*Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

KARAKTERISTIK KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN LAKI-LAKI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

WIJI LESTARI J

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N.,

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN


BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

Transkripsi:

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK PADA USIA DEWASA TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI DUKUH JOMBOR DESA DANGURAN KECAMATAN KLATEN SELATAN Marwanti* ABSTRAK Latar Belakang: Masalah merokok mulai diperhatikan baik didunia maupun diindonesia. Lima ratus juta orang yang dewasa ini hidup dimuka bumi akan meninggal akibat kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok ini merupakan penyebab kematian 10% penduduk dunia. Pada tahun 2030, atau bahkan mungkin lebih cepat dari itu, satu dari enam manusia akan meninggal akibat kebiasaan merokok Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti memperoleh data bahwa penduduk di Desa Danguran berjumlah 5.569 orang, terdiri dari jumlah laki-laki 2.647 orang dan jumlah perempuan 2.922 orang, jumlah usia dewasa yang merokok di Dukuh Jombor 74 orang dan yang terjadi hipertensi 47 orang. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok pada usia dewasa terhadap kejadian hipertensi. Metode: penelitian deskriptif analitik, Populasi pada penelitian ini adalah semua usia dewasa yang merokok di wilayah Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan. Hasil: penelitian menunjukkan karakteristik dari 74 responden sebagian besar pada kelompok umur antara 36-40 tahun sebanyak 32 responden (43,2%), berpendidikan SMA sebanyak 33 responden (44,6%), jenis pekerjaan sebanyak 41responden (55,4%). Kesimpulan: dari penelitian ini bahwa ada pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi. Kata Kunci: Pengaruh kebiasaan merokok, kejadian hipertensi *Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten

PENDAHULUAN Hipertensi merupakan faktor risiko penting dari kejadian kardiovaskuler diderita oleh lebih dari 800 juta orang seluruh dunia. Sekitar 10-30% penduduk dewasa didunia menderita hipertensi. Beban kesehatan akibat hipertensi sangat besar, karena merupakan faktor pemicu utama stroke, serangan jantung, gagal jantung dan gagal ginjal (Hananto, 2007). Indonesia Society of Hipertension (Ina SH) mendefinisikan hipertensi sebagai suatu keadaan dimana upaya penurunan tekanan darah akan memberikan manfaat lebih besar dibanding tidak melakukan upaya apapun. Risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler akan meningkat, setiap peningkatan tekanan darah 200/100 mmhg (Hananto Andrianto, 2007). Tekanan darah tinggi ditegakkan pada tekanan sistolik 140 mmhg, atau lebih saat beristirahat, tekanan diastolik 90 mmhg atau lebih saat beristirahat, atau keduanya. Semakin tinggi tekanan darah, semakin besar risiko hipertensi, bahkan jika tekanan masih dalam batas normal. Karenanya, nilai batas ini masih bersifat arbiter. Nilai batas ini ditentukan karena orang dengan tekanan darah diatas nilai ini, berisiko tinggi mengalami komplikasi (Hananto, 2007). Obesitas, gaya hidup, stress, merokok, dan minum alkohol berlebihan dan garam berperan dalam berkembangnya tekanan darah tinggi pada orang yang memiliki kecenderungan secara genetik untuk mengalaminya. Stress cenderung menyebabkan tekanan darah meningkat sementara, tapi tekanan darah biasanya kembali normal ketika stress berakhir (IMS, 2006). Hipertensi sering disertai faktor risiko lainnya dari penyakit kardiovaskuler. Faktor risiko ini meliputi kolesterol tinggi, merokok, diabetes dan obesitas, dapat meningkatkan risiko terjadinya morbiditas akibat hipertensi ( Brunner GA, Hirschberger s, 2006). Berdasarkan data WHO jumlah perokok didunia sebesar 1,3 M orang sementara kematian yang diakibatkan olehnya mencapai 4,9 juta orang per tahun. Berdasarkan data WHO ini jika kebiasaan merokok masyarakat terus berlanjut, maka pada tahun 2020 angka kematian akibat merokok diperkirakan akan meningkat menjadi 10 juta per tahun dimana 70 persennya terjadi dinegaranegara berkembang (Kosasih Padmawinata, 2001). Banyak perokok mulai

