SISTEM TATA AIR RAWA PASANG SURUT Tata Air Rawa (Makro) 1
PEDOMAN TEKNIS Tata Air Makro adalah : Penguasaan air ditingkat kawasan/areal reklamasi yang bertujuan mengelola berfungsinya jaringan drainase irigasi seperti navigasi, sekunder, tersier, kawasan retarder, dan sepadan sungai atau laut, saluran intersepsi dan kawasan tampung hujan. Sistem Tata Air Makro 1). Sistem Handil/Anjir 2). Sistem Garpu 3). Sistem Sisir 4). Sistem Polder 2
Contoh Kolam Pasang Tabunganen Sungai Barito Titik 2 Sekunder Kiri Titik 3 Titik 1 Kolam Kiri Titik 4 Sekunder Kanan Kolam Kanan Gambaran Saluran di Tabunganen Saluran Irigasi Tabunganen Keadaan Kolam Kiri 3
Gambaran Saluran di Tabunganen SISTEM TATA AIR MIKRO (TAM) 4
Tata Air Mikro adalah : Pengaturan atau penguasaan air di tingkat usaha tani yang berfungsi untuk mencukupi kebutuhan evaporasi tanaman, mencegah/mengurangi pertumbuhan gulma dan kadar zat beracun, mengatur tinggi muka air melalui pengaturan pintu air dan menjaga kualitas air. Pintu Air adalah : Bangunan fisik yang dapat mengatur keluar masuk air pasang atau surut sesuai dengan kebutuhan tanaman yang diusahakan 5
Sistem Tata Air Mikro 1). Sistem Satu Arah (one flow system) tipe A 2). Sistem Dua Arah 3). Sistem Drainase Dangkal - palawija tipe luapan C PINTU AIR Pengaturan Air dilakukan dengan bangunan2 air sbb : - Pintu Ayun ( Flap Gate ) - Pintu Sekat ( Stop Log ) - Pintu Sorong Ulir Umumnya - S. Sekunder : Pintu Ayun & Sorong - S. Tersier : Pintu Ayun, Sekat & Sorong 6
PINTU AYUN ( FLAP GATE ) PINTU KLEP FIBER 7
PINTU KLEP FIBER PINTU SEKAT ( STOP LOG ) 10 10 20 10 Balok Tiang 10/10 Dinding Papan 3/20 Tiang Skor Daun Pintu 5/7 10 10 Tiang Skor Daun Pintu Air 5/7 Daun Pintu Papan 3/20 Dinding Papan 3/20 E 200 Daun Pintu 3/20 Papan Sheet Pile 3/20 Dinding Papan 3/20 5 10 E 10 POTONGAN C-C SKALA 1:20 8
PINTU SORONG ULIR Pintu Sorong / Ulir 9
Pintu Sorong dari kayu Pintu Sekat dari besi 10
03/04/2013 Pintu Ayun / Klep Kayu Pintu Ayun / Klep Fiber 11
03/04/2013 Saluran Tersier Danda Besar Saluran Sekunder Danda Besar 12
TATA LETAK JENIS JENIS SALURAN DAN POLA ALIRAN SATU ARAH ( ONE WAY FLOW ) Pilihan PRIMER SEKUNDER Pilihan TERSIER TIPIKAL POLA ALIRAN 1 ARAH DI SUMATERA KUARTER Pilihan 13
Pilihan TERSIER Pilihan SEKUNDER TIPIKAL POLA ALIRAN 1 ARAH DI KALIMANTAN Pilihan Pilihan SEKUNDER TERSIER TIPIKAL POLA ALIRAN 1 ARAH DI SUMATERA/KALIMANTAN Saluran tersier Terpisah 200-400 m sungai SEKUNDER Pintu ayun 14
3 ( Tiga ) Jenis Tanaman Padi, palawija & tanaman keras Padi : M.A. tanah ± permukaan tanah; lebih disukai bila ada penggenangan 5-10 cm Palawija : M.A. tanah 40-60 cm di bawah muka tanah Tanaman keras : M.A. tanah 60-80 cm dibawah muka tanah Kesesuaian Tanaman & Hidro- Topografi Kategori A : padi Kategori B : padi palawija Kategori C : padi tadah hujan palawija tanaman keras pd guludan Kategori D : palawija tanaman keras 15
Sistem Surjan Surjan ( padi & rambutan ) Surjan ( padi & jeruk ) 16
