Penggunaan Ekstrak Kering Kayu Merbau (Intsia Bakeri Prain.) Dalam Sediaan Pewarna Rambut

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KEBEN (Barringtonia asiatica Kurz.) SEBAGAI PEWARNA RAMBUT

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) SEBAGAI PEWARNA RAMBUT

PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk) DALAM FORMULA PEWARNA RAMBUT

THE USE OF DYE MANGOSTEEN RIND (Garcinia mangostanal.) IN FORMULA HAIR COLORING PREPARATIONS. Richa Yuswantina, Dian Oktianti, Deita Habikusuma

PENGGUNAAN EKSTRAK DAUN KETAPANG (Terminalia catappa L.) SEBAGAI PEWARNA RAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

PEMANFAATAN INFUS KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) DALAM FORMULA SEDIAAN PEWARNA RAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. dan Latifah, 2007; Bariqina dan Ideawati, 2001). Batang-batang rambut

PENGGUNAAN SERBUK ZAT WARNA BIJI KESUMBA KELING (Bixa orellana L.) DALAM FORMULA SEDIAAN PEWARNA RAMBUT BENTUK LARUTAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Bagan alir pembuatan ekstrak kulit batang jamblang

BAB I PENDAHULUAN. kepala, kecuali pada bibir, telapak tangan dan telapak kaki. Batang-batang

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

bilimbi L.) SKRIPSI OLEH: IZAFELLA FAHRAINT NIM Universitas Sumatera Utara

Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb)

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

I. PENDAHULUAN. adalah pewarna bibir. Pewarna bibir termasuk dalam sediaan kosmetik. untuk menyembunyikan kekurangan pada kulit sehingga dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU TINGI (Ceriops candolleana)

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH COATING AGENT DAN LETAK SAMPEL PADA CHAMBER DI SOLAR TUNNEL DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi rumput laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus

Lampiran 1. Hasil identifikasi teripang Holothuria atra Jaeger

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat keterangan sampel

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

PENGGUNAAN SARI DAUN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn.) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu. 12 Kg Buah mengkudu dipotong tipis- tipis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat terbuka dan dapat ditemukan sampai ketinggian m di atas

PEMANFAATAN BUNGA TAPAK DARA SEBAGAI ALTERNATIF PEMBUATAN INDIKATOR ph ASAM BASA

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

FORMULASI SEDIAAN PEWARNA PIPI DALAM BENTUK PADAT MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KANA MERAH (Canna indica L.)

EKSTRAKSI KLOROFIL DAN UJI STABILITAS WARNA RENDEMEN DARI DAUN KATUK (Sauropus androgynus)

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi tanaman jambu bol (Syzygiun malaccense L. Merr & Perry)

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata)

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

PENGARUH DRYING AGENTS TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L) YANG DIKERINGKAN DENGAN SOLAR TUNNEL DRYER (STD)

PENGARUH SUHU TERHADAP MUTU FISIK DAN STABILITAS ZAT WARNA EKSTRAK KULIT KAYU SECANG (Caessalpinia sappan L) DALAM CAT KUKU

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

(Hair Coloring Development of Extract Gambier (Uncaria gambir Roxb.) in Viscous Liquid)

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan

BAB III METODE PENELITIAN

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN FORMULASI DAN UJI EVALUASI FISIK SEDIAAN PEWARNA RAMBUT EKSTRAK BIJI PINANG (Areca catechu L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI

FORMULASI GEL HAIR TONIC EKSTRAK KULIT BUAH APEL (Malus pumila Mill.) DAN UJI AKTIVITAS PERTUMBUHAN RAMBUT MARMUT SKRIPSI

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

STUDI FITOKIMIA DAN POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI KAYU MANIS (CINNAMOMUM SP.) DENGAN METODE PERKOLASI YOANITA EUSTAKIA NAWU

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

LAPORAN TUGAS AKHIR. PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU POHON MANGGA (Mangifera indica L.)

