BAB II LANDASAN TEORI A. Jenis Opini Auditor Independen Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Arens dan Lobbecke (2003: 36) mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Dengan demikian auditor dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya. Menurut IAI(2001) dalam SA Seksi 326 bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor juga merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. 9
Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan. Tipe pendapat tersebut adalah pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified opinion with explanatory language), pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion) dan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) (Mulyadi, 2002: 20). Opini auditor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Mulyadi,2002:20-22): a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi : 1) Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan. 2) Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh auditor. 3) Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan. 4) Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. 10
5) Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit. b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Language). Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas (atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah: 1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum. 2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas. 3) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 4) Penekanan atas suatu hal. 5) Laporan audit yang melibatkan auditor lain. c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan. 11
Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan : 1) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit. 2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar, d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, e. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion) Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan apabila ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien. B. Opini Audit Going Concern Opini audit modifikasi mengenai going concern merupakan opini audit yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya pada kurun waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang di audit (SPAP, 2011). Dalam melaksanakan prosedur audit, auditor dituntut 12
tidak hanya melihat sebatas pada hal-hal ynag ditampakkan dalam laporan keuangan saja tetapi juga harus mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup (going concern) suatu perusahaan. Arens (1997) menyatakan beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian kelangsungan hidup perusahaan adalah : 1) Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja. 2) Ketidakmapuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo dalam jangka pendek. 3) Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi atau banjir atau permasalahan perburuhan yang tidak biasa. 4) Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi. Bila kesangsian terhadap kelangsungan hidup usaha benar-benar ada, maka auditor harus mempertimbangkan untuk mengeluarkan opini audit going concern. SA Seksi 341, PSA No. 30 (SPAP,2011) memuat pertimbangan bagi auditor dalam menerbitkan opini audit going concern terhadap kelangsungan usaha suatu entitas. Menurut SPAP tersebut opini audit yang termasuk dalam opini going concern (GC) adalah unqualified with explanatory language emphasis of matters paragraph, qualified opinion, dan disclaimer opinion. Panduan bagi auditor dalam menerbitkan opini going concern dijelaskan sebagai berikut (SPAP,2011) : 1) Jika auditor yakin terdapat keraguan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, maka 13
auditor harus memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukkan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut dan menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan. 2) Jika manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka auditor mempertahankan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion). 3) Jika manajemen memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa diatas, maka auditor menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) atas efektifitas rencana tersebut : a. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif, maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion). b. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion with emphasis of matter paragraph). c. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan pendapat tidak wajar (qualified adverse opinion.) Untuk memperjelas gambaran mengenai pertimbangan pernyataan opini audit going concern saat auditor meyangsikan kemampuan entitas dalam memperhatikan usahanya, dapat dilihat gambar berikut ini : 14
