PENGGUNAAN STRATEGI HEURISTIK MODEL POLYA PADA PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 40 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Kanti Sariati Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa melalui penggunaan strategi heuristik model Polya. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 40 Purworejo yang berjumlah 31 siswa. Pengumpulan data menggunakan metode tes dan angket. Instrumen penelitian berupa soal tes dan angket. Analisis data menggunakan uji t dan metode scheffe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai di atas KKM 64,00 sebelum penelitian sebanyak 16 siswa dengan rerata 64,51 dan ketuntasan belajar klasikal 51,62%. Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai di atas 64,00 sebanyak 23 siswa. Rerata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 74,41 dengan ketuntasan belajar klasikal 74,19%. Pada siklus II siswa yang memperoleh nilai di atas 64,00 sebanyak 26 siswa, sehingga rerata prestasi belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 78,25 dengan ketuntasan belajar klasikal 83,87%. Uji t menunjukkan t hitung lebih dari t tabel, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa strategi heuristik model Polya dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa dapat diterima. Selain itu ada peningkatan persentase motivasi belajar siswa dari siklus I 72,22% menjadi 79,67% pada siklus II. Kata Kunci : strategi heuristik model Polya, pemecahan masalah, prestasi belajar. PENDAHULUAN Proses kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 40 Purworejo saat ini sudah didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Meskipun demikian, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami matematika. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 40 Purworejo, siswa memperoleh hasil yang baik dalam mengerjakan soal dengan setting yang mereka kenal. Tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan soal tidak rutin menurun drastis manakala setting permasalahannya diganti-ganti dengan hal yang belum mereka kenal, padahal permasalahan matematikanya tetap sama. Siswa mengalami kesulitan untuk menemukan cara penyelesaian soal tidak rutin. Hal ini menyebabkan siswa beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Banyak siswa kelas VIII B belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal 28
(KKM) yang direncanakan yaitu 64,00 dengan rerata nilai siswa sebesar 64,51 dan siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebesar 51,65%. Ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin menyebabkan prestasi belajar siswa tidak maksimal. Hal ini terjadi karena guru menghadapi kesulitan dalam mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan baik. Di lain pihak, siswa menghadapi kesulitan bagaimana menyelesaikan masalah yang diberikan guru. Berbagai kesulitan penyelesaian soal-soal tidak rutin muncul antara lain karena mencari jawaban dipandang sebagai satu-satunya tujuan yang ingin dicapai. Karena hanya berfokus pada jawaban, siswa sering kali salah dalam memilih teknik penyelesaian yang sesuai. Pemecahan masalah adalah kemampuan berpikir yang menuntut suatu tahapan berpikir. Pada soal pemecahan masalah, umumnya tidak bersifat algoritmis tetapi mengaitkan penggunaan rumus satu dengan yang lainnya. Siswa dituntut memiliki kemampuan memilih algoritma untuk masing-masing bagian masalahnya. Algoritma adalah prosedur langkah demi langkah untuk mencapai sesuatu yang biasanya bersifat spesifik subjek (atau spesifik topik)(daniel Muijs, 2008: 189). Kesulitan yang terjadi bila siswa tidak memilih pemecahan masalah secara cermat adalah bahwa mereka akan cenderung mengaplikasikan berbagai algoritma secara acak, bukan berdasarkan pemahaman tentang masalahnya tetapi berdasarkan pemahaman bahwa algoritma tertentu sebelumnya telah digunakan dalam soal-soal matematika sejenis sehingga mereka pikir mereka juga dapat mencoba menggunakannya. Polya mengenalkan empat langkah dalam pemecahan masalah yang disebut heuristik. Menurut Daniel Muijs (2008: 189), heuristik adalah suatu strategi umum yang memandu pemecahan masalah dalam mengatasi masalah. Dalam pengajaran heuristik, jalan atau proses semata-mata ditentukan oleh siswa itu sendiri. Siswa dituntun untuk menyelesaikan permasalahan dengan diberi pertanyaan pancingan mengarah kepada apa yang akan dicari. Jadi, heuristik merupakan langkah-langkah umum yang menuntun siswa dalam menyelesaikan pemecahan masalah matematika. Penyelesaian masalah dalam metode heuristik dapat diselesaikan menggunakan 29 Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012
