BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II STUDI LITERATUR

ANTROPOMETRI. Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia ANTROPOMETRI

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN A Data Anthropometry Orang Dewasa Di Indonesia

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

LAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri)

Planning of the Ergonomic Seat for Four Wheel Tractor Based on Anthropometry

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

USULAN RANCANGAN TEMPAT SAMPAH DI GERBANG TOL KENDARAAN GOLONGAN SATU BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)

:Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SANDAL BAKIAK REFLEKSI YANG ERGONOMIS

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEGIATAN BELAJAR I SAMBUNGAN KAYU MEMANJANG

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD.

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

KEGIATAN BELAJAR II SAMBUNGAN KAYU MENYUDUT

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Abstrak. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB III MOTODE PENELITIAN

ANTROPOMETRI. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

JURNAL SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

ANALISIS SERTA USULAN PERBAIKAN FASILITAS FISIK DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi kasus di Mini Market 5001 Mart Cabang Cimahi)

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PROSES PRODUKSI

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN

Keywords: children anthropometry, learning facility for school, percentile. Tabel 1. Penelitian Anthropometry Anak di Beberapa Negara

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PROSES PEMBUATAN

METODOLOGI PENELITIAN

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur

PERANCANGAN MEJA KURSI DAN TEMPAT TIDUR LIPAT DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE ERGONOMI TUGAS AKHIR

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab 3. Metodologi Penelitian

LAPORAN PENELITIAN RANCANG BANGUN ALAT UKUR ANTROPOMETRI UNTUK PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI STATIS DIMENSI TANGAN DAN KAKI

PERANCANGAN KURSI TUNGGU UNTUK IBU HAMIL DAN LANSIA PADA STASIUN KERETA SECARA ERGONOMIS

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA

Transkripsi:

15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perancangan Alat Perencanaan rancangan produk perlu mengetahui karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan, yaitu: 1. Berorientasi pada tujuan 2. Variform yaitu suatu anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi yang mungkin tidak terbatas, tetapi harus dapat memilih salah satu ide yang akan diambil 3. Pembatas yaitu membatasi solusi pemecahan antara lain: 1. Hukum alam, seperti ilmu fisika, ilmu kimia, dan lain-lain. 2. Ekonomis, pembiayaan atau ongkos dalam merealisir rancangan. 3. Pertimbangan manusia, sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia dalam merancang dan memakainya. 4. Faktor-faktor legality, mulai dari model, bentuk sampai dengan hak cipta. 5. Fasilitas produksi, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menciptakan yang telah dibuat. 6. Evolutif, berkembang terus mengikuti perkembangan zaman. Prosedur perancangan yang merupakan tahapan umum teknik perancangan dikenal dengan sebutan NIDA, yang merupakan kepanjangan dari need, idea, decision and action. Artinya tahap pertama seorang perancang menetapkan dan mengidentifikasikan kebutuhan (need), sehubungan dengan alat atau produk yang harus dirancang. Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide (idea) yang melahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan tadi. Dilakukan suatu penilaian dan penganalisaan

16 terhadap berbagai alternatif yang ada, sehingga perancang dapat memutuskan (decision) suatu alternatif terbaik dan pada akhirnya dilakukanlah suatu proses pembuatan (action). Hasil rancangan yang dibuat dituntut dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi si pemakai. Oleh karena itu, rancangan yang akan dibuat harus memperhatikan faktor manusia sebagai pemakai. Faktor manusia ini diantaranya dipelajari dalam ergonomi (anthropometri) (Spinola A.E.P, Muchazis. 2011). 3.2. Pembuatan Alat Antropometri 3.2.1. Deskripsi Alat Antropometri Yang Dibuat Alat ukur antropometri yang saya rancang telah disesuaikan dengan dimensi tubuh, sehingga memberikan kenyamanan dalam pengambilan datanya. Kelebihannya yakni pada pengambilan sampel, alat tersebut dapat dibawa ke lokasi pengambilan sampel kemudian bahan yang di perlukan dalam pembuatan alat tersebut relatif ringan sehingga mudah dipindahkan, dan tempat duduk yang bisa diatur naik turun sehingga memberikan tempat duduk yang ergonomis bagi setiap orang yang diukur. Alat ukur Antropometri ini maka akan dapat memudahkan serta menghemat waktu dan tenaga yang diperlukan dalam pengambilan data, sendangkan menggunakan meteran merupakan alat ukur yang digunakan untuk melakukan pengukuran, akan tetapi hasil pengukuran yang dilakukan sering kali tidak maksimal serta menghabiskan waktu yang cukup lama untuk setiap pengukuran dimensi tubuh. Selain itu hasil pengukuran seringkali tidak akurat karena dipengaruhi oleh perbedaan pengalaman dan keterampilan pengukur.

