Hubungan antara Self Regulated Learning Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Pembelajaran Matematika Pada Siswa SMUN 53 Di Jakarta Timur.

dokumen-dokumen yang mirip
RELATIONSHIP BETWEEN SELF REGULATED LEARNING WITH PROBLEM SOLVING ABILITY LEARNING MATHEMATICS TO STUDENTS IN SMUN 53 EAST JAKARTA

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengerti fisika secara luas, maka harus dimulai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Syah (2006), belajar adalah tahapan perubahan seluruh

BAB III METODE PENELITIAN

kebutuhan khusus seperti itu saja, bisa terjadi juga pada anak yang sulit bersosialisasi dengan banyak orang. Anak dengan kesulitan sosialisasi sepert

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Azwar

Educational Psychology Journal

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali

REGULASI BELAJAR PADA MAHASISWA PSIKOLOGI. Ermida Simanjuntak Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut.

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

BAB III METODE PENELITIAN. hasil pengamatan dikonversikan ke dalam angka-angka yang dianalisis

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Self-efficacy menurut Bandura (1997) adalah keyakinan individu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. B. Desain Penelitian Desain penelitian dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL. Dalam penelitian ini korelasi (hubungan) digunakan untuk melihat

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA USIA TAHUN DI BANDA ACEH. Intan Kemala Sari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Zimmerman & Martinez Pons, (1990) menyatakan bahwa self regulated

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan

KORELASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 4 BANDA ACEH

DAFTAR ISI... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Salah satu proses

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X SMAN 5 BATAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... viii DAFTAR BAGAN... DAFTAR GRAFIK...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DISERTAI DENGAN KEGIATAN DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASAM, BASA, DAN GARAM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan November 2015 di MI Walisongo Semarang.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

*Keperluan korespodensi, tel: ,

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana

DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Pengaruh Model Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Sejarah di SMAI Al-Azhar 4 Kemang Pratama Kota Bekasi

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, serta metode analisis data. Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang

BAB III METODE PENELITIAN. akan dicapai dalam penelitian ini. Pada penelitian ini tidak semua variabel

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. SMA Persada Bandar Lampung pada semester ganjil Tahun Ajaran 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diferensial. Penelitian diferensial adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Berikut ini merupakan diagram alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA MINAT, LINGKUNGAN, DAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEMAMPUAN MENGAJAR GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2000). Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Diajukan Oleh: DESY NUR ROHMAWATI A

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Jurnal Sosial Humaniora ISSN Volume 7 Nomor 1, April

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimen yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012

KONTRIBUSI SELF CONCEPT MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MAHASISWA PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

BAB III METODE PENELITIAN. pemecahan masalah matematis dan self-regulated learning siswa yang

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan termasuk ke dalam penelitian kuantitatif adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 107) metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 2 No.1 Pebruari 2016 ISSN

BAB II KAJIAN TEORETIK. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan uji statistik dengan

BAB III METODE PENELITIAN O X O

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB III Metode Penelitian

Transkripsi:

