METODE KERJA. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa sampel

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

I. PENDAHULUAN km dengan luas perairan pantai yang mencapai 5,8 km 2 dari 3,1 juta km 2

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo pada bulan Mei sampai Juli

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

Tekstur Sedimen, Kelimpahan dan Keanekaragaman Foraminifera Bentik di Perairan Teluk Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dihitung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENILITIAN. Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODA PENELITIAN. Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada posisi 102*52,28-103*18,9' BT dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

BAB IV METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

memiliki karakteristik topografi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan selama enam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

METODE KERJA. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober Lokasi

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

BAB III BAHAN DAN METODE

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi penelitian a. Bahan

III. METODE PENELITIAN. zona intertidal pantai Wediombo, Gunungkidul Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan metode observasi. odorata dilakukan pada 3 lokasi yang berbeda berdasarkan bentuk lahan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI SEKUEN

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia. 1

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. 1 Sehingga dalam jenis

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu metode yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan dengan

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

Oleh Satria Yudha Asmara Perdana Pembimbing Eko Minarto, M.Si Drs. Helfinalis M.Sc

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

METODE PENELITIAN. A. Materi (Bahan dan Alat), Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Theissen Khadafi. viii

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

VARIASI KOMPOSISI DINDING CANGKANG FORAMINIFERA BENTONIK KECIL RESEN PERAIRAN SEMARANG (LEMBAR 1409), JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB 2 BAHAN DAN METODA

Transkripsi:

III. METODE KERJA Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa sampel sedimen hasil cucian yang telah tersedia di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) dan siap digunakan untuk berbagai analisa seperti mikrofauna, mineral, besar butir sedimen, dan lain-lain. Pada penelitian ini sampel sedimen tersebut digunakan untuk analisa foraminifera. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2012 di Laboratorium Mineralogi dan Mikropaleontologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (BaLitbang ESDM), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) yang berlokasi di Jalan Dr. Djundjunan No. 236, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Lampiran F): 1. Mikroskop binokuler berfungsi sebagai alat bantu pengamatan foraminifera.

2. Wadah pengamatan mikrofosil atau picking tray berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sebaran sampel sedimen hasil cucian. 3. Fossil slide berlubang 1, 4, dan assemblage slide sebagai tempat menyiapkan foraminifera hasil penjentikan. Fossil slide berlubang 1 hanya berfungsi untuk menempatkan 1 jenis foraminifera saja sedangkan fossil slide berlubang 4 dapat digunakan untuk menempatkan 4 jenis foraminifera yang berasal dari sampel sedimen yang diamati. 4. Kuas kecil ukuran 0000 berfungsi untuk memisahkan spesimen foraminifera dari partikel sedimen dan kuas besar berfungsi untuk memindahkan sampel sedimen. 5. Air berfungsi untuk membantu penjentikan spesimen. 6. Tragacanth gum atau lem berfungsi untuk menempelkan spesimen pada assemblage slide. Lem ini akan mudah dihilangkan dengan menggunakan air dan tidak merusak spesimen. 7. Mikroskop yang terhubung dengan komputer berfungsi untuk mengambil gambar/ foto foraminifera dengan menggunakan NISTelement. NISTelement adalah program yang berfungsi untuk mendokumentasikan berbagai spesimen termasuk foraminifera bentik. 3.3 Prosedur Kerja Analisis foraminifera meliputi beberapa tahapan yaitu studi pustaka, pengambilan dan pengelompokan sampel bahan, penjentikan (picking), koleksi, identifikasi dan dokumentasi, analisis data yang meliputi Kelimpahan (K), Kelimpahan

Relatif (KR), Indeks Keanekaragaman (H'), Indeks Kemerataan (J'), dan Indeks Dominansi (D), serta pembuatan peta sebaran foraminifera (Gambar 3.1). Studi Pustaka Pengambilan dan Pengelompokan Sampel Bahan Penjentikan Koleksi Identifikasi Dokumentasi Analisis Data 1. Kelimpahan (K) 2. Kelimpahan Relatif (KR) 3. Indeks Keanekaragaman (H') 4. Indeks Kemerataan (J') 5. Indeks Dominansi (D) Pembuatan Peta Sebaran Foraminifera Pembuatan Laporan Gambar 3.1 Diagram Alir Analisis Foraminifera

