EVALUASI POTENSI PAKAN ASAL LIMBAH TANAMAN PANGAN DAN LIMBAH PERKEBUNAN DI DAERAH PRORITAS KAWIN ALAM MENDUKUNG PROGRAM P2SDS

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PENGGUNAAN KULIT SINGKONG PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT: STUDI BANDING DI KECAMATAN MERGOYOSO, KABUPATEN PATI

RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM

DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI INDONESIA

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

KAJIAN POTENSI LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KOTA PARE-PARE

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN BAHAN PAKAN LOKAL SEBAGAI UPAYA EFISIENSI PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG KOMERSIAL: Studi Kasus di CV Bukit Indah Lumajang

PENGARUH LEVEL PENGGUNAAN AMPAS PATI AREN (Arenga pinnata MERR.) DALAM RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Peternakan YENNI YUSRIANI

KECERNAAN BAHAN KERING IN SACCO TUMPI JAGUNG DAN KULIT KOPI SUBSTRAT TUNGGAL DAN KOMBINASI SEBAGAI PAKAN BASAL SAPI POTONG

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia. Kakao (Theobrema cocoa L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

MEMILIH BAKALAN SAPI BALI

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

IDENTIFIKASI DAN EVALUASI KANDUNGAN NUTRISI BAHAN PAKAN INKONVENSIONAL ASAL LIMBAH YANG MELIMPAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

PEMANFAATAN LIMBAH PRODUKSI MIE SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN TERNAK

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PENGARUH SUBSTITUSI KONSENTRAT KOMERSIAL DENGAN TUMPI JAGUNG TERHADAP PERFORMANS SAPI PO BUNTING MUDA

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

PENGARUH SUPLEMENTASI MULTINUTRIEN TERHADAP PERFORMANS SAPI POTONG YANG MEMPEROLEH PAKAN BASAL JERAMI JAGUNG

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

RESPONS PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN SILANGAN PADA KONDISI PAKAN BERBASIS LOW EXTERNAL INPUT

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN IMPOR SAPI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI DI NTB

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

Daya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Daerah Sentra Ternak Berdasarkan Faktor Konversi

POTENSI BAHAN PAKAN INKONVENSIONAL ASAL LIMBAH PERTANIAN DAN PERKEBUNAN DI BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA TIMUR

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT UNTUK PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

ROAD MAP PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI KERBAU Kegiatan Pokok

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KOBATUNAN DAN SUKAMAJU DESA MUNDUNG

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

PENGGEMUKAN SAPI BALI JANTAN MENGGUNAKAN ONGGOK DI LOKASI PENDAMPINGAN PSDSK DI KABUPATEN KEPAHIANG PENDAHULUAN

Bab 4 P E T E R N A K A N

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

ANALISIS POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

TINGKAT PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PAKAN PENGGEMUKAN SAPI BAKALAN

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

PEMANFAATAN SILASE KULIT BUAH KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KAMBING PADA SISTEM INTEGRASI KAKAO-KAMBING

PELEPAH DAN DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENGANTAR. Latar Belakang. kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

RESPON KINERJA PRODUKSI DOMBA YANG MEMPEROLEH SUBSTITUSI PAKAN BERBASIS LIMBAH PERKEBUNAN

POTENSI SUMBERDAYA PAKAN DI WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI PAKAN SAPI POTONG BERBASIS SOFTWARE UNTUK MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU

sering tidak sesuai dengan perkembangan harga produk (ANONIM, 2004). Di lain pihak untuk pengembangan tanaman makanan ternak, baik untuk bahan baku ko

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

POTENSI PAKAN HASIL LIMBAH JAGUNG (Zea mays L.) DI DESA BRAJA HARJOSARI KECAMATAN BRAJA SELEBAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

PEMBIBITAN SAPI LOKAL (PO) DI PETERNAKAN RAKYAT (DESA BODANG KECAMATAN PADANG KABUPATEN LUMAJANG)

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

STRATEGI PENYUSUNAN PAKAN MURAH SAPI POTONG MENDUKUNG AGRIBISNIS

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

Transkripsi:

EVALUASI POTENSI PAKAN ASAL LIMBAH TANAMAN PANGAN DAN LIMBAH PERKEBUNAN DI DAERAH PRORITAS KAWIN ALAM MENDUKUNG PROGRAM P2SDS (Evaluation on Feed at Feed Crops and Estatecrops Byproducts in Natural Breeding Areas for P2SDS Programme) YENNY NUR ANGGRAENY dan U. UMIYASIH Loka Penelitian Sapi Potong, Jl. Pahlawan No. 2 Grati, Pasuruan 61084 ABSTRACT Availability of cheap feedstuf determine the benefit obtained by farmer, since feed cost in about 60-70% of production cost. Exploiting feedstuf from agroindustry by products near area of livestock development is one way to get cheap feedstuff. The aim of this research is to evaluate the potential of local biomass in three provinces representing region of beefcattle development based on natural mating in East Nusa Tenggara, Central Sulawesi and South-Eastern Sulawesi which extensively rely on pasture/ grass field. Result of evaluation indicated that there were 5 kinds of potential biomass. The total amount of three provinces were as follows : cassava bar 1,111,230.06 ton/year; corn cob 376,208.53 ton/year; soy hay 21,438 ton/year; cocoa husk 667,895.33 ton/year; coffee husk 31,505.89 ton/year. These feedstuff culd feed : 232,056; 51,843.65; 102,979.4 Animal unit for Nusa Tenggara; Central Sulawesi and South Eastern Sulawesy respectively. It is concluded that unconventional feedstuff was enough to feed 386,879 animal uni tto support meat production. Key Words: Anconvencional Feed, Beef Cattle, Natural Mating ABSTRAK Penyediaan pakan murah dalam suatu usaha peternakan sangat menentukan tingkat keuntungan dan kontinuitas usaha, hal ini disebabkan 60 70% biaya produksi merupakan biaya pakan. Pemanfaatan pakan asal limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri yang spesifik di dekat daerah pengembangan ternak merupakan salah satu cara untuk mendapatkan bahan pakan dengan harga yang murah. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengevaluasi biomassa lokal yang potensial sebagai pakan sapi potong di tiga propinsi yang merupakan wilayah pengembangan sapi potong prioritas kawin alam yaitu di NusaTenggara Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara yang pemeliharaanya secara ekstensif dan mengandalkan rumput asal padang penggembalaan saja. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terdapat 5 macam biomassa yang jumlahnya cukup potensial, jumlah total produksi dari ketiga propinsi adalah sebagai berikut: batang ubi kayu sebesar 1.111.230,06 ton/tahun, tongkol jagung sebesar 376.208,53 ton/tahun, jerami kedelai sebesar 21.438 ton/tahun, kulit coklat sebesar 667.895,33 ton/tahun dan kulit kopi 31.505,89 ton/tahun. Daya tampung ternak pada masing-masing propinsi menggunakan bahan pakan tersebut adalah sebesar 232.056 ST (Nusa Tenggara Timur) dan 51.843,65 ST (Sulawesi Tengah) dan 102.979,4 Sulawesi Tenggara) Disimpulkan daya tampung total bahan pakan inkonvensional yaitu sebanyak 386.879 ST maka dapat memenuhi kebutuhan target penyediaan daging sebanyak 38.919 ekor sapi. Kata Kunci: Pakan Inkonvensional, Sapi Potong, Kawin Alam PENDAHULUAN Secara nasional populasi sapi potong selama periode 1994 2002 mengalami penurunan sebesar 3,1% pertahun. Penurunan populasi tersebut lebih merisaukan karena terjadi di wilayah padat sapi potong yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi, Lampung dan Bali. Untuk memenuhi kebutuhan daging sapi sebesar 1,75 kg/kapita/tahun saja, Indonesia masih mengalami defisit sebesar 112,9 ribu ton atau 304

