BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

dokumen-dokumen yang mirip
IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain :

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

RANCANGAN TEKNIS RINCI (DED) BANGUNAN UTAMA BENDUNG DAN JARINGAN IRIGASI D.I. SIDEY KABUPATEN MANOKWARI PAPUA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER

PERTEMUAN KE-4 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

BAB VI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1.

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi.

STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN BANGUNAN KP 04

BAB II STUDI PUSTAKA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA

PERANCANGAN ULANG BENDUNG TIRTOREJO YOGYAKARTA (ANALISIS HIDRAULIKA) (181A)

Gambar 7. Peta Ikhtisar Irigasi

PERTEMUAN KE-2 SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA HIDROLIKA TERAPAN. Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

BAB IV METODOLOGI. Pengumpulan Data: Pengolahan Data. Perencanaan. Gambar 4.1 Metodologi

PERENCANAAN KONSTRUKSI

JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT ABSTRAK

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN

RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB VIII PERENCANAAN BANGUNAN PELIMPAH (SPILLWAY)

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTEMUAN ke-5 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses pembuatan peta petak untuk keperluan irigasi

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

BAB V ANALISIS HIDROLIS DAN STRUKTUR BENDUNG

BAB-2 JARINGAN IRIGASI

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

ANALISA DESAIN BENDUNG D.I KAWASAN SAWAH LAWEH TARUSAN (3.273 HA) KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KAJIAN PENGARUH HUBUNGAN ANTAR PARAMETER HIDROLIS TERHADAP SIFAT ALIRAN MELEWATI PELIMPAH BULAT DAN SETENGAH LINGKARAN PADA SALURAN TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

BAB 1 KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN KEKASARAN MANNING TERHADAP PERENCANAAN PENAMPANG EKONOMIS SALURAN TERBUKA BERBENTUK TRAPESIUM SKRIPSI.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

Perencanaan Bangunan Air. 1. Umum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PERENCANAAN IRIGASI

ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

(Gambar Parameter desain hidrolis pintu )

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

1. Persamaan debit untuk bangunan penagtur pintu radial : Q = K μ a b 2gh

PENGGERUSAN DI HILIR BENDUNG DENGAN MERCU TYPE VLUGTER

IDENTIFIKASI SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI KUNYIT KABUPATEN TANAH LAUT

PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI BENDUNGAN SEMANTOK, NGANJUK, JAWA TIMUR

Analisa Mercu Bendung Daerah irigasi Namurambe

Mengenalkan kepada Peserta beberapa contoh bangunan irigasi, khususnya bangunan sadap, bangunan pembawa, serta bangunan pembagi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4.6 Perhitungan Debit Perhitungan hidrograf debit banjir periode ulang 100 tahun dengan metode Nakayasu, ditabelkan dalam tabel 4.

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... iv. KATA PENGANTAR...

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

STRATEGI PEMILIHAN PEREDAM ENERGI

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

DISAIN SALURAN IRIGASI. E f f e n d y Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

BAB V ANALISA DIMENSI DRAINASE. Dalam merencanakan dimensi saluran samping yang terletak di kiri dan kanan

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

TUGAS AKHIR KAJIAN PERENCANAAN DAERAH IRIGASI RAWA BATU BETUMPANG KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE VLUGHTER DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH :

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE BAK TENGGELAM (CEKUNG) DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

KAJIAN PERILAKU DEBIT ALAT UKUR AMBANG LEBAR TERHADAP PROFIL ALIRAN

6 BAB VI EVALUASI BENDUNG JUWERO

3.10 ALIRAN MELALUI PINTU SORONG DAN AIR LONCAT

1.1 Latar Belakang Tujuan Lokasi proyek Analisis Curali Hujan Rata-rata Rerata Aljabar 12

OPTIMALISASI PEMELIHARAAN SALURAN KENCONG TIMUR JARINGAN IRIGASI PONDOK WALUH DI WILAYAH SUNGAI BONDOYUDO BEDADUNG KABUPATEN JEMBER

BAB III METODOLOGI Uraian Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM)

PERENCANAAN EMBUNG MEMANJANG DESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA. Oleh : USFI ULA KALWA NPM :

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN BENDUNG MRICAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP.

STUDI EFEKTIVITAS PEREDAM ENERGI BENDUNG PAMARAYAN-JAWA BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK 3 DIMENSI

Transkripsi:

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA 7.1 UMUM Untuk dapat mengalirkan air dari bendung ke areal lahan irigasi maka diperlukan suatu jaringan utama yang terdiri dari saluran dan bangunan pelengkap di jaringan utama tersebut, agar memudahkan dalam pengaturan dan pemberian air irigasi. Total rencana daerah irigasi D.I Sidey adalah 1.327 ha. Pada perencanaan ini saluran yang akan direncanakan adalah hanya saluran induk dan tipikal perhitungan bangunan disaluran induk tersebut. 7.2 PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI Sarana dan prasarana irigasi merupakan salah satu unsur sarana produksi dalam panca usaha tani yang keberadaannya sangat diperlukan guna menunjang upaya peningkatan produksi pertanian. Berikut beberapa tahap perencanaan jaringan irigasi D.I Sidey: 1. Pembuatan Lay Out dan Peta Petak Jaringan Irigasi 2. Pembuatan Skema Jaringan Irigasi 3. Pembuatan Skema Bangunan. Pembuatan Lay Out Jaringan Irigasi Jaringan utama direncanakan untuk melayani areal seluas 1.327 ha. Kebutuhan air irigasi (Q) yang direncanakan adalah sebesar 2,216 m 3 /dt (sesuai dengan perhitungan pada perencanaan saluran). Nomenklatur atau penamaan jaringan irigasi D.I Sidey, dilakukan dengan menggunakan standar nama daerah wilayah pekerjaan. Berikut rincian secara umum perencanaan trase saluran induk Sidey untuk setiap ruas saluran. BSD.0 BSD.1 = 4717,51 m BSD.1 BSD.2 = 693,39 m Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 1

BSD.2 BSD.3 = 1012,19 m BSD.3 BSD.4 = 118,53 m BSD.4 BSD.5 = 882,98 m BSD.5 BSD.6 = 817,75 m BSD.6 BSD.7 = 1087,81 m BSD.7 BSD.8 = 322,27 m Pembuatan Skema Jaringan Irigasi Pembuatan skema jaringan irigasi dilakukan untuk menjelaskan bagan jaringan layanan yang direncanakan dalam lingkup D.I Sidey. Pembagian daerah layanan dalam skema jaringan utama irigasi, dilakukan hingga pada tingkat blok tersier, yang akan dilayani secara langsung oleh jaringan saluran utama dan sekunder. Pada perencanaan ini, skema jaringan irigasi dibuat menjadi 1 (satu) bagian. Penamaan petak tersier dilakukan berdasarkan jaringan saluran layanan, dengan nomor urut dimulai dari arah hulu ke hilir. Disamping itu, nomen klatur petak tersier juga dilengkapi dengan posisi petak tersier, yang berada disisi kiri maupun kanan saluran. Sebagai contoh penamaan petak tersier, diambil untuk lokasi sebagai berikut: Pembuatan Skema Bangunan Skema bangunan dibuat untuk menjelaskan bagan, jenis bangunan, serta nomenklatur (penamaan) bangunan yang direncanakan. Disamping itu, pada gambar skema bangunan juga dijelaskan posisi atau jarak langsung bangunan dari titik awal stasiun. Penamaan bangunan dilakukan berdasarkan jaringan saluran layanan, dengan nomor urut dimulai dari arah hulu ke hilir. Sebagai contoh penamaan petak bangunan, diambil untuk lokasi sebagai berikut: Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 2

7.3 PERENCANAAN DETAIL JARINGAN Perencanaan detail merupakan kajian terhadap jaringan saluran dan bangunan yang direncanakan dalam sistem irigasi, sehingga dapat mendukung upaya pencapaian sasaran pekerjaan secara optimal. Kajian dilakukan terhadap dimensi saluran dan bangunan, yang pelaksanaan perhitungannya dilakukan dengan menggunakan Pedoman Kriteria Perencanaan, yang dikeluarkan oleh Direktorat Irigasi, Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum. 7.3.1 Perencanaan Saluran 7.3.1.1 Penentuan kemiringan medan Elevasi permukaan tanah asli yang diperoleh dari peta topografi dengan skala 1:5000 di plot pada titik potong garis-garis kontur dan trase saluran yang telah dibuat. Sehingga diperoleh kemiringan medan dari titik potong elevasi tanah asli dengan trase saluran yang akan direncanakan. 7.3.1.2 Penentuan kemiringan rencana Penentuan kemiringan rencana saluran direncanakan se-efisien mungkin dengan mempertimbangkan jumlah volume galian sama dengan timbunan. Selain itu juga mempertimbangkan besarnya kemiringan rencana agar kecepatan aliran air tidak terlalu besar dimana akan menyebabkan terjadinya erosi. Sehingga kemiringan rencana direncanakan seminimal mungkin. Pada perencanaan ini saluran menggunakan pasangan batu dengan koefisien kekasaran stickler (k) = 60, dan kecepatan maksimum untuk pasangan batu adalah 2 m/s, sedangkan untuk pasangan beton sebesar 3 m/dt. Jika kecepatan aliran melebihi batas kecepatan maksimum, maka perencanaan alternatif saluran dapat menggunakan konstruki beton. 7.3.1.3 Perhitungan debit rencana Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 3

Debit merupakan salah satu air untuk perencanaan saluran. Debit rencana (Q rencana ) adalah: = = dimana: A = luas bersih daerah irigasi di sebelah hilir ruas saluran tersebut, ha. NFR = kebutuhan bersih air di sawah, l/dt/ha. c = koefisien rotasi (pada perencanaan tugas akhir ini tidak ada sistem golongan karena daerah layanan < 10.000 ha; c = 1) a = kebutuhan air rencana, l/dt/ha. e = efisiensi e primer = 0,9 e sekunder = 0,9 e tersier = 0,8 e kuarter = 0,987 e = 0,9 x 0,9 x 0,8 = 0,65 Berdasarkan kajian dari beberapa alternatif kebutuhan air serta luasan maksimum, diperoleh luasan maksimum pada alternative VI sebagai berikut: Minimum Padi I = 5.385 Minimum Padi II = 1.986 Minimum Palawija = 1.882 + Jumlah = 9.254 ha. Pada alternatif VI perhitungan kebutuhan air dapat diketahui nilai maksimum dari kebutuhan air di saluran primer yaitu sebesar 1,67 lt/dt/ha. Dengan demikian dapat diambil sebagai dasar besaran perencanaan bahwa: Kebutuhan air di primer (a primer ) = 1,67 lt/dt/ha Kebutuhan air di sekunder (a sekunder ) = 1,51 lt/dt/ha Kebutuhan air di tersier (a tersier ) = 1,36 lt/dt/ha Kebutuhan air di kuarter (a kuarter ) = 1,10 lt/dt/ha Jaringan utama direncanakan untuk melayani areal seluas kurang lebih 1327 ha. Berdasarkan posisi pengambilan, maka jaringan irigasi menjadi 1 (satu) sistem pengambilan, yaitu Jaringan Irigasi Sidey. Jaringan Utama airnya diambil dari rencana bangunan utama Bendung Sidey untuk di salurkan dan akan mengairi petakpetak sawah dalam wilayah D.I Sidey. Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 4

Di daerah irigasi Sidey terdapat areal fungsional rencana sebesar 1.327 ha. Sehingga kebutuhan air irigasi di Daerah Irigasi Sidey yang akan direncanakan adalah sebesar : Q rencana = a primer x A Q rencana = 1,67 lt/dt/ha x 1.327 ha = 2216,50 lt/dt. = 2,216 m 3 /dt 7.3.1.4 Perhitungan dimensi saluran Dimensi saluran direncanakan dengan bentuk penampang trapesium, dan perhitungan dilakukan menggunakan kriteria kecepatan aliran maksimum pada saluran terbuka (open channel), dimana saluran mengggunakan pasangan batu dengan koefisien kekasaran stickler (k) = 60. Perhitungan dimensi saluran menggunakan rumus Stickler. Harga dimensi saluran ditetapkan berdasarkan kemiringan saluran (I) yang direncanakan, serta hasil iterasi kedalaman (h) terhadap harga lebar saluran (b) yang telah ditentukan. Selanjutnya dari hasil kajian yang telah dilakukan untuk jaringan utama, diperoleh hasil akhir perhitungan dimensi saluran untuk tiap-tiap ruas saluran. Contoh perhitungan: Untuk saluran got miring sepanjang 344,20 meter dari BSD.1a (titik 0), diketahui data sebagai berikut: A = 1327 ha Q = 2,216 m 3 /dt I rencana = 0,016873 k = 60 (pasangan batu) dicoba: b = 1,5 m h = 0,44 m m = 0 A = (b + m. h). h = (1,5 + 0. 0,44). 0,44 = 0,66 m 2 P = b + 2. h = 1,5 + 2. 0,44 = 2,39 Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 5

= = 0,66 2,39 = 0,279 = = 2,216 0,66 = 0,33 / V = k. R 2/3. I 1/2 = =. 3,33 60. 0,279 = 0,016873 Ruas Saluran Berikut tabel hasil perhitungan dimensi untuk setiap ruas saluran. I a Tabel 7.1 Perhitungan Dimensi Saluran Induk Sidey L A (m 2 ) Q (m 3 /s) m k b (m) h (m) V (m/s) BSD.1a - BSD.1 0,016873 344,20 1327 2,216 0,00 60 1,50 0,44 3,33 0,000313 166,09 1327 2,216 1,50 60 2,00 0,90 0,73 0,015592 296,95 1327 2,216 0,00 60 1,50 0,46 3,24 0,000313 175,99 1327 2,216 1,50 60 2,00 0,90 0,73 0,042887 105,67 1327 2,216 0,00 60 1,50 0,32 4,60 0,000313 337,58 1327 2,216 1,50 60 2,00 0,90 0,73 0,028663 162,58 1327 2,216 0,00 60 1,50 0,37 4,00 0,000313 148,73 1327 2,216 1,50 60 2,00 0,90 0,73 0,019399 654,17 1327 2,216 0,00 60 1,50 0,42 3,49 0,000313 135,90 1327 2,216 1,50 60 2,00 0,90 0,73 0,025786 139,79 1327 2,216 0,00 60 1,50 0,38 3,86 0,01062 194,19 1327 2,216 1,00 60 1,50 0,42 2,76 0,005563 235,59 1327 2,216 1,00 60 1,50 0,50 2,20 0,010121 227,99 1327 2,216 1,00 60 1,50 0,42 2,72 0,017992 200,02 1327 2,216 0,00 60 1,50 0,36 4,12 0,002798 110,82 1327 2,216 1,00 60 1,50 0,61 1,72 0,017992 216,21 1327 2,216 0,00 60 1,50 0,36 4,12 0,024756 148,25 1327 2,216 0,00 60 1,50 0,33 4,52 0,009194 150,10 1327 2,216 1,00 60 1,50 0,44 2,63 0,032462 100,19 1327 2,216 0,00 60 1,50 0,30 4,89 0,004725 266,74 1327 2,216 1,00 60 1,50 0,53 2,08 4517,75 BSD.1 - BSD.2 0,003894 693,39 490 0,818 1,00 60 1,20 0,35 1,49 Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 6

BSD.2 - BSD.3 0,004782 207,03 443 0,739 1,00 60 1,00 0,35 1,58 0,023042 286,87 443 0,739 1,00 60 0,80 0,32 2,88 0,010454 103,31 443 0,739 1,00 60 0,80 0,31 2,14 0,004675 414,98 443 0,739 1,00 60 0,80 0,39 1,60 1012,19 BSD.3 - BSD.4 0,002325 163,45 376 0,627 1,00 60 1,00 0,39 1,17 0,005226 176,04 376 0,627 1,00 60 1,00 0,31 1,56 0,003063 173,01 376 0,627 1,00 60 1,00 0,36 1,29 0,005667 428,81 376 0,627 1,00 60 1,00 0,30 1,60 0,004215 246,76 376 0,627 1,00 60 1,00 0,33 1,44 1188,07 BSD.4 - BSD.5 0,003771 198,91 300 0,501 1,00 60 1,00 0,30 1,30 0,003415 284,03 300 0,501 1,00 60 1,00 0,31 1,26 0,002361 249,93 300 0,501 1,00 60 1,00 0,34 1,10 0,002865 150,11 300 0,501 1,00 60 1,00 0,32 1,18 882,98 BSD.5 - BSD.6 0,002739 310,30 223 0,372 1,00 60 1,00 0,27 1,06 0,00471 507,45 223 0,372 1,00 60 1,00 0,23 1,28 817,75 BSD.6 - BSD.7 0,003621 345,21 137 0,228 1,00 60 1,00 0,19 1,01 0,004915 742,60 137 0,228 1,00 60 1,00 0,17 1,12 1087,81 BSD.7 - BSD.8 0,004996 322,27 50 0,083 1,00 60 0,50 0,14 0,92 BSD.1 BMG.1 0,001622 345,280 325 1,185 1,00 60 1,00 0,61 1,21 Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 7

7.3.1.5 Pembuatan profil memanjang saluran Berikut contoh profil memanjang saluran sepanjang 1088,72 meter dari titik BSD.1a berdasarkan hasil perhitungan pada perencanaan. Profil memanjang saluran selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Gambar 7.1 Profil Memanjang Saluran Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 8

7.3.2 Perencanaan Bangunan Perencanaan bangunan didasarkan pada hasil analisis hidraulik maupun standardisasi bangunan yang ada pada kriteria perencanaan. Pada tugas akhir ini perencanaan bangunan tidak dihitung secara keseluruhan, namun hanya diambil secara tipikal nya saja. 7.3.2.1 Perhitungan got miring No Got miring : BSD.1c (Stasiun 983,05) Nama Saluran Dimensi Saluran A Q V b h i m w K (Ha) (m 3 /dt) (m/dt) (m) (m) (m) 1 BSD.0-BSD.1 1327 2,216 0,73 1,5 0,9 0,000313 1,5 0,6 60 El. Muka air dihulu = + 116,41 El. Muka air dihilir = + 111,88 Beda tinggi (Z) = 4,53 m Panjang got miring = 105,67 m Perhitungan Hidrolis : 1. Bagian Masuk : Q = Cd x 1,71 x bc x h 1 1,5 dimana : ----------> (KP-04 hal. 7) Q = debit rencana, m3/dt Cd = koefisien debit (diambil 1,05) bc = lebar bukaan h 1 = kedalaman air bc = 1,446 m ----------> bc = 1,5 m, ditetapkan. z 1 = 2/3. h = 2/3 x 0,9 = 0,6 m A 1 = bc x z 1 = 1,5 x 0,6 = 0,9 m2 V 1 = Q/A 1 = 2,216 / 1,005 = 2,46 m/dt 2. Bagian aliran normal : Diambil: n = 0,8 atau b 2 = 0,8. h 2 Kt = Ko x (1-sin α) ----------> Ko = 60 m3/dt (pasangan batu) tg α = Z/L = I = 4,53 / 105,67 = 0,043 Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 9

sin α = 0,042829972 Kt = Ko x (1-sin α) ----------> Kt = 57,43020167 A 2 = 2 n x h 2 O 2 = (n+2) x h 2 R 2 = A 2 / O 2 = 2. h 2 2 /4.h 2 R 2 = 0,29. h 2 Q = A 2 / V 2 Q = A 2 x Kt x R 2. 2/3 x (sin α) 1/2 2,216 = 8/3 4,125. h 2 h 2 = 0,79 m ----------> h 2 = 0,8 m, dibulatkan. b 2 = 1,5 m ----------> A 2 = 1,2 m2 V 2 = Q / A 2 V 2 = 2,216 / 1,2 V 2 = 1,85 m/dt 3. Bagian aliran peralihan : V 2 - V 1 = m.(2.g.h)^0,5 ----------> m = 1,05 H = 0,017 0,02 m a. Panjang bagian peralihan L 1 = H / I L 1 = 0,47 m L 1 = 0,5 m, dibulatkan. b. Panjang bagian aliran normal L 2 = L - L 1 L 2 = 105,67 0,5 L 2 = 105,17 m 4. Kolam olak : Bukaan peredam gelombang Q = µ. F. (2.g.z)^0,5 z = 0,05 m µ = 0,8 F = 2,798 4 Lubang bukaan = 1,00 x 1,00 F = 4,00 m 2 > 2,798 m 2 Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 10

Panjang kolam olak : h 3 = h + h 0 = 0,8 + 0,9 = 1,7 2,00 m b 3 = 2 x b 2 = 3,00 m L 3 = (4 x b 10 )+b 2 = 5,50 m Sketsa Bangunan 7.3.2.2 Perhitungan bangunan sadap Bangunan Sadap BSD.1 BSD.0-BSD.2 BSD.1-BSD.2 SD. 1 Ka 1 El. MA hulu = + 63,08 El. MA hilir = + 62,00 BSD.1-BMG.1 SD. 1 Ka 2 Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 11

No Ruas A Q b h V w k m I Saluran (Ha) (m 3 /dt) (m) (m) m/dt) (m) 1 BSD.0 - BSD.1 1327 2,216 1,5 0,53 2,08 60 1 0,004725 0,5 2 BSD.1 - BSD.2 490 0,818 1,2 0,35 1,49 60 1 0,003894 0,5 3 SD.1 Ka 1 29 0,039 0,3 0,28 0,24 60 1 0,000208 0,3 4 SD.1 Ka 2 23 0,031 0,3 0,24 0,24 60 1 0,000240 0,3 5 BSD.1 BMG.1 325 1,185 1,00 0,61 1,21 60 1 0,001622 0,5 PERHITUNGAN PINTU SORONG Ke saluran penerus : BSD.1-BSD.2 Perhitungan hidrolis : Q = µ. a. b. (2.g.z) 0,5 dimana : Q = debit, m3/dt b = lebar pintu, m z = kehilangan energi g = percepatan gravitasi, 9,8 m/dt 2 µ = koefisien debit a = bukaan pintu, m koefisien debit µ masuk permukaan pintu datar diambil 0,8, supaya bukaan pintu (a) bila dibuka setengahnya kedalaman air (h 1 ). sehingga : Q = 0,818 m 3 /dt µ = 0,80 h 1 = 0,53 m g = 9,8 m/dt 2 z = 1,08 1,1 m b = 1,50 m (lebar standar pintu pembilas bawah(undersluice), KP-04 hal. 35). Q = µ. a. b. (2.g.z) 0,5 0,818 = 0,8 x a x (2 x 0,75) x (2. 9,8. 1,1) 0,5 a = 0,146 0,15 m Jadi digunakan pintu sorong baja dengan lebar b = 0,75 m 2 buah Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 12

Sketsa Bangunan z = 1,10 a = 0,15 m PERHITUNGAN PINTU SORONG El. MA hulu = + 63,08 El. MA hilir = + 62,02 Ke saluran penerus : BSD.1-BMG.1 Perhitungan hidrolis : Q = µ. a. b. (2.g.z) 0,5 dimana : Q = debit, m3/dt b = lebar pintu, m z = kehilangan energi g = percepatan gravitasi, 9,8 m/dt 2 µ = koefisien debit a = bukaan pintu, m Koefisien debit µ masuk permukaan pintu datar diambil 0,8, supaya bukaan pintu (a) bila dibuka setengahnya kedalaman air (h 1 ). sehingga : Q = 1,185 m 3 /dt µ = 0,80 h 1 = 0,53 m g = 9,8 m/dt 2 z = 1,06 m b = 1,00 m (lebar standar pintu pembilas bawah(undersluice), KP-04 hal. 35). Q = µ. a. b. (2.g.z) 0,5 1,185 = 0,8 x a x (2 x 1,00) x (2. 9,8. 0,06 ) 0,5 Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 13

a = 0,16 m Jadi digunakan pintu sorong baja dengan lebar b = 0,5 m 2 buah Sketsa Bangunan z = 1,06 a = 0,16 m PERHITUNGAN PINTU ROMIJN Pintu Romijn adalah alat ukur ambang lebar yang bisa digerakkan untuk mengatur dan mengukur debit didalam jaringan saluran irigasi. Agar dapat bergerak, mercunya dibuat dari pelat baja dan dipasang diatas pintu sorong. Pintu ini dihubungkan dengan alat pengangkat. Persamaan hidrolis yang digunakan adalah: = h, dimana: Q = debit, m 3 /dt. = koefisien debit = koefisien kecepatan datang g = percepatan gravitasi, m/dt ( 9,8) = lebar meja, m. h 1 = tinggi air diatas meja, m. = 0,93 + 0,10 / H 1 = h 1 + v 2 1 /2g dimana H 1 = tinggi energi diatas meja, m. v 1 = kecepatan di hulu alat ukur, m/dt. Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 14

Tabel 7.2 Besaran debit yang dianjurkan untuk alat ukur Romijn Standar Lebar (m) H maks (m) Besar Debit (m 3 /dt) 0,5 0,33 0-0,016 0,5 0,5 0,030-0,300 0,75 0,5 0,040-0,450 1 0,5 0,050-0,600 1,25 0,5 0,070-0,750 1,5 0,5 0,080-0,900 Tabel 7.3 Karakteristik alat ukur Romijn Standar Tipe Romijn Standard I II III IV V VI lebar 0,50 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50 Kedalaman maksimum aliran pada muka air rencana 0,33 0,50 0,50 0,5 0,50 0,50 Debit maksimum pada muka air rencana 160 300 450 600 750 900 Kehilangan tinggi energi 0,08 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 Evaluasi dasar dibawah muka air rencana 0,81 + V 1,15 + V 1,15 + V 1,15 + V 1,15 + V 1,15 + V Contoh perhitungan: Ke saluran tersier SD. 1 Ka 2 Q = 0,031 m/dt h saluran = 0,53 m b = 0,50 m (lebar pintu Romijn) w = 0,50 m dengan menggunakan rumus pengaliran: Q = 1,71 x b x h 3/2 0,031 = 1,71 x 0,50 x h 3/2 h = 0,11 m tipe pintu Romijn standar yang digunakan adalah tipe I, didapat: D = 0,81 + V V = 0,18 x h = 0,18 x 0,53 = 0,10 m D = 0,81 + 0,10 = 0,91 Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 15

z = 1/3 x h = 1/3 x 0,11 = 0,04 m diambil minimal z = 0,08 m. Elevasi muka air hulu = + 63,08 Sketsa Bangunan 7.3.2.3 Perhitungan gorong-gorong Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), bawah jalan, atau jalan kereta api. Karena alasan-alasan pelaksanaan, harus dibedakan antara gorong-gorong pembuang silang dan gorong-gorong jalan, yaitu: Pada gorong-gorong pembuang silang, semua bentuk kebocoran harus dicegah. Untuk itu diperlukan sarana-sarana khusus. Gorong-gorong jalan harus mampu menahan berat beban drainase. Kecepatan yang dipakai di dalam perencanaan gorong-gorong bergantung pada jumlah kehilangan tinggi energy yang ada dan geometri lubang masuk dan keluar. Untuk tujuan-tujuan perencanaan, kecepatan diambil 1,5 m/dt untuk gorong-gorong disaluran irigasi dan 3 m/dt untuk gorong-gorong di saluran pembuang. Pada perencanaan ini digunakan gorong-gorong segi empat yang terbuat dari pasangan batu dengan pelat beton bertulang sebagai penutup, karena sangat kuat dan pembuatannya relatif sangat mudah. Khususnya untuk tempat-tempat terpencil, gorong-gorong ini sangat ideal. Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 16

Untuk gorong-gorong pendek (L < 20 m), harga µ dapat dianggap sebagai mendekati benar untuk rumus: Q = µ x A x 2.. dimana: Q = debit, m 3 /dt. µ = koefisien debit. A = luas penampang basah, m 2. g = percepatan gravitasi, m/dt 2 ( 9,8) z = kehilangan tinggi energi pada gorong-gorong. Table 7.4 Harga µ Dalam Gorong-gorong Pendek. Tinggi dasar di bangunan sama Tinggi dasar di bangunan lebih dengan di saluran tinggi daripada di saluran Sisi µ Ambang Sisi µ segi empat 0,80 segi empat segi empat 0,72 bulat 0,90 bulat segi empat 0,76 bulat bulat 0,85 Contoh perhitungan: Gorong-gorong jalan pada bagian ruas Saluran Induk Sidey BSD.1 BSD.2. Q = 0,818 m 3 /dt µ = 0,8 g = 9,8 m/dt 2 z = 0,10 m Q = µ x A x 2.. 0,818 = 0,8 x A x 2. 9,8.0, 10 A = 1,0225 / 1,4 = 0,73 m 2 Diambil lebar b = 1,2 m dan h = 0,61 m. Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 17

7.3.2.4 Perhitungan bangunan terjun Berikut Perhitungan Bangunan Terjun Miring, yang terletak pada BSD.3b. Dimensi Ruas Saluran dihulu : A = 443 Ha V = 2,14 m/dt Q = 0,739 m 3 /dt w = 0,50 m b = 0,80 m m = 1 h = H 1 = 0,31 m I = 0,010454 k = 60 Dimensi Ruas Saluran dihilir : A = 443 Ha V = 1,60 m/dt Q = 0,739 m 3 /dt w = 0,50 m b = 0,80 m m = 1,00 H 2 = 0,39 m I = 0,004675 k = 60 El. M.A hulu = + 49,55 El. M.A hilir = + 47,85 ΔH = 1,70 m Dalam perencanaan ini digunakan bagian pengontrol segi empat. Agar pada debit pengontrol tidak terjadi penurunan muka air, maka bagian pengontrol dihitung berdasarkan debit Q 70 % : Q 70 = 70% x Q A 70 = (b + m x h 70 ) x h 70 h 70 = h - Varian V 70 = Q 70 /A 70 Varian= 0.18 x h H 70 = h 70 + (V 2 70 /2g) Q = 0,739 m 3 /dt b = 0,80 m Q 70 = 0,52 m 3 /dt A 70 = 0,27 m 2 h = 0,31 m V 70 = 1,93 m/dt Varian= 0,056 m H 70 = 0,44 m h 70 = 0,254 m Persamaan : Q = Cd. 2/3. (2.g/3) 0,5. B. H 1,5 Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 18

dimana : Q = Debit, m 3 /dt H = Kedalaman energi, m. B = Lebar bagian pengontrol, m. Cd = 0,93 + 0,10. H 70 /L L = Panjang bagian pengontrol, m. Cd = Koefisien debit Dengan L = 0,5 koefisien debit pada Q 70 menjadi: Cd 70 = 0,93 + 0,10. (0,44/0,5) = 1,02 B = Q 70 / [Cd x 1,704 x H 1,5 70 ] = 0,52 / [1,02 x 1,704 x 0,44 1,5 ] = 1,0251 = 1,30 m Perhitungan kolam olak untuk bangunan terjun miring segi empat: ΔH = 1,7 m H 1 = 0,31 m maka: = 1,7 0,31 = 5,48 Dari table A.26 Perbandingan Tak Berdimensi Untuk Loncat Air (dari Bos, Repogle and Clemens, 1984) Buku KP-04 hal. 216 didapat: Y u /H 1 = 0,1419 maka Y u = 0,1447 x 0,31 = 0,045 m H u /H 1 = 7,493 maka H u = 7,493 x 0,31 = 3,18 m Y d /H 1 = 1,974 maka Y d = 1,974 x 0,31 = 0,86 m H d /H 1 = 2,013 maka H d = 2,013 x 0,31 = 0,62 m v 2 u /(2.g.h 1 ) = 7,3506 maka v u = (7,3506 x 2 x 9,8 x 0,31) 0,5 = 6,68 Dasar kolam olak sekarang dapat diperkirakan: Das = 47,85 - H d = 47,85 0,62 = +47,23 Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 19

n = 47,85 H 2 Das = 47,85 0,39 47,23 = 0,23 Bilangan Froude (F r ) = v u / (g.y u ) 0,5 = 6,68 / (9,8 x 0,045) 0,5 = 10,06 Pada perencanaan ini digunakan kolam olak USBR type IV. Panjang kolam: L = 2. Y u. [(1 + 8.F 2 r ) 0,5-1] = 2 x 0,045 x [(1 + 8 x 10,06 2 ) 0,5-1] = 2,47 m Kedalaman muka air hilir minimum: Y 2 + n > 1,1 Y d 0,39 + 0,23 > 1,1 x 0,86 0,62 > 0,946, belum OK, kurangi elevasi dasar menjadi +46,90. Das = +46,80 n = 47,85 H 2 Das = 47,85 0,39 46,80 = 0,66 Bilangan Froude (F r ) = v u / (g.y u ) 0,5 = 6,68 / (9,8 x 0,045) 0,5 = 10,06 L = 2. Y u. [(1 + 8.F 2 r ) 0,5-1] = 2 x 0,045 x [(1 + 8 x 10,06 2 ) 0,5-1] = 2,47 m Kedalaman muka air hilir minimum: Y 2 + n > 1,1 Y d 0,39 + 0,66 > 1,1 x 0,86 1,05 > 0,946, OK. Sketsa Bangunan Rancangan Teknis Rinci (DED) Bangunan Utama Bendung dan Jaringan Irigasi D.I. Sidey VII - 20