FORMULASI SEDIAAN KRIM CAIR TANGAN DAN BADAN MENGGUNAKAN SARI TOMAT (Solanum lycopersicum) SEBAGAI BAHAN PELEMBAB

PENGARUH UKURAN GRANUL DAN KADAR SOLUTIO GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP MIGRASI VITAMIN B6

Lampiran 1. Hasil identifikasi dari jenis rumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty)

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

Shampoo Shampoo basah Shampoo kering Bentuk : Bentuk : Jenis :

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEMAMPUAN SEDIAAN HAIR TONIC EKSTRAK KULIT APEL (Malus sylvestris L.) Var Rome Beauty DALAM MENUMBUHKAN RAMBUT TIKUS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Uraian Tumbuhan Rambutan (Nephelium lappaceum L.)

FORMULASI SEDIAAN KRIM TIPE M/A EKSTRAK BIJI KEDELAI ( Glycine max L) : UJI STABILITAS FISIK DAN EFEK PADA KULIT SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Saat ini kosmetik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan, terutama

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan penelitian ini adalah eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB IV PROSEDUR KERJA

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : 1. Lita Indriyani (I ) 2. Widak Asrianing (I )

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

PENELITIAN BERBAGAI JENIS KAYU LIMBAH PENGOLAHAN UNTUK PEMILIHAN BAHAN BAKU BRIKET ARANG

PEMBUATAN PULP DARI SERABUT GAMBAS TUA KERING DENGAN PROSES ALKALI DENGAN ALKOHOL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Transkripsi:

Penggunaan Ekstrak Kering Kayu Merbau (Intsia Bakeri Prain.) Dalam Sediaan Pewarna Rambut The Use of Merbau Wood (Intsia bakeri Prain.) Dried Extract In Hair Dye Preparation M. Khairil Nasution, Nazliniwaty *, Djendakita Purba Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Latar Belakang: Bagian merbau (Intsia bakeri Prain.) yang digunakan sebagai pewarna adalah kayunya yang menghasilkan warna coklat kemerahan. Masyarakat biasanya menggunakan zat warna yang dihasilkan oleh kayu merbau ini untuk pewarna pakaian. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan pewarna rambut menggunakan ekstrak kering kayu merbau dengan penambahan bahan pembangkit warna tembaga (II) sulfat dan pirogalol dengan berbagai konsentrasi ekstrak kayu merbau untuk mendapatkan warna coklat terbaik. Metode Penelitian: Ekstraksi zat warna dari kayu merbau dilakukan dengan cara perkolasi menggunakan etanol 96%, kemudian dikeringkan menjadi ekstrak kering. Sediaan pewarna rambut dibuat dengan formula yang terdiri dari ekstrak kering kayu merbau dengan berbagai konsentrasi, yaitu 2, 3, 4, 5, dan 6%. Pirogalol, tembaga (II) sulfat, dan xanthan gum masingmasing 1%. Sebagai pelarut digunakan akuades. Pewarnaan dilakukan dengan cara merendam rambut uban dalam sediaan pewarna rambut selama 1-4 jam dan diamati perubahan warna setiap jam perendaman rambut uban secara visual. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh konsentrasi ekstrak kering kayu merbau dan lamanya waktu perendaman. Semakin besar konsentrasi ekstrak kering kayu merbau, maka warna rambut yang dihasilkan semakin gelap sampai pada konsentrasi 5%. Diatas konsentrasi 5% warna rambut yang dihasilkan semakin terang. Kesimpulan: Ekstrak kering kayu merbau dapat digunakan sebagai pewarna rambut. Kata kunci: ekstrak kering kayu merbau, Intsia bakeri Prain., tembaga (II) sulfat, pirogalol, xanthan gum, pewarna rambut ABSTRACT Background: The part of merbau (Intsia bakeri Prain) used as coloring agent is the inside part of its wood that produce the florid brown. People usually use coloration that produced by this merbau wood is for clothes coloration. Objective: The objective of this research was to formulate hair dye preparation using of merbau wood extract with plant color agent copper (II) sulfate and pyrogalol with various concentrations of merbau wood extract that can produce the best brown colour. Methods: Extraction of color essence from the body of merbau wood was done with percolation method way using 96% of ethanol then dried to be dried extract. Hair dye preparation was made with a formula consisting of merbau wood extract with various concentrations, these were 2, 3, 4, 5, and 6%. Pyrogallol, copper (II) sulfate, and xanthan gum were 1%, respectively. Aquadest *Korespondensi penulis: nazliniwaty@usu.ac.id 119

