BAB I PENDAHULUAN. pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. kalimantan dan terletak pada ujung Barat Indonesia. Orang Batak mendiami

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat Penyebaran agama Kristen sudah dilakukan secara sistematis di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat Penyebaran agama Kristen Protestan sudah dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan

abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orang-orang disebut Onan Sitahuru (= pasar barter) di perkampungan Saitnihuta sekarang.

BAB V PENUTUP. dan masih akan terus berkembang dengan pesat. yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai.

BAB I PENDAHULUAN. pada awal abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot

BAB II PENDIDIKAN THEOLOGI SEBELUM TAHUN Sumatera dilakukan oleh Zending-zending ke Tanah Batak (Tapanuli) yaitu dimulai

BAB I PENDAHULUAN. ada sisi positif yang dihasilkan oleh misi pekabaran Injil yaitu sejalan dengan kata Brunner

BAB II SEJARAH DAN PROFIL GEREJA HKBP. 2.1 Sejarah Gereja Huria Kristen Batak Protestan

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. penginjil Rheinische Mission Gesellschaft (RMG) masih sedikit. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat

2014), hal , Th. Van den End, Harta Dalam Bejana. Sejarah Gereja Ringkas, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2003), hal 267.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Desa Sukkean Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera utamanya di Sumatera Utara, awalnya Gereja Pentakosta Indonesia dibawa orangorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

BAB I. Pendahuluan. pertama (gewesten) dan keresidenan Tapanuli merupakan salah satunya.

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu umat manusia. Pengisahan sejarah itu jelas sebagai suatu

DINAMIKA SEJARAH SUMATERA ABAD XIX

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB II TINJAUAN GEREJA HKBP Tinjauan Umum Gereja Protestan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kecamatan yang berbeda bisa ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahasa itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

BAB II TERBENTUKNYA COMITE NA RA MARPODAH SIMALOENGOEN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas secara rinci mengenai metode dan teknik

BAB III PEMAHAMAN DAN PRAKTEK MISI NOMMENSEN DAN HKBP. Dengan masuknya para penjajah ke tanah Batak seakan membuka kehidupan baru bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ungkapan hubungan manusia dengan yang Ilahi, yang mempengaruhi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Karo itu suku bangsa Haru kemudian di sebut Haru dan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. ketidak kesepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan,

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mengkaji seluk-beluk bahasa secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir

KEKRISTENAN DAN ADAT BATAK Tumpak Manurung ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan yang menjadi sumber mata pencaharian sehari-hari yaitu dengan bercocok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. pulau Sumatera. Pada tahun 1820, Gereja Baptis Inggris mengirimkan tiga orang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SUKU BATAK

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negeri yang banyak mengalami perubahan budaya dunia.

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR. 2.1.Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir.

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, istilah Batak sebenarnya sudah jarang sekali dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. saat ini tercatat ada lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi seluruh negeri. Tetapi satu hal yang tidak boleh di lupakan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dua benua yaitu benua Asia dan Australia dan memiliki pulau dengan lima

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Kehidupan masyarakat masa kini tentu saja tidak terlepas dari apa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman budaya

Utusan Damai di Kemelut Perang Peran Zending dalam Perang Toba Berdasarkan Laporan I.L. Nommensen dan penginjil RMG lain oleh Uli Kozok

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan bangsa dibina melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki beranekaragarn suku bangsa.

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA. Kota Sibolga terletak di pantai Barat Sumatera Utara. Kota ini berada pada

PENDAHULUAN. daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. seni yang dihasilkan oleh manusia yang melakukan aktivitas bermain musik

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GEOGRAFI DAN MASYARAKAT. Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut. 14 Luas

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah gereja adalah kisah tentang perkembangan-perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR... ABSTRACT...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kolonialisme Belanda di Nusantara, penyebaran agama Kristen

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengenali apa saja terdapat di daerah itu. Keberagaman kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang dianggap benar dan

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara

BAB II GAMBARAN UMUM WISATA SALIB KASIH

PERKEMBANGAN MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA SENTANG KECAMATAN KISARAN TIMUR KABUPATEN ASAHAN ( ) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan berbahasa, sering digunakan kata-kata atau frasa-frasa

