BAB I. Mitos adalah kepercayaan yang terdapat di dalam masyarakat. Menurut Hari Susanto

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor.

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang,

BAB II CERITA RAKYAT NYAI ANTEH PENUNGGU BULAN

BAB I PENDAHULUAN. cincin. Terlebih pada tahun 2015 ini, batu akik semakin digemari oleh masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAB II GAMBARAN UMUM CERITA RAKYAT LUTUNG KASARUNG. lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT MINANGKABAU DI PARAK GADANG KECAMATAN PADANG TIMUR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. itu telah menjadi kebiasaan di tengah-tengah masyarakat. Salah satu kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

Andi Purwanto. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI

UNGKAPAN KEPERCAYAAN RAKYAT DALAM UPACARA PENYELENGARAAN JENAZAH DI KENAGARIAN SELAYO KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Objek kajian karya sastra dapat berupa karya sastra tulis maupun sastra lisan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari tanda,

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT DI KECAMATAN AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM Tika Gusfa Irni 1, Hasnul Fikri 2, Dainur Putri 2

1.1 Mob Papua dalam Penelitian Sastra Lisan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis

BAB IV KESIMPULAN. Bab keempat memuat kesimpulan dari uraian yang ada pada bab satu

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau

BAB I PENDAHULUAN. berpikir manusia dalam rangka menghadapi masalah kehidupan sehari-hari.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MENGEMBANGKAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Dr. Agus Mulyana, M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi/data yang ingin kita teliti. Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

05FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 463

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya kebudayaan bagi negara, maka haruslah dilakukan upayaupaya

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk (Nasikun,1985:30,51)

Transkripsi:

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG Mitos adalah kepercayaan yang terdapat di dalam masyarakat. Menurut Hari Susanto (dalam Dang, 2000: 16), mitos merupakan hasil pemikiran intelektual dan bukan hasil logika; ia merupakan orientasi spiritual. Roland Barthes (2003:122) menjelaskan bahwa mitos termasuk dalam sistem komunikasi. Dengan demikian, ia merupakan sebuah pesan tidak mungkin dapat menjadi sebuah objek atau sebuah konsep, atau sebuah ide. Mitos adalah sebuah model penandaan, yakni sebuah bentuk. Van Peursen dalam Cut Aja Fauziah (2008: 5) menyatakan bahwa pantangan dan anjuran adalah bagian dari mitos. Dalam Kamus Minangkabau (2001: 640), pantangan adalah sesuatu hal yang terlarang menurut adat atau kepercayaan. Kepercayaan adalah suatu keyakinan terhadap sesuatu. Pantangan yang sering juga disebut takhayul adalah kepercayaan yang oleh orang berpendidikan Barat dianggap sederhana tidak berdasarkan logika sehingga secara ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dalam masyarakat Minangkabau, pantangan menjadi sesuatu yang harus dijauhi oleh masyarakat. Pantangan tidak dapat dilanggar, karena dipercaya mendatangkan kerugian pada orang yang melanggar pantangan tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, pendeskripsian bentuk mitos pantangan gadis Minangkabau di Kanagarian Lasi, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, perlu dilakukan. Kanagarian Lasi menjadi daerah penelitian ini, karena sepengetahuan penulis, penelitian mengenai mitos pantangan gadis Minangkabau di Kanagari Lasi belum pernah dilakukan. Selain itu, mitos pantangan di Nagari Lasi masih berkembang sampai sekarang, meskipun masyarakat di Kanagarian tersebut sudah menganut agama Islam.

Begitu juga, pantangan di Kanagarian Lasi juga memiliki nilai-nilai yang mengajarkan masyarakat untuk berperilaku dengan baik antar sesama masyarakat. Berdasarkan pengamatan awal, salah satu contoh pantangan gadis Minangkabau di- Kanagarian Lasi, Kabupaten Agam, adalah sebagai berikut ; Anak gadis tidak boleh makan tebu malam hari, kalau dimakan juga nanti ibunya meninggal. Menurut logika ungkapan tersebut, tidak dapat dipercayai kebenarannya karena antara makan tebu dengan meninggal tidak berhubungan satu sama lain. Meskipun begitu, masyarakat Lasi masih banyak yang menghindari makan tebu pada malam hari. Sebenarnya, orang tua mengajarkan nilai-nilai sosial agar kita bisa menjaga diri dan berhati-hati dalam berperilaku. Mitos tidak hanya hidup di daerah pedesaan, tetapi masih diterapkan juga di daerah perkotaan, terutama digunakan orang tua untuk mendidik anaknya. Pemakaian mitos di- Kanagarian Lasi Kabupaten Agam didominasi oleh golongan orang tua dengan tujuan untuk mengingat, melarang dan mendidik. Rudito, dkk (2009: 40) mengatakan foklor dapat dimaksudkan sebagai aktivitas manusia berkenaan dengan mitologi, legenda, cerita rakyat, candaan (joke), pepatah, hikayat, ejekan, koor, sumpah, cercaan, celaan, dan juga ucapan-ucapan ketika berpisah. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disebutkan bahwa foklor adalah sebagian kebudayaan sesuatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun. Di antara kolektif tersebut secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat, atau alam pembantu pengingat (mnemonic device).

