Hubungan antara Self Regulated Learning Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Pembelajaran Matematika Pada Siswa SMUN 53 Di Jakarta Timur. Amelia Elvina Dr. Awaluddin Tjalla Fakultas Psikologi Universiyas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Kemampuan memecahkan masalah siswa dalam pembelajaran matemátika dan menguji hubungan antara Self Regulated Learning dengan Kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika pada siswa SMUN 53 di Jakarta Timur. Populasi dalam penelitian ini ádalah siswa kelas 3 SMUN 53 Jakarta Timur sebanyak 235 siswa. Subjek dalam penelitian sebanyak 150 orang siswa. 50 orang siswa digunakan sebagai uji coba sedangkan 100 orang siswa digunakan sebagai sampel. Strategi pengambilan sampel menggunakan metode purposive yaitu metode pengambilan sampel dengan cara menetapkan subjek sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil dari analisis diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang positif antara Self Regulated Learning dengan Kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika pada siswa SMUN 53 di Jakarta Timur. Dengan nilai signifikansi sebesar 0, 461 (p>0,05). Tidak adanya hubungan positif antara Self Regulated Learning dengan Kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika dipengaruhi oleh faktor lain. Menurut Zimmerman (1989) keputusan siswa untuk menggunakan suatu strategi belajar akan tergantung pada penilaiannya tentang manfaat dari strategi tersebut untuk membantunya mempelajari sesuatu. Jika sesuai dengan pengalamannya siswa tidak membutuhkan suatu strategi tertentu dalam memahami pelajaran matematika, maka siswa tersebut juga tidak akan menggunakan strategi tertentu. Kata Kunci : Self Regulated Learning, Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika PENDAHULUAN Matematika merupakan mata pelajaran yang menarik untuk dibahas dan selalu menjadi sorotan dan perhatian itu dikarenakan rendahnya prestasi belajar matematika yang diperoleh mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi. Khususnya pada tingkat SMU, nilai yang diperoleh dari hasil ujian nasional matematika tahun 2006/2007 lebih rendah daripada nilai ujian lain, yaitu sebesar 7,29 sedangkan mata pelajaran lain sebesar 7,56 dan 7,84 (Badan Penelitian Dan Pengembangan Penelitian, 2007). Rendahnya prestasi belajar matematika khususnya pada siswa SMU, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Metode pengajaran yang monoton ataupun cara penyampaian guru pada saat memberikan materi di kelas mempengaruhi prestasi belajar maupun cara belajar siswa. Selain itu pola pengajaran matematika di dalam kelas lebih ditekankan kepada hafalan atau kecepatan berhitung seorang siswa. Penekanan pada hafalan yang diterapkan kepada siswa dan juga keharusan kecepatan siswa dalam berhitung sangat mempengaruhi pemikiran siswa dalam memandang matematika. Sedangkan kualitas pendidikan maupun cara pengajaran yang baik mengacu kepada suatu proses pemikiran dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah di masa yang akan datang. Menurut Hudojo (1998, dalam Aisyah, 2007) pemecahan masalah adalah suatu proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Menurut Kantowski
(1975, dalam Webb, 1979) pemecahan masalah adalah suatu interaksi antara pengetahuan dan proses pengaplikasian yang menggunakan faktor kognitif dan afektif dalam memecahkan masalah. Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai penggunaan berbagai konsep, prinsip, dan keterampilan matematika yang telah atau yang sedang dipelajari untuk menyelesaikan soal rutin dan soal nonrution (Aisyah, 2007). Soal rutin adalah soal latihan biasa yang dapat diselesaikan dengan prosedur yang dipelajari di kelas. Soal jenis ini banyak terdapat dalam buku ajar dan dimaksudkan hanya untuk melatih siswa menggunakan prosedur yang sedang dipelajari di kelas. Sedangkan soal nonrutin adalah soal yang untuk menyelesaikannya diperlukan pemikiran lebih lanjut karena prosedurnya tidak sejelas atau tidak sama dengan prosedur yang dipelajari di kelas. Soal nonrutin ini menyajikan situasi baru yang belum pernah dijumpai oleh siswa sebelumnya (Aisyah, 2007). Kemampuan memecahkan masalah didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk menghilangkan gangguan atau hambatan dalam mencapai tujuan (Hidayat, 1998). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan memecahkan masalah merupakan suatu proses, yakni kegiatan yang berkelanjutan dan bukan merupakan kegiatan yang tejadi hanya sesaat, kemampuan tersebut perlu upaya belajar dan latihan-latihan. Kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika pun berkaitan dengan cara pembelajaran siswa, cara pembelajaran siswa itu dikenal dengan istilah Self Regulated Learning. Konsep Self Regulated Learning merupakan salah satu konsep penting dalam teori belajar sosial. Menurut Pintrich (1995) Self Regulated Learning adalah cara belajar siswa aktif secara individu untuk mencapai tujuan akademik dengan cara pengontrolan perilaku, memotivasi diri sendiri dan menggunakan kognitifnya dalam belajar. Secara ringkas, Zimmerman (1989) mengemukakan bahwa dengan Self Regulated Learning siswa dapat diamati sejauh mana partisipasi aktif mereka dalam mengarahkan proses-proses metakognitif, motivasi dan perilakunya di saat mereka belajar. Proses metakognitif adalah proses dimana siswa mampu mengarahkan dirinya saat belajar, mampu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan diri sendiri dan melakukan evaluasi diri pada berbagai tingkatan selama proses perolehan informasi. Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam pembelajran matematika berkaitan dengan cara belajar mereka. TINJAUAN PUSTAKA Masalah Masalah dalam matematika terbagi menjadi dua, yaitu masalah rutin atau soal rutin dan soal nonrutin atau soal nonrutin. Masalah rutin atau soal rutin adalah soal latihan biasa yang prosedur penyelesaiannya dipelajari di kelas, biasanya soal rutin hanya membahas mengenai materi yang sedang diajarkan di kelas sedangkan masalah nonrutin atau soal nonrutin adalah soal yang prosedur penyelesaiannya membutuhkan pemikiran lebih lanjut karena prosedur penyelesaiannya tidak sama dengan yang diajarkan di kelas.
Memecahkan Masalah Menurut Kantowski (1975, dalam Webb, 1979) pemecahan masalah adalah suatu interaksi antara pengetahuan dan proses pengaplikasian yang menggunakan faktor kognitif dan afektif dalam memecahkan suatu masalah. Sedangkan menurut NCTM (2000, dalam Budhayanti, 2007) memecahkan masalah berarti menemukan cara atau jalan mencapai tujuan atau solusi yang tidak dengan mudah menjadi nyata. Memecahkan masalah pada pembelajaran matematika menurut Anderson (1996, dalam Westen, 1999) seperti kebanyakan memecahkan masalah pada umumnya. Seseorang menyimpan informasi pengetahuan di dalam ingatannya, sama halnya ketika seseorang ingin memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematika. Dapat disimpulkan bahwa memecahkan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai dan berhubungan erat dengan proses pemikiran, pembelajaran, memori, transfer, persepsi serta motivasi. Sedangkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika adalah suatu upaya seseorang untuk menyelesaikan suatu soal matematika rutin dengan prosedur yang sudah diajarkan di kelas dan soal nonrutin dengan menggunakan logika dan penalaran dalam menyelesaikan soal. Tahap Memecahkan Masalah Menurut Polya (1957, dalam Aisyah, 2007) Tahap memecahkan masalah dibagi menjadi 4 tahap penting, yaitu : 1. Memahami masalah. 2. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. 3. Melaksanakan penyelesaian soal. 4. Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh. Strategi Memecahkan Masalah Menurut Polya (1973, dalam Shadiq, 2004) strategi memecahkan masalah terdiri dari 10 strategi, yaitu : 1. Mencoba-coba. 2. Membuat diagram. 3. Mencobakan pada soal yang lebih sederhana. 4. Membuat tabel. 5. Menemukan pola. 6. Memecah tujuan. 7. Memperhitungkan setiap kemungkinan. 8. Berpikir logis. 9. Bergerak dari belakang. 10. Mengabaikan hal yang tidak mungkin. Kemampuan Memecahkan Masalah Simon dan Larkin (Hidayat, 1998) menjelaskan kemampuan memecahkan masalah adalah adanya keterkaitan antara pengetahuan yang dimiliki individu dengan penerapan pengetahuan tersebut terhadap berbagai masalah. Self Regulated Learning Self Regulated Learning adalah suatu upaya siswa aktif untuk mengembangkan pengetahuan yang didapat dengan menggunakan cara-cara yang relevan dan tidak terbatas hanya pada materi pelajaran yang didapat siswa dari lingkungan sekolah.