VISI DAN MISI RMG VISI: SUKU BANGSA KAFIR TERSELAMATKAN DAN KERAJAAN ALLAH DIWUJUDKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Pak-pak, Toba, Mandailing dan Angkola. (Padang Bolak), dan Tapanuli Selatan (B. G Siregar, 1984).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang Batak adalah salah satu suku dari bangsa Indonesia yang tinggal pedalaman Sumatera Utara. Sumatera adalah Pulau terbesar kedua sesudah kalimantan dan terletak pada ujung Barat Indonesia. Orang Batak mendiami dataran tinggi Bukit Barisan sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir yang terletak di tengah-tengah Pulau Sumatra. Diperkirakan bahwa pada tahun 2010 orang Batak sudah mencapai Jumlah 6.188.000 jiwa di seluruh dunia. Menurut A.Sibeth dalam Nainggolan (2012:4), Suku batak merupakan etnis terbesar Indonesia sesudah Jawa, Sunda, Tionghoa-Indonesia, Madura, dan Melayu. Pada waktu itu penduduk indonesia sudah mencapai jumlah 237.641.326 jiwa. Suku batak terdiri dari enam sub-suku, yaitu Angkola dan Mandailing di sebelah Selatan, Toba di pusat, Dairi dan Pakpak di sebelah Barat, Karo di sebelah utara, dan Simalungun di sebelah Timur-laut. Sub-suku Batak Toba menjadi yang terbesar diantara sub-suku lainnya. Jauh sebelum kedatangan bangsa Barat dan para Missionaris, Bangsa Batak atau suku Batak sudah mempunyaireligiatau tradisi Kepercayaan. Tradisi mengikuti aliran pemimpin terbesar pada saat itu, yaitu Raja Sisingamangaraja yang bersifat Animisme dan Tradisi ini mengikat terhadap pola kehidupan masyarakat pada saat itu. Jika berbicara tentang berdirinya gereja HKBP maka tidak akan terlepas dari sejarah kedatangan Misionaris terdahulu ke wilayah Sipirok, dan orang 2

yang menjadi perintis Batakmission. Pada tanggal 2 November 1841 Frans Wilhem Junghun telah tiba di teluk Tapanuli sebagai Utusan pemerintah Hindia Belandauntuk meneliti topografi, potensi wilayah dan informasi tentang Masyarakat tanah Batak. Hasil penelitian Junghunh yang dituangkan dalam buku Die Battalander Auf Sumatra semakin menarik perhatian Nederlands Bijbelgenotschap (NBG). Dan mempekerjakan Herman Neubronner van der Tuuk seorang ahli bahasa untuk meneliti bahasa Batak dan menerjemahkan Kitab Injil. Tapi Junghuhn dan van der Tuuk bukanlah Misionaris atau Penginjil. Mereka ke tanah Batak hanya melaksanakan tugas meneliti oleh pemerintah Hindia belanda. Pada tahun 1851 van der Tuuk tiba di Tanah Batak dan menerjemahkan sebagian isi dari kitab Injil dan membuat kamus bahasa Batak. Hal ini menarik perhatian pihak Rheinische Missionsgesselschaft (RMG) untuk menghadirkan penginjil di Tanah Batak, ketika itu perang Banjar sedang berkecamuk di Kalimantan. Keadan tersebut semakin mengukuhkan keinginan Direktur RMG(1857-1885) Friedrich Fabri untuk memindahkan para Missionaris dari wilayah tersebut(kozok 2010:25). Tapi jauh sebelum kunjungan Junghuhn ke Tanah Batak, para penginjil luar negeri telah mencoba memasuki tanah Batak untuk merintis jalan untuk Pekabaran Injil.Ada dua nama yang umum dikenal umat kristen, yaitu Burton dan Ward. Mereka memasuki daerah Batak melalui pelabuhan Sibolga dan hanya sampai di lembah silindung, pada tahun 1824. Kunjungan mereka hanya beberapa hari dan itu pun tidak berlanjut, karena mereka tidak mengetahui latar belakang budaya dan bahasa tentang masyarakat Batak pada saat itu. Sepuluh tahun 3

