BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Employability skills merupakan bagian spesifik dari apa yang dikenal lebih luas dengan istilah keterampilan umum (generic skills). Organisasi Buruh Internasional (ILO) mendefinisikan employability skills sebagai keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi yang meningkatkan kemampuan seseorang untuk mendapatkan dan mempertahankan suatu pekerjaan, berkembang di tempat kerja dan bisa menghadapi perubahan, mendapatkan pekerjaan lain jika ia ingin berhenti atau diberhentikan dan bisa kembali ke dunia kerja dengan mudah di waktu yang berbeda di dalam siklus hidupnya (Cleary et al, 2006; Brewer, 2013). Negara-negara dan beberapa lembaga di dunia memiliki istilah yang beragam untuk mendeskripsikan employability skills yaitu: core skills, key skills, common skills (Inggris); key competencies, employability skills, generic skills (Australia); basic skills, necessary skills, workplace know-how (Amerika); transferable skills (Perancis); critical enabling skills (Singapura); employability skills (ASEAN); core work skills/core skills for employability (ILO) (Brewer, 2013); dan soft skills (Indonesia) (DIKTI, 2008). Dunia kerja di abad ke-21 mengalami perubahan yang pesat. Perubahan yang terjadi ditandai dengan: munculnya globalisasi yang menyebabkan terbukanya negara-negara di dunia bagi produk barang, jasa dan migrasi tenaga kerja antar Negara; kemajuan yang pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi; semakin beragamnya tempat bekerja bagi lulusan-perusahaan kecil 1
2 dan menengah, freelance, bekerja mandiri; semakin berkembangnya sektor swasta dan berkurangnya peran pemerintah untuk menjamin pekerjaan bagi warga negaranya (Harvey, 2002; Depkes, 2011; Mikanovic et al. 2014; Tripney et al. 2013; Chandrakumara, 2014). Seiring dengan terjadinya perubahan yang pesat di dunia kerja, dunia pendidikan di abad ke-21 juga mengalami perubahan. Salah satu perubahan yang terjadi adalah meningkatnya jumlah peserta didik di tingkat pendidikan primer, sekunder, dan tersier. UNESCO memperkirakan bahwa di tahun 2007 terdapat 150,6 juta peserta pendidikan tinggi di seluruh dunia (Altbach et al, 2009). Tingginya permintaan terhadap institusi pendidikan tinggi menyebabkan munculnya banyak institusi pendidikan baru dan berkembangnya programprogram pendidikan baik di institusi negeri maupun swasta. Hal ini berakibat pada peningkatan jumlah sarjana yang dihasilkan dan persaingan di dunia kerja. Dampak negatif akibat meningkatnya persaingan di dunia kerja adalah peningkatan jumlah pengangguran. Data ILO (2014) untuk Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2012, usia muda di Indonesia 5,97 kali lebih banyak yang menganggur dibandingkan mereka yang berusia dan di atas 25 tahun, dan lebih dari 55% pengangurannya adalah kaum muda. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2014, menyatakan bahwa tingkat pengangguran usia muda di Indonesia berada pada angka 17,1%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan angka rata-rata negara OECD yaitu 14,9%. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 menunjukkan bahwa angka
3 pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas yang berasal dari jenjang pendidikan universitas adalah 4,31% (ILO, 2013; OECD, 2014; BPS, 2014). Upaya untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah pengangguran dilakukan dengan mengidentifikasi sosok pekerja yang dibutuhkan oleh pengguna lulusan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pengguna lulusan membutuhkan pekerja yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan keadaan yang baru di abad ke-21 ini. Kemampuan beradaptasi tersebut selain membutuhkan keunggulan kognitif sesuai bidang keilmuannya, juga membutuhkan beberapa keterampilan yang sifatnya umum umum. Keterampilan yang bersifat umum yaitu kompetensi yang teridentifikasi ada pada