Alasan penulis memilih pantangan sebagai objek penelitian dikarenakan belum ada penelitian yang mengkaji mitos di Kanagarian Lasi. Selain itu, masyarakat di Kenagarian Lasi mayoritas beragama islam, tetapi pada kenyataannya masih meyakini kebenaran mitos. Hal demikian, memperlihatkan bahwa kepercayaan mitos dari orang-orang terdahulu masih digunakan, meskipun mereka telah memeluk suatu agama. Mereka mempercayai bahwa ketika mitos dilanggar, maka memiliki efek yang merugikan. Untuk itu, penelitian mengenai pantangan di Kanagarian Lasi perlu diteliti untuk mengungkapkan keberadaan mitos yang masih berkembang pada zaman modern. Penelitian ini dapat menyumbang kepada bidang ilmu budaya, karena dengan penelitian ini maka akan terkuat informasi dibalik suatu mitos. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apa sajakah bentuk mitos pantangan gadis Minangkabau di Kanagarian Lasi Kabupaten Agam? 2. Apa saja klasifikasi mitos pantangan gadis Minangkabau di Kanagarian Lasi Kabupaten Agam? 1.3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan bentuk mitos pantangan gadis Minangkabau di Kanagarian Lasi Kabupaten Agam. 2. Mendeskripsikan klasifikasi pantangan gadis Minangkabau di Kanagarian Lasi Kabupaten Agam. 1.4 Landasan Teori

1.4.1 Defenisi Foklor Kata foklor berasal dari bahasa Inggris folklore yang berasal dari dua kata yaitu folk dan lore. Folk sama artinya dengan kata kolektif (collectivity), sedangkan lore adalah sebagian tradisi folk yaitu kebudayaan. Danandjaja (1991: 2), mendefenisikan foklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonicdevice). Menurut Rudito, dkk (2009: 40), Foklor dapat dimaksudkan sebagai aktifitas manusia yang berkenaan dengan mitologi, legenda, cerita rakyat, candaan (joke), pepatah, hikayat, ejekan, koor, sumpah, celaan, dan juga ucapan-ucapan ketika berpisah. Lebih lanjut Rudito, dkk (2009:41) menjelaskan bahwa foklor merupakan hasil budaya dari suatu masyarakat dengan lingkungan tertentu yang berupa tingkah laku budaya serta benda-benda budaya yang pada dasarnya menggambarkan kebudayaan masyarakat tersebut secara keseluruhan. Foklor dapat dikenali melalui ciri-cirinya, menurut Danandjaja (1991: 3-4) ciri pengenal foklor yaitu (1) penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, (2) foklor bersifat tradisional, disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar, (3) foklor ada (exist) dalam versi bahkan dalam varian-varian yang berbeda, (4) foklor bersifat anonim, yaitu nama penciptannya sudah tidak diketahui orang lagi, (5) foklor biasanya berumus atau berpola (6)foklor biasanya mempunyai kegunaan (funetian) dalam kehidupan bersama suatu kolektif, (7) foklor bersifat pralogis yaitu memiliki logika sendiri dan tidak sesuai dengan logika umum, (8) foklor menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu dan (9) foklor pada umunya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatan kasar. 1.4.2 Fungsi Foklor Menurut William R. Bascom, foklor memiliki empat fungsi yaitu :

a. Sebagai sistem proyeksi (projective system), yaitu sebagai alat pencerminan angan-angan suatu kolektif b. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan c. Sebagaia alat pendidikan anak (pedagogical device) d. Sebagai alat maksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektif. 1.4.3 Bentuk-bentuk Foklor Bruvand (dalam Danandjaja, 1991: 21), mengelompokan foklor atas tiga kelompok yaitu: a. Foklor lisan Foklor lisan adalah foklor yang murni lisan. Bentuk-bentuk yang termasuk ke dalam kelompok besar ini antara lain (a) bahasa rakyat, seperti logat; (b) ungkapan tradisional, seperti pepatah; (c) pertanyaan tradisional, seperti teka-teki; (d) puisi rakyat, seperti pantun; (e) cerita prosa rakyat, seperti mite/mitos; (f) nyanyian rakyat. b. Foklor setengah lisan Foklor ini berbentuk campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan, contohnya kepercayaan rakyat seperti takhayul. Takhayul merupakan pernyataan yang bersifat lisan ditambah dengan gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna gaib. Contoh-contoh foklor yang tergolong dalam setengah lisan seperti : permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, upacara dan pesta rakyat juga termasuk ke dalam foklor setengah lisan. c. Foklor bukan lisan