setara dengan 912 ribu ekor sapi hidup yang harus dipenuhi melalui impor. Meskipun peluang bagi peternak lokal untuk memenuhi kekurangan kebutuhan daging tersebut sangat besar, namun tetap saja harga daging yang ditawarkan peternak tidak mampu bersaing dengan daging import. Hal tersebut diatas disebabkan karena peningkatan impor daging tidak hanya disebabkan karena senjangnya permintaan dan penawaran saja tetapi juga adanya kemudahan pengadaan impor baik volume, kredit, transportasi serta harga daging impor yang relatif lebih murah daripada daging lokal. Berhasilnya penanggulangan daging ilegal serta peningkatan bakalan impor menyebabkan peningkatan terhadap volume usaha penggemukan berbahan baku ternak lokal. Namun yang perlu diwaspadai adalah jangan sampai terjadi pengurasan populasi ternak lokal sehingga membahayakan plasma nutfah sapi potong Indonesia. Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi 2010 (P2SDS) merupakan program pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor daging sapi. Program Percepatan akan dimulai tahun 2008-2010 melalui 7 langkah operasional yang difokuskan pada 18 Provinsi dan dikelompokkan dalam 3 daerah berdasarkan potensi sumberdaya (lahan, ternak, SDM dan teknologi) sarana pendukung yaitu (1) daerah prioritas IB di Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Barat; (2) daerah campuran IB dan kawin alam di NTB, Sulsel, Gorontalo, Kalbar, Kalsel, NAD, Sumut, Sumbar, Sumsel dan Lampung; (3) daerah prioritas kawin alam di NTT, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Peningkatan populasi dan produktivitas ternak mutlak harus dilakukan untuk mendukung P2SDS. Khusus di daerah prioritas kawin alam selain penanganan khusus dalam strategi pembibitan, pengembangan ternak sapi di daerah tersebut perlu dukungan penyediaan sumber pakan yang baik karena penyediaan pakan selama ini didaerah tersebut mengandalkan dari padang rumput saja. Penyediaan pakan murah dalam suatu usaha peternakan sangat menentukan tingkat keuntungan dan kontinuitas usaha, hal ini disebabkan 60 70% biaya produksi merupakan biaya pakan. Pemanfaatan pakan asal limbah pertanian, perkebunan maupun agroindustri yang spesifik di dekat daerah pengembangan ternak merupakan salah satu cara untuk mendapatkan bahan pakan dengan harga yang murah. Upaya peningkatan ketersediaan pakan sekaligus sebagai upaya efisiensi biaya pakan dapat dilakukan dengan mencari sumber pakan baru yang selama ini belum/tidak umum digunakan oleh peternak (bahan pakan inkonvensional). Di beberapa daerah terdapat beberapa jenis limbah pertanian maupun perkebunan yang belum biasa dimanfaatkan sebagai pakan oleh peternak misalnya janggel jagung, kulit kedelai, kulit ubi kayu, batang ubi kayu, kulit coklat dan kulit kopi; namun di beberapa daerah yang lain sudah memanfaatkan bahan tersebut sebagai pakan ternak. Makalah ini bertujuan untuk mengulas potensi bahan pakan inkonvensional asal limbah pertanian dan perkebunan di daerah pengembangan sapi potong prioritas kawin alam yaitu di NTT, Sulteng dan Sultra. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan dengan melakukan identifikasi dan analisis kualitas dengan rincian sebagai berikut: Identifikasi Identifikasi bahan pakan inkonvensional dilakukan menggunakan data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statisik dan instansi terkait dalam rangka inventarisasi potensi produksi bahan pakan yang jumlahnya melimpah dan masih terabaikan serta belum banyak digunakan oleh peternak (yang selanjutnya disebut dengan istilah bahan pakan inkonvensional). Identifikasi meliputi kapasitas produksi. Bahan pakan inkonvensional diutamakan yang berasal dari limbah pertanian, limbah tanaman pangan, limbah perkebunan dan limbah agroindustri. Hasil analisis data disajikan secara deskriptif. Analisis kualitas Kegiatan diawali dengan penentuan bahan pakan inkonvensional yang berdasarkan kuantitas produksi dan ketersediaanya sepanjang tahun dianggap potensial; 305

