JURNAL ILMIAH KEPASTIAN HUKUM PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH MELALUI JUAL BELI DIBAWAH TANGAN



dokumen-dokumen yang mirip
AKIBAT HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DI BAWAH TANGAN (Studi Kasus di Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM PROSES JUAL BELI TANAH

AKIBAT HUKUM PENGALIHAN HAK JUAL BELI MELALUI AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH ATAS TANAH WARISAN TANPA PERSETUJUAN SALAH SATU AHLI WARIS LAINNYA

TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas dan faktor produksi yang dicari oleh manusia.

PELAKSANAAN BALIK NAMA SERTIFIKAT HAK MILIK DALAM JUAL BELI TANAH NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

JURNAL PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN JUAL BELI MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH DI KOTA PADANG

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk, membuat kebutuhan akan tanah atau lahan. meningkat membuat harga tanah juga menjadi tinggi.

Upik Hamidah. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah bahkan bukan hanya dalam. merupakan salah satu modal pembangunan yang mempunyai nilai strategis

RINGKASAN TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat S-2 Program Studi Magister Kenotariatan. Oleh : JUMIN B4B

KELAYAKAN SAKSI DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH OLEH PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh

Lex Crimen Vol. VI/No. 1/Jan-Feb/2017

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

JURNAL KARYA ILMIAH. KEKUATAN HUKUM SERTIPIKAT HAK MILIK SEBAGAI ALAT BUKTI KEPEMILIKAN (STUDI KASUS TANAH DI PENGADILAN NEGERI MATARAM) Cover

JUAL-BELI TANAH HAK MILIK YANG BERTANDA BUKTI PETUK PAJAK BUMI (KUTIPAN LETTER C)

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website :

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB V PENUTUP. mahasiswa yang nantinya akan terjun kedalam dunia kerja, karena Praktik. atau pekerjaan yang penulis lakukan, seperti :

KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PROSES JUAL BELI TANAH

IMPLIKASI YURIDIS JUAL BELI TANAH ADAT MELALUI PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya bercocok tanam atau berkebun di lahan pertanian untuk memenuhi

BAB II PEMBUATAN AKTA JUAL BELI YANG TIDAK SESUAI KETENTUAN DALAM PROSEDUR PEMBUATAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) (StudiKasus di Kantor PPAT Farida Ariyanti, SH) Oleh :

BAB III KEABSAHAN JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN OLEH BUKAN PEMILIK TANAH. 1. Jual Beli Hak Atas Tanah

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PPAT DALAM MENGOPTIMALKAN PENERIMAAN BPHTB

BAB I P E N D A H U L U A N. aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB III KEABSAHAN AKTA HIBAH MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Studi di Kantor Notaris dan PPAT Dina Ismawati, S.H.,MM)

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

JURNAL. Diajukan oleh : Lusius Maria Bram Bintang Ferdinanta. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan LingkunganHidup

SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN DENGAN AKTA JUAL BELI FIKTIF. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten No.50/PDT.G/2012/PN.

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG SAH HAK ATAS TANAH DENGAN ADANYA SERTIFIKAT GANDA HAK ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS SERTIFIKAT YANG HILANG (STUDI DI BPN KOTA MATARAM)

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

PELAKSANAAN PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN CARA JUAL BELI DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KUDUS

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. itu, kebijakan pembangunan pertanahan haruslah merupakan bagian yang tidak

KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Di dalam UUPA terdapat jiwa dan ketentuan-ketentuan yang harus dipergunakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab terakhir ini, penulis akan mengemukakan kembali hal-hal pokok

Journal Of Judicial Review Vol.XV No.2 2 Desember 2013 PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH MELALUI JASA PERANTARA (PT. LOBI UTAMA) DI KOTA BATAM

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

PELAKSANAAN PEWARISAN HAK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus Penetapan Pengadilan Negeri Nomor : 170/Pdt.P/2014/PN.Skt

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social

JURNAL PELAKSANAAN PERALIHAN DAN PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH (JUAL BELI) DALAM MEWUJUDKAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN

PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT DI DENPASAR

RESUME KUTIPAN BUKU LETER C SEBAGAI ALAT BUKTI PERSIL TERHADAP SERTIFIKAT GANDA

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini karena hampir sebagian besar aktivitas dan kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN TERHADAP HAK ATAS TANAH SEBAGAI OBYEK JAMINAN

IMPLEMENTATION OF DEVELOPMENT AND REGISTRATION AND ELIMINATION ACCEPTANCES OF RIGHTS BASED ON LAW NUMBER REGARDING RIGHTS OF RESPONSIBILITY YUNIMAR

CONTOH SURAT PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN (SPPJB)

KETIDAKHADIRAN SESEORANG DALAM JUAL BELI DAN BALIK NAMA HAK ATAS TANAH DALAM PEWARISAN (Studi Kasus Perdata No. 1142/Pdt.P/2012/P.N.