kemudian Juli 1834, dua penginjil Amerika, Munson dan Lymanmengikuti jejak Burton dan Ward melalui pintu masuk yang sama yaitu pelabuhan Sibolga. Ketika berjalan menuju Lembah Silindung mereka dihadang di daerah Lobu Piningoleh sekelompok Penduduk dan dibunuh tanggal 28 juni 1834.Mereka dibunuh karena Penduduk masih trauma dengan Perang Padri yang baru berkecamuk di wilyah tersebut dan mereka dianggap bagian dari orang-orang Padri. Cukup lama orang tidak mendengar lagi kedatangan pekabar injil ke tanah Batak. Upaya penyebaran Injil ke tanah Batak muncul kembali baru pada akhir abad ke-19, diantaranya bisa kita sebut namanya ialah G. Van Asselt (1857), Dammerboer dan Betz (1859)yang berasal dari negeri Belanda, tapi dipekerjakan oleh RMG. Dan diperbantukan oleh tiga misionaris RMG yang ditarik dari wilayah penginjilan Kalimantan, yaitu Karl Klammer, Carl Wilhemn Heine, dan Ernst Ludwig Denninger. Pada 7 Oktober 1861, empat penginjil yaitu van Asselt, Betz, Klammer, dan Heine mengadakan pertemuan untuk membicarakan kelanjutan penginjilan di Tanah Batak. Tanggal 7 Oktober 1861 itu kini dijadikan sebagai hari jadi Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Ingwer Ludwig Nommensen sebagai utusan RMG yang telah mencoba merintis jalannya Injil mulai dari Barus, Tukkadolok, Rambe, Pangarutan, dan Pasaribu. Yaitu daerah-daerah pegunungan Barus, akhirnya masuk di daerahdaerah bagian utara (1862), yang diawali dari daerah lembah silindung dan sekitarnya (1864). Nomensen memulai kesuksesan penginjilan di wilayah silindung hingga karya penginjilannya mendunia saat ini. 4

Pertumbuhan HKBP lebih pesat setalah Ingwer Ludwid Nommensentinggal di Lembah Silindung (1864). Pekerjaan penginjilan yang dilakukan olehnommensen mendapat tantangan besar dari orang Batak. Bagi orang Batak yangsudah dibaptis dikucilkan masyarakat Batak lainnya dari persekutuan adat yang disebut dengan Punguan.Nommensen kemudian mengumpulkan Jemaat yang pertama di Huta Dame artinya Kampung Damai. Pada tahun 1873 Nommensen mendirikan gedunggereja, sekolah dan rumahnya sendiri di Pearaja yang letaknya ditepi lerengsawah-sawah Silindung itu. Disitulah menetap pusat gereja batak sampai sekarangini. Sesudah itu pada tahun 1881 Nommensen ditetapkan oleh pusat RMG menjadi Ephorus atas usaha pekabaran injil itu, Gelarnya itu yang artinya sebenarnyatidak lain daripada pengawas. Selanjutnya, Padatahun 1890 Nommensen memulai misinya ke Toba, dia pindah kesigumpar.nommensen memperluas pengabaraninjil kedaerah danau Toba kampung Sigumpar. Dalam segala usaha pengabaran injil Nommensen menganggap perlu adanya pekerja-pekerja yang asalnya darisuku itu sendiri, oleh sebab itu sejak permulaan ia melakukan pengajaran untukmendidik masyarakat Batak. Menjelang akhir abad ke-19, HKBP telah mencapai kesuksesan dalam penginjilan di Silindung, Balige, dan Toba holbung. Tetapi Injil sama sekali belum menyentuh wilayah Pulau Samosir. Di tahun 1890 Nommensen telah berhasil mendirikan tidak kurang dari 7 pos penginjilan di Tanah Batak yaitu di sipirok, Silindung dan sekitar Toba Holbung, tapi satu pun itu tidak ada berada di daerah Pulau Samosir.Kehadiran 5