17 A B C Gambar 2. Rancang Alat Antropometri F I D E G H Adapun keterangan gambar sebagai berikut : A : Tiang pengukur tinggi badan pada saat berdiri. B : Meter pengukur tinggi badan pada saat berdiri/duduk. C : pengukur labar bahu/pundak berfungsi untuk mengukur lebar bahu pada saat berdiri maupun pada saat berduduk. D : Pengukur panjang tangan berfungsi untuk mengukur jangkauan tangan ke depan. E : Tempat duduk berfungsi untuk mengukur tinggi tubuh pada saat duduk. F : Pengukur panjang tungkai atas ke lutut berfungsi untuk mengukur panjang tungkai atas ke lutut pada saat duduk. G : Pengukur panjang lutut ke tungkai bawah berfungsi untuk mengukur panjang lutut ke tungkai bawah pada saat duduk. H : Landasan bawah berfungsi juga sebagai kaki dari alat tersebut I : Dongkrat botol berfungsi menaik turunkan tempat dudu sesuai orang yang diukur.

18 3.2.2. Dimensi Alat Antropometri Alat antropometri mempunyai dimensi sebagai berikut : Tabel 2. Spesifikasi Alat Antopometri Dimensi Ukuran (cm) P x L x T 43 x 80 x 200 Tiang Balok 5 x 7 x 200 Tempat Duduk Papan 2 x 25 x 35 Ring Pengukur Tangan 2 x 4 x 80 Ring Pengukur Paha 2 x 4 x 65 Landasan 2 x 50 x 80 Dongkrat botol 2 Ton Sumber : data primer (2012) 3.2.2. Bill Of Material No 1 2 3 Nama Komponen Tiang pengukur tinggi badan Pengukur lebar bahu/pundak Pengukur panjang tangan Komp./ Ass 4 Tempat duduk 1 5 6 Pengukur panjang tungkai atas ke lutut Pengukur panjang lutut ke tungkai bawah 7 Landasan bawah 1 1 1 2 2 2 Tabel 3. Komponen Utama Type Ukuran Terima Pakai Ket Kayu Lasi 400 cm 200 cm Dibuat Kayu Lasi 400 cm 80 cm Dibuat Kayu Lasi 400 cm 54 cm Dibuat Papan (2 cm) 400 x 25 43 x 50 cm Dibuat Kayu Ring Kayu Ring Papan (2 cm) 400 cm 65 cm Dibuat 400 cm 54 cm Dibuat 120 cm 50 x 60 dibuat 8 Dongkrat botol 1 Besi 2 Ton 2 Ton Sumber : data primer (2012)

19 No Nama Komponen Tabel 4. Komponen Tambahan Komp./ Ass Type Ukuran (cm) Karateristik Bahan Datang Berat (Kg) 1 Paku 30 Besi 5 dm Plastic 1 Dibeli 2 Paku 35 Besi 8 dm Plastic 1 Dibeli 3 Besi U 3 Besi 7 cm 1buah buat 4 Lem fox 1 Cream 13 x 8 1 tube 0.5 Dibeli 5 Bout divan 4 Besi Kecil 2 buah 0.5 Dibeli 6 Meter besi 5 Besi Kecil 7 buah 0,5 Dibeli Sumber : data primer (2012) Ket 3.2.4. Operation Process Chart Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi alat ukur antropometri, penulis memperoleh informasi di antaranya : 1. Kebutuhan akan mesin dan penganggarannya. 2. Kebutuhan bahan baku Adapun keterangan yang lebih lengkap tentang operasi dan pemeriksaan untuk pembuatan alat ukur antropomenti adalah sebagai berikut : Operasi 1 : Balok kayu yang panjangnya 4 meter di ukur sepanjang 2,5 meter untuk pembuatan tiang. Operasi 2 : Setelah ukurannya sesuai, kemudian balok tersebut di potong dengan menggunakan gergaji kayu. Operasi 3 : Hasil pemotongan tersebut kemudian dihaluskan menggunakan sekap listrik. Operasi 4 : Untuk keperluan penggabungan nanti, ada beberapa bagian dari balok tersebut yang perlu dilubangi sesuai dengan ukuran balok sambungan. Operasi 5 : Ring Balok yang panjangnya 4 meter di ukur sepanjang 80 cm meter untuk pembuatan pengukur lebar bahu.