Hubungan antara Self Regulated Learning Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Pembelajaran Matematika Pada Siswa SMUN 53 Di Jakarta Timur. Amelia Elvina Dr. Awaluddin Tjalla Fakultas Psikologi Universiyas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Kemampuan memecahkan masalah siswa dalam pembelajaran matemátika dan menguji hubungan antara Self Regulated Learning dengan Kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika pada siswa SMUN 53 di Jakarta Timur. Populasi dalam penelitian ini ádalah siswa kelas 3 SMUN 53 Jakarta Timur sebanyak 235 siswa. Subjek dalam penelitian sebanyak 150 orang siswa. 50 orang siswa digunakan sebagai uji coba sedangkan 100 orang siswa digunakan sebagai sampel. Strategi pengambilan sampel menggunakan metode purposive yaitu metode pengambilan sampel dengan cara menetapkan subjek sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil dari analisis diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang positif antara Self Regulated Learning dengan Kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika pada siswa SMUN 53 di Jakarta Timur. Dengan nilai signifikansi sebesar 0, 461 (p>0,05). Tidak adanya hubungan positif antara Self Regulated Learning dengan Kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika dipengaruhi oleh faktor lain. Menurut Zimmerman (1989) keputusan siswa untuk menggunakan suatu strategi belajar akan tergantung pada penilaiannya tentang manfaat dari strategi tersebut untuk membantunya mempelajari sesuatu. Jika sesuai dengan pengalamannya siswa tidak membutuhkan suatu strategi tertentu dalam memahami pelajaran matematika, maka siswa tersebut juga tidak akan menggunakan strategi tertentu. Kata Kunci : Self Regulated Learning, Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika PENDAHULUAN Matematika merupakan mata pelajaran yang menarik untuk dibahas dan selalu menjadi sorotan dan perhatian itu dikarenakan rendahnya prestasi belajar matematika yang diperoleh mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi. Khususnya pada tingkat SMU, nilai yang diperoleh dari hasil ujian nasional matematika tahun 2006/2007 lebih rendah daripada nilai ujian lain, yaitu sebesar 7,29 sedangkan mata pelajaran lain sebesar 7,56 dan 7,84 (Badan Penelitian Dan Pengembangan Penelitian, 2007). Rendahnya prestasi belajar matematika khususnya pada siswa SMU, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Metode pengajaran yang monoton ataupun cara penyampaian guru pada saat memberikan materi di kelas mempengaruhi prestasi belajar maupun cara belajar siswa. Selain itu pola pengajaran matematika di dalam kelas lebih ditekankan kepada hafalan atau kecepatan berhitung seorang siswa. Penekanan pada hafalan yang diterapkan kepada siswa dan juga keharusan kecepatan siswa dalam berhitung sangat mempengaruhi pemikiran siswa dalam memandang matematika. Sedangkan kualitas pendidikan maupun cara pengajaran yang baik mengacu kepada suatu proses pemikiran dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah di masa yang akan datang. Menurut Hudojo (1998, dalam Aisyah, 2007) pemecahan masalah adalah suatu proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Menurut Kantowski

(1975, dalam Webb, 1979) pemecahan masalah adalah suatu interaksi antara pengetahuan dan proses pengaplikasian yang menggunakan faktor kognitif dan afektif dalam memecahkan masalah. Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai penggunaan berbagai konsep, prinsip, dan keterampilan matematika yang telah atau yang sedang dipelajari untuk menyelesaikan soal rutin dan soal nonrution (Aisyah, 2007). Soal rutin adalah soal latihan biasa yang dapat diselesaikan dengan prosedur yang dipelajari di kelas. Soal jenis ini banyak terdapat dalam buku ajar dan dimaksudkan hanya untuk melatih siswa menggunakan prosedur yang sedang dipelajari di kelas. Sedangkan soal nonrutin adalah soal yang untuk menyelesaikannya diperlukan pemikiran lebih lanjut karena prosedurnya tidak sejelas atau tidak sama dengan prosedur yang dipelajari di kelas. Soal nonrutin ini menyajikan situasi baru yang belum pernah dijumpai oleh siswa sebelumnya (Aisyah, 2007). Kemampuan memecahkan masalah didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk menghilangkan gangguan atau hambatan dalam mencapai tujuan (Hidayat, 1998). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan memecahkan masalah merupakan suatu proses, yakni kegiatan yang berkelanjutan dan bukan merupakan kegiatan yang tejadi hanya sesaat, kemampuan tersebut perlu upaya belajar dan latihan-latihan. Kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika pun berkaitan dengan cara pembelajaran siswa, cara pembelajaran siswa itu dikenal dengan istilah Self Regulated Learning. Konsep Self Regulated Learning merupakan salah satu konsep penting dalam teori belajar sosial. Menurut Pintrich (1995) Self Regulated Learning adalah cara belajar siswa aktif secara individu untuk mencapai tujuan akademik dengan cara pengontrolan perilaku, memotivasi diri sendiri dan menggunakan kognitifnya dalam belajar. Secara ringkas, Zimmerman (1989) mengemukakan bahwa dengan Self Regulated Learning siswa dapat diamati sejauh mana partisipasi aktif mereka dalam mengarahkan proses-proses metakognitif, motivasi dan perilakunya di saat mereka belajar. Proses metakognitif adalah proses dimana siswa mampu mengarahkan dirinya saat belajar, mampu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan diri sendiri dan melakukan evaluasi diri pada berbagai tingkatan selama proses perolehan informasi. Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam pembelajran matematika berkaitan dengan cara belajar mereka. TINJAUAN PUSTAKA Masalah Masalah dalam matematika terbagi menjadi dua, yaitu masalah rutin atau soal rutin dan soal nonrutin atau soal nonrutin. Masalah rutin atau soal rutin adalah soal latihan biasa yang prosedur penyelesaiannya dipelajari di kelas, biasanya soal rutin hanya membahas mengenai materi yang sedang diajarkan di kelas sedangkan masalah nonrutin atau soal nonrutin adalah soal yang prosedur penyelesaiannya membutuhkan pemikiran lebih lanjut karena prosedur penyelesaiannya tidak sama dengan yang diajarkan di kelas.

