BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bandung, Puskesmas Pakel, dan Puskesmas Kauman pada bulan

dokumen-dokumen yang mirip
Relationship Between Family Function According to the Apgar Score With Adherence To Treatment in Pulmonary Tuberculosis Patients

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSEMBAHAN ii HALAMAN MOTTO. iii HALAMAN PERNYATAAN. iv HALAMAN BIMBINGAN. v HALAMAN PENGESAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA MENURUT NILAI APGAR DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS PADA PENDERITA TUBERCULOSIS PARU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

I. Identitas Informan Nama : Umur : Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bakteri mycrobacterium tuberculosis. 1 Bakteri tersebut menyerang bagian

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi TB Paru di Indonesia dan negara negara sedang berkembang lainnya

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PRAKATA... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDHULUAN. dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan yaitu dengan mengawasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN. Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti dan saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM KONSUMSI OBAT. Nasrul Hadi Purwanto

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENDERITA TUBERKULOSSIS PARU DALAM PROGRAM PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP PASIEN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TB PARU DI BKPM PATI

Faktor Risiko Kepatuhan Pengobatan pada Penderita Tb Paru BTA Positif

Identifikasi Faktor Resiko 1

BAB III METODE PENELITIAN. sectional, yaitu mengambil variabel independent dan variabeldependent pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Biaya rental dan print proposal Rp Biaya internet Rp Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp

Ari Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 (Rekapan Jawaban Kuesioner dari Pasien Penderita TBC)

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: peran keluarga PMO, kepatuhan minum obat, penderita TB paru

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelasional untuk

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

E-Jurnal Sariputra, Februari 2016 Vol. 3(1)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan tentang penelitian ini serta

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. bakterituberkulosis tersebut (Kemenkes RI,2012). Jumlah prevalensi TB di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental secara analitik korelasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemeriksaan dahak penderita. Menurut WHO dan Centers for Disease Control

BAB I. A. Latar belakang. Hal ini dikarenakan angka kematian akibat TB masih tinggi, dimana angka

Laboratorium 7 orang petugas, dan Instalasi Gizi 11 orang petugas. Setiap

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

BAB I PENDAHULUAN. kuman Myiobakterium Tuberculosis. WHO mencanangkan keadaan darurat

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian dilakukan di 5 Puskesmas di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur yaitu di Puskesmas Tanggunggunung, Puskesmas Campurdarat, Puskesmas Bandung, Puskesmas Pakel, dan Puskesmas Kauman pada bulan Agustus-Desember 2015 dengan metode purposive sampling. Data penelitian baik kepatuhan minum obat dan fungsi keluarga diambil menggunakan kuisioner dengan cara mendatangi responden secara lansung kerumah responden atau pada saat responden melakukan kunjungan ke puskesmas. Kuisioner diisi oleh responden yang telah menyetujui untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Jumlah responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian sebanyak 56 responden. B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan data penelitian dapat dideskripsikan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut : Tabel 4. Karakeristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase Laki-laki 40 71% Perempuan 16 29% Total 56 100% 29

30 Berdasarkan Tabel 4, karakteristik responden dari penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 40 orang (71%) dan perempuan sebanyak 16 orang (29%). 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Berdasarkan data penelitian dapat dideskripsikan karakteristik responden berdasarkan umur sebagai berikut: Tabel 5. Distribusi mean dan standar deviasi karakteristik responden berdasarkan umur N Mean Min Max Std Deviation Usia 56 40,10 18 68 12,599 Pada Tabel 5 di atas, hasil penelitian menggunakan statistik deskriptif didapatkan nilai rata-rata atau mean umur pasien TB paru adalah 40 tahun dan standar deviasi sebesar 12,599. Sedangkan umur terendah adalah 18 tahun dan umur tertinggi adalah 68 tahun. 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai APGAR Berdasarkan data penelitian dapat dideskripsikan karakteristik responden berdasarkan nilai APGAR sebagai berikut: Tabel 6. Distribusi frekuensi dan prosentase karakteristik responden berdasarkan nilai APGAR Nilai APGAR Frekuensi Prosentase Keluarga Sehat 39 70% Keluarga Kurang Sehat 12 21% Keluarga Tidak Sehat 5 9% Total 56 100% Berdasarkan Tabel 6, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki fungsi keluarga sehat sebanyak 39 orang (70%), kurang sehat 12 orang (21%), dan tiak sehat 5 orang (9%).