20 Operasi 6 : Setelah ukurannya sesuai, kemudian balok tersebut di potong dengan menggunakan gergaji kayu. Operasi 7 : Hasil pemotongan tersebut kemudian dihaluskan menggunakan sekap listrik. Operasi 8 : Balok kayu yang panjangnya 4 meter di ukur sepanjang 2x 4 cm meter untuk pembuatan Pembuatan Pengukur panjang tangan. Operasi 9 : Setelah ukurannya sesuai, kemudian balok tersebut di potong dengan menggunakan gergaji kayu. Operasi 10 : Untuk keperluan penggabungan nanti, ada bagian dari balok tersebut yang perlu dilubangi sesuai dengan ukuran balok sambungan. Operasi 11 : Hasil pemotongan tersebut kemudian dihaluskan menggunakan Operasi 12 : Balok kayu yang panjangnya 4 meter di ukur sepanjang 2x 4 cm meter untuk pembuatan Pembuatan Pengukur panjang tangan. Operasi 13 : Setelah ukurannya sesuai, kemudian balok tersebut di potong dengan menggunakan gergaji kayu. Operasi 14 : Untuk keperluan penggabungan nanti, ada bagian dari balok tersebut yang perlu dilubangi sesuai dengan ukuran balok sambungan. Operasi 15 : Hasil pemotongan tersebut kemudian dihaluskan menggunakan Operasi 16 : papan tebal 2 cm yang panjangnya 4 meter di ukur sepanjang 43 cm untuk pembuatan tempat duduk.

21 Operasi 17 : Setelah ukurannya sesuai, kemudian balok tersebut di potong dengan menggunakan gergaji kayu. Operasi 18 : Hasil pemotongan tersebut kemudian dihaluskan menggunakan Operasi 19 : papan yang telah dipotong diperiksa ukurannya agar pada saat disambung satu sama lain bertemu secara pas sama panjang sehingga lebar sambungan menjadi 50 cm. Operasi 20 : kayu ring Balok yang panjangnya 4 meter di ukur sepanjang 65 cm untuk pembuatan Pembuatan Pengukur Panjang Tungkai Atas Ke Lutut. Operasi 21 : Setelah ukurannya sesuai, kemudian kayu ring balok tersebut di potong dengan menggunakan gergaji kayu. Operasi 22 : kemudian disambung dengan menggunakan paku 5 cm pada tempat duduk agar bisa mengukur panjang tungkai atas ke lutut pada posisi berduduk. Operasi 23 : Hasil pemotongan tersebut kemudian dihaluskan menggunakan Operasi 24 : kayu ring Balok yang panjangnya 4 meter di ukur sepanjang 65 cm untuk pembuatan Pembuatan Pengukur Panjang Tungkai Atas Ke Lutut. Operasi 25: Setelah ukurannya sesuai, kemudian kayu ring balok tersebut di potong dengan menggunakan gergaji kayu. Operasi 26 : kemudian disambung dengan menggunakan paku 5 cm pada tempat duduk agar bisa mengukur panjang tungkai atas ke lutut pada posisi berduduk. Operasi 27 : Hasil pemotongan tersebut kemudian dihaluskan menggunakan

22 Operasi 28 : kayu ring Balok yang panjangnya 4 meter di ukur sepanjang 54 cm untuk pembuatan Pembuatan Pengukur Panjang lutu ke tungkai bawah. Operasi 29 : Setelah ukurannya sesuai, kemudian kayu ring balok tersebut di potong dengan menggunakan gergaji kayu. Operasi 30 : kemudian disambung dengan menggunakan paku 5 cm pada pengukur panjang tungkai atas ke lutut. Operasi 31 : Hasil pemotongan tersebut kemudian dihaluskan menggunakan Operasi 32 : kayu ring Balok yang panjangnya 4 meter di ukur sepanjang 54 cm untuk pembuatan Pembuatan Pengukur Panjang lutu ke tungkai bawah. Operasi 33 : Setelah ukurannya sesuai, kemudian kayu ring balok tersebut di potong dengan menggunakan gergaji kayu. Operasi 34 : kemudian disambung dengan menggunakan paku 5 cm pada pengukur panjang tungkai atas ke lutut. Operasi 35 : Hasil pemotongan tersebut kemudian dihaluskan menggunakan Operasi 36 : papan tebal 2 cm yang panjangnya 4 meter di ukur sepanjang 60 cm sebanyak 2 kali untuk pembuatan Pembuatan Landasan bawah. Operasi 37 : Setelah ukurannya sesuai, kemudian balok tersebut di potong dengan menggunakan gergaji kayu. Operasi 38 : Hasil pemotongan tersebut kemudian dihaluskan menggunakan