3.3.1 Pengambilan dan Pengelompokkan Sampel Bahan Bahan penelitian yang dipakai adalah sampel sedimen hasil cucian (washed residu) yang merupakan hasil pengambilan sampel Tim Penelitian Lingkungan dan Kebencanaan Geologi Kelautan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) di perairan Teluk Balikpapan pada tahun 2011. Sampel sedimen diambil menggunakan Grab Sampler (pemercontoh comot) pada lebih dari 50 titik lokasi secara acak dari pola batimetri (peta kedalaman laut yang berfungsi untuk mengetahui morfologi dasar laut dan kemantapan lereng dasar laut) (Gambar 3.2) dan mewakili daerah penelitian (Gambar 3.3) serta dengan titik koordinat pengambilan sampel yang berbeda-beda (Tabel 3.1). Dari 50 titik lokasi pengambilan sampel, kemudian diambil titik pengambilan sampel secara acak dengan kedalaman yang berbeda yaitu kurang dari 40 m. Bahan yang diambil pada perairan Teluk Balikpapan, selanjutnya dikelompokkan menjadi 4 kedalaman, yaitu 0-5 meter, 6-10 meter, 11-15 meter, dan 16-20 meter. Pengelompokan kedalaman tersebut didasarkan atas data sekunder berupa kedalaman pengambilan sampel foraminifera bentik. Dari masing-masing kedalaman tersebut selanjutnya diambil sebanyak 5 sampel sedimen untuk kemudian dilakukan analisis foraminifera.

Gambar 3.2 Peta Batimetri Perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur

Tabel 3.1 Titik Koordinat Pengambilan Sampel Sedimen di Perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur No. Lokasi Tanggal Jam WITA Lintang Bujur Kedalaman (m) S-1 16-Nop-11 9:13:41-1,20220 116,76457 1,5 S-2 16-Nop-11 9:53:04-1,20592 116,77258 1,8 S-3 16-Nop-11 10:02:53-1,20847 116,77687 26,5 S-4 16-Nop-11 10:40:55-1,19092 116,77142 2,9 S-5 16-Nop-11 15:01:46-1,15357 116,76077 1,5 S-6 17-Nop-11 9:20:36-1,29523 116,88225 7 S-7 17-Nop-11 11:26:13-1,27410 116,90642 6 S-8 17-Nop-11 12:12:54-1,29270 116,94348 8 S-9 17-Nop-11 12:48:04-1,29707 116,91853 7 S-10 17-Nop-11 13:24:04-1,32925 116,90197 14 S-11 17-Nop-11 13:55:12-1,34393 116,89485 6 S-12 17-Nop-11 14:24:55-1,34827 116,86640 5 S-13 17-Nop-11 15:05:00-1,37955 116,84058 9,5 S-14 17-Nop-11 15:48:00-1,40560 116,80967 23 S-15 18-Nop-11 8:41:14-1,32283 116,87202 8,5 S-16 18-Nop-11 9:23:56-1,34902 116,83935 6 S-17 18-Nop-11 9:52:30-1,36207 116,81405 7 S-18 18-Nop-11 10:28:50-1,37492 116,77967 6,3 S-19 18-Nop-11 10:59:53-1,39948 116,76603 7,5 S-20 18-Nop-11 11:36:14-1,43178 116,77870 20 S-21 18-Nop-11 13:24:49-1,31907 116,82602 12 S-22 21-Nop-11 11:38:54-1,35058 116,77380 4 S-23 21-Nop-11 12:40:19-1,30583 116,81467 18 S-24 21-Nop-11 13:55:22-1,28167 116,84930 6 S-25 21-Nop-11 14:41:33-1,29872 116,80047 16,5 S-26 21-Nop-11 15:30:29-1,29590 116,76627 2,9 S-27 21-Nop-11 16:10:16-1,28483 116,81172 7 S-28 22-Nop-11 8:57:21-1,28007 116,79020 14 S-29 22-Nop-11 9:20:36-1,27043 116,77875 25 S-30 22-Nop-11 10:00:53-1,26315 116,79992 12 S-31 22-Nop-11 10:36:05-1,25465 116,79278 16 S-32 22-Nop-11 11:06:38-1,23602 116,81085 3,5 S-33 22-Nop-11 11:50:46-1,23660 116,78988 16 S-34 22-Nop-11 12:16:15-1,22000 116,79243 5 S-35 22-Nop-11 12:51:47-1,23355 116,76815 5 S-36 22-Nop-11 13:19:46-1,21033 116,77478 12 S-37 22-Nop-11 14:01:17-1,19633 116,77320 5 S-38 22-Nop-11 15:08:39-1,17685 116,77025 17 S-39 23-Nop-11 13:01:59-1,20502 116,76333 3 S-40 23-Nop-11 14:18:32-1,15303 116,75150 8 S-41 23-Nop-11 14:51:50-1,13977 116,77067 4 S-42 23-Nop-11 15:19:46-1,14073 116,74258 8 S-43 23-Nop-11 15:51:26-1,12522 116,75843 8 S-44 23-Nop-11 16:42:56-1,11088 116,72943 10 G-1 20-Nop-11 10:11:55-1,22421 116,80750 0,8 G-2 20-Nop-11 11:11:22-1,20965 116,83120 7,4 G-3 20-Nop-11 12:19:05-1,21550 116,81078 1,6 G-4 20-Nop-11 13:33:47-1,19124 116,82731 5,1 G-5 21-Nop-11 10:35:46-1,23149 116,80821 2,8 G-6 21-Nop-11 11:30:45-1,24799 116,81004 8,3 G-7 22-Nop-11 9:53:16-1,23460 116,78313 21,7 G-8 22-Nop-11 12:10:36-1,22396 116,75526 1,6 G-9 22-Nop-11 13:55:50-1,21483 116,73033 15,5 G-10 23-Nop-11 12:51:58-1,21949 116,76633 7,1 G-11 23-Nop-11 16:13:30-1,11268 116,74038 3,6