semua sarjana dari berbagai bidang ilmu pada tingkatan tertentu (Parveva T & Corsier D, 2013; Brewer L, 2013; Shafie LA & Nayan S, 2010; Eaton DM & Whittle S, 2012; Gonzales & Wagenaar, 2006; Saunders & Huzel, 2010). UNESCO dan ILO memberikan gambaran mengenai keterampilan yang bersifat umum, yaitu: mampu beradaptasi, mengetahui bagaimana caranya belajar, mampu mengatur dan mengolah informasi yang ada untuk menyelesaikan masalah secara mandiri, belajar sepanjang hayat (lifelong learning), mampu membaca, menulis dan berhitung dengan baik, mendengar dan berkomunikasi secara efektif, berpikir kreatif, berinteraksi dengan rekan kerja, bekerja dalam kelompok, menguasai teknologi dasar, bisa memimpin dan mengikuti arahan secara efektif (Altbach et al. 2009; Brewer, 2013). Keterampilan umum yang secara spesifik berperan penting terhadap partisipasi individu yang efektif dan sukses di tempat kerja di beberapa negara lebih dikenal dengan istilah employability skills (Cleary, 2006). Pendidikan tinggi
4 terus melakukan upaya untuk mencari cara yang tepat untuk mengembangkan keterampilan tersebut di dalam program pendidikan dan mengembangkan cara yang tepat dan akurat untuk menilainya Kurikulum yang digunakan harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih dan mengembangkan employability skills dalam konteks yang sesuai dengan disiplin ilmunya (Gonzales & Wagenaar, 2006; Stwine & Alves, 2010; Bulgarelli et al. 2010; Wright et al. 2010; Srivastava & Kare, 2012; Yusof et al. 2012; Blades et al. 2012; Harvey, 2002; Saunders & Huzel, 2010). Pengguna lulusan sebagai tempat aplikasi ilmu pengetahuan dapat memberikan umpan balik kepada institusi pendidikan terkait employability skills yang dianggap penting di dunia kerja (Markkula, 2011). Umpan balik dari pengguna lulusan menjadi masukan yang sangat berguna bagi institusi pendidikan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan, mengevaluasi dan mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan di dunia kerja. Seiring dengan meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi di seluruh dunia, begitu juga dengan institusi pendidikan tinggi di Indonesia khususnya di bidang kesehatan masyarakat. Indonesia saat ini di memiliki 172 institusi pendidikan tinggi yang memiliki program pendidikan kesehatan masyarakat (Naskah Akademik Kesehatan Masyarakat, 2012). Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat 13 kelompok tenaga kesehatan, yaitu: tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
5 kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterampilan fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain. Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan masyarakat terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga (UU No.36 tahun 2014). Peningkatan jumlah insititusi pendidikan tinggi di bidang kesehatan masyarakat, juga disertai dengan semakin beragamnya peserta didik yang ada. Kondisi ini menyebabkan kualitas lulusan yang dihasilkan juga semakin beragam dari yang diharapkan (Blue Print Uji Kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2014). Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI) menanggapi hal tersebut dengan melakukan beberapa upaya untuk menjamin kualitas lulusan pendidikan kesehatan masyarakat agar mendapat pengakuan secara nasional dan mampu bersaing di dunia kerja. Langkah yang telah dilakukan adalah dengan menetapkan profil lulusan dan 8 standar kompetensi bagi sarjana kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2012, disusul kemudian pada akhir tahun 2014 dengan dimulainya uji coba uji kompetensi bagi lulusan sarjana kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia. Profil sarjana kesehatan masyarakat dikenal dengan istilah MIRACLE, yaitu sebagai: manager, innovator (penggagas), researcher (peneliti),