merokok pada usia dewasa. Dinegara berpendapatan tinggi, sekitar 8 dari 10 perokok mulai merokok sejak mereka berusia belasan tahun. Sementara banyak perokok dinegara berkembang mulai merokok pada awal umur 20-an ( Shanty, 2007). Berdasarkan data susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) penduduk Indonesia usia dewasa yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 31,6%. Dengan besarnya jumlah dan tingginya presentasi penduduk yang mempunyai kebiasaan merokok, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima didunia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi sebanyak 199 miliar batang rokok per tahun. Angka ini merupakan angka tertinggi kelima didunia, setelah cina 1,679 miliar batang, AS 480 miliar batang, Rusia 230 miliar batang, dan Jepang 230 miliar batang per tahunnya (Charles, 2008) (Prasetyo,2007). Masalah merokok mulai diperhatikan baik didunia maupun diindonesia karena merokok merupakan suatu kebiasaan yang merugikan kesehatan sebagai penyebab utama yang meruntuhkan kesehatan manusia serta menyebabkan kematian dini. Lima ratus juta orang yang dewasa ini hidup dimuka bumi akan meninggal akibat kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok ini merupakan penyebab kematian 10% penduduk dunia. Artinya, satu dari sepuluh penghuni kita meniggal akibat asap rokok. Pada tahun 2030, atau bahkan mungkin lebih cepat dari itu, satu dari enam manusia akan meninggal akibat kebiasaan merokok (Prasetyo, 2007). Kompleksnya masalah rokok didunia termasuk Indonesia, akibat kurangnya pengetahuan dan kesadaran seseorang terhadap zat-zat yang terkandung dalam rokok dan dampak dari bahaya rokok. Pengetahuan yang kurang baik akan cenderung membuat seseorang berperilaku merokok. Ataupun sebaliknya jika pengetahuan dan kesadaran seseorang terhadap zat-zat yang terkandung dalam rokok serta dampak dari bahaya merokok baik, maka akan mencegah timbulnya perilaku merokok (Yayan,2008). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 5 Februari 2011 peneliti memperoleh data bahwa penduduk di Desa Danguran berjumlah 5.569 orang, terdiri dari jumlah laki-laki 2.647 orang dan jumlah

perempuan 2.922 orang, jumlah penduduk di Dukuh Jombor Desa danguran 585 orang, jumlah usia dewasa di Dukuh jombor 135 orang yang merokok di Dukuh Jombor 74 orang dan yang terjadi hipertensi 47 orang. Berdasarkan data diatas maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh kebiasaan merokok pada usia dewasa terhadap kejadian hipertensi di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah usia dewasa yang berjumlah 135 orang, dan orang yang merokok ada 74 orang yang berada di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Klaten Selatan.Sampel penelitian yaitu semua lakilaki dewasa yang merokok di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan yang berjumlah 74 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampel. Cara pengumpulan data dengan: (1) Data primer, data yang diperoleh secara langsung dari penelitian terhadap subyek penelitian, dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner; (2) Data sekunder, data yang digunakan sebagai data penunjang dan pelengkap dari data primer yang ada relevensinya dengan keperluan peneitian. Data ini diperoleh dari Puskesmas Klaten Selatan dan Kelurahan Desa Danguran. Penelitian ini dilakukan di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu yaitu dimulai pada tanggal 22-28 Juni 2011. Analisis univariat dengan data frekuensi dan distribusi variabel-variabel yang diteliti disajikan dalam bentuk tabel. Uji statistik yang digunakan adalah Chi square dengan program komputer, untuk mengetahui hubungan atau pengaruh setiap variabel dengan taraf kepercayaan 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Jenis Pekerjaan

Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis pekerjaan Frekuensi Persen Buruh 41 55.4 Petani 13 17.6 Wiraswasta 18 24.3 Tidak bekerja 2 2.7 Total 74 100.0 Berdasarkan tabel 1 jumlah responden yang merokok paling banyak adalah pekerja Buruh dengan jumlah 41 responden (55,4%), sedangkan yang paling sedikit adalah yang tidak bekerja dengan jumlah 2 responden (2,7%). 2. Tingkat Pendidikan Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan Frekuensi Persen SD 23 31.1 SMP 15 20.3 SMA 33 44.6 PT 3 4.1 Total 74 100.0 Berdasarkan tabel 2 jumlah responden yang merokok yang paling banyak adalah SMA dengan jumlah 33 responden (44,6%), sedangkan yang paling sedikit adalah Perguruan Tinggi dengan jumlah 3 responden (4,1%). 3. Usia Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia Frekuensi Persen 21-25 tahun 8 10.8 26-30 tahun 14 18.9 31-35 tahun 20 27.0 36-40 tahun 32 43.2

Total 74 100.0 Berdasarkan tabel 3 jumlah responden yang merokok paling banyak adalah usia 36-40 tahun dengan jumlah 32 responden (43.2%), sedangkan yang paling sedikit adalah 21-25 tahun dengan jumlah 8 responden (10,8%). 4. Jumlah rokok terhadap kejadian hipertensi Tabel 4 Crosstabulation Responden Menurut jumlah rokok Kejadian hipertensi Hipertensi Tidak hipertensi Total X 2 P <10 batang 7 0 7 4,441 0,035 >10 batang 40 27 67 Total 47 27 74 Berdasarkan tabel 4 penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 10 batang setiap hari dengan jumlah 40 responden, sedangkan penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok kurang dari 10 batang setiap hari dengan jumlah 7 responden. Menurut nilai Odd Ratio jumlah rokok lebih dari 10 batang itu lebih berisiko terjadi hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulation jumlah rokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X 2 hitung = 4,441, sedangkan X 2 tabel= 3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, dengan taraf kepercayaan 0,05, hal ini berarti bahwa X 2 hitung > X 2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara jumlah merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,035 yang berarti p < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara jumlah merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 2,873 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency).

5. Jenis rokok terhadap kejadian hipertensi Tabel 5 Crosstabulation Responden Menurut jenis rokok Kejaadian hipertensi Hipertensi Tidak hipertensi Total X 2 P filter 20 24 44 15,274 0,000 Non filter 27 3 30 Total 47 27 74 Berdasarkan tabel 5 penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok dengan jenis rokok filter dengan jumlah 20responden, sedangkan penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok dengan jenis rokok non filter dengan jumlah 27 responden.menurut nilai Odd Ratio jenis rokok non filter lebih berisiko terjadi hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulationjenis merokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X 2 hitung = 15,274, sedangkan X 2 tabel=3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, dengan taraf kepercayaan 0,05. Hal ini berarti bahwa X 2 hitung > X 2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara jenis merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,001 yang berarti p < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara jenis merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 13,412 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency). 6. Lama merokok terhadap kejadian hipertensi Tabel 6 Crosstabulation Responden Menurut lama merokok Kejadian hipertensi Hipertensi Tidak Total X 2 P hipertensi <10 tahun 10 9 19 1,306 0,253 >10 tahun 37 18 55

Total 47 27 74 Berdasarkan tabel 6 penderita hipertensi yang menghisap rokok lebih dari 10 tahun dengan jumlah 37 responden, sedangkan penderita hipertensi yang menghisap rokok kurang dari 10 tahun dengan jumlah 10responden. Menurut nilai Odd Ratio lama merokok >10 tahun lebih berisiko terjadi hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulationlama merokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X 2 hitung = 1,306, sedangkan X 2 tabel=3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, pada taraf kepercayaan 0,05, hal ini berarti bahwa X 2 hitung < X 2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara lama merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif ditolak dan hipotesis nol diterima. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,253 yang berarti p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara lama merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 0,751 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency). B. Pembahasan 1. Jenis pekerjaan Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang paling banyak merokok adalah pekerja buruh dengan jumlah 41 responden (54%), sedangkan yang paling sedikit adalah yang tidak bekerja dengan jumlah 2 responden (2,7%). Pekerja buruh lebih banyak merokok karena dalam bekerja sambil merokok dapat menambah semangat bekerja dan status sosio ekonomi lebih tinggi, sedangkan yang tidak bekerja hanya beberapa saja karena sosio ekonomi rendah (Padmawinata, 2003). Berdasarkan teori (Padmawinata, 2000) tersebut jenis pekerjaan sangatlah berpengaruh terhadap kejadian hipertensi, semakin pendapatan lebih tinggi semakin