selanjutnya dilakukan pengujian kualitas. Analisis kualitas yang dilakukan adalah analisis kandungan nutrisi (secara proksimat) meliputi bahan kering (BK), protein kasar (PK), serat kasar (SK) dan total digestible nutrient (TDN). Hasil analisis data ditampilkan dengan cara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi dan evaluasi bahan pakan inkonvensional asal limbah pertanian di daerah pengembangan sapi potong prioritas kawin alam Pakan yang tersedia sepanjang tahun secara efisien dapat dimanfaatkan oleh ternak dan dapat diperoleh dengan biaya yang kompetitif merupakan kondisi yang ideal dan menjadi tantangan dalam suatu usaha peternakan (GINTING et al., 2005). Sistem integrasi tanaman ternak telah menjadi salah satu alternatif dalam penyediaan pakan bagi ternak dengan menciptakan suatu simbiosis mutualisme dan sistem ini dianggap sesuai dengan kondisi pertanian Indonesia (DEVENDRA et al., 2001). Meskipun banyak sekali limbah tanaman pangan dan perkebunan yang potensial sebagai bahan pakan ternak, namun pemanfaatannya oleh peternak belum banyak dilakukan. Pembatasan pemanfaatan bahan pakan asal limbah tanaman pangan dan perkebunan disebabkan oleh bentuk fisik, kualitas nutrisi rendah, biaya pengumpulan dan pemrosesan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekonominya, masih diperlukan teknologi pemrosesan dan yang tak kalah penting adalah sikap dan pengetahuan peternak terhadap pemanfaatan bahan pakan asal limbah tanaman pangan dan perkebunan. Sikap dan pengetahuan petani terhadap pemanfaatan bahan pakan asal limbah tanaman pangan dan perkebunan sangat ragam yang menyebabkan suatu jenis bahan pakan telah banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak disuatu daerah namun di daerah yang lain belum digunakan meskipun potensinya sangat besar sehingga diperlukan pengenalan dalam pemanfaatannya. Batang ubi kayu, tongkol jagung, jerami kedelai, kulit coklat dan kulit kopi merupakan bahan pakan asal limbah pertanian tanaman pangan yang termasuk dalam katagori inkonvensional. Selama kurun waktu 2005 hingga 2007 telah melakukan identifikasi potensi meliputi kualitas nutrisi dan kuantitas. Kualitas nutrisi meliputi bahan kering, protein kasar dan TDN pada batang ubi kayu, tongkol jagung dan jerami kedelai ditampilkan pada Tabel 1. Kandungan BK bahan pakan inkonvesional bervariasi antara 43,78 87,40%. Batang ubi kayu dan kulit coklat merupakan bahan pakan inkonvensional yang mempunyai kandungan air sangat tinggi, sehingga diperlukan preparasi khusus agar tidak terjadi penurunan kualitas selama penyimpanan. Preparasi pada bahan pakan seperti batang ubi kayu dan kulit coklat sangat diperlukan karena selama musim panen bahan tersebut akan sangat melimpah. Pengeringan atau teknologi fermentasi dapat digunakan untuk memperpanjang daya simpan pada bahan pakan berkadar air tinggi. Kandungan PK, SK dan TDN bahan pakan inkonvensional termasuk rendah; bervariasi masing-masing antara 3,85 9,36%; 27,53 54,94% dan 49,18 64,76%. Berdasarkan kandungan zat nutrien diatas maka batang ubi kayu, tongkol jagung, kulit coklat, jerami kedelai dan kulit kopi termasuk kelas bahan forage kering dan roughage (TILLMAN et al., 1998). Tabel 1. Kandungan nutrisi beberapa biomass lokal potensial Jenis biomass Nutrisi Bahan kering (%) Protein kasar (%) Serat kasar (%) TDN (%) Batang ubi kayu 43,78 6,17 37,94 64,76 Tongkol jagung 66,13 3,85 27,53 52,80 Kulit coklat 52,66 9,36 29,06 49,18 Jerami kedelai 87,40 8,35 40,82 52,98 Kulit kopi 88,31 5,35 54,94 52,83 Sumber: DATA LABORATORIUM LOKA PENELITIAN SAPI POTONG (2006) 306

