BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Para ahli tulang Indonesia sepakat bahwa dengan meningkatnya harapan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk merupakan alasan untuk diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

OSTEOPOROSIS DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

PERBEDAAN KADAR COLLAGEN CROSS-LINKED CTELO PEPTIDES (CTx) TULANG PADA WANITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

BAB I. PENDAHULUAN. Meningioma merupakan tumor otak primer yang berasal jaringan. meninges dan merupakan salah satu tumor primer yang cukup sering

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL SUNTIK DMPA DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS LAPAI KOTA PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 HASIL Osteoporosis. Proporsi kasus osteoporosis dan osteoporosis berat terlihat pada gambar. berikut:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. banyak pada wanita dan frekuensi paling sering kedua yang menyebabkan

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K)

Patogenesis dan Metabolisme Osteoporosis pada Manula

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan kanker dengan angka. kejadian tertinggi pada wanita, sebanyak

BAB III METODE PENELITIAN

MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB III METODE PENELITIAN. pengumpulan data sekaligus pada satu waktu (Taufiqurahman, 2010).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis pada wanita (Dizon et al.,

AACE Mengeluarkan Panduan untuk Terapi Hormon Menopause

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program keluarga berencana (KB) merupakan bagian yang terpadu

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

LATIHAN FISIK DAN OSTEOPOROSIS PADA WANITA POSTMENOPAUSE. Ni Made Sri Dewi Lestari

LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DMPA DAN DENSITAS TULANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008).

HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR. Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Lilis Oktaviani** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, yang salah satu caranya dengan kontrasepsi. kontrasepsi yang akan dipilihnya baik meliputi cara pemasangan atau

PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI INJEKSI DEPOT MEDROKSIPROGESTERON ASETAT (DMPA) TERHADAP DENSITAS MINERAL TULANG PADA PEREMPUAN USIA REPRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang telah memasuki usia diatas 55 tahun mengalami proses penuaan

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seksama, prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70%, karena mioma

GAMBARAN DENSITOMETER TULANG BELAKANG DAN FEMUR PASIEN DI IDT. RSUP. Dr. M. DJAMIL PADANG DARI TANGGAL 1 AGUSTUS FEBRUARI 2006

itu bersifat sementara, dapat pula Pendahuluan Tingginya angka kelahiran di bersifat permanen. Penggunaan Indonesia menggelisahkan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial, dan perilaku. Perubahan fisik yang dominan terjadi selama proses ini, diikuti

BAB I PENDAHULUAN. Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia. kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah

Osteoporosis. Anita's Personal Blog Osteoporosis Copyright anita handayani

I. PENDAHULUAN. perempuan menopause (Rachmawati, 2006). usia. Seorang wanita yang sudah menopause akan mengalami berhentinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, sanitasi dan lingkungan (Shah et al.

BAB I PENDAHULUAN. Menopause merupakan periode peralihan dan fase reproduksi menuju fase

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para ahli tulang Indonesia sepakat bahwa dengan meningkatnya harapan hidup rakyat Indonesia penyakit kerapuhan tulang akan sering dijumpai. Sejak tahun 1990 sampai 2025 akan terjadi kenaikan jumlah penduduk Indonesia sampai 41,4% dan osteoporosis selalu menyertai usia lanjut baik perempuan maupun lakilaki, meskipun diupayakan pengobatan untuk mengobati osteoporosis yang sudah kasep dan upaya pencegahan dengan mempertahankan massa tulang sepanjang hidup jauh lebih dianjurkan (Baziad, 2003a; Djokomoeljanto, 2003). Menopause adalah berhentinya haid selama 12 bulan yang terjadi secara permanen hilangnya aktifitas ovarium. Masa postmenopause adalah berhentinya haid lebih dari 12 bulan sampai menuju senium (Baziad, 2003a; Ganero, 2004; Luzuy, 2007). Pada penelitian pendahuluan dan tidak dipublikasikan oleh Agung, Akbar, Loekmono, Tedjo dikatakan bahwa di Surakarta didapatkan data sebagian besar perempuan mengalami menopause pada usia < 50 tahun. Sedangkan pada penelitian di Amerika Serikat oleh Bromberger,dkk menyatakan bahwa usia ratarata seorang perempuan mengalami onset menopause adalah 49,3 tahun. Lain halnya di Inggris bahwa usia menopause rata-rata berumur 51 tahun ( Brown, 2002; Palmer, 2003; Witjaksono, 2006).

Wanita postmenopause telah mengalami penurunan fungsi ovarium dalam menyediakan hormon seks steroid estrogen dan progesteron. Penurunan fungsi ovarium ini memberi dampak terhadap kehilangan densitas mineral tulang. Kehilangan densitas mineral tulang secara signifikan terjadi pada awal postmenopause terutama tulang trabekular vertebra (Ganero, 2004; Masse, 2005). Dalam kondisi patologis kerapuhan tulang disebabkan oleh kegagalan mencapai massa tulang puncak optimal, resorpsi tulang berlebihan menyebabkan berkurangnya massa tulang, dan kerusakan mikroarsitektur sistem skeleton dan berkurangnya aktivitas osteoblas dalam merespon peningkatan resorpsi selama remodeling tulang (Raisz, 2005). Suatu produk hormon sex steroid dengan nama dagang (Depo Profera ) mengandung depot medroksiprogesteron asetat / DMPA. Dosis kontrasepsi yang digunakan adalah 150 mg. DMPA merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang beredar di Indonesia dan sampai sekarang masih banyak digunakan oleh wanita usia reproduktif. Formulasi ini tersedia dalam bentuk suspensi injeksi yang diberikan secara intramuskuler setiap tiga bulan sekali. Hormon progesteron sintetik dengan gugus asetil yaitu DMPA mulai dikenal sejak pertengahan tahun 1960 sampai sekarang, cukup efektif dalam mencegah ovulasi. Hormon DMPA memberikan keragaman efek diantaranya adalah kehilangan densitas mineral tulang (Dantas, 2007 ; Mischell, 1995). Seperti diketahui bahwa hormon progesteron mempunyai efek antagonis terhadap aksi kerja reseptor estrogen (ER-α dan ER-β) di tulang yang akan