Foklor ini dibagi menjadi dua subkelompok, yakni material dan bukan material. Bentuk yang material seperti: arsitektur, kerajinan tangan, pakaian, perhiasan, masakan dan obat-obatan rakyat. Sedangkan yang bukan material seperti: gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat dan musik rakyat. 1.4.4 Mitologi Bascom dalam Danandjaja (1986b : 50) mite / mitos adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empunya cerita, mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa yang terjadi di dunia yang bukan kita kenal sekarang dan terjadi pada masa lampau. Mite umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam dan sebagainya. Selain itu mite mengisahkan pertualangan para dewa, kisah percintaanya, hubungan kekerabatan mereka, kisah perang mereka dan sebagainya (Danandjaja 1986b : 51) Fungsi mitos dalam kehidupan sosial budaya masyarakat pendukungnya adalah: (1) untuk mengembangkan simbol-simbol yang penuh makna serta menjelaskan fenomena lingkungan yang mereka hadapi; (2) sebagai pegangan bagi masyarakat pendukungnya untuk membina kesetiakawanan sosial di antara para anggota agar ia dapat saling membedakan antara komunitas yang satu dan yang lain ; dan (3) sebagai sarana pendidikan yang paling efektif terutama untuk mengukuhkan dan menanamkan nilai-nilai budaya,norma-norma sosial dan keyakinan tertentu. Pada umumnya mitos-mitos dikembangkan untuk menanamkan dan mengukuhkan nilai-nilai budaya, pemikiran maupun pengetahuan tertentu, yang berfungsi untuk merangsang perkembangan kreativitas dalam berpikir (http://journal.unnes.ac.id) 18-04-2013/21.05.

1.4.5 Pantangan Rakyat sebagai Foklor Pantangan menurut KMK (2001: 640), adalah sesuatu hal yang terlarang menurut adat atau kepercayaan. Takhayul mencakup bukan saja kepercayaan (belief, melainkan juga kelakuan (behavior), pengalaman (experience), ada kalanya juga alat, dan biasanya juga ungkapan serta sajak (Bruvand dalam Danandjaja 1991: 153). Foklor sebagian lisan adalah foklor yang bentuknya merupakan gabungan unsur lisan dan unsur bukan lisan. Menurut Danandjaja (1991: 154), takhayul menyangkut kepercayaan dan praktek, pada umumnya diwariskan melalui media tutur kata. Tutur kata ini dijelaskan dengan syaratsyarat yang terdiri dari tanda-tanda (signs) ataun sebab (causes) dan akibat (result). Takhayul yang pertama adalah berdasarkan hubungan sebab akibat menurut hubungan asosiasi sedangkan takhayul yang kedua, yaitu perbuatan manusia yang dilakukan dengan sengaja yang menyebabkan suatu akibat adalah kita sebut ilmu gaib ( Koentajaningrat dalam Danandjaja 1991:154). Adapun fungsi takhayul menurut Danandjaja (2002: 169-170) adalah sebagai berikut : a. Sebagai penebal emosi kepercayaan atau keagamaaan. b. Sebagai sistem proyeksi hayalan suatu kolektif yang berasal dari halusinasi seseorang yang sedang mengalami ganggguan jiwa dalam bentuk-bentuk makhluk alam gaib. c. Sebagai alat pendidikan anak atau remaja. Hand (dalam Danandjaja, 1991: 155), menggolongkan tahayul ke dalam empat golongan besar: (1) tahayul di sekitar lingkaran hidup manusia, tahayul di sekitar lingkungan hidup manusia adalah takhayul yang berhubungan dengan rumah dan pekerjaan rumah tangga yang dipraktikan oleh manusia, tahayul seperti ini dapat kita lihat dalam keadaan seperti (a) lahir, masa bayi, dan kanak-kanak, (b) tubuh manusia dan obat-obatan rakyat, dan (c) rumah dan pekerjaan rumah tangga, (d) mata pencaharian dan hubungan sosial, (e) perjalanan, (f)

cinta, pacaran, dan menikah, (g) kematian dan adat pemakan. (2) tahayul mengenai alam gaib.takhayul mengenai alam gaib adalah kepercayaan masyarakat terhadap dewa, roh-roh, makhluk-makhluk gaib, kesaktian, dan alam gaib. (3) tahayul mengenai terciptanya alam semesta dan dunia dan (4) tahayul lainnya. 1.5 Tinjauan Kepustakaan Sejauh pengamatan penulis penelitian tentang Mitos Pantangan Gadis Minangkabau di Kanagarian Lasi Kabupaten Agam belum pernah dilakukan, namun penulis menemukan beberapa penelitian dengan tinjauan yang sama seperti berikut ini : Tinjauan pertama adalah penelitian tentang Nilai Didaktis dalam Tahayul Minangkabau Analisis Semiotik oleh Danang Susena dkk (2008). Dalam penelitian ini, peneliti melihat nilai didaktis yang terkandung dalam takhayul Minangkabau mengunakan teori semiotik yang dikemukan Rifatrree. Nilai didaktis ini adalah ajaran untuk bersikap hatihati atau selalu waspada, ajaran yang berhubungan dengan kesehatan pribadi dan lingkungan, ajaran agar selalu menjaga kebersihan dan keindahan, ajaran untuk bersikap sopan dan memiliki etika yang terpuji, dan untuk menghayati serta melaksanakan nilai agama dengan baik. Selanjutnya, penelitian yang juga menggunakan kajian semiotik yaitu oleh M. Yunis dan Andi Asrizal. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, mereka mengkaji tentang mitos di wilayah yang sama. M. Yunis 2010 mengkaji tentang Dekontruksi Mitos Kehamilan di Kabupaten Padang Pariaman. Peneliti menganalisis bentuk dan fungsi tuturan mitos kehamilan masyarakat Padang Pariaman yang dielaborasi dan direpresatesi dengan pendekatan tindak tutur, makna tuturan mitos kehamilan masyarakat kabupaten Padang- Pariaman disignifikasi dengan semiotika.

Penelitian ini membuktikan bahwa teks tuturan mitos dituturkan dalam bentuk tidak langsung dan literal yang berfungsi sebagai direktif dan komisif. Pada signifikasi, kalimat negasi menghasilkan petanda larangan dan tanda pada lingual reduplikasi menghasilkan penanda intensitas. Berdasarkan denotatumnya, menghasilkan tanda indeksikal. Sedangkan, Andi Asrizal 2011 juga menggunakan pendekatan pragmatis yaitu mengkaji Analisis Tuturan Mitos tentang Tokoh Agama di Kanagarian Toboh Gadang Kecamatan Sintuak Toboh Gadang Padang Pariaman, mengkaji bentuk dan tanda bahasa, makna tanda bahasa, fungsi tuturan mitos, dan nilai yang terkandung dalam tuturan mitos. Penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk dan tanda mitos tokoh agama yang ditemukan adalah tuturan langsung, tuturan literal, tuturan konstatif, dan tuturan performatif, denotatif. Makna tuturan yang dihasilkan adalah makna konotatif, makna tingkat I, dan makna tingkat 2. Fungsi yang terkandung dalam tuturan adalah fungsi interaksi, personal, heuristik, regulasi, dan imajinatif. Nilai tuturan yang terkandung dalam tuturan adalah nilai ketaatan, kepatuhan, berusaha, keberanian, kehematan, keadilan, perhatian, kejujuran, dan sosial. Dari ketiga penelitian di atas, penelitian yang penulis lakukan sama-sama mengkaji mengenai mitos. Akan tetapi, teori yang penulis gunakan bukan teori semiotik, melainkan teori foklor. Selain itu, perbedaan dari batasan masalah pada penelitian ini, yang menguraikan bentuk-bentuk dan makna pantangan anak gadis di Kanagarian Lasi Kabupaten Agam. 1.6 Metode dan Teknik Penelitian Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2005: 4) metode kualitatif adalah metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati pada latar dan individu secara utuh.

Peneliti langsung hadir di daerah penelitian dan sering berinteraksi dengan para informan. Teknik yang digunakan dalam penelitian, yaitu: (1) studi lapangan, menentukan informan, (2) melakukan wawancara, merekam (3) mencatat kembali hasil wawancara. Data penelitian ini adalah ungkapan pantangan yang terdapat di kanagarian Lasi Kabupaten Agam. Sumber datanya adalah tuturan dari informan yang mengandung ungkapan pantangan di Kenagarian Lasi, kabupaten Agam. Untuk memperoleh data, peneliti mewancarai beberapa informan dengan mengajukan beberapa pertanyaan sesuai kebutuhan penelitian. Peneliti kemudian merekam dan mencatat ungkapan kepercayaan tersebut. 1.7 Sistematika Kepenulisan Laporan penelitian ini terdiri dari tiga bab, yaitu : Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Landasan Teori, Metode dan Teknik Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, dan Sistematika Kepenulisan. Bab II : Gambaran Umum Daerah Penelitian

Bab III : Analisis Pantangan Anak Gadih di Minangkabau. Bab IV : Terdiri dari Kesimpulan dan Saran.