Gambar 3.3 Lokasi Pengambilan Sampel Sedimen di Teluk Balikpapan, Propinsi Kalimantan Timur

3.3.2 Penjentikan (picking) Sebelum melakukan penjentikan, terlebih dahulu mempersiapkan asssemblage slide yang dipoles tipis dengan lem Tragacanth Gum. Penempelan ini bertujuan untuk menghindari lem yang tebal dan berakibat spesimen tenggelam dalam lem. Selanjutnya sampel pada assemblages slide diberi label nama berisi nomor lokasi dan tahun pengambilan sampel sedimen, ini merupakan hal yang sangat penting. Penjentikan adalah proses pengambilan satu per satu spesimen mikrofauna khususnya foraminifera dari partikel sedimen dan material lain. Penjentikan dilakukan secara acak dengan menggunakan kuas terkecil yang telah dicelupkan ke dalam air yang kemudian dipindahkan ke dalam tempat penyimpanan mikrofosil (assemblage slide) dengan bantuan mikroskop binokuler perbesaran 50-100 kali. Langkah-langkahnya sebagai berikut : Sampel sedimen disiapkan dan ditimbang untuk mengetahui berat kering sedimen. Sedikit demi sedikit sampel sedimen ditebarkan pada wadah pengamat mikrofosil (picking tray). Sebelum ditebarkan, sampel sedimen dibagi menggunakan splitter bila volumenya besar. Sebaran sampel sedimen hasil cucian diamati di bawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 100x. Penjentikan dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan kuas terkecil yang sebelumnya telah dicelupkan ke dalam air dengan jumlah maksimal 300 spesimen.

Satu per satu spesimen foraminifera hasil picking diletakkan pada assemblage slide yang telah diolesi lem dan diberi nomor lokasi. Dalam 1 slide berisi 300 spesimen dengan komposisi setiap petak adalah 5 spesimen. 3.3.3 Koleksi Proses koleksi bertujuan untuk memisahkan foraminifera hasil penjentikan yang memiliki bentuk yang berlainan ke assemblage slide yang baru untuk selanjutnya dapat didokumentasikan dan diidentifikasi. Langkah-langkahnya sebagai berikut : Assemblage slide yang berisi spesimen hasil penjentikan disiapkan. Spesimen hasil penjentikan untuk tiap spesies yang berbeda dipindahkan ke slide yang baru dengan menggunakan kuas kecil yang telah dicelupkan ke dalam air. Langkah ini dilakukan dengan menggunakan bantuan mikroskop. Spesimen yang diambil merupakan spesimen dengan bentuk yang terbaik. Langkah tersebut dilakukan secara berurutan untuk setiap sampel. Setiap kotak diisi minimal dengan 2 spesimen dari tiap spesies yang sama. Pencatatan nomor sampel asal spesimen foraminifera yang telah dipindahkan ke assemblage slide untuk koleksi. Pengambilan spesimen untuk sampel berikutnya hanya dilakukan untuk spesies yang berbeda dari sampel sebelumnya.