31 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Berdasarkan data penelitian dapat dideskripsikan karakteristik responden berdasarkan kepatuhan pemakaian OAT sebagai berikut : Tabel 7. Distribusi frekuensi dan prosentase karakteristik responden berdasarkan kepatuhan pemakaian OAT Kepatuhan Frekuensi Prosentase Patuh 39 70% Tidak patuh 17 30% Total 56 100% Berdasarkan Tabel 7, ditemukan bahwa jumlah responden yang patuh terhadap pengobatan TB paru lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak patuh. Responden yang patuh terhadap pengobatan sebanyak 39 orang (70%) dan tidak patuh sebanyak 17 orang (30%). 5. Hasil Analisis Bivariat Hubungan antara Skor APGAR dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis pada Penderita Tuberkulosis Paru Tabel 8. Hubungan antara nilai APGAR dengan kepatuhan pemakaian OAT Kepatuhan Pemakaian Nilai APGAR OAT Jumlah Patuh Tidak Patuh Fungsi keluarga Sehat 35 8 39 Fungsi Keluarga Kurang Sehat 4 4 12 Fungsi Keluarga Tidak Sehat 0 5 5 Jumlah 39 17 56 Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa responden yang patuh dalam pengobatan dengan fungsi keluarga sehat sebanyak 35 orang, responden yang patuh dengan fungsi keluarga kurang sehat sebanyak 4 orang, responden yang patuh dengan fungsi keluarga tidak sehat sebanyak

32 0 orang, responden yang tidak patuh dalam pengobatan dengan fungsi keluarga sehat sebanyak 4 orang, responden yang tidak patuh dalam pengobatan dengan fungsi keluarga kurang sehat sebanyak 8 orang, dan responen yang tidak patuh dalam pengobatan dengan fungsi keluarga tidak sehat sebanyak 5 orang. Setelah dilakukan uji analisis korelasi spearman (tabel 9) didapatkan nilai p=0,000 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB. Nilai r =0,557 yang berarti hubungan fungsi keluarga dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada penderita tuberkulosis paru memiliki kekuatan korelasi sedang, artinya semakin sehat fungsi keluarga pada penderita tuberkulosis maka akan semakin patuh dalam meminum obat anti tuberkulosis. Spearma n Tabel 9. Hasil analisis korelasi bivariat spearman Kepatuhan APGAR Kepatuhan Correlation coefficient 1,000,557 Sig. (2-tailed),000 N 56 56 APGAR Correlation coefficient,557 1,000 Sig. (2-tailed),000 N 56 56 C. Pembahasan Responden dalam penelitian ini mememiliki rata-rata usia 40 tahun. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kurniawan, dkk (2015) dan Dhewi, dkk (2011) rata-rata penderita TB paru terjadi pada usia produktif (15-50 tahun). Hal ini diperkirakan karena kelompok usia reproduktif mempunyi mobilitas yang cukup tinggi sehingga kemungkinan untuk terpapar kuman

33 Mycobacterium tuberculosis paru lebih besar, selain itu reaksi endogen cenderung terjadi pada usia produktif. Berdasarkan data yang diperoleh prosentase penderita TB paru lebih banyak banyak pada jenis kelamin laki-laki dari pada perempuan. Hal serupa juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Korua, dkk (2014) dan Nurwidji, dkk (2013) yang menunjukkan bahwa laki-laki lebih berpeluang menderita TB paru dibandingakan dengan perempuan. Hal tersebut dikaitkan dengan kebiasaan laki-laki yang sering merokok dan mengkonsumsi alkohol sehingga menurunkan sistem pertahanan tubuh. Berdasarkan data karakteristik responden berdasarkan nilai APGAR, 70% responden menunjukkan fungsi keluarga sehat. Fungsi keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan sosial yang meliputi interaksi keluarga dengan tetangganya, keaktifan keluarga mengikuti kegiatankegiatan masyarakat. Fungsi keluarga juga dipengaruhi oleh kultur daerah setempat, agama yang dianut, pendidikan, dan ekonomi. Bila ekonomi rendah maka fungsi keluarga tidak akan sehat karena anggota keluarga akan kesulitan untuk mendapatkan tempat tinggal yang sehat, pendidikan yang memadai dan pelayanan kesehatan yang maksimal sehingga mengakibatkan kualitas hidup anggota keluarganya tidak baik (Sutikno, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 70% responden patuh terhadap pengobatan. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan salah satunya adalah persepsi pasien tentang penyakit tersebut. Berdasarkan pengamatan di lapangan pada saat penelitian, responden mengaku takut