UMIYASIH et al. (2005) melaporkan bahwa peningkatan kualitas nutrisi pada batang ubi kayu melalui pengecilan partikel dan fermentasi namun perlakukan tersebut belum mampu meningkatkan kualitas nutrisi batang ubi kayu. Peningkatan kualitas nutrisi pada tongkol jagung melalui pengecilan partikel dan fermentasi secara nyata dapat meningkatkan protein kasar namun tidak mampu memperbaiki nilai nutrisi pada serat kasar maupun pada TDN. Penggunaan tongkol jagung yang telah difermentasi dengan Aspergillus niger sebanyak 50% dalam konsentrat pada sapi PO yang memperoleh pakan basal jerami padi mampu menghasilkan pertambahan bobot hidup harian (PBHH) yang tidak berbeda nyata dengan sapi PO yang diberi pakan konsentrat yang tidak mengandung tongkol jagung. Sehingga penggunaan tongkol jagung dalam konsentrat sebanyak 50% mampu meningkatkan nilai keuntungan (UMIYASIH et al., 2006). Peningkatan kualitas nutrisi pada kulit coklat melalui pengecilan partikel dan fermentasi secara nyata dapat meningkatkan TDN. GUNTORO et al. (2006). Pemberian limbah kakao yang telah difermentasi dengan Aspergillus niger selama 5 hari pada Sapi Bali jantan dengan pakan basal berupa rumput mampu meningkatkan PBHH dari 0,292 kg menjadi 0,521 kg. Sedangkan Peningkatan kualitas nutrisi pada kulit kopi melalui pengecilan partikel dan fermentasi secara nyata dapat meningkatkan protein kasar, menurunkan serat kasar dan TDN (UMIYASIH et al., 2005). Ketersediaan bahan pakan inkonvensional asal limbah pertanian di daerah prioritas IB (NTT, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara) ditampilkan pada Tabel 2. Batang ubi kayu, merupakan produksi yang paling besar baik di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah maupun Nusa Tenggara Timur. Tanaman ubi kayu cukup dominan di semua provinsi; antara lain disebabkan karena dapat tumbuh dengan mudah hampir di semua jenis tanah serta tahan terhadap serangan hama penyakit (COACH et al., 1973 dalam ABBAS et al., 1986). Upaya peningkatan produksi jagung nasional menyebabkan peningkatan produksi limbahnya baik berupa jerami jagung dan tongkol/janggel jagung dari tahun ke tahun. Khusus produksi tongkol jagung berkisar 25.732,15 ton/tahun 304.613,01 ton/tahun, sedangkan produksi total tongkol jagung adalah 376.208,53 ton/tahun. Jerami kedelai merupakan limbah tanaman pangan yang sangat rendah produksinya di ketiga propinsi yaitu berkisar 5,214 ton/tahun 9.054 ton/tahun, atau ketersediaan total adalah 21.438 ton/tahun. Tanaman perkebunan juga mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan pakan untuk sapi potong.tanaman perkebunan yang berpotensi untuk menghasilkan bahan pakan adalah kopi dan coklat yang menghasilkan kulit kopi dan kulit coklat, ketersediaan kulit kopi dan kulit coklat dicantumkan pada Tabel 3. Tabel 2. Potensi bahan pakan inkonvensional asal limbah pertanian di NTT, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara Provinsi Produksi bahan pakan inkonvensional asal limbah pertanian (ton/tahun) Batang ubi kayu Tongkol jagung Jerami kedelai Sulawesi Tenggara 208.634,58 45.863,37 5.214,00 Sulawesi Tengah 49.551,48 25.732,15 7.170,00 Nusa Tenggara Timur 853.044,90 304.613,01 9.054,56 Jumlah 1.111.230,06 376.208.53 21.438 Sumber: Data PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA (2003 2006; diolah) 307