3.3.4 Dokumentasi Dokumentasi adalah proses untuk mendapatkan gambar foraminifera bentik dengan menggunakan mikroskop yang terhubung dengan kamera dan komputer. Langkah-langkah dokumentasi sebagai berikut : Assemblage slide hasil koleksi disiapkan. Diamati di bawah mikroskop binokuler yang terhubung dengan kamera dan komputer. Hasil koleksi didokumentasikan dengan menggunakan mikroskop Nikon dan perangkat lunak NISTelement. 3.3.5 Identifikasi Identifikasi bertujuan untuk mengetahui jenis spesimen hasil koleksi dengan menggunakan kunci determinasi secara beurutan dan buku acuan Barker (1960), Loeblich dan Tappan (1994), serta Yassini dan Jones (1995). Langkah-langkah identifikasi antaralain : Assemblage slide hasil koleksi disiapkan. Diamati di bawah mikroskop binokuler. Diamati ciri-ciri morfologi foraminifera bentik, antara lain: 1. Komposisi dan bentuk cangkang 2. Bentuk kamar dan jumlah kamar 3. Jumlah putaran 4. Ornamen cangkang 5. Bentuk dan posisi apertura Pemberian nama menggunakan kunci identifikasi hingga spesies.

Foraminifera bentik dikelompokkan berdasarkan 7 ordo yaitu : 1. Astrorhizida 2. Lituolida 3. Miliolida 4. Rotaliida 5. Spirillinida 6. Textulariida 7. Trochamminida Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis dari foraminifera bentik. 3.3.6 Analisis Data Data yang didapatkan dari hasil pengamatan kemudian dikelompokkan berdasarkan kedalaman titik pengambilan sampel tersebut untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif. 3.3.6.1 Kelimpahan Menurut Misra (1973 dalam Bagus, 1990), rumus kelimpahan sebagai berikut : K= ( ) KR = Keterangan : K = Kelimpahan KR = Kelimpahan relatif

3.3.6.2 Indeks Keanekaragaman Indeks keanekaragaman dihitung berdasarkan formulasi Shannon-Weaver (Bakus, 1990). H' = - pi log pi pi = Keterangan : H'= Indeks keanekaragaman ni= Jumlah jenis ke-i N= Jumlah total individu Jika : 1. H ' < 1, maka komunitas dalam kondisi tidak stabil. 2. 1 < H ' < 3, maka komunitas dalam kondisi moderat. 3. H ' > 3, maka komunitas dalam kondisi baik 3.3.6.3 Indeks Kemerataan (Evennes Index) Nilai indeks kemerataan adalah 0-1. Indeks kemerataan dihitung berdasarkan rumus Pielou (1953 dalam Bakus, 1990). J' = ( ) Keterangan : J' H' S = Indeks kemerataan = Indeks keanekaragaman = Jumlah jenis/ marga

3.3.6.4 Indeks Dominansi Indeks dominansi menggunakan rumus dari Simpson (1949 dalam Bakus, 1990). D = 1-C C = Keterangan : D = Indeks dominansi pi = Nilai indeks dominansi adalah 0-1. Jika mendekati 1 maka ada salah satu jenis yang mendominasi. Jika mendekati 0 maka hampir tidak ada individu yang mendominasi. Korelasi Pearson adalah suatu bentuk rumus yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Korelasi ini dapat digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara indeks keanekaragaman jenis dengan parameter kualitas air yaitu kedalaman, kecerahan, temperatur, ph, turbiditas, salinitas, dan DO (Dissolved Oxygen). Korelasi Pearson memiliki nilai r terbesar 1 dan r terkecil -1. r = ( )( ) ( ) ( ) Keterangan : r = Korelasi antara indeks keanekaragaman jenis dengan parameter kualitas air

x y = Indeks keanekaragaman (H') = Parameter kualitas air (kedalaman, kecerahan, temperatur, ph, turbiditas, salinitas, dan DO) Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Korelasi Interval Tingkat Hubungan 0 Tidak ada korelasi 0,01-0,20 Sangat rendah 0,21-0,40 Rendah 0,41-0,60 Agak rendah 0,61-0,80 Cukup 0,81-0,99 Tinggi 1 Sangat tinggi 3.3.7 Pembuatan Peta Sebaran Foraminifera Peta sebaran foraminifera dibuat berdasarkan hasil pengolahan data berupa kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, dan indeks dominansi sehingga diketahui pola sebaran masing-masing indeks.