Gambar 2.1 Pedoman pernyataan pendapat going concern Auditor sangsi akan going concern auditee ya Apakah ada rencana manajemen tidak Tidak memberikan pendapat tidak ya Apakah rencana manajemen dapat efektif dilaksanakan tidak ya Tidak memberikan tidak pendapat Pendapat wajar tanpa pengecualian ya Apakah cukup pengungkapan tidak Sumber : IAI : SPAP 2011 Pendapat wajar dengan pengecualian atau tidak wajar C. Pertumbuhan Perusahaan Menurut Setyarno at.al. (2006), pertumbuhan perusahaan merupakan indikasi bahwa perusahaan mampu mempertahankan kedudukannya ditengah tengah persaingan. Pertumbuhan perusahaan juga dapat diartikan bahwa perusahaan mampu mendatangkan keuntungan sehingga kelangsungan hidup usahanya dapat terus berjalan (Fanny dan Saputra, 2005). 15
Penelitian sebelumnya yang menganalisa mengenai pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern adalah dengan proksi asset growth, dan dengan proksi sales growth. Kesimpulan dari berbagai penelitian diatas adalah pertumbuhan perusahaan yang diproksikan baik dengan sales growth maupun asset growth tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan laba bersih. Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kedudukannya (Sugiyono, 2009: 84). Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat, merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tetap survive,. Sementara perusahaan dengan rasiopertumbuhan laba bersih yang negatif berpotensi besar mengalami penurunan produktifitas sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (Purba, 2009 : 152). Laba bersih yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberikan peluang auditee untuk memperoleh pencitraan yang baik bagi para investor. Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi peluang auditee untuk memperoleh laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern. Laba yang tinggi umumnya menandakan arus kas yang tinggi. Perusahaan yang memiliki laba yang tinggi cenderung memiliki laporan sewajarnya, sehingga 16
potensi untuk mendapatkan opini yang baik atau opini non going concern akan lebih besar. (Purba, 2009 : 154). Fanny dan Saputra (2005) mengemukakan, bahwa perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan, karena kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Adapun rumus untuk menghitung pertumbuhan laba bersih adalah : Pertumbuhan perusahaan = Dimana : Laba bersih t = laba bersih tahun ini Laba bersih t-i = laba bersih tahun lalu (sugiyono, 2009 : 85) D. Audit Report Lag Dalam penelitian yang dilakukan Almilia dan Setiady (2006), ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Apabila penyelesaian penyajian laporan keuangan terlambat atau tidak diperoleh saat dibutuhkan, maka relevansi dan manfaat laporan keuangan untuk pengambilan keputusan akan berkurang. Audit report lag mempengaruhi investor untuk mempercayai kejujuran dari laporan keuangan. Feltham (1972; Standish 1975) dalam penelitian oleh Kam-Wah 17
Lai dan Cheuk (2005) menyatakan bahwa pengalaman terdahulu pada pasar modal memperlihatkan bahwa waktu penyelesaian laporan keuangan sangat mempengaruhi kesempatan investor untuk percaya, tingkatan ketidakpercayaan pada evaluasi investasinya dan pemberian pay-off yang diharapkan. Keterlambatan penyelesaian dapat disebabkan karena perusahaan berusaha mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin keandalan dari laporan keuangan (SAK, 2007 : SAK kerangka dasar prag. 43). Dapat dikatakan bahwa perusahaan membuat laporan keuangan mempertimbangkan trade-off antara relevansi dan keandalan (reliability) dari laporan keuangan tersebut (Kieso, 2004). Berdasarkan keputusan BAPEPAM No. 80/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala, bahwa perusahaan public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit selambat lambatnya Sembilan puluh hari atau tiga bulan setelah tanggal neraca. Menurut Dyer dan Mc Hugh dalam penelitian Bandi dan Tri Hananto (2002), ada 3 kriteria ketrelambatan : 1. Keterlambatan audit (auditors report lag) yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani. 2. Keterlambatan pelaporan (reporting lag) yaitu interval jumlah hari antaara tanggal laporan auditor ditandatangani sampai tanggal pelaporan oleh BEJ. 3. Keterlambatan total (total lag) yaitu interval jumlah hari antara tanggal periode laporan keuangan sampai tanggal laporan dipublikasikan oleh bursa. 18
