PDRB) per kapita atas dasar harga berlaku mencapai 18,8 juta rupiah, naik 11,19 persen dari tahun sebelumnya (BPS, 2013). Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 berada pada posisi kelima apabila dibandingkan dengan Provinsi lain di wilayah Jawa Bali. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu indeks pembangunan manusia (IPM), tenaga kerja, dan pendidikan. Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator terciptanya pembangunan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk mengukur mutu modal manusia, United Nations Development Program (UNDP) mengenalkan konsep mutu modal manusia yang diberi nama Human Development Index atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM

3 memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia, yaitu dimensi kesehatan diukur angka usia harapan hidup, dimensi pendidikan diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan ratarata lama sekolah dan dimensi daya beli yang memiliki standar hidup layak diukur dari paritas daya beli. Tingkat pembangunan manusia yang tinggi sangat menentukan kemampuan penduduk dalam menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, baik kaitannya dengan teknologi maupun terhadap kelembagaan sebagai sarana penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi (Dewi dan I Ketut, 2014). Pada tabel 1-1 dibawah ini menjelaskan bahwa IPM Provinsi Jawa Tengah menurut kabupaten/kota pada tahun 2013 lebih tinggi dari tahun sebelumnya, yaitu 74,05 (2012 = 73,36). Kota Surakarta menduduki peringkat tertinggi sementara Kabupaten Brebes menduduki peringkat terendah dalam capaian mutu modal manusia Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kota Surakarta berhasil meningkatkan mutu modal manusianya.

4 Tabel 1-1 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 No Kabupaten/Kota 2013 1 Kab. Cilacap 73,34 2 Kab. Banyumas 73,96 3 Kab. Purbalingga 73,49 4 Kab. Banjarnegara 71,13 5 Kab. Kebumen 72,25 6 Kab. Purworejo 74,18 7 Kab. Wonosobo 71,90 8 Kab. Magelang 73,67 9 Kab. Boyolali 71,88 10 Kab. Klaten 74,91 11 Kab. Sukoharjo 74,91 12 Kab. Wonogiri 73,09 13 Kab. Karanganyar 75,27 14 Kab. Sragen 72,31 15 Kab. Grobogan 72,37 16 Kab. Blora 72,10 17 Kab. Rembang 73,53 18 Kab. Pati 74,58 19 Kab. Kudus 74,09 20 Kab. Jepara 74,13 21 Kab. Demak 73,85 22 Kab. Semarang 75,48 23 Kab. Temanggung 75,00 24 Kab. Kendal 72,03 25 Kab. Batang 72,03 26 Kab. Pekalongan 73,14 27 Kab. Pemalang 71,26 28 Kab. Tegal 72,22 29 Kab. Brebes 69,85 30 Kota Magelang 77,91 31 Kota Surakarta 79,10 32 Kota Salatiga 77,54 33 Kota Semarang 78,54 34 Kota Pekalongan 75,75 35 Kota Tegal 75,02 36 Jawa Tengah 74,05 Sumber : Badan Pusat Statistik

5 Disamping IPM, tenaga kerja merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu tenaga kerja. Teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu modal, tenaga kerja dan teknologi (Nizar dkk, 2013). Peranan tenaga kerja tersebut sebagai salah satu faktor produksi yang akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendapatan nasional dari segi kuantitas atau jumlah saja. Sementara itu kita beranggapan bahwa kalau jumlah tenaga kerja yang dipakai dalam usaha produksi meningkat, maka jumlah produksi yang bersangkutan juga meningkat. Dengan kata lain kalau tidak ada peningkatan jumlah tenaga kerja maka jumlah produksi akan tetap. Pernyataan yang demikian ini, tidak dapat seluruhnya dianggap benar karena walaupun jumlah tenaga kerja itu tidak berubah, tetapi bila kualitas dari tenaga kerja itu menjadi lebih baik, maka dapat terjadi bahwa tingkat produksi akan meningkat pula (Irawan dan Suparmoko, 2008: 119). Selain IPM dan tenaga kerja, pendidikan juga salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pendidikan mempunyai peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu Negara (daerah) karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas. Pendidikan dapat menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan pembangunan suatu Negara. Hampir semua negara berkembang

6 menghadapi masalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang diakibatkan oleh rendahnya mutu pendidikan. Pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, sehingga selain bisa memperoleh pekerjaan yang layak dengan gaji/upah yang sesuai, tingginya tingkat pendidikan juga dapat mencerminkan taraf intelektualitas suatu masyarakat. Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase perempuan yang menamatkan pendidikan SMP/MTs keatas (SMP/MTs, SM/MA, dan PT) sebesar 42,92 persen lebih rendah dibandingkan laki-laki sebesar 48,69 persen (BPS,2013). Dilihat dari beberapa kasus tersebut, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di suatu daerah merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur apakah masyarakat dalam suatu daerah sudah hidup sejahtera atau tidak. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan syarat bagi tercapainya pembangunan manusia karena dengan pembangunan ekonomi terjamin peningkatan produktivitas dan peningkatan pendapatan melalui penciptaan kesempatan kerja. Semakin banyak jumlah tenaga kerja maka produktivitas akan barang dan jasa semakin meningkat pula. Tingkat produktivitas barang dan jasa tersebut sangatlah dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka tingkat produktivitas barang dan jasa akan meningkat.

7 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh IPM terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah? 2. Apakah ada pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah? 3. Apakah ada pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang didasarkan pada rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis pengaruh IPM terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah. 2. Untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah. 3. Untuk menganalisis pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah.

8 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini antara lain : 1. Manfaat Praktis Sebagai bahan untuk memberikan sumbangan informasi kepada pemerintah Provinsi Jawa Tengah tentang pengaruh IPM, tenaga kerja, dan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah. 2. Manfaat Teoritis Sebagai sumber referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya yang membahas mengenai pertumbuhan ekonomi. E. Metode Analisis Untuk menganalisis pengaruh IPM, tenaga kerja, dan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penelitian ini menggunakan analisis OLS (Ordinary Least Squere). Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil dari replikasi dan pengembangan dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kurnia Maharani dan Sri Isnowati dengan judul Kajian Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Tenaga Kerja dan Keterbukaan Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Model regresi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

9 Dimana : GROWTH IPM TK EDUC : Pertumbuhan Ekonomi : Indeks Pembangunan Manusia : Tenaga Kerja : Pendidikan : Konstanta : Koefisien Regresi : Variabel Pengganggu F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari penelitian ini sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode analisis, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini membahas tentang pengertian pertumbuhan ekonomi, perkembangan pertumbuhan ekonomi, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, teori pertumbuhan ekonomi, pentingnya pertumbuhan ekonomi, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis.

10 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini membahas obyek penelitian, jenis dan sumber data, definisi operasional variabel, dan metode analisis data. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini memuat tentang gambaran umum Provinsi Jawa Tengah, hasil dan pembahasan. BAB V PENUTUP Dalam bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran keseluruhan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan saransaran yang diajukan bagi pihak yang terkait dalam mengambil kebijakan terhadap permasalahan yang diteliti. LAMPIRAN