sistematika. Masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya, kemudian dicari jalan masuk untuk mengetahui kunci mencari atau menemukan cara penyelesaiannya. Penyelesaian masalah dengan metode heuristik, siswa diajari untuk menyelesaikan masalah melalui empat langkah penyelesaian, yaitu memahami masalah, meren-canakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dilakukan. Empat langkah tersebut dikenal dengan langkah Polya. Berawal dari berbagai masalah yang belum diketahui cara penyelesaiannya, siswa akan terbawa ke dalam arus keingintahuan yang dapat menumbuhkan motivasi belajarnya. Motivasi yang tinggi dalam belajar akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir dan pres-tasi siswa. Apabila motivasi belajar meningkat diharapkan prestasi belajar siswa juga dapat meningkat. Sehingga masalah dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan prestasi dan motivasi belajar siswa melalui penggunaan strategi heuristik model Polya pada pembelajaran pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 40 Purworejo tahun pelajaran 2011/2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIII B melalui penggunaan strategi heuristik model Polya pada pemecahan masalah materi bangun ruang sisi datar. 2. Peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII B melalui penggunaan strategi heuristik model Polya pada pemecahan masalah materi bangun ruang sisi datar. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini bertempat di SMP Negeri 40 Purworejo yang terletak di Desa Kalikotes Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 40 Purworejo tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah 31 terdiri dari 15 laki-laki dan 16 perempuan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah: 1) Ketuntasan belajar klasikal minimal 75% dari jumlah siswa yang mem-peroleh nilai matematika 64,00, dan 2)Ada peningkatan motivasi belajar siswa dilihat dari angket motivasi siswa dengan persentase rata-rata 75%. Pengumpulan data menggunakan tes dan angket. Data 30
dianalisis sejak penelitian dimulai dan dikembangkan selama proses refleksi dengan deskriptif persentase dan uji t dan uji scheffe. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan. Dalam setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. 1. Motivasi Belajar Siswa I berlangsung selama 2 kali pertemuan. Berdasarkan hasil perhi-tungan angket motivasi, rerata motivasi belajar siswa pada siklus I adalah 2,89 dengan persentase 72,22%. Dari hasil perhitungan pada siklus I menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran belum memuaskan karena belum mencapai indikator keber-hasilan yaitu mencapai 75% atau lebih, sehingga harus dilanjutkan ke siklus II. II berlangsung selama 2 kali pertemuan. Berdasarkan hasil perhi-tungan angket motivasi, diperoleh skor rerata motivasi belajar siswa sebesar 3,19 dengan persentase 79,67%. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa sudah mencapai indikator, karena rerata motivasi siswa sudah mencapai lebih dari75%. 2. Prestasi Belajar Siswa Dari hasil ulangan harian, rerata nilai belajar siswa sebesar 64,51. Siswa yang memperoleh nilai di atas 64,0 sebanyak 16 siswa, sehingga ketuntasan belajar klasikal yang dicapai 51,62% dengan kriteria masih rendah. Hasil post test siklus I menunjukkan rerata nilai siswa 74,41. Siswa yang memperoleh nilai di atas 64,0 sebanyak 23 siswa, sehingga ketuntasan belajar klasikal yang dicapai meningkat menjadi 74,19% dengan kriteria rendah dan belum mencapai indikator sehingga harus dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II rerata prestasi siswa 78,25. Siswa yang memperoleh nilai di atas 64,0 sebanyak 26 siswa, sehingga ketuntasan belajar klasikal yang dicapai meningkat lagi menjadi 83,87% dengan kriteria tinggi sehingga sudah mencapai indikator. Perhitungan rekapitulasi prestasi belajar siswa data awal, siklus I, dan siklus II secara lengkap disajikan dalam tabel berikut. 31 Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012