6 apprenticer (pembelajar), communitarian (pemberdaya masyarakat), leader (pemimpin), dan educator (pendidik) (Blue Print Uji Kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2014). Delapan kompetensi yang telah ditetapkan sebagai kompetensi dasar bagi semua lulusan tenaga kesehatan masyakarat di Indonesia adalah: (1) kemampuan untuk melakukan kajian dan analisa; (2) kemampuan untuk mengembangkan kebijakan dan prerencanaan program kesehatan; (3) kemampuan untuk melakukan komunikasi; (4) kemampuan untuk memahami budaya lokal; (5) kemampuan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat; (6) memahami dasar-dasar ilmu kesehatan masyarakat; (7) kemampuan untuk merencanakan dan mengelola sumber dana; dan (8) kemampuan untuk memimpin dan berfikir sistem (Naskah Akademik Kesehatan Masyarakat, 2012). Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (PS IKM UAD) didirikan pada tahun 2003 di bawah naungan yayasan Muhammadiyah. Visi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UAD yaitu menjadikan Fakultas Kesehatan Masyarakat unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan masyarakat, mampu memberikan sumbangan optimal dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dengan semangat profesionalisme, berdedikasi dan mampu memberikan pelayanan yang dilandasi moral dan etika keislaman. (Visi dan Misi FKM UAD, 2015). Jenjang pendidikan tingkat sarjana membutuhkan 144 satuan kredit semester (sks) yang ditempuh selama 8 semester (4 tahun). Program pendidikan yang ada yaitu: program reguler-menerima mahasiswa yang memiliki ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan yang setara;
7 dan program non-reguler-menerima mahasiswa yang sudah memiliki ijazah diploma (Borang PS IKM, 2012). PS IKM UAD mendapatkan nilai B dari Badan Akreditasi Nasional (BAN) Pendidikan Tinggi pada tahun 2013. Data tahun 2014, menunjukkan bahwa saat ini PS IKM UAD memiliki 1.137 mahasiswa aktif dan 1.167 lulusan, dengan 25 orang dosen tetap dan 16 orang dosen tidak tetap (Company Profile PS IKM UAD, 2014). Content analysis terhadap kurikulum 2012 yang digunakan oleh PS IKM UAD menunjukkan bahwa 144 sks yang ada dijabarkan ke dalam metode pembelajaran sebagai berikut: kuliah tatap muka 120 sks (83,3%), praktikum 10 sks (6,9%), dan kegiatan lapangan 10 sks (6,9%). Hampir semua mata kuliah memiliki tujuan belajar (menurut taksonomi Bloom): C1 (mengingat) dan C2 (memahami). Sangat sedikit mata kuliah dengan tujuan belajar C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta). Beberapa dosen melakukan inovasi pembelajaran dengan menyediakan kegiatan latihan di beberapa pertemuan pada perkuliahan untuk mencoba mengaplikasikan pengetahuan yang sudah didapatkan saat kuliah. Kegiatan yang dilakukan: presentasi, membuat proposal, memilih artikel dari jurnal ilmiah, dan latihan berwirausaha. PS IKM UAD membuka kesempatan kepada siswa yang berminat untuk mengikuti kegiatan ekstra kurikuler dan program pengembangan soft skills. Pembentukkan Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Soft skill (LP2S) Universitas Ahmad Dahlan merupakan upaya yang telah dilakukan untuk pembinaan soft skills. LP2S meliputi: IT Center, Career Development Center
8 (CDC), dan Pusat Pengembangan Bahasa. Kegiatan yang dilakukan oleh LP2S fokus pada motivasi, prestasi belajar, manajemen diri, kepemimpinan Islami, etika, komunikasi, berpikir kritis, kerjasama tim, pengembangan pribadi, pemecahan masalah, perencanaan, kewirausahaan dan karir (Borang PS IKM, 2012). Tracer study pada alumni PS IKM UAD yang dilakukan pada tahun 2012, mendapatkan data dari 33 alumni. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata waktu tunggu lulusan untuk memperoleh pekerjaan yang pertama adalah 8,1 bulan; 90% lulusannya bekerja sesuai dengan bidang keahliannya: 45,46% bekerja sebagai tenaga pengajar (dosen) di sekolah tinggi kesehatan, 27,27% bekerja di dinas kesehatan, 12,12% bekerja di rumah sakit, 6,06% bekerja sebagai laboran, 3,03% bekerja di perusahaan farmasi dan 6,06% bekerja di BUMN. Penilaian dari pengguna lulusan menunjukkan bahwa lulusan dari PS IKM UAD mempunyai nilai rata-rata sudah cukup baik dalam berbagai bidang seperti integritas, profesionalisme, penggunaan teknologi informasi, komunikasi, kerjasama tim dan pengembangan diri. Kompetensi yang dianggap masih kurang, yaitu kemampuan berkomunikasi terutama kemampuan berbahasa asing yaitu bahasa Inggris (Evaluasi Diri PS IKM, 2012). Bulan November 2013, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada 3 orang perwakilan alumni PS IKM UAD. Ketiga alumni tersebut adalah mereka yang hadir pada acara workshop pembukaan peminatan baru di PS IKM UAD. Hasil wawancara menunjukkan bahwa mereka membutuhkan bekal kompetensi/keterampilan non teknis untuk menunjang keberhasilan mereka di tempat kerja. Keterampilan yang dibutuhkan diantaranya
9 yaitu keterampilan interpersonal dan kemampuan beradaptasi pada lingkungan yang baru. Peran PS IKM UAD untuk mengembangkan kompetensi tersebut mereka anggap masih kurang dan pengalaman mengikuti kegiatan ekstra kurikuler pada saat kuliah di PS IKM UAD dirasakan sangat membantu mereka di dunia kerja. I.2. Perumusan Masalah Peningkatan persaingan di dunia kerja di abad ke-21, memaksa pendidikan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan di dunia kerja. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pengguna lulusan membutuhkan pekerja yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan keadaan yang baru di abad ke-21 (Parveva & Crosier, 2013). Kemampuan beradaptasi tersebut membutuhkan keunggulan kognitif sesuai bidang keilmuannya, juga membutuhkan beberapa keterampilan yang bersifat umum (Brewer, 2013). Wawancara dengan alumni PS IKM UAD pada bulan November 2013 menunjukkan bahwa mereka membutuhkan keterampilan non teknis untuk menunjang kesuksesan mereka di dunia kerja dan peran PS IKM UAD untuk mengembangkan keterampilan tersebut dianggap masih kurang. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Lulusan PS IKM UAD membutuhkan bekal kompetensi/keterampilan non teknis seiring dengan bekal pengetahuan dan keterampilan di bidang ilmu kesehatan masyarakat untuk menunjang kesuksesan
10 mereka di dunia kerja dan peran PS IKM UAD untuk mengembangkan keterampilan tersebut dianggap masih kurang. I.3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum : Merumuskan employability skills untuk lulusan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (PS IKM UAD). 2. Tujuan khusus : a. Mengetahui persepsi lulusan dan pengguna lulusan PS IKM UAD tentang urutan prioritas employability skills yang paling dibutuhkan di dunia kerja. b. Mengetahui penilaian lulusan dan pengguna lulusan terhadap sejauh mana PS IKM UAD telah mengembangkan employability skills yang dibutuhkan di dunia kerja. I.4. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan replikasi sebagian dari penelitian Tuning Educational Structure in Europe tahun 2006 dan Saunders & Huzel tahun 2010. Penelitian Tuning dilakukan untuk merumuskan kompetensi umum dalam proses belajar dan mengajar. Perumusan kompetensi umum tersebut dilakukan dengan cara meneliti prioritas kepentingan keterampilan/kompetensi umum dan menilai sejauh mana keterampilan/kompetensi umum tersebut telah dikembangkan di beberapa fakultas di beberapa universitas di Eropa. Tuning menggunakan kuesioner keterampilan umum dengan 30 item keterampilan/kompetensi yang disusun berdasarkan hasil studi dari 20 penelitian. Kuesioner disebar kepada 5.183