Memecahkan Masalah Menurut Kantowski (1975, dalam Webb, 1979) pemecahan masalah adalah suatu interaksi antara pengetahuan dan proses pengaplikasian yang menggunakan faktor kognitif dan afektif dalam memecahkan suatu masalah. Sedangkan menurut NCTM (2000, dalam Budhayanti, 2007) memecahkan masalah berarti menemukan cara atau jalan mencapai tujuan atau solusi yang tidak dengan mudah menjadi nyata. Memecahkan masalah pada pembelajaran matematika menurut Anderson (1996, dalam Westen, 1999) seperti kebanyakan memecahkan masalah pada umumnya. Seseorang menyimpan informasi pengetahuan di dalam ingatannya, sama halnya ketika seseorang ingin memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematika. Dapat disimpulkan bahwa memecahkan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai dan berhubungan erat dengan proses pemikiran, pembelajaran, memori, transfer, persepsi serta motivasi. Sedangkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika adalah suatu upaya seseorang untuk menyelesaikan suatu soal matematika rutin dengan prosedur yang sudah diajarkan di kelas dan soal nonrutin dengan menggunakan logika dan penalaran dalam menyelesaikan soal. Tahap Memecahkan Masalah Menurut Polya (1957, dalam Aisyah, 2007) Tahap memecahkan masalah dibagi menjadi 4 tahap penting, yaitu : 1. Memahami masalah. 2. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. 3. Melaksanakan penyelesaian soal. 4. Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh. Strategi Memecahkan Masalah Menurut Polya (1973, dalam Shadiq, 2004) strategi memecahkan masalah terdiri dari 10 strategi, yaitu : 1. Mencoba-coba. 2. Membuat diagram. 3. Mencobakan pada soal yang lebih sederhana. 4. Membuat tabel. 5. Menemukan pola. 6. Memecah tujuan. 7. Memperhitungkan setiap kemungkinan. 8. Berpikir logis. 9. Bergerak dari belakang. 10. Mengabaikan hal yang tidak mungkin. Kemampuan Memecahkan Masalah Simon dan Larkin (Hidayat, 1998) menjelaskan kemampuan memecahkan masalah adalah adanya keterkaitan antara pengetahuan yang dimiliki individu dengan penerapan pengetahuan tersebut terhadap berbagai masalah. Self Regulated Learning Self Regulated Learning adalah suatu upaya siswa aktif untuk mengembangkan pengetahuan yang didapat dengan menggunakan cara-cara yang relevan dan tidak terbatas hanya pada materi pelajaran yang didapat siswa dari lingkungan sekolah.