FUNGSI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA YANG DIBUBUHI DENGAN CAP JEMPOL SEBAGAI PENGGANTI TANDA TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah disini bukan

Kata Kunci : Pelaksanaan Hibah, Tanah Milik Adat, Kutipan Buku Letter C.

PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL

PROSES DAN SYARAT UNTUK MEMPEROLEH HAK MILIK ATAS TANAH DI INDONESIA 1 Oleh: Juosfiel Sadpri Pansariang 2

PEMBATALAN ATAS SENGKETA SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Sukoharjo No.55/Pdt.G/2014/PN.SKH)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPASTIAN HUKUM SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH SEBAGAI BUKTI KEPEMILIKAN BIDANG TANAH

Pendayagunaan tanah secara berlebihan serta ditambah pengaruh-pengaruh alam akan menyebabkan instabilitas kemampuan tanah. 1 Jumlah tanah yang statis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH MELALUI HIBAH UNTUK ANAK DI BAWAH UMUR

B AB I PENDAHULUAN. peraturan bank tersebut. Sebelumnya, calon nasabah yang akan meminjam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

JURNAL ILMIAH KEPASTIAN HUKUM PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH MELALUI JUAL BELI DIBAWAH TANGAN Oleh : MADE DWI YOGA PRASANTHA D1A 009 066 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2013

2 Halaman Pengesahan Jurnal Ilmiah KEPASTIAN HUKUM PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH MELALUI JUAL BELI DIBAWAH TANGAN Oleh : MADE DWI YOGA PRASANTHA D1A 009 066 Menyetujui, Pembimbing Pertama, Dr. Sahnan.,SH. M.Hum NIP. 19721231 200312 1 005

3 KEPASTIAN HUKUM PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH MELALUI JUAL BELI DIBAWAH TANGAN MADE DWI YOGA PRASANTHA D1A 009 066 Penelitian ini bertujuan mengetahui kepastian hukum pemindahan hak atas tanah melalui jual beli dibawah tangan. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Yuridis Normatif Hasil penelitian adalah jual beli tanah yang dilakukan dibawah tangan adalah sah menurut hukum sepanjang syarat materil dan formal terpenuhi. Upaya Pembeli adalah menghadap langsung ke Kepala Desa, karena dianggap tahu tentang hukum untuk menyatakan jual beli itu. Kemudian oleh penjual dibuat suatu akta bermaterai yang menyatakan benar ia telah menyerahkan tanah miliknya untuk selama-lamanya kepada pembeli dan ditandatangani pembeli dan Kepala Desa yang disaksikan dua orang saksi yang cakap menurut hukum. Kesimpulan jual beli dibawah tangan sangat merugikan pihak pembeli karena secara fisik pembeli dapat menguasai hak atas tanah, secara hukum kepemilikan atas tanah tetap di tangan penjual. Kata Kunci: Kepastian Hukum CERTAINTY OF LAW ON LAND TITLE TRANSFER THROUGH PRIVATE SALE AND PURCHASE This Research aims to determine the legal certainty of law on land title transfer through private purchase. This research using of normative juridical method. This research resulted that private sale and purchase are legally valid as long as the material and formal requirements are met. Buyer s effort is to directly meet to the Chief of the village, because they are deemed knowing concerning the law to state the sale and purchase. Then the seller made a notarized deed with

4 sufficient duty stamp which stating that he has given his land for good to the buyer and signed by the buyer and the chief of village who witnessed by two witnesses who competent on law matters. The conclusion is that the sale private sale and purchase will harm the buyer because physically he own the land but legally the ownership of the land remains under the seller s hand. Keywords: Legal Certainty A. PENDAHULUAN Tanah sangat erat sekali hubunganya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah bahkan bukan hanya dalam kehidupanya, untuk matipun manusia masih memerlukan sebidang tanah. Tanah mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia karena mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset tanah merupakan sarana pengikat kesatuan di kalangan masyarakat Indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sedangkan capital asset tanah merupakan faktor modal dalam pembangunan dan tanah harus dipergunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat secara adil dan merata, juga harus dijaga kelestariannya 1 Dalam masyarakat, perolehan hak atas tanah lebih sering dilakukan dengan pemindahan hak, yaitu dengan melalui jual beli.. Perkataan jual beli 1 Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, ( Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