besar pula keinginan untuk merokok, karena rokok juga memberikan perasaan yang tidak enak menjadi enak pada saat bekerja. 2. Tingkat pendidikan Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang paling banyak merokok adalah tingkat SMA dengan jumlah 33 responden (44,6%), sedangkan yang paling sedikit adalah Perguruan Tingi dengan jumlah 3 responden (4,1%). Pada tingkat SMA lebih banyak merokok karena kurang mengetahui tentang dampak bahaya merokok, sedangkan Perguruan Tinggi hanya sedikit yang merokok karena lebih banyak pengetahuan tentang dampak bahaya merokok (Sitepoe, 2007). Pendidikan seseorang merupakan faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang (Notoatmojo, 2005). Pendidikan yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan seseorang untuk lebih memahami tentang sesuatu (Notoatmojo, 1993) dalam hal ini adalah merokok terhadap kejadian hipertensi. Status pendidikan mempengaruhi kesempatan memperoleh informasi mengenai dampak bahaya dalam merokok. 3. Usia Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang paling banyak merokok adalah usia 36-40 tahun dengan jumlah 32 responden (43,2%), sedangkan yang paling sedikit adalah 21-25 tahun dengan jumlah 8 responden (10,8%). Pada usia 36-40 tahun lebih banyak merokok karena pada usia tersebut mempunyai ketergantungan terhadap rokok dan lebih lama memakai rokok, sedangkan pada usia 21-25 tahun mempunyai kebiasaaan merokok karena lingkungannya adalah perokok (Sitepoe, 2007).Tingginya kejadian hipertensi pada usia produktif (36-40 tahun)dapat dikaitkan bahwa kelompok usia ini cenderung lebih luas aktivitas dan pergaulannya yang cenderung lebih mudah mengalami stress dan lebih banyak berhubungan dengan faktor merokok. Kondisi stress merupakan faktor yang mempengaruhi orang merokok, sehingga semakin banyak merokok,semakin besar pula terjadi hipertensi.

4. Jumlah rokok terhadap kejadian hipertensi Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang merokok >10 batang per hari berjumlah 40 responden dan menderita hipertensi, sedangkan hanya 7 responden merokok <10 batang per hari. Hasil ini menunjukan bahwa kebiasaan merokok lebih dari 10 batang setiap hari mempunyai risiko kejadian hipertensi lebih tinggi dibanding dengan kebiasaan merokok kurang dari 10 batang setiap hari. Karena merokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah yang menjadikan tekanan darah meningkat. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmhg dan menambah detak jantung 5-10 kali tiap menitnya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam asap rokok. Dalam sebatang rokok mengandung banyak bahan kimia dan beberapa diantaranya dinyatakan beracun (Suheni,2007). Sehingga semakin banyak jumlah rokok yang dihisap maka semakin banyak juga zat beracun yang masuk kedalam tubuh yang bisa meningkatkan kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulation jumlah rokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X 2 hitung = 4,441, sedangkan X 2 tabel = 3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, dengan taraf kepercayaan 0,05, hal ini berarti bahwa X 2 hitung > X 2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara jumlah merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,035 yang berarti p < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara jumlah merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 2,873 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency). 5. Jenis rokok yang dihisap Dari hasil penelitian menunjukan 30 responden menggunakan jenis rokok non filter dan mengalami hipertensi sebanyak 27 responden, sedangkan 44 responden menggunakan rokok filter mengalami hipertensi