Tabel 3. Potensi bahan pakan inkonvensional asal limbah perkebunan di NTT, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara Provinsi Produksi bahan pakan inkonvensional Kulit kopi Kulit coklat Total Sulawesi Tenggara 3.544,89 327.331,39 330.876,28 Sulawesi Tengah - 203.047,88 203.047,88 Nusa Tenggara Timur 27.961,00 137.516,06 165.477,06 Jumlah 31.505,89 667.895,33 699.601,22 Sumber: Data PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA (2003 2006) Produksi kulit coklat lebih tinggi dibandingkan dengan kulit kopi baik di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah maupun di Nusa Tenggara Timur. Produksi Sulawesi Tengah tidak menghasilkan kulit kopi, sedangkan produksi kulit kopi di Sulawesi tenggara dan Nusa Tenggara Timur masingmasing adalah 3.544,89 ton/ha dan 27.961 t/ha. Tambahan target penyediaan daging serta daya tampung bahan pakan inkonvensional asal limbah pertanian di daerah pengembangan sapi potong prioritas kawin alam Tambahan target penyediaan daging di daerah pengembangan sapi potong di Propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur masing-masing adalah 2.488 t 8.861 ekor sapi, 2.172 t 7.735 ekor sapi dan 6.268 t 22.323 ekor sapi. Total target penyediaan daging di ke tiga propinsi adalah 10.928 t 38.919 ekor sapi. Daya tampung ubi kayu sebagai bahan pakan pengganti rumput (diasumsikan dapat mengganti rumput sebesar 50% dalam ransum dengan rasio hijauan konsentrat adalah 60 : 40) dan berdasarkan produksi BK sebesar 486.496,92 t/tahun maka dapat menampung sebanyak 166.039,83 ST. Daya tampung ubi kayu di masing masing propinsi ditampilkan pada Tabel 4. Tongkol jagung merupakan bagian corn stover dengan proporsi sekitar 15% (HETTENHAUS, 2002), sedangkan menurut AMALI et al., 2002 produksi tongkol jagung adalah 1 t/ha. Hasil penelitian melaporkan penggunaan janggel jagung sebagai pensubstitusi konsentrat komersial sebanyak 50% layak untuk diterapkan karena bernilai ekonomis. Daya tampung tongkol jagung sebagai bahan pakan pengganti rumput (diasumsikan dapat mengganti rumput sebesar 50% dalam ransum dengan rasio hijauan konsentrat adalah 60 : 40) dan berdasarkan produksi BK sebesar 1.933.437,05 t/tahun maka dapat menampung sebanyak 84910,14 ST. Daya tampung di masing-masing propinsi ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 4. Daya tampung batang ubi kayu sebagai bahan pakan penyubtitusi rumput Sulawesi Tenggara 91.340,22 31.174,06 Sulawesi Tengah 21.693,64 7.403.97 Nusa Tenggara Timur 373.463,06 127.461,80 Jumlah 486.496,92 166.039,83 BK: bahan kering; ST: satuan ternak; 1 ST setara dengan bobot hidup (BH) 325 kg; kebutuhan pakan 3% BH berdasarkan kebutukan BK; Asumsi bahan pakan inkonvensional digunakan sebanyak 50% dari kebutuhan konsentrat (hijauan : konsentrat. = 60 : 40) Sumber: Data PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA (2003 2006) 308