Strategi Self regulated Learning Penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman & Schunk (1989) menemukan bahwa para siswa menggunakan 14 tipe strategi Self Regulated Learning. Berikut adalah strategi-strategi Self Regulated learning : 1. Self Evaluating. 2. Organizing and Transforming. 3. Goal-setting and Planning. 4. Seeking Information. 5. Keeping Records and Monitoring. 6. Environmental Structuring. 7. Self Consequating. 8. Rehearsing and Memorizing. 9. Seeking Social Assistance from Peers. 10. Seeking Social Assistance from Teachers. 11. Seeking Social Assistance from Adult. 12. Reviewing Records from note. 13. Reviewing Records from textbook. 14. Other METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMU kelas XII jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Teknuik pengambilan data penelitian ini adalah dengan menggunakan mtode purposive yaitu metode pengambilan sampel dengan cara menetapkan subjek sesuai dengan tujuan penelitian (Prasetyo, 2005). Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini akan digunakan metode pengumpulan data primer yaitu angket atau kuesionert yang digunakan untuk variabel Self Regulated Learning dan Tes prestasi berupa Tes Kemampuan Memecahkan Masalah soal-soal matematika untuk variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika. Validitas Pengujian validitas item Self Regulated Learning menggunakan korelasi Product Moment Pearson. Sedangkan pengujian validitas item Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika menggunakan teknik korelasi Point Biserial (Supardi, 2007). Pengujian reliabilitas pada variabel Self Regulated Learning menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach sedangkan teknik yang digunakan pada variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Permbelajaran Matematika menggunakan Kuder-Richardson 20 (KR-20). Metode ini digunakan karena untuk penghitungan validitas dan reliabilitas variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika dilakukan menggunakan analisis item Tes Prestasi. HASIL PENELITIAN Deskripsi Hasil Penelitian Kemampuan memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika siswa SMUN 53 di Jakarta Timur berada dalam tingkat sedang, dengan klasifikasi 6 orang siswa (12%) memiliki kemampuan memecahkan masalah tinggi, 39 orang siswa (78%) memiliki kemampuan memecahkan masalah sedang dan 5 orang siswa (10%) memiliki kemampuan memecahkan masalah rendah.

Uji Validitas dan Reliabilitas Pada pengukuran instrument variabel Self Regulated Learning dari 102 item yang diuji cobakan 41 item dinyatakan gugur. Pada pengukuran instrumen variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajran Matematika dari 40 item yang diuji cobakan 19 item dinyatakan gugur. Pada pengujian reliabilitas variabel Self Regulated Learning didapat koefisien reliabilitas sebesar α= 0, 945 sedangkan pada pengujian reliabilitas variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika didapat koefisien reliabilitas sebesar α= 0, 798. UJI ASUMSI Uji Normalitas Uji Asumsi normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Variabel Self Regulated Learning mempunyai signifikansi sebesar 0,200 (p>0,05) dan variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,200 (p>0,05). UJI HIPOTESIS Hasil dari analisis diperoleh bahwa nilai korelasi Self Regulated Learning mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,461 (p>0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan positif antara Self Regulated Learning Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika pada siswa kelas XII jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di SMUN 53 di Jakarta Timur. Hal ini berarti Hipotesis alternatif (Ha) ditolak dan konsekuensinya Hipotesis nol (Ho) diterima. DAFTAR PUSTAKA Aisyah, N. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD : Program Peningkatan Kualifikasi Akademik S1 PGSD Melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Berbasis ICT (Bahan ajar cetak). Jakarta : Direktorat Jenderal Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan (2007). Panduan Kebijakan Pemanfaatan Hasil Ujian Naional Untuk Perbikan Mutu Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Budhayanti, S. I. C. & Simanullang, B. (2007). PengembanganPembelajaran Matematika SD : Program Peningkatan Kualifikasi Akademik S1 PGSD Melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Berbasis ICT (Bahan ajar cetak). Jakarta : Direktorat Jenderal Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Hidayat, W. S. (1998). Pelatihan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Konsep Diri & Kemandirian. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Pintrich. (1995). Promotion Of Self Regulated Learning. http://dwb.unl.edu/book/ch09/chapter09 w.html. Diakses 6 Juni 2007. Prasetyo, B. & Jannah, M. L. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika Departemen Pendidikan Nasional. Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya : Srikandi. Supardi., Syah, D., & Syah, D. (2007). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Press. Webb, L. N. (1979). Process, Conceptual Knowledge, and Mathematical Problem

Solving Ability. Journal For Research in Mathematics Education, 10, 83-93. Westen, D. (1999). Psychology : Mind, Brain & Culture (2 nd Edition). Canada : John Willey & Sons. Zimmerman, B. J & Schunk, D. H (1989) (Eds). Self Regulation Learning and academis achievement: Theory, researah, and practice. New York : Springer-Verlag..