dengan jumlah 20 responden. Hal ini menunjukan bahwa merokok dengan jenis rokok non filter mempunyai risiko kejadian hipertensi lebih tinggi dibanding dengan merokok jenis filter karena kandungan zat dalam rokok non filter selain dari tembakau rokok non filter juga mengandung zat kimia yang lain yaitu zat nikotin dan tar (Nofa,2010). Nikotin adalah zat atau bahan senyawa porilidin yang terdapat dalam Nicotiana Tabacum yang bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya (Nofa, 2010). Sehingga pemakaian filter dalam rokok sangatlah berpengaruh karena dapat menekan jumlah nikotin yang masuk kedalam tubuh perokok. Karena semakin banyak jumlah nikotin yang masuk kedalam tubuh akan meninggkatkan kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulation jenis merokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X 2 hitung = 15,274, sedangkan X 2 tabel=3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, dengan taraf kepercayaan 0,05. Hal ini berarti bahwa X 2 hitung > X 2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara jenis merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,001 yang berarti p < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara jenis merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 13,412 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency). 6. Lama merokok Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama merokok lebih dari 10 tahun mempunyai risiko kejadian hipertensi lebih tinggi dibanding dengan lama merokok yang kurang dari 10 tahun, dengan hasil penelitian,dari total responden 74 orang, 55 responden yang lama merokok diatas 10 tahun. Hal ini sesuai dengan Penelitian (Suheni, 2010). Dampak

rokok akan terasa setelah pemakaian 10-20 tahun karena zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif, sehingga dengan jelas dampak rokok berupa kejadian hipertensi akan muncul kurang lebih setelah 10 tahun pemakaian. Berdasarkan hasil crosstabulation lama merokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X 2 hitung = 1,306, sedangkan X 2 tabel=3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, pada taraf kepercayaan 0,05, hal ini berarti bahwa X 2 hitung < X 2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara lama merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif ditolak dan hipotesis nol diterima. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,253 yang berarti p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara lama merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 0,751 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency). SIMPULAN DAN SARAN A. SImpulan Ada pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi. B. Saran 1. Untuk mengurangi risiko hipertensi, hendaknya mengurangi dalam mengkonsumsi rokok khususnya pada usia dewasa di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan 2. Meningkatkan sosialisasi mengenai bahaya merokok dalam hubungannya dengan penyakit hipertensi yang merupakan salah satu penyakit yang memiliki risiko kematian khususnya pada siswa SLTA 3. Hendaknya tidak mengkonsumsi rokok karena bisa menyebabkan berbagai macam penyakit khususnya pada siswa SLTA 4. Pada sosio ekonomi yang lebih tinggi, hendaknya mengurangi kebiasaan merokok karena merokok tidak baik untuk kesehatan dan merupakan faktor terjadinya penyakit khususnya pada usia dewasa di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan

5. Untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang faktor-faktor lain yang menyebabkan hipertensi. DAFTAR REFERENSI Budi Sarwo dan Bagus Wismanto, Y. 2007. Strategi Penghentian Perilaku Merokok. Unika Soegijapranata. Semarang. Padmawinata, Prof. Dr. Kosasih. 2001. Pengendalian Hipertensi World Health Organistion, ITB. Bandung. Suzanne C. Smeltzer, Beranda G. Bare. 2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Jakarta. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta. David Chaney. 2008. Http ://id. wikipedia. org/wiki/dewasa Husaini, A. 2006. Tobat Merokok. Pustaka Iman. Jakarta. Suheni. 2007. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-laki Usia 40 tahun ke Atas. Skripsi. FIK UNES Semarang. Tidak Dipublikasikan. Ning Sulastri. 2009. Faktor-faktor Resiko Terjadinya Hipertensi Primer di Desa Cawan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. Skripsi. Stikes Muhammadiyah Klaten. Tidak dipublikasikan. Nofa Tri Martana. 2010. Karakteristik Kebiasaan Merokok Pada Pasien Laki-laki Penderita Hipertensi di Rumah Sakit Islam. Skripsi. Stikes Muhammadiyah Klaten. Tidak dipublikasikan. Komang. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, Praktik Merokok dengan Kesehatan Gigi dan Mulut. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Groves, Colin. 2005. Http://id.wikipedia.orng/wiki/Dewasa. Usia Dewasa.