Misionaris Muda, Johannes Warneck di Tanah Batak pada tanggal 25 November 1892 tepatnya di pantai Sibolga menjadi awal pengabaran Injil di Pulau samosir. Setelah melakukan perjalanan selama dua hari dia sampai pusat penginjilan di Pearaja Tarutung, dan mendapat tugas pelayanan di Wilayah Pulau Samosir. Sebelum berangkat ke Samosir J.Warneck bersama rekan sealumninya Bruch memperoleh kesempatan mengenal seluruh pos penginjilan RMG di Tanah Batak (JR. Hutauruk 2013: 2). Setelah sampai di Balige Maret 1893, Warneck bersama Bruch dan didampingi para penginjil lainnya seperti G. Pilgrim, Pohling, dan Jung dari Toba melakukan Observasi selama tiga hari perjalanan di daerah pulau Samosir. Dengan menggunakan Solu (perahu) mereka menyebrangi Danau Toba dan sampai di Huta Sipinggan dan Nainggolan.Setelah itu mereka kembali ke Balige untuk merencanakan Penginjilan di wilayah Pulau Samosir, dan ini seakan babak baru dalam Pengkristenan di Tanah Batak. Hingga tahun 1913 berdirilah Pos-pos Penginjilan mengelilingi Pulau Samosir yaitu di Palipi, Pangururan, dan Ambarita. Itulah Pos penginjilan yang berdiri hingga tahun 1940 di Samosir. Berdasarkan latar belakang diatas yang menjelaskan bagaimana awalsejarah pengabaran Injil di tanah Batak sampai dengan berdirinyajemaat Gereja HKBP disamosir, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitiandengan judul Perkembangan Gereja HKBP di Pulau Samosir 1893-1913. Pulau Samosir kini menjadi satu wilayah pemerintahan yang disebut Distrik VII Samosir. Hingga Desember 2008, rekapitulasi ressort pada Distrik VII Samosir ada sebanyak 22 (dua puluh dua) gereja ressort dan 106 (seratus 6

enam) gedung gereja HKBP. Distrik VII Samosir meliputi Palipi, Nainggolan, Ambarita, Harianboho, Onan Runggu, Simanindo, Sianjurmulamula, Tomok, Lumban Suhisuhi, Ronggurnihuta, Pusuk Buhit, Pangururan, dan sekitarnya. B. Identifikasi Masalah Untuk lebih memperjelas masalah yang akan diteliti maka penulis menetapkan Identifikasi masalah menurut latar belakang yang ada. Maka masalah yang dapat teridentifikasi yaitu; 1. Kedatangan Nomensen ke Tanah Batak, sebagai awal perkembangan Kristen di tanah Batak 2. Keadaan Masyarakat pulau Samosir setelah Kedatangan Johannes Warneck 3. Kedatangan Johannes Warneck ke Tanah Batak, sebagai awal berdiri dan berkembangnya HKBP di pulau Samosir 4. Perkembangan Gereja HKBP di Samosir hingga Tahun 1913 C. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terpusat dan tidak terlalu meluas, maka penulis menetapkan judul penelitian ini adalah : Perkembangan Gereja HKBP di Pulau Samosir 1893-1913. Adapun yang menjadi objek penelitian penulis adalah gereja HKBP di Samosir yang telah berdiri hingga 1913. 7

D. Rumusan Masalah Dari batasan masalah diatas cukup jelas apa yang menjadi pokok permasalahannya. Masalah yang sudah dibatasi harus dirumuskan. Oleh karena itu penulis merumuskanmasalah yang akan diteliti yaitu : 1. Bagaimana sejarah masuknya agama kristen Protestan ke Pulau Samosir? 2. Bagaimana keadaan masyarakat Pulau Samosir sebelum dan sesudah Kedatangan Johannes Warneck? 3. Bagaimana perkembangan Gereja HKBP di Pulau Samosir hingga tahun 1913? 4. Bagaimana perkembangan Masyarakat Pulau Samosir setelah perkembangan Kristen Protestan? E. Tujuan Penelitian Dalam setiap kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan selalu mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Demikian juga dalam penelitian ini harus memiliki tujuan yang akan dicapai, sehingga penulisan karya ilmiah terpusat dan terarah dan mempunyai tujuan yang jelas. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah masuknya agama Kristen ke Pulau Samosir. 2. Untuk mengetahui kondisi masyarakat Samosir sebelum kedatangan Johannes Warneck. 8

3. Untuk mengetahui perkembangan Gereja HKBP di Samosir Sejak 1893-1913. 4. Untuk mengetahui perkembangan Masyarakat Pulau Samosir setelah berdirinya Gereja HKBP. F. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan harus mempunyai manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Demikian juga halnya dengan penelitian ini, penulis ingin mendapatkan manfaat yakni: 1. Sebagai landasan dalam perwujudan sejarah Gereja HKBP di Pulau Samosir. 2. Untuk menambah khazanah ilmu sejarah khususnya sejarah Gereja HKBP di Pulau Samosir 3. Memberi informasi bagi pembaca tentang sejarah dan perkembangan Gereja HKBP di Pulau Samosir 4. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk referensi bahan perbandingan terhadap hasil penelitian yang telah ada maupun digunakan bagi penelitilain sebagai bahan rujukan. 9