Tabel 1 Rekapitulasi Prestasi Belajar Siswa Pra, I, dan II Parameter Pra I II Jumlah 2000 2307 2426 64,51 74,41 78,25 Ketuntasan Belajar Klasikal 51,62% 74,19% 83,87% Kriteria Rendah Rendah Tinggi 3. Uji Hipotesis Uji t menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,58 dan t tabel sebesar 2,00. Harga t hitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan t tabel pada taraf signifikan =5% dan db=31+31 2=60. Nilai t hitung berada di daerah penolakan H o, sehingga H a diterima dan ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah menggunakan strategi heuristik model Polya pada pemecahan masalah matematika. 4. Metode Scheffe Pada perhitungan menggunakan metode Scheffe, terlebih dahulu dilakukan uji anava (analisis variansi). Pada perhitungan tersebut, ketiga hasil belajar pada pra siklus, siklus I dan siklus II tidak mempunyai rataan yang sama. Untuk menentukan rataan hasil belajar yang paling baik dilakukan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Jika rataan hasil belajar pra siklus, siklus I, dan siklus II berturut-turut disimbolkan dengan,, dan, maka pada perhitungan didapat F 1-2 =35,77, F 2-3 =5,38, dan =68,90 dengan daerah kritik/dk = > 2 3,15 = >6,30. Sehingga dapat diketahui bahwa perbedaan yang signifikan adalah antara dan, dan antara dan. Kesimpulan dari perhitungan tersebut adalah bahwa rerata hasil belajar ke-2 sama baiknya dengan rerata hasil belajar ke-3, rerata hasil belajar ke-1 lebih baik dari rerata hasil belajar ke-2, tetapi rerata hasil belajar ke-3 lebih baik dari rerata hasil belajar ke-1. Dari dua analisis tersebut (anava dan komparasi ganda), dapat disimpulkan bahwa pra siklus, siklus I dan siklus II mempunyai rerata hasil belajar yang berbeda. Dari ketiganya, yang paling baik adalah rerata hasil belajar siklus II, disusul pra siklus dan siklus I. Dari dua siklus hasil prestasi dan motivasi belajar matematika siswa terus mengalami peningkatan. Demikian juga dengan jumlah siswa yang mencapai 32
ketuntasan belajar klasikal yang sudah memenuhi indikator. Hal ini menandakan bahwa penggunaan strategi heuristik model Polya pada pemecahan masalah matematika dapat memenuhi indikator keberhasilan siswa sehingga dapat diterapkan kepada siswa dalam pembelajaran matematika. Peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa disajikan pada diagram berikut. GRAFIK MOTIVASI BELAJAR SISWA Rata-rata Persentase 2.89 3.19 72,22% 79.67% I II Gambar 2 Diagram Peningkatan Motivasi Belajar Siswa I dan II PRESTASI BELAJAR SISWA RERATA 64.51 74.41 78.25 Pra I II Gambar 3 Diagram Peningkatan Prestasi Belajar Pra, I, dan II KETUNTASAN BELAJAR KLASIKAL Ketuntasan Belajar Klasikal 51.62% 74.19% 83.87% Pra I II Gambar 4 Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar Klasikal Pra, I, dan II 33 Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012
Proses pembelajaran siklus I dan II menunjukkan bahwa penggunaan strategi heuristik model Polya pada pemecahan masalah matematika dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajar siswa. Hal ini membuktikan bahwa siswa lebih mudah memahami dan mengerjakan soal meng-gunakan strategi heuristik model Polya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan penelitian tentang penggunaan strategi heuristik model Polya pada pembelajaran pemecahan masalah matematika adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan penggunaan strategi heuristik model Polya pada pemecahan masalah matematika dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 40 Purworejo tahun pelajaran 2011/2012 dari 74,19% menjadi 83,87%. 2. Pembelajaran dengan penggunaan strategi heuristik model Polya pada pemecahan masalah matematika dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII B semester 2 SMP Negeri 40 Purworejo tahun pelajaran 2011/2012 dari 72,22% menjadi 79,67%. Berdasarkan hasil tersebut, guru hendaknya mengimplementasikan penggunaan strategi heuristik model Polya pada pemecahan masalah matematika di dalam mengajarkan materi pokok bangun ruang sisi datar pada khususnya dan mengajarkan materi pelajaran matematika yang lain yang sesuai dengan strategi heuristik model Polya pada pemecahan masalah matematika pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Muijs, Daniel. 2008. Effective Teaching (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 34