Strategi Pengembangan Lahan Rawa Arah Kebijakan Program Nasional Transmigrasi Sektor Pertanian ( bahan pangan u/ ketahanan pangan nasional ) Panen lebih tinggi (multi komoditi) + Jaringan Eksisting ( tradisional & telah direklamasi ) + Jaringan Reklamasi Baru Tujuan Pengembangan Rawa Menunjang Program Nasional Transmigrasi yg bertujuan : - Meningkatkan kesejahteraan nasional & pemerataan pendapatan - Meningkatkan produksi bahan pangan, terutama beras - Menciptakan & memperluas lapangan kerja - Memeratakan tingkat kepadatan penduduk - Meningkatkan persatuan bangsa - Meningkatkan ketahanan nasional 17
Dua Kebijaksanaan Pengembangan Lahan Rawa di Indonesia, yaitu : - Kebijaksanaan Pemilikan Lahan Usaha Kecil Menunjang Program Transmigrasi ( memberi lahan utk dimiliki transmigran, ± 2,5 ha / KK ) - Kebijaksanaan Pengembangan Bertahap # Keterbatasan Dana Pemerintah # Aspek Teknis & Sosek yg prosesnya berlangsung lama # Terbatasnya Pengetahuan & Keahlian # Reklamasi rawa masih hal baru Kebijakan Pemilikan Lahan Usaha Kecil 2,50 ha - 0,25 ha untuk lahan pekarangan (siap tnm) + rumah (dekat saluran Utama) - 1,00 ha untuk lahan usaha I (siap olah) - 1,00 ha untuk lahan usaha II (hutan rawa) 2,00 ha - 0,25 ha untuk lahan pekarangan - 0,75 ha untuk lahan usaha I - 1,00 ha untuk lahan usaha II 18
Tahapan Pengembangan Tahap I - Sistem tata air terbuka, tdk dikendalikan - Pekarangan & LU I (1 jns tanaman, 1x panen) Penurunan Produksi perlu Rehabilitasi - Drainasi menurun (sedimentasi, rumput liar) - Oksidasi pirit - Akumulasi air asam di s. tersier - Hama, hewan (babi hutan, serangga, tikus, dll) 19
Tahap II - Sistem tata air semi terkendali (bangunan pengatur) - Pekarangan & LU I ( 2 jenis tanaman ) - LU II ( 1 jenis tanaman ) Dicapai melalui : - Intensifikasi - Ekstensifikasi - Kombinasi Tahap III ( tahap terakhir ) - Sistem Tata Air terkendali penuh - Polder Tujuan Sistem Tata Air pada : Tahap I ( sistem terbuka ) - Memacu pematangan tanah - Mematus kelebihan air hujan dari lahan Tahap II ( semi terkendali ) - Menjamin kecukupan air u/ tanaman - Mematus kelebihan air hujan dr lahan - Mencegah pertumbuhan semak (perlu lapisan air di lahan u/ padi) - Mencegah memburuknya kualitas air - Mencegah intrusi air asin - Mencegah keasaman (u/ tanah sulfat) 20
Tahap Ketiga (Sistem Terkendali Penuh) Tahap pemanfaatan penuh seluruh potensi SDA & lahan yang ada dalam kondisi kelembagaan dan ketenagakerjaan yang mendukung (polder dan irigasi teknis serta mekanisasi dan budaya pertanian secara intensif dalam spektrum yang luas merupakan komponen utama dalam tahap ini) Tindakan- tindakan yang dilakukan: Menjadikan lokasi dengan tata air yang terkendali secara penuh Membangun sarana dan prasarana yang menjadikan unit rawa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan produksi pertanian. Unit rawa yang tidak dapat terairi secara gravitasi, dibuat polder-polder yang memisahkan antara unit rawa dengan level makro dan mengalirkan air dengan bantuan pompa. Pada tahapan ini lembaga P3A membuat suatu program pengelolaan air termasuk OP sarana dan prasarana. 21