23 Operasi 39 : papan yang telah dipotong diperiksa ukurannya agar pada saat disambung satu sama lain bertemu secara pas sama panjang sehingga lebar sambungan menjadi 60 cm. 3.2.5. Proses Produksi Pembuatan Alat Antropometri 3.2.5.1. PembuatanTiang pengukur tinggi badan Pembuatan tiang pengukuran tinggi badan dibuat dari balok kayu ukuran 5 x 7 dan dipotong sepanjang 200 cm lalu disekap dan dihaluskan. Selanjutnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 3.2.5.2. Pembuatan Pengukur lebar bahu/pundak Pembuatan pengukur bahu/pundak di buat dari ring balok ukuran 2 x 4 cm dan di potong sepanjang 80 cm kemudian di sekap dan di lubangi 2 buah lubang selebar 5 cm, dan dimasukan besi model U dan dikaitkan ditiang pengukur tinggi badan. Selanjutnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 3.2.5.3. Pembuatan Pengukur panjang tangan Pembuatan pengukur panjang tangan dibuat dari ring balok ukuran 2 x 4 cm dan dipotong sepanjang yang di perlukan dan disekap lalu dikaitkan pada pengukur bahu/pundak lalu dipaku dan dipasang pada tiang pengukur tinggi badan. Selanjutnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 3.2.5.4. Pembuatan Tempat Duduk Pembuatan tempat duduk dibuat dari dua buah papan tebal 2 cm lebar 25 cm dipotong sepanjang 43 cm disambung sama panjang sehingga lebar sambungan menjadi 50 cm lalu di sekap kemudian dibelah selebar 5 cm dan disambungkan dua bilah ring agar tidak terbelah di bagian bawah papan yang

24 disambung kemudian dilubangi untuk pengancing tempat duduk pada tiang pengukur tinggi badan. Selanjutnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 3.2.5.5. Pembuatan Pengukur Panjang Tungkai Atas Ke Lutut Pembuatan pengukur panjang tungkai atas ke lutut dibuat dari kayu ring balok ukuran 2 x 4 cm lalu di potong sepanjang 65 cm dan di sekap halus kemudian dikaitkan dengan menggunakan paku 5 cm pada tempat duduk agar bisa mengukur panjang tungkai atas ke lutut pada posisi berduduk. Selanjutnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 3.2.5.6. Pembuatan Pengukur panjang lutut ke tungkai bawah Pembuatan pengukur panjang tungkai atas ke lutut dibuat dari kayu ring balok ukuran 2 x 4 lalu di potong sepanjang 54 cm dan di sekap halus kemudian dikaitkan dengan menggunakan paku 5 cm pada pengukur panjang tungkai atas dengan cara dipaku. Selanjutnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 3.2.5.7. Pembuatan Landasan bawah Pembuatan landasan bawah dibuat menggunakan dua buah papan tebal 2 cm lebar 25 cm dipotong sepanjang 60 cm sebanyak 2 kali kemudian disambung sama panjang lalu di sekap halus kemudian dilubangi dangan pahat sebesar 5 x 7cm dan dimasukan tiang pengukur tinggi badan lalu diberi lem fox dan dipaku agar tiang pengukur tinggi badan berkaitan dengan landasan bawah, landasan bawah berfungsi juga sebagai kaki dari alat tersebut. Selanjutnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

25 3.3. PEMBAHASAN Pembuatan alat ukur antropometri diperoleh bagian tubuh yang dapat diukur dimensinya adalah : A. Tinggi tubuh posisi berdiri tegak B. Tinggi bahu C. Tinggi siku D. Tinggi genggaman tangan (pada posisi relaks kebawah) E. Tinggi badan posisi duduk F. Tinggi bahu pada posisi duduk G. Tinggi siku pada posisi duduk H. Jarak dari pantat kelutut I. Jarak dari lipat lutut kepantat J. Tinggi lutut K. Tinggi lipat lutut L. Lebar bahu M. Lebar panggul N. Jarak dari siku keujung jari O. Jarak genggaman tangan Berdasarkan hasil pengujian alat antropometri yang dibuat diperoleh data sebagai berikut : Tabel 5. Dimensi Tubuh Wanita Usia 18 22 tahun dan Pria Usia 20 25 tahun 5 % = nilai 5 persentil dan 95 % = nilai 95 pesentil Kode Dimensi Tubuh Pria 20-25 Tahun Wanita 18-22 Tahun 5% X 95% SD 5% X 95% SD A Tinggi tubuh posisi berdiri tegak 146 163,10 180 10,09 142 158,03 174 9,69 B Tinggi bahu 108 138,18 168 18,17 104 128,78 153 14,89 C Tinggi siku 61 102,83 145 25,42 55 101,48 148 28,53 D Tinggi genggaman tangan (pada relaks ke bawah) 48 62,43 77 8,75 49 61,45 74 7,78