34 apabila tidak meminum obat teratur dan tidak sampai sembuh akan menyebabkan kematian. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pasek, dkk (2013) bahwa pesepsi penderita TB mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan pengobatan. Menurut Kardas, dkk (2013) menyatakan bahwa tingkat keparahan penyakit memiliki efek positif pada kepatuhan. Hal ini juga didukung oleh Notoatmodjo dalam Safri, dkk (2013) yang mengemukakan bahwa tindakan individu untuk melakukan pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat. Tindakan yang dilakukan penderita TB paru dalam hal ini adalah patuh terhadap pengobatan mengingat TB paru adalah penyakit serius yang dapat menyebabkan kematian. Terdapat hubungan positif antara fungsi keluarga dengan kepatuhan. Hal tersebut memiliki arti bahwa fungsi adaptation, partnership, growth, affection dan resolve juga baik. Adaptation, merupakan kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta menerima, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain, dalam hal ini berarti keluarga ikut serta membantu dan memberi dukungan pasien untuk patuh minum obat. Partnership, menggambarkan komunikasi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh anggota keluarga tersebut, berarti keluarga membantu pasien untuk ikut berbagi dalam berbagai masalah termasuk masalah dalam pengobatan, kepatuhan minum obat ataupun penaggulangan TB paru. Growth, menggambarkan dukungan keluarga

35 terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga. Keluarga mampu menerima dan mendukung kegiatan pasien untuk selalu minum obat. Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa adpatation, partnership, dan growth merupakan salah satu bentuk dari dukungan keluarga. Menurut Septia, dkk (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa dukungan keluarga mendapatkan hasil yang positif (74%) dalam kepatuhan minum obat pada penerita TB. Dukungan keluarga yang positif adalah berpartisipasi penuh pada pengobatan penderita, seperti pengaturan makan dan minum, pola istirahat, perawatan diri terutama kebersihan, pola istirahat, pengambilan obat serta mampu merujuk penerita bila ada gejala samping obat yang berat. Affection, menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga. Interaksi dengan keluarga dapat berupa informasi, perhatian, dorongan dan bantuan dari PMO dapat memunculkan kualitas hubungan yang dapat mempengaruhi kesembuhan penderita (Hendriani dkk, 2012). Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya kasih sayang dan interaksi dari keluarga kepada penderita dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan sehingga pasien bisa sembuh dari penyakitnya. Keluarga juga mampu menjadi tempat mengungkapkan emosi dan meluangkan waktu bersama terkait dengan TB paru hal ini yang dimaksud dengan resolve. Menurut Sulami, dkk (2015) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dukungan emosional memiliki peran penting terhadap kepatuhan suatu pengobatan karena dengan adanya dukungan emosional dalam suatu pengobatan akan membuat pasien merasa dirinya tidak

36 menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mendengar dan membantu memecahkan masalah yang terjadi sehingga memberikan rasa nyaman kepada pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian Niven (dalam Safri dkk, 2013) menyebutkan bahwa dukungan emosional dari anggota keluarga yang lain merupakan faktor penting dalam kepatuhan terhadap program-program medis. D. Kekurangan Penelitian Kekurangan penelitian ini adalah kuisioner yang diberikan tidak lengkap seperti tidak adanya data tentang jenis pekerjaan pasien dan lamanya pasien menderita TB sehingga data yang diperoleh minim.