5 dalam pengertian sehari-hari dapat diartikan, di mana seseorang melepaskan uang untuk mendapatkan barang yang dikehendaki secara sukarela. Kemudian menurut Hukum (BW) Pasal 1457 disebutkan bahwa jual beli tanah adalah suatu perjanjian dengan mana penjual mengikatkan dirinya (artinya berjanji) untuk menyerahkan hak atas tanah yang bersangkutan kepada pembeli yang mengikatkan dirinya untuk membayar kepada penjual harga yang telah disepakatinya. Semenjak diundangkanya UUPA, maka pengertian jual beli tanah bukan lagi suatu perjanjian seperti dalam Pasal 1457 jo 1458 KUH Perdata Indonesia, melainkan perbuatan hukum pemindahan hak untuk selama lamanya yang bersifat tunai dan kemudian selanjutnya diatur dalam Peraturan Pelaksanaan dari UUPA yaitu PP No. 10 tahun 1961 yang telah diperbaruhi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, tentang Pendaftaran Tanah, yang menentukan bahwa jual beli tanah harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat oleh dan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Jadi jual beli Hak atas Tanah harus dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Hal demikian sebagai bukti bahwa telah terjadi jual beli sesuatu hak atas tanah dan selanjutnya Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) membuat Akta Jual Belinya yang kemudian diikuti dengan pendaftarannya pada Kantor Pertanahan setempat sesuai dengan lokasi tanah. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu: 1) Bagaimanakah status hukum jual beli tanah yang dilakukan dibawah tangan (tanpa Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah)?, 2)

6 Bagaimanakah penyelesaian yang dapat dilakukan oleh pembeli agar jual beli tanah yang dilakukan (tanpa Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah) dapat mrmpunyai kekuatan hukum yang pasti? Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui status hukum jual beli tanah yang dilakukan dibawah tangan (tanpa Akta PPAT), 2) Untuk mengetahui penyelesaian yang dapat dilakukan dibawah tangan (t anpa Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah) dapat mempunyai kekuatan hukum yang pasti.adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1) Dari segi praktis bagi masyarakat hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam rangka pembuatan jual beli tanah yang dilakukan dibawah tangan, sehingga timbul masalah atau konflik dalam pelaksanaan pemindahan hak atas tanah dalam jual beli tanah sesuai dengan prosedur yang benar dan adanya kepastian hukum, 2) Dari segi teoritis, bagi akademis penelitian ini diharapkan memberi manfaat teoritis berupa ilmu pengetahuan bagi mahasiswa khususnya bagi mahasiswa fakultas hukum. Penelitian ini menggunakan pendekatan Yuridis Normatif, yaitu pendekatan perundang-undangan ( Statue Approach ) yaitu mengkaji dan menelaah peraturan perundang-undangan dan regulasi yang menyangkut dengan pokok permasalahan penelitian dan pendekatan Konseptual (Conceptual Approach) yaitu mempelajari pandangan dan doktrin dalam ilmu hukum, konsep asas hukum yang relevan.

7 Sumber dan jenis bahan hukum dalam penelitian ini ada 3 yaitu: 1) Bahan hukum primer yaitu berupa peraturan perundang-undangan, perjanjian internasional dalam bentuk traktat dan konvensi, 2) Bahan hukum sekunder, yaitu dari pendapat para sarjana, 3) Bahan hukum tersier yaitu yang bersumber dari kamus-kamus. Teknik pengumpulan bahan hukum adalah melalui studi kepustakaan (Library Research) melalui Peraturan Perundang-undangan, dokumendokumen, maupun literatur-literatur ilmiah yang sesuai dengan objek dan permasalahan yang diteliti. Analisis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif

B. PEMBAHASAN 1. Status Hukum Jual Beli Tanah Yang Dilakukan Tanpa Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah Kehidupan manusia tidak terlepas dari hubungan dengan manusia lain, dengan tujuan yaitu melangsungkan kehidupan sehari-hari, untuk diri sendiri maupun keluarganya. Untuk terjadinya perjanjian jual beli tanah, pada pelaksanaanya dimana kedua belah pihak yaitu antara penjual dan pembeli, telah terjadinya penyesuaian kehendak dan pernyataan antara mereka tentang barang tersebut dan harga, meskipun barang tersebut belum diserahkan maupun harganya belum dibayar lunas. 2 Pihak penjual menjamin kepada pembeli, bahwa barang yang akan dijual tersebut tidak akan mengalami permasalahan, sedangkan pembeli menyanggupi untuk membayar sejumlah harga yang telah disepakati bersama. a. Sifat Jual Beli Tanah Menurut UUPA Jual beli tanah menurut Undang-Undang Pokok Agraria merupakan perbuatan hukum pemindahan hak yang sifatnya terdiri dari 3 unsur, yaitu: 3 1)Tunai artinya penyerahan hak dan pembayaran harganya dilakukan pada saat yang sama, 2)Riil artinya dengan mengucapkan kata-kata dengan mulut saja belumlah terjadi jual beli, 2 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak ( Mataram: Sinar Grafika, 2003), hal. 49 3 Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2006), Hal 77

9 hal ini dikuatkan dalam Putusan MA No. 271/K/Sip/ 1956 dan No. 840/K/Sip/1971. Jual beli dianggap telah terjadi dengan penulisan kontrak jual beli di muka Kepala Kampung serta penerimaan harga oleh penjual, meskipun tanah yang bersangkutan masih berada dalam penguasaan penjual.3)terang artinya dipenuhi pada umumnya pada saat dilakukannya jual beli itu disaksikan oleh Kepala Desa, karena Kepala Desa dianggap orang yang mengetahui tentang hukum dan kehadiran Kepala Desa mewakili warga masyarakat desa tersebut. Sejak berlakunya Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, jual beli dilakukan oleh para pihak di hadapan PPAT yang bertugas membuat aktanya. Dengan dilakukannya jual beli di hadapan PPAT, dipenuhi syarat terang (bukan perbuatan hukum yang gelap, yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi). 4 Akta jual beli yang ditandatangani para pihak membuktikan telah terjadi pemindahan hak dari penjual kepada pembelinya dengan disertai pembayaran harganya, telah memnuhi syarat tunai dan menunjukan bahwa secara nyata atau riil perbuatan hukum jual beli yang bersangkutan telah dilaksanakan. Akta tersebut membuktikan bahwa benar telah dilakukannya perbuatan hukum yang dilakukan merupakan perbuatan hukum pemindahan hak, maka akta tersebut mebuktikan bahwa penerima hak (Pembeli) sudah menjadi pemegang haknya yang baru. Akan tetapi, hal itu baru diketahui oleh 4 Ibid

10 para pihak dan ahli warisnya, karenanya juga baru mengikat para pihak karena administrasi PPAT sifatnya tertutup. 5 b. Syarat Jual Beli Tanah Menurut UUPA Syarat Jual Beli Tanah ada dua yaitu : 1) Syarat Materil Syarat materil sangat menentukan akan sahnya jual beli tanah tersebut, antara lain sebagai berikut: a)pembeli berhak membeli tanah yang bersangkutan Maksudnya adalah pembeli sebagai penerima hak harus memenuhi syarat untuk memiliki tanah yang akan dibelinya. Untuk menentukan berhak atau tidaknya si pembeli memperoleh hak atas tanah yang dibelinya tergantung pada hak apa yang ada pada tanahy tersebut, apakah hak milik atas tanah hanya warga Negara Indonesia tunggal dan badan-badan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah (Pasal 21 UUPA), b)penjual berhak menjual tanah yang bersangkutan 2) Syarat Formal,Setelah semua persyaratan materiil dipenuhi maka PPAT ( Pejabat Pembuat Akta Tanah) kan membu at akta jual belinya. Akta jual beli menurut Pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 harus dibuat oleh PPAT. Adapun prosedur jual beli tanah menurut Undang-Undang Pokok Agraria, yaitu : 1)Jual beli tanah itu diawali kata sepakat antara calon penjual dengan calon pembeli mengenai objek jual belinya yaitu tanah hak milik yang akan dijual dan harganya. Hal ini dilakukan melalui musywarah di antara mereka sendiri, 2) Setelah mereka sepakat akan harga dari tanah itu, 5 Ibid