26 Tabel 5. Dimensi Tubuh Wanita Usia 18 22 tahun dan Pria Usia 20 25 tahun 5 % = nilai 5 persentil dan 95 % = nilai 95 pesentil (lanjutan) Kode Dimensi Tubuh Pria 20-25 Tahun Wanita 18-22 Tahun 5% X 95% SD 5% X 95% SD E Tinggi badan posisi duduk 105 126,05 147 12,58 97 120,03 143 14,04 F Tinggi bahu pada posisi duduk 80 104,08 128 14,47 78 96,30 114 10,95 G Tinggi siku pada posisi duduk 51 65,20 80 8,70 47 60,90 75 8,38 H Jarak dari pantat kelutut 40 55,13 70 9,01 39 51,85 65 7,95 I Jarak dari lipat lutut kepantat 30 45,98 62 9,99 29 43,15 58 8,84 J Tinggi lutut 36 48,10 60 7,28 32 45,03 58 8,03 K Tinggi lipat lutut 31 40,48 50 5,56 31 39,45 48 5,38 L Lebar bahu 34 41,20 49 4,48 32 40,08 48 4,90 M Lebar panggul 26 32,35 38 3,56 24 31,68 39 4,39 N Jarak dari siku ke ujung jari 30 41,70 54 7,38 29 39,55 50 6,21 O Jarak genggaman tangan 51 62,63 74 6,90 51 62,13 73 6,82 Sumber : data primer (2012) Sedangkan berdasarkan pengujian (Nurmianto, 1991a ; Nurmianto, 1991b). dengan interpolasi antara british dan Hongkong adalah sebagai berikut: Tabel 5. Antropometri Masyarakat Indonesia yang Didapat Dari Interpolasi masyarakat British dan Hongkong (Pheasant, 1986) terhadap masyarakat Indonesia (Suma mur, 1989) serta Istilah dimensionalnya dari (Nurmianto, 1991a ; Nurmianto, 1991b). Kode Tabel 6. Dimana : Gx=nilai rata-rata (mean), T=nilai standar devisiasi (SD), 5%=nilai presentil, 95%=nilai 95 persentil Dimensi Tubuh Pria 20-25 Tahun Wanita 18-22 Tahun 5% X 95% SD 5% X 95% SD A Tinggi tubuh posisi berdiri tegak 1.532 1.632 1.732 61 1.464 1.563 1.662 60 B Tinggi bahu 1.247 1.338 1.429 55 1.184 1.272 1.361 54 C Tinggi siku 932 1.003 1.074 43 886 957 1.028 43 D Tinggi genggaman tangan (pada relaks ke bawah) 655 718 782 39 646 708 771 38 E Tinggi badan posisi duduk 809 864 919 33 775 834 893 36 F Tinggi bahu pada posisi duduk 523 572 621 30 501 550 599 30 G Tinggi siku pada posisi duduk 181 231 282 31 175 229 283 33 H Jarak dari pantat kelutut 500 545 590 27 488 537 586 30 I Jarak dari lipat lutut kepantat 405 450 495 27 488 537 586 30 J Tinggi lutut 448 496 544 29 428 472 516 27 K Tinggi lipat lutut 361 403 445 26 337 382 428 28

27 Kode Tabel 6. Dimana : Gx=nilai rata-rata (mean), T=nilai standar devisiasi (SD), 5%=nilai presentil, 95%=nilai 95 persentil (lanjutan) Dimensi Tubuh Pria 20-25 Tahun 5% X 5% X Wanita 18-22 Tahun L Lebar bahu 382 424 466 26 342 385 428 26 M Lebar panggul 291 330 371 24 298 345 392 29 N Jarak dari siku ke ujung jari 405 439 473 21 374 409 287 34 O Jarak genggaman tangan 161 176 191 9 153 168 183 9 Sumber : (Nurmianto, 1991a ; Nurmianto, 1991b). Berdasarkan perbadingan diatas antara tabel 5 dan 6, terlihat bahwa selisih antara dimensi tubuh tidak jauh berbeda.