E. Reputasi KAP Reputasi KAP menurut Arga dan Linda (2007), dapat di interpretasikan sebagai skala auditor, skala auditor yang dimaksud adalah klasifikasi auditor yang berafiliasi dengan KAP big four atau tidak. Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh reputasi KAP terhadap opini audit going concern dilakukan oleh Ramadhany (2004), Fanny dan Saputra (2005), Setyarno at.al (2006), serta Arga dan Linda (2007) namun dengan bahasa yang berbeda yaitu kualitas auditor. Keempat penelitian ini sama sama menggunakan proksi skala auditor atau ukuran KAP yaitu berafiliasi dengan KAP bigs atau tidak. Dan menghasilkan pengujian hipotesis yang sama yaitu variabel Reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang mempunyai kualitas tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para pengguna laporan keuangan. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang baik lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern apabila klien terdapat masalah mengenai kelangsungan hidupnya. (Arga dan Linda, 2007) Carcello (1992) dalam penelitian Wahyuningrum (2010) meringkas atribut kualitas audit menjadi 12 yaitu : berpengalaman, memahami keahlian dalam industri klien, responsif terhadap kebutuhan klien, memiliki kompetensi secara teknis dalam mengaplikasikan standar audit, independen, bersikap hati hati, mempunyai komitmen yang kuat terhadap kualitas, melibatkan rekan/manajer KAP dalam 19
penugasan audit, melaksanakan pekerjaan lapangan audit dengan layak, berinteraksi dengan audit klien, mempunyai standar etika yang tinggi dan mempunyai pengetahuan dalam bidang akuntansi dan auditing, bersikap skeptis dalam penugasan audit. Fanny dan Saputra (2005) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasional-lah yang memiliki kualitas lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review. Serta opiniyang akan diberikan tentunya akan mempengaruhi keputusan para pengguna laporan keuangan dalam menginvestasikan dana mereka, selain itu jika auditor memberikan opini yang salah maka akan merusak reputasi KAP dana akan menurunkan kepercayaan klien sehingga jasa audit mereka tidak dapat digunakan kembali. Setyarno at.al (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan dengan auditor skala kecil. Auditor skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses pengadilan. Hal ini mengartikan bahwa auditor skala besar memiliki kemungkinan atau dorongan yang lebih untuk melaporkan masalah going concern kliennya apabila terbukti terdapat masalah dalam going concern dibandingkan dengan auditor skala kecil. 20
Ramadhany (2004) dalam penelitiannya membuktikan bahwa KAP besar mempunyai insentif lebih besar untuk mengaudit lebih akurat karena memiliki lebih banyak hubungan spesifik dengan klien yang akan hilang jika mereka memberikan laporan yang tidak akurat. Reputasi KAP yang diproksikan dengan ukuran KAP membedakan KAP besar dan KAP kecil. KAP besar yang termasuk kategori KAP big 4 sedangkan KAP kecil adalah KAP yang tidak tergolong big 4. Berdasarkan Kompartemen Akuntan Publik IAI, yang dikutip dari Ramadhany (2004) the big 4 KAP Indonesia adalah : 1. KAP Purwantono, Sarwoko, dan Sandjaja (berafiliasi dengan Ernst & Young) 2. KAP Osman Bing Satrio dan Rekan (berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu). 3. KAP Siddharta dan Widjaja (berafiliasi dengan Klynveld Peat Marwick Goerdeler). 4. KAP Tanudireja Wibisana dan Rekan (berafiliasi dengan Price Water House Coopers). F. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berhubungan dengan opini going concern telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga beberapa point penting dari hasil penelitian sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan penelitian terdahulu. 21
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Tahun Nama Penelitian Judul Penelitian Hasil Penelitian 2004 Alexander Ramadhany 2007 Arga Fajar Sentosa dan Linda Kusumaning Wandari 2010 I Gede Cahyadi Putra 2011 A.A. Ayu Putri Widyantari Analisis faktor faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur yang mengalami distress di Bursa Efek Jakarta Analisis faktor-faktor yang memiliki kecenderungan penerimaan opini audit going concern Pengaruh model prediksi kebangkrutan, reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, dan audit report lag Terhadap penerimaan opini going concern. Pengaruh profitabilitas terhadap pemberian opini audit going concern 2012 Andi Kartika Pengaruh kondisi keuangan dan non keuangan terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan manufaktur di BEI Default hutang, kondisi keuangan, dan opini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern. komisaris independen dalam komite audit, ukuran perusahaan, dan skala audior tidak berpengaruh pada opini going concern. Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan Model prediksi kebangkrutan, opini audit tahun sebelumnya, dan audit report lag berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. sedangkan, reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern, sedangkan likuiditas, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern sedangkan Kualitas audit, kondisi keuangan, opinion shopping tidak berpegaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini going concern. 22