11 biasanya sebagai tanda jadi, diikuti dengan pemberian panjer. Pemberian panjer tidak diartikan sebagai harus dilaksanakan jual beli itu. Panjer disini memiliki fungsi hanya sebagai tanda jadi kan dilaksanakannnya jual beli. Dengan adanya panjer, para pihak akan merasa mempunyai ikatan moral untuk melaksanakan jual beli tersebut. Apabila telah ada panjer, maka akan timbul hak ingkar. Bila yang ingkar pembeli panjer menjadi milik penerima panjer. Sebaliknya, bila keingkaran tersebut ada di pihak penerima panjer, panjer harus dikembalikan kepada pemberi panjer, jika para pihak tidak menggunakan hak ingkar tersebut, dapatlah diselenggarakan pelaksanaan jual beli tanahnya dengan calon pembeli dan calon penjual menghadap Kepala Desa (Adat) untuk menyatakan maksud mereka itu. Kemudian oleh penjual dibuat suatu akta bermaterai yang menyatakan bahwa benar ia telah menyerahkan tanah miliknya untuk selama-lamanya kepada pembeli dan bahwa benar ia telah menerima harga secara penuh. Akta tersebut ditandatangani oleh pembeli dan Kepala Desa (Adat). Dengan t elah ditandatanganinya akta tersebut, maka perbuatan jual beli itu selesai. Pembeli kini menjadi pemegang hak atas tanahnya yang baru dan sebagai tanda buktinya adalah surat jual beli tersebut. 6 2. Upaya Yang Dapat Dilakukan Oleh Pembeli, Agar Jual Beli Tanah Yang Dilakukan Dibawah Tangan (Tanpa Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah) Dapat Mempunyai Kekuatan Hukum Yang Pasti. 6 Ibid

12 Untuk mempermudah masyarakat agar jual beli tanah tidak dilakukan dengan kepercayaan maupun melalui kwitansi, adapun cara pembuatan alat bukti jual beli tanah yang dilakukan dibawah tangan, yaitu : 7 a) Pihak yang bersangkutan baik itu pihak penjual maupun pembeli datang kekantor desa atau kelurahan untuk membuat kesepakatan mengukur tanah yang akan dijual dan Kepala desa atau lurah dan perangkat-perangkat desa disini juga sebagai saksi, b) Setelah tanah diukur, kemudian data ditulis dalam buku khusus desa, c) Setelah selesai pembeli wajib membayar uang wajib dan uang sukarela, d) Setelah melakukan pembayaran para saksi yang hadir dalam jual beli tanah tersebut menandatangani surat pernyataan jual beli tanah tersebut. a. Persiapan Sebelum Akta Jual Beli Dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah. Sebelum akta jual beli dibuat Pejabat Pembuat Akta Tanah, maka diisyaratkan bagi para pihak untuk menyerahkan surat-surat yang diperlukan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah, yaitu : 8 1) Jika tanahnya sudah bersertifikat : sertifikat tanahnya yang asli dan tanda bukti pembayaran biaya pendaftarannya, 2) Jika tanahnya bersertifikat : surat keterangan bahwa tanah tersebut belum bersertifikat, surat-surat tanah yang ada yang memerlukan penguatan oleh Kepala Desa dan camat, dilengkapi dengan surat-surat yang membuktikan identitas 7 Nur Susanti, Praktek Jual Beli Tanah Dibawah Tangan dan Akibat Hukumnya (Tesis Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Diponegor, 2008) hal 99 8 Adrian Sutedi, Op.cit Hal 78

13 penjual dan pembelinya yang diperlukan untuk persertifikatan tanahnya setelah selesai dilakukan jual beli. b. Cara Memperoleh Alat Bukti Sertifikat Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, perjanjian yang menyangkut peralihan hak atas tanah termasuk jual beli tanah, seharusnya dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Maka dari itu, dalam melaksanakan transaksi jual beli tanah pihak penjual dan pembeli datang menghadap bersama-sama kekantor PPAT, untuk membuat Akta Jual Beli Tanah. PPAT adalah Pejabat Umum yang dianggap oleh Kepala BPN ( B adan Pertanahan Nasional) yang mempunyai kewenangan untuk membuat peralihan hak atas tanah, termasuk jual beli tanah. c. Persyaratan Pembuatan Akta Jual Beli di Kantor PPAT Saat menghadap ke PPAT untuk membuat akta perjanjian Jual Beli Tanah, maka ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh pihakpihak yang terkait, yaitu : 9 1) Pihak Penjual,diharapkan membawa: a) Sertifikat asli hak atas tanah yang akan dijual. b) Kartu Tanda Penduduk, c) Bukti Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan, d) Kartu Keluarga. 2) Pihak Pembeli, diharapkan membawa : a) Kartu Keluarga, b) Kartu Tanda Penduduk, c) Uang pembayaran yang dapat dilakukan secara tunai di hadapan PPAT 4. Persiapan Pembuatan Akta Jual Beli Tanah 9 Nathalia Tenegar, Kekuatan Hukum Atas Kuasa Dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli (Tesis Magister Kenotariatan Universitas Indonesia, 2010), hal 31-32