Strategi Self regulated Learning Penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman & Schunk (1989) menemukan bahwa para siswa menggunakan 14 tipe strategi Self Regulated Learning. Berikut adalah strategi-strategi Self Regulated learning : 1. Self Evaluating. 2. Organizing and Transforming. 3. Goal-setting and Planning. 4. Seeking Information. 5. Keeping Records and Monitoring. 6. Environmental Structuring. 7. Self Consequating. 8. Rehearsing and Memorizing. 9. Seeking Social Assistance from Peers. 10. Seeking Social Assistance from Teachers. 11. Seeking Social Assistance from Adult. 12. Reviewing Records from note. 13. Reviewing Records from textbook. 14. Other METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMU kelas XII jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Teknuik pengambilan data penelitian ini adalah dengan menggunakan mtode purposive yaitu metode pengambilan sampel dengan cara menetapkan subjek sesuai dengan tujuan penelitian (Prasetyo, 2005). Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini akan digunakan metode pengumpulan data primer yaitu angket atau kuesionert yang digunakan untuk variabel Self Regulated Learning dan Tes prestasi berupa Tes Kemampuan Memecahkan Masalah soal-soal matematika untuk variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika. Validitas Pengujian validitas item Self Regulated Learning menggunakan korelasi Product Moment Pearson. Sedangkan pengujian validitas item Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika menggunakan teknik korelasi Point Biserial (Supardi, 2007). Pengujian reliabilitas pada variabel Self Regulated Learning menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach sedangkan teknik yang digunakan pada variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Permbelajaran Matematika menggunakan Kuder-Richardson 20 (KR-20). Metode ini digunakan karena untuk penghitungan validitas dan reliabilitas variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika dilakukan menggunakan analisis item Tes Prestasi. HASIL PENELITIAN Deskripsi Hasil Penelitian Kemampuan memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika siswa SMUN 53 di Jakarta Timur berada dalam tingkat sedang, dengan klasifikasi 6 orang siswa (12%) memiliki kemampuan memecahkan masalah tinggi, 39 orang siswa (78%) memiliki kemampuan memecahkan masalah sedang dan 5 orang siswa (10%) memiliki kemampuan memecahkan masalah rendah.
Uji Validitas dan Reliabilitas Pada pengukuran instrument variabel Self Regulated Learning dari 102 item yang diuji cobakan 41 item dinyatakan gugur. Pada pengukuran instrumen variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajran Matematika dari 40 item yang diuji cobakan 19 item dinyatakan gugur. Pada pengujian reliabilitas variabel Self Regulated Learning didapat koefisien reliabilitas sebesar α= 0, 945 sedangkan pada pengujian reliabilitas variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika didapat koefisien reliabilitas sebesar α= 0, 798. UJI ASUMSI Uji Normalitas Uji Asumsi normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Variabel Self Regulated Learning mempunyai signifikansi sebesar 0,200 (p>0,05) dan variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,200 (p>0,05). UJI HIPOTESIS Hasil dari analisis diperoleh bahwa nilai korelasi Self Regulated Learning mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,461 (p>0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan positif antara Self Regulated Learning Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika pada siswa kelas XII jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di SMUN 53 di Jakarta Timur. Hal ini berarti Hipotesis alternatif (Ha) ditolak dan konsekuensinya Hipotesis nol (Ho) diterima. DAFTAR PUSTAKA Aisyah, N. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD : Program Peningkatan Kualifikasi Akademik S1 PGSD Melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Berbasis ICT (Bahan ajar cetak). Jakarta : Direktorat Jenderal Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan (2007). Panduan Kebijakan Pemanfaatan Hasil Ujian Naional Untuk Perbikan Mutu Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Budhayanti, S. I. C. & Simanullang, B. (2007). PengembanganPembelajaran Matematika SD : Program Peningkatan Kualifikasi Akademik S1 PGSD Melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Berbasis ICT (Bahan ajar cetak). Jakarta : Direktorat Jenderal Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Hidayat, W. S. (1998). Pelatihan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Konsep Diri & Kemandirian. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Pintrich. (1995). Promotion Of Self Regulated Learning. http://dwb.unl.edu/book/ch09/chapter09 w.html. Diakses 6 Juni 2007. Prasetyo, B. & Jannah, M. L. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika Departemen Pendidikan Nasional. Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya : Srikandi. Supardi., Syah, D., & Syah, D. (2007). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Press. Webb, L. N. (1979). Process, Conceptual Knowledge, and Mathematical Problem
Solving Ability. Journal For Research in Mathematics Education, 10, 83-93. Westen, D. (1999). Psychology : Mind, Brain & Culture (2 nd Edition). Canada : John Willey & Sons. Zimmerman, B. J & Schunk, D. H (1989) (Eds). Self Regulation Learning and academis achievement: Theory, researah, and practice. New York : Springer-Verlag..