was used as the solvent. Coloring process was done by soaking of gray hair on hair dye preparation for 1-4 hours and the color change was observed visually every hour of gray hair soaking. Results: The result showed that brown color was influenced by the concentration of merbau wood extract and duration of soaking. The greater concentration of merbau wood extract, until the hair colour was changed from brown to darker at the concentration of 5%. The concentration above 5% the coloring of hairs were lighter. Conclusion: Merbau wood extract can be used as hair coloring agent. Keywords: dried extract merbau wood, Intsia bakeri Prain), copper (II) sulfate, pyrogalol, xanthan gum, hair dye PENDAHULUAN Rambut adalah sesuatu yang tumbuh dari akar rambut yang ada dalam lapisan dermis kulit dan melalui saluran folikel rambut keluar dari kulit. Bagian rambut yang keluar dari kulit dinamakan batang rambut (Tranggono dan Latifah, 2007). Rambut tidak mempunyai saraf perasa sehingga tidak terasa sakit bila dipangkas (Barigina dan Ideawati, 2001). Sediaan pewarna rambut adalah kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asli atau mengubah warna rambut asli menjadi warna baru. Keinginan untuk mewarnai rambut memang sudah berkembang sejak dahulu. Bahkan ramuan yang dijadikan zat warna pada waktu itu diperoleh dari sumber alam, pada umumnya berasal dari tumbuhan dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan (Ditjen POM, 1985). Merbau (Intsia bakeri Prain) merupakan salah satu tanaman kayu keras yang umumnya dipakai untuk balok, tiang, papan bangunan perumahan dan jembatan, kayu perkapalan dan lantai (Martawijaya, dkk., 2005). Kayu merbau memiliki kandungan zat warna yang berwarna coklat kemerahan dan dapat diekstraksi dengan alkohol. Kandungan flavonoid yang terdapat pada kayu merbau dapat berperan sebagai zat pewarna yaitu naringenin dan aromadendrin. Masyarakat biasanya menggunakan zat warna yang dihasilkan oleh kayu merbau ini untuk pewarna pakaian (Indah, 2010; Heyne, 1987). Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan pewarna rambut menggunakan ekstrak kering kayu merbau dengan penambahan bahan pembangkit warna tembaga (II) sulfat dan pirogalol dengan berbagai konsentrasi ekstrak kayu merbau. METODE PENELITIAN Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu merbau, etanol 96% (teknis/merck), pirogalol (Merck), tembaga (II) sulfat (Merck), xanthan gum (Coyote brand), aquadest dan rambut uban. Pengumpulan sampel Pengumpulan sampel (tumbuhan) dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah kayu dari batang merbau dengan diameter 12 cm yang diambil dari kawasan hutan Batu Holing, Desa Tagur, Kecamatan Dolok Silau, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. 120