11 (alumni), 944 (pengguna lulusan) dan 998 (staf pengajar) yang berasal dari tujuh bidang keilmuan (Bisnis, Geologi, Sejarah, Matematika, Fisika, Ilmu pendidikan dan Kimia). Total universitas yang terlibat adalah 101 universitas. Data dianalisa dengan multilevel modeling. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara persepsi lulusan dan pengguna lulusan dalam hal urutan prioritas dan ranking kompetensi yang dianggap penting untuk dikembangkan (Gonzales & Wagenaar, 2006). Saunders & Huzel (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Evaluating Employability Skills: Employer and Student Perceptions melakukan survei dengan kuesioner untuk meneliti persepsi tingkat kepentingan relatif keterampilan-keterampilan yang termasuk dalam employability skills pada mahasiswa sandwich (mahasiswa yang mengikuti program kerja secara penuh selama satu tahun dengan waktu penempatan di tingkat kedua dan ketiga), alumni, dan pengguna lulusan di bagian Ilmu Biomolekuler (BML), School of Pharmacy & Biomolecular Sciences, Liverpool John Moores University (LJMU). Penelitian terdiri atas dua fase. Fase pertama adalah survei menggunakan kuesioner employability skills dan fase kedua adalah membuat profil employability skills mahasiswa sebagai bagian dari program pengembangan karir mahasiswa. Penelitian fase satu, menggunakan instrumen penelitian dengan kuesioner yang berisi daftar beberapa keterampilan yang termasuk dalam employability skills. Daftar keterampilan pada kuesioner didapatkan dari beberapa sumber. Kuesioner dikirim via pos kepada 22 mahasiswa, 52 alumni yang sudah bekerja dan 59 penguna lulusan yang pernah mempekerjakan mahasiswa sandwich dan
12 alumni BML. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang kuat di antara persepsi tingkat kepentingan relatif mahasiswa sandwich, alumni, dan pihak pengguna lulusan. Fase kedua penelitian yaitu membuat profil employability skills. Pada fase ini, mahasiswa diminta membuat profil employability skills berdasarkan hasil survei tahap pertama sebagai bagian perencanaan perkembangan pribadi mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat tiga menilai dirinya lebih tinggi dibanding mahasiswa tingkat satu dan dua. Tabel 1. Persamaan dan perbedaan penelitian tentang employability skills dengan penelitian yang akan dilakukan Penelitian Persamaan Perbedaan Tuning (2006) Tujuan penelitian: merumuskan kompetensi umum dalam proses belajar dan mengajar dengan cara melihat urutan prioritas keterampilan yang dianggap penting & menilai pencapaian pengembangan keterampilan tersebut yang telah dilakukan oleh institusi pendidikan tinggi. Instrumen yang digunakan: kuesioner keterampilan umum dari Tuning. Tingkat penelitian: Tuning berskala internasional, penelitian ini hanya dilakukan dalam lingkup PS IKM UAD. Data dari pengguna lulusan didapatkan melalui penelitian kualitatif. Tidak melibatkan staf pengajar. Analisa data: Tuning menggunakan multilevel modelling (untuk populasi berjenjang), penelitian ini menganalisis data hanya dari 1 program studi. Saunders & Huzel (2010) Tujuan penelitian: untuk melihat urutan prioritas employability skills yang dianggap penting oleh alumni dan pengguna lulusan. Tingkat penelitian hanya di satu program studi. Analisa data yang digunakan. Tidak menggunakan sampel dari mahasiswa Tidak menggunakan kuesioner yang sama Tidak dilakukan penilaian pencapaian employability skills mahasiswa Penelitian ini tidak membuat profil employability skills
13 I.5. Manfaat Penelitian Dengan mengetahui tingkat kepentingan employability skills yang dibutuhkan oleh lulusan dan pengguna lulusan PS IKM UAD dan menilai pencapaian pengembangan employability skills yang telah dilakukan oleh PS IKM UAD, diharapkan dapat memberikan: 1. Manfaat teoritis : Mendukung pengembangan teori belajar untuk mengembangkan employability skills mahasiswa. 2. Manfaat praktis : a. Mengevaluasi kurikulum PS IKM UAD yang mendukung pengembangan employability skills. b. Merancang kurikulum yang mendukung pengembangan employability skills mahasiswa. c. Mendukung rencana kegiatan pengembangan diri mahasiswa. d. Menyediakan petunjuk karir bagi mahasiswa dan alumni. e. Membina komunikasi yang efektif dengan alumni dan pengguna lulusan PS IKM UAD.