mempengaruhi proses remodeling tulang. Pada suatu penelitian potong lintang pada 30 wanita yang menggunakan DMPA selama lebih dari 10 tahun diperoleh hasil bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi ini mengalami penurunan densitas mineral tulang dibandingkan dengan kelompok pembanding (Cundy, 1997). Wanita premenopause dan postmenopause yang pernah menggunakan DMPA dosis kontrasepsi akan terjadi hambatan produksi estradiol ovarium yang secara teoritis meningkatkan risiko osteopeni dan osteoporosis (Kaunitz, 2001). Pada penelitian di RSUP Dr. Kariadi Semarang yang menghubungkan kontrasepsi hormonal dengan densitas mineral tulang pada wanita menopause dengan pasca menopause menggunakan alat quantitative ultrasound / QUS disimpulkan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi yang mengandung estrogen dan progesteron tidak terjadi penurunan densitas mineral tulang apabila dibandingkan dengan kelompok riwayat pemakaian kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron (Herlina, 2000). Tetapi lain halnya dengan penelitian Walker, dkk yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan terhadap densitas tulang pada wanita yang sebelumnya pernah menggunakan kontrasepsi hormonal injeksi DMPA (Walker, 2001). Kerapuhan tulang atau osteoporosis merupakan suatu keadaan dimana terjadi pengurangan massa dan kekuatan tulang dengan kerusakan mikroarsitektur dan fragilitas tulang, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteopenia

menunjukan bahwa telah terjadi penurunan volume tulang (Djokomoeljanto, 2003; Fogelman, 2000 Hammett, 2004; Setyohadi, 2006a). Osteoporosis postmenopause atau yang disebut osteoporosis tipe I terjadi pada wanita berusia 51-65 tahun. Secara patogenesis terjadi ketidakseimbangan proses remodeling tulang antara resorpsi yang meningkat dengan cepat dan formasi tulang berjalan relatif lebih lambat (Adnan Z. Arifin, 2008; Djokomoeljanto; Lindsay, 2001; Raisz, 2005). Pencegahan lebih awal terhadap penyusutan tulang pada wanita sebelum menopause akan memperlambat proses penyusutan tulang, seperti diketahui bahwa penyusutan tulang telah terjadi sejak usia 30-40 tahun (DeCherney, 1996). Densitas mineral tulang adalah faktor terpenting bagi kekuatan tulang dan perubahan densitas disetarakan dengan kekuatan tulang. Kriteria WHO berdasarkan pada T-score bukan Z-score yaitu tulang normal T-score -1 standard deviasi (SD); tulang osteopeni T-score antara -1 SD dengan 2,5 SD; dan tulang osteoporosis T-score -2,5 SD. Densitas mineral tulang merefleksi tidak hanya tulang tetapi juga derajad mineralisasi sehingga densitas mineral tulang ini mempunyai implikasi pengobatan. Pengukuran densitas mineral tulang dilakukan untuk monitor densitas mineral tulang seseorang dan mengupayakan pencegahan yang diketahui merupakan risiko patah. Massa tulang dapat diperiksa pada seluruh tulang rangka atau bagian tertentu tulang. Selama ini masih jarang dilakukan pengukuran densitas mineral tulang seluruh tulang rangka / total body dan diketahui bahwa regio of interest / ROI pada total body yang dinilai adalah kepala

(head), vertebra (spine), lengan (arms), tungkai ( legs) pelvis dan tulang dada (corset) (Djokomoeljanto, 2003; Rachman, 2006; Riis, 1996). 1.2. Perumusan Masalah 1.2.1. Apakah ada keterkaitan antara riwayat lama penggunaan kontrasepsi hormonal DMPA semasa usia reproduktif dengan densitas mineral tulang? 1.2.2. Apakah ada keterkaitan antara usia wanita postmenopause riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal DMPA terhadap densitas mineral tulang? 1.2.3. Apakah ada perbedaan densitas mineral tulang wanita postmenopause riwayat penggunaan DMPA dengan non kontrasepsi hormonal? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Untuk mengetahui keterkaitan antara riwayat lama penggunaan kontrasepsi hormonal DMPA semasa usia reproduktif dengan densitas mineral tulang.

1.3.2. Untuk mengetahui keterkaitan antara usia wanita postmenopause riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal DMPA terhadap densitas mineral tulang. 1.3.3. Untuk mengetahui perbedaan densitas mineral tulang wanita postmenopause riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal DMPA dengan non kontrasepsi hormonal. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat umum (klinis dan praktis): 1.4.1.1. Bagi calon akseptor kontrasepsi dapat memilih secara lebih bijaksana dan mempertimbangkan kontrasepsi hormonal terutama DMPA yang memiliki efek terhadap penurunan densitas mineral tulang. 1.4.1.2. Bagi akseptor yang ada kontraindikasi terhadap penggunaan kontrasepsi hormonal lain dapat mempertimbangkan penggunakan DMPA sebagai pilihan pengganti. 1.4.2. Manfaat khusus (Ilmiah) : 1.4.2.1. Mendapatkan wawasan, adanya keterkaitan usia dan lama penggunaan kontrasepsi hormonal DMPA semasa usia reproduktif terhadap densitas mineral tulang wanita postmenopause.