Pengolahan sampel Batang merbau dibersihkan dari kulit batang (korteks lignum). Kayu merbau dengan berat 1,8 kg diketam lalu diperoleh berat ketaman kayu merbau 1,25 kg. Bahan kemudian dikeringkan di lemari pengering pada 0 temperatur ± 40 C hingga kering, lalu ditimbang berat keringnya sebanyak 900 g, lalu diserbukkan dengan menggunakan blender kemudian diayak dan disimpan ditempat kering. Ekstraksi kayu merbau Ekstraksi kayu merbau dilakukan secara perkolasi menggunakan penyari etanol 96% (teknis). Perkolat yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap rotary evaporator pada suhu 40-50 o C hingga diperoleh ekstrak kental, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer (Ditjen POM, 1979). Ekstrak yang diperoleh adalah ekstrak kering yang kemudian digerus menjadi hingga menjadi sebuk. Pembuatan formula Formula yang dipilih berdasarkan formula standard yang terdapat pada Formularium Kosmetika Indonesia (1985) seperti pada Tabel 1. Dalam penelitian ini, sediaan yang akan dibuat adalah sediaan pewarna rambut dengan tujuan untuk memberikan warna coklat gelap. Selanjutnya dilakukan lagi orientasi terhadap rambut uban dengan penambahan xanthan gum 1% pada Tabel 2. Tabel 1. Formula standar Komposisi Coklat muda Coklat tua Hitam Serbuk inai 30 83 73 Pirogalol 5 10 15 Tembaga (II) sulfat 5 7 12 Tabel 2. Formula pewarna rambut yang dibuat Komposisi Formula (%) A B C D E Ekstrak kering kayu merbau 2 3 4 5 6 Pirogalol 1 1 1 1 1 Tembaga (II) Sulfat 1 1 1 1 1 Xanthan gum 1 1 1 1 1 Air ad (ml) 100 100 100 100 100 Keterangan: Formula A = Konsentrasi ekstrak kering kayu merbau 2% Formula B = Konsentrasi ekstrak kering kayu merbau 3% Formula C = Konsentrasi ekstrak kering kayu merbau 4% Formula D = Konsentrasi ekstrak kering kayu merbau 5% Formula E = Konsentrasi ekstrak kayu merbau 6% Prosedur kerja Dikalibrasi beaker glass 100 ml. Sesuai dengan formula yang digunakan. Dicampurkan pirogalol, tembaga (II) sulfat, ekstrak kering kayu merbau dan xanthan gum ke dalam lumpang, Pengujian terhadap rambut uban digerus homogen. Ditambahkan air destilasi 50 ml ke dalam lumpang, lalu digerus hingga homogen. Dipindahkan massa ke dalam beaker glass yang telah dikalibrasi, kemudian dicukupkan dengan air suling sampai batas kalibrasi. 121

Empat ikat rambut uban masingmasing seratus helai yang telah dipotong kira-kira 7 cm dan telah dicuci dengan shampoo, dimasukkan ke dalam campuran bahan pewarna rambut, dilakukan perendaman selama 1-4 jam dengan satu ikat rambut diambil setiap jamnya untuk kemudian dicuci, dikeringkan, dan dipisahkan serta diamati warna yang terbentuk sesuai dengan waktu perendaman. Pengamatan secara visual Pengamatan ini dilakukan terhadap masing-masing formula untuk tiap kali perendaman. Dari hasil percobaan yang dilakukan, ditentukan waktu perendaman yang optimal, yaitu dengan membandingkan hasil pewarnaan setelah 1 sampai 4 jam perendaman. Kemudian masing-masing formula diamati hasil akhir pewarnaannya dan warna tersebut diklasifikasikan menurut Natural Color Levels seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Natural Color Levels (Dalton,1985). Keterangan: blonde (pirang); brown (coklat); black (hitam); light (terang); medium (sedang); dark (gelap). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perendaman rambut uban dari masing-masing formula yang dibuat memberikan perubahan warna pada rambut uban seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Data hasil pengamatan secara visual pengaruh konsentrasi ekstrak kering kayu merbau terhadap perubahan warna rambut uban. No. Formula Hasil pewarnaan pada lama perendaman (jam) I II III IV 1 A Pirang gelap Pirang gelap Coklat terang Coklat sedang 2 B Pirang gelap Pirang gelap Coklat sedang Coklat sedang 3 C Pirang gelap Coklat terang Coklat sedang Coklat gelap 4 D Coklat terang Coklat terang Coklat sedang Coklat gelap 5 E Coklat terang Coklat terang Coklat sedang Coklat sedang Keterangan: Formula A = Konsentrasi ekstrak kering kayu merbau 2% Formula B = Konsentrasi ekstrak kering kayu merbau 3% Formula C = Konsentrasi ekstrak kering kayu merbau 4% Formula D = Konsentrasi ekstrak kering kayu merbau 5% Formula E = Konsentrasi ekstrak kering kayu merbau 6% Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak kering kayu merbau, pewarnaan menjadi lebih gelap sampai pada konsentrasi 5%. Pada konsentrasi 6% pewarnaannya menjadi lebih cerah. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi jumlah ekstrak kering kayu merbau akan memberikan warna yang lebih dominan dibandingkan formula dengan konsentrasi ekstrak lebih rendah.

A1 A2 A3 A4 Gambar 2. Pewarnaan rambut selama 1 jam (A1), 2 jam (A2), 3 jam (A3), 4 jam i(a4) B1 B2 B3 B4 Gambar 3. Pewarnaan rambut selama 1 jam (B1), 2 jam (B2), 3 jam (B3), 4 jam i(b4) C1 C2 C3 C4 Gambar 4. Pewarnaan rambut selama 1 jam (C1), 2 jam (C2), 3 jam (C3), 4 jam i(c4) D1 D2 D3 D4 Gambar 5. Pewarnaan rambut selama 1 jam (D1), 2 jam (D2), 3 jam (D3), 4 jam i(d4) E1 E2 E3 E4 Gambar 6. Pewarnaan rambut selama 1 jam (E1), 2 jam (E2), 3 jam (E3), 4 jam i(e4) Pengaruh waktu perendaman terhadap pewarnaan rambut uban Pencampuran ekstrak kering kayu merbau, pirogalol, dan tembaga (II) sulfat dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut. Zat warna dapat menempel lebih kuat pada batang rambut, hal ini disebabkan karena

molekul-molekul tersebut menembus kutikula dan masuk kedalam korteks rambut sehingga terjadi perubahan warna pada rambut (Ditjen POM, 1985). Berdasarkan hasil pengamatan terhadap percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa lamanya waktu perendaman mempengaruhi hasil pewarnaan rambut uban seperti terlihat pada Gambar 2-6. Perendaman rambut uban dalam sediaan pewarna rambut dilakukan selama 1-4 jam. Penentuan waktu perendaman ini berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa pewarnaan rambut uban terjadi secara bertahap hingga mencapai pewarnaan maksimal pada perendaman selama 4 jam yang dapat mengubah rambut uban (putih) menjadi warna coklat gelap. Hasil pengamatan secara visual terhadap perendaman rambut uban diperoleh formula yang menghasilkan perubahan warna paling jelas yang mengarah kepada warna coklat gelap, yaitu formula D yang terdiri dari ekstrak kering kayu merbau 5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 1%. KESIMPULAN Ekstrak kering kayu merbau dapat digunakan ke dalam sediaan pewarna rambut dengan menghasilkan warna dari pirang gelap pada formula A (konsentrasi ekstrak kering kayu merbau 2%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 1%) sampai coklat gelap pada formula D (konsentrasi ekstrak kering kayu merbau 5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1% dan xanthan gum 1%). Formula yang menghasilkan warna terbaik adalah formula D yang terdiri dari ekstrak kering kayu merbau, pirogalol, tembaga (II) sulfat, dan xanthan gum dengan perbandingan konsentrasi 5%: 1%: 1%: 1% yaitu berwarna coklat gelap. DAFTAR PUSTAKA Bariqina, E., dan Ideawati, Z. (2001). Perawatan & Penataan Rambut. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. Hal. 1-4. Dalton, J.W. (1985). The Professional Cosmetologist. Edisi Ketiga. St. Paul: West Publishing Company. Hal. 211-233. Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 86, 208-219. Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia II. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. Hal. 907-910. Indah, U.R. (2010). Optimasi Ekstraksi Zat Warna Pada Kayu Intsia Bijuga Dengan Metode Pelarutan. Tugas Akhir Semester Ganjil. Surabaya: Jurusan Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Martawijaya, A., Kartasujana, I., Mandang, Y.I., Prawira, S.A., dan Kadir, K. (2005). Atlas Kayu Indonesia. Jilid II. Bogor: Media Pustaka Utama. Hal. 91-96. Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 33-37. 124