14 Persiapannya adalah : 1) Sebelum membuat akta jual beli, PPAT harus melakukan pemeriksaan mengenai keaslian sertifikat ke Kantor Pertanahan terkait, 2) Penjual harus membayar Pajak Penghasilan, 3)Calon pembeli dapat membuat pernyataan, bahwa dengan membeli tanah tersebut ia tidak menjadi pemegang hak atas tanah yang melebihi ketentuan batas luas maksimum. 4)Surat pernyataan dari penjual, bahwa tanah yang dimiliki tidak dalam sengketa. 5) Pejabat Pembuat Akta Tanah akan menolak pembuatan akta jual beli apabila tanah yang akan dijual sedang dalam sengketa. 5. Pembuatan Akta Jual Beli Tanah Syarat pembuatan akta : 1) Pembuatan akta harus dihadiri oleh penjual dan calon pembeli atau orang yang diberi kuasa dengan surat kuasa tertulis, 2) Pembuatan akta harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi, 3)PPAT membacakan akta dan menjelaskan mengenai isi dan maksud pembuatan akta tersebut, 4) Apabila isi akta telah disetujui oleh penjual dan calon pembeli, maka akta ditandatangani oleh penjual dan calon pembeli, saksi-saksi, serta PPAT, 5) Akta dibuat dua lembar asli, satu lembar disimpan di kantor PPAT dan satu lembar lainnya disampaikan ke Kantor Pertanahan untuk keperluan pendaftaran tanah atau balik nama, 6) Kepada penjual dan pembeli, masing-masing diberikan salinannya. 6. Proses Balik Nama di Kantor Pertanahan.

15 1) Menggunakan jasa PPAT Setelah membuat akta jual beli, PPAT kemudian menyerahkan berkas akta jual beli ke Kantor Pertanahan untuk keperluan balik nama sertifikat, selambat-lambatnya dalam tujuh hari kerja sejak ditandatanganinya akta tersebut. Berkas yang diserahkan meliputi: a) Surat Permohonan balik nama yang ditandatangani oleh pembeli, b) Akta Jual Beli PPAT, c) Sertifikat hak atas tanah, d) Kartu Tanda Penduduk pembeli dan penjual, e) Bukti Pelunasan Pembayaran PPh. 2) Pembeli Mengajukan Sendiri Dalam hal ini, pembeli mengajukan sendiri proses balik nama, maka berkas jual beli yang ada pada PPAT diminta, kemudian untuki selanjutnya pembeli mengajukan permohonan balik nama ke Kantor Pertanahan, dengan melampirkan : a) Surat pengantar dari PPAT, b) Sertifikat asli, c)akta Jual Beli dari PPAT, d) Identitas diri penjual, pembeli atau kuasanya dengan melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk, e) Suratkuasa,jikapermohonannya dikuasakan kepada orang lain, f)bukti pelunasan SSB (surat setoran) BPHTB, g)bukti pelunasan SSP (Surat Setoran Pajak) PPh, h)sppt (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) PBB tahun berjalan atau tahun terakhir. Bila belum memilik SPPT, maka perlu keterangan dari lurah atau kepala desa terkait. Setelah permohonan dan kelengkapan berkas disampaikan ke Kantor Pertanahan, baik

16 oleh pembeli sendiri atau PPAT atas kuasa dari pembeli, maka kantor Pertanahan akan memberikan tanda bukti penerimaan permohonan balik nama kepada pemohon. Selanjutnya oleh Kantor Pertanahan akan dilakukan pencoretan atas nama pemegang hak lama, kemudian diubah dengan nama pemegang hak baru. Nama pemegang hak lama (Penjual) di dalam buku tanah dan sertifikat dicoret dengan tinta hitam, serta diparaf oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk. Nama pemegang hak yang baru (pembeli) ditulis pada halaman dan kolom yang tersedia pada buku tanah dan sertifikat, dengan dibubuhi tanggal pencatatan serta ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk. Dalam waktu empat belas hari pembeli dapat mengambil sertifikat yang sudah atas nama pembeli, di Kantor Pertanahan terkait. 10 10 