G. Kerangka Pemikiran Menggambarkan hubungan antara variabel yang didukung oleh analaisa peneliti-peneliti terdahulu. 1. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern, dalam penelitiannya bahwa faktor pertumbuhan perusahaan di proksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan dengan mengukur tingkat penjualan yang baik maka perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya. Dalam hal ini terlihat bahwa penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif maka auditor mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). 2. Pengaruh audit report lag terhadap opini audit going concern, dalam penelitiannya bahwa mayoritas perusahaan go public menyampaikan laporan keuangan auditnya kurang dari 90 hari. Perusahaan juga berusaha menerbitkan laporan keuangan tepat pada waktunya untuk meyakinkan investor bahwa tidak ada indikasi permasalahan didalam perusahaan. 3. Pengaruh reputasi KAP terhadap opini audit going concern, bahwa auditor yang berafiliasi dengan KAP big 4 memiliki independensi dan kualitas audit yang baik, sehingga objektif dalam memberikan opini going concern. 23
Pertumbuhan Perusahaan Audit Report Lag Penerimaan Opini Audit Going Concern Reputasi KAP Gambar 2.2 Model Penelitian H. Pengembangan Hipotesis Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu mengenai opni audit going concern yang memasukkan variabel pertumbuhan perusahaan, audit report lag, dan reputasi KAP terhadap variabel bebasnya. 1. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan 24
ekonomi secara keseluruhan Andi Kartika (2012). Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi peluang auditee untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 2. Pengaruh audit report lag terhadap opini audit going concern Audit report lag adalah jumlah kalender antara tanggal disusunnya laporan keuangan dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan (Putra, 2010). Putra mengindikasikan kemungkinan keterlambatan opini yang dikeluarkan dapat disebabkan karena: 1) Auditor lebih banyak melakukan pengujian. 2) Manajemen mungkin melakukan negosisasi dengan auditor. 25
3) Auditor memperlambat pengeluaran opini dengan harapan manajemen dapat memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga terhindar dari opini going concern. Berdasarkan teori keagenan, manajer bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan yang tepat waktu sehingga akan terhindar dari keterlambatan pengeluaran opini oleh auditor, karena hal ini akan menyebabkan penerimaan opini audit going concern. Putra (2010) menyatakan bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemukan ketika pengeluaran opini audit terlambat. Perusahaan yang menerima opini going concern membutuhkan waktu audit (audit delay) yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang menerima opini tanpa modifikasi going concern. Berdasarkan hipotesis diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2 : Audit report lag berpengaruh positif terhadap opini going concern. 3. Pengaruh reputasi KAP terhadap opini audit going concern Auditor bertanggungjawab untuk meyediakan informasi yang berkualitas tinggi berdasarkan hasil pelaksanaan audit yang dilakukannya. Karena informasi tersebut menjadi basis para pemakai laporan keuangan untuk mengambil keputusan yang tepat terhadap perusahaan. Auditee dan pemakai laporan keuangan biasa mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP skala besar dan berafiliasi dengan KAP internasional yang menyediakan jasa audit dengan kualitas yang lebih tinggi. Auditor skala besar dapat memberikan jasa audit dengan kualitas yang lebih baik dan akan 26
selalu mempertahankan kualitas audit tersebut untuk mejaga reputasi mereka. Auditor skala besar cenderung akan mengeluarkan opini going concern apabila faktanya pada pelaksanaanya audit ditemukan permasalah terkait kelangsungan hidup perusahaan. De Angelo (1981) dalam Ramadhany (2004) menyatakan bahwa perusahaan audit skala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan pada perusahaan audit skala kecil. Perusahaan audit skala besar juga akan cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat dalam mengahdapi resiko proses pengadilan. Berdasarkan hipotesis diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H3 : Reputasi KAP berpengaruh postif terhadap opini audit going concern. 27