Kedelai (Glicine max) merupakan tanaman dikotil yang termasuk famili Leguminoceae. Daya tampung jerami kedelai sebagai bahan pakan pengganti rumput (diasumsikan dapat mengganti rumput sebesar 50% dalam ransum dengan rasio hijauan konsentrat adalah 60 : 40) dan berdasarkan produksi BK sebesar 18.737,30 t/tahun maka dapat menampung sebanyak 6.394, 98 ST. Daya tampung di masing-masing propinsi ditampilkan pada Tabel 6. Kopi (Coffea spp.) adalah tanaman perkebunan yang selain dikenal sebagai komoditas ekspor. Kulit kopi adalah bagian luar dari biji kopi atau dikenal dengan istilah daging buah ; terdiri dari lapisan luar (eksokarp); lapisan tengah (mesocarp) dan lapisan kulit tanduk (endocarp) yang tipis dan biasanya keras. Daya tampung kulit kopi sebagai bahan pakan pengganti rumput (diasumsikan dapat mengganti rumput sebesar 50% dalam ransum dengan rasio hijauan konsentrat adalah 60 : 40) dan berdasarkan produksi BK sebesar 27822,85 t/tahun maka dapat menampung sebanyak 9495,85 ST. Daya tampung di masing-masing kabupaten ditampilkan pada Tabel 7. Kulit coklat atau cocoa pod merupakan kulit luar yang melindungi buah, mempunyai tekstur yang kasar, tebal dan keras. Kulit coklat dihasilkan sebesar 75,67% selain kulit biji dan placenta (DARWIS et al., 1989). Daya tampung kulit coklat sebagai bahan pakan pengganti rumput (diasumsikan dapat mengganti rumput sebesar 50% dalam ransum dengan rasio hijauan konsentrat adalah 60 : 40) dan berdasarkan produksi BK sebesar 351713,68 t/tahun maka dapat menampung sebanyak 120.038,80 ST. Daya tampung di masingmasing kabupaten ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 5. Daya tampung tongkol jagung sebagai bahan pakan penyubstitusi rumput Sulawesi Tenggara 30.329,45 10.351,35 Sulawesi Tengah 17.016,67 5.807,74 Nusa Tenggara Timur 201.440,60 68.751,05 Jumlah 1.933.437,05 84.910,14 BK: bahan kering; ST: satuan ternak; 1 ST setara dengan bobot hidup (BH) 325 kg; kebutuhan pakan 3% BH berdasarkan kebutukan BK; Asumsi bahan pakan inkonvensional digunakan sebanyak 50% dari kebutuhan konsentrat (hijauan : konsentrat = 60 : 40) Sumber: Data PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA (2003 2006) Tabel 6. Daya tampung jerami kedelai sebagai bahan pakan penyubstitusi rumput Sulawesi Tenggara 4.557,04 1.555,30 Sulawesi Tengah 6.266,58 2.138,76 Nusa Tenggara Timur 7.913,69 2.700,92 Jumlah 18.737,30 6.394,98 BK: bahan kering; ST: satuan ternak;, 1 ST setara dengan bobot hidup (BH) 325 kg; kebutuhan pakan 3% BH berdasarkan kebutukan BK; Asumsi bahan pakan inkonvensional digunakan sebanyak 50% dari kebutuhan konsentrat (hijauan : konsentrat = 60 : 40) Sumber: Data PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA (2003 2006; diolah) 309

Tabel 7. Daya tampung kulit kopi sebagai bahan pakan penyubstitusi rumput Sulawesi Tenggara 3.130,49 1.068,43 Sulawesi Tengah 0,00 0,00 Nusa Tenggara Timur 24.692,36 8.427,43 Jumlah 27.822,85 9.495,85 BK: bahan kering; ST: satuan ternak; 1 ST setara dengan bobot hidup (BH) 325 kg; kebutuhan pakan 3% BH berdasarkan kebutuka BK; Asumsi bahan pakan inkonvensional digunakan sebanyak 50% dari kebutuhan konsentrat (hijauan:konsentrat = 60 : 40) Sumber: DATA PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA (2003 2006) Tabel 8. Daya tampung kulit coklat sebagai bahan pakan penyubstitusi rumput Sulawesi Tenggara 172.372,71 58.830,28 Sulawesi Tengah 106.925,01 36.493,18 Nusa Tenggara Timur 72.415,96 24.715,34 Jumlah 351.713,68 120.038,80 BK (bahan kering); ST (Satuan Ternak), 1 ST setara dengan bobot hidup (BH) 325 kg; kebutuhan pakan 3% BB berdasarkan kebutukan BK; Asumsi bahan pakan inkonvensional digunakan sebanyak 50% dari kebutuhan konsentrat (hijauan : konsentrat = 60: 40) Sumber: DATA PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA (2003-2006; diolah) Tabel 9. Total daya tampung bahan pakan inkonvensional Propinsi Batang ubi kayu Daya tampung bahan pakan inkonvensional (ST) Tongkol jagung Jerami kedelai Kulit kopi Kulit coklat Total (ST) Sulawesi Tenggara 31.174,06 10.351,35 1.555,30 1.068,43 58.830,28 102.979,40 Sulawesi Tengah 7.403.97 5.807,74 2.138,76 0,00 36.493,18 51.843,65 NusaTenggara Timur 127.461,80 68.751,05 2.700,92 8.427,43 24.715,34 232.056,50 Jumlah 166.039,83 84.910,14 6.394,98 9.495,85 120.038,80 386.879,00 Berdasarkan perhitungan daya tampung total bahan pakan inkonvensional yaitu sebanyak 386.879 ST maka dapat memenuhi kebutuhan target penyediaan daging sebanyak 38.919 ekor sapi. Meskipun potensi produksi bahan pakan inkonvensional asal limbah tanaman pangan dan tanaman perkebunan cukup besar namun beberapa bahan seperti tongkol jagung dan batang ubi kayu pemanfaatannya masih belum optimal karena diperlukan teknologi pengecilan partikel yang sampai saat ini masih mahal sehingga hanya akan berfungsi sebagai kayu bakar. Kendala dalam pemanfaatan kulit coklat selama ini adalah karena sentra produksi bahan jauh dari sentra pemeliharaan sapi sehingga harga menjadi mahal karena biaya transportasi dan biaya pemrosesan. Secara umum bahan pakan inkonvensional adalah keterbatasan kualitas serta kemungkinan adanya kandungan zat anti nutrisi di dalamnya (SOEBARINOTO, 2001). 310

KESIMPULAN Berdasarkan perhitungan daya tampung total bahan pakan inkonvensional yaitu sebanyak 386.879 ST maka dapat memenuhi kebutuhan target penyediaan daging sebanyak 38.919 ekor sapi di daerah program pengembangan sapi potong prioritas kawin alam. Pengembangan teknologi pakan dalam rangka pemanfaatan bahan pakan inkonvensional perlu dilakukan agar pengaruhnya terhadap produksi ternak dapat lebih optimal. DAFTAR PUSTAKA ABBAS, S., A. HALIM, A. AHMAD dan S.T. AMIDARMO. 1986. Limbah Tanaman Ubi Kayu. Dalam: Limbah Hasil Pertanain. Kantor Mentri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan. DARWIS, A.A., E. SUKMA, R. PURNAWATI dan TUN TEDJA. 1989. Biokonversi Limbah Lignoselullosa oleh Trichoderma viridae dan Aspergillus niger. Laporan Penelitian- Laboratorium Bioindustri. PAU Bioteknologi, IPB. Bogor. DEVENDRA, C., SEVILLA and D. PEZO. 2001. Food Feed System in Asia-Review. Asian- Aust. J. Anim.Sci. 14: 733 745. GINTING, S.P., F. MAHMILIA, S ELIESER, L.P. BATUBARA dan R. KRISNAN. 2005. Tinjauan hasil penelitian pengembangan pakan alternatif dan persilangan kambing potong. Pros. Seminar Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12 13 Septermber 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 57 70 GUNTORO, S., M.R. N. SUYASE dan M.R. YASA. 2006. Pengaruh pemberian limbah kakao terhadap pertumbuhan Sapi Bali. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5 6 September 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 116 120. HETTENHAUS, J. 2002. Talking about corn stover with Jim Hettenhaus. A Publication of The Institute for Local Self-Reliance. Vol. No. 4, Issue No. 2. http://www.carbohydratee economy.org/library/admin/uploadefiles/talki ng_about_corn_stover_with_jim_hettenhau s.htm PUSDATIN. 2004. Statistik Pertanian. Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departeman Pertanian, Jakarta. SOEBARINOTO. 2001. Ketersediaan Pakan untuk Mendukung Program Pengembangan Sapi Potong di Jawa timur. Seminar Strategi Pengembangan Sapi Potong di Jawa Timur. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. TILLMAN A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO, S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSOEKODJO. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. UMIYASIH, U., L. AFFANDHY, ARYOGI, D. PAMUNGKAS, D.E. WAHYONO, Y.N. ANGGRAENY, N.H. KRISHNA dan I-W. MATHIUS. 2005. Penelitian Nutrisi Mendukung Pengembangan Usaha Cow Calf Operation Untuk Menghasilkan Bakalan. Laporan Akhir T.A 2005. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati, Pasuruan (Unpublished). UMIYASIH, U., D.E. WAHYONO, MARIYONO, D. PAMUNGKAS, Y.N. ANGGRAENY, N.H. KRISHNA dan I-W. MATHIUS. 2006. Penelitian Nutrisi Mendukung Pengembangan Usaha Cow Calf Operation Untuk Menghasilkan Bakalan. Laporan Akhir T.A. 2005. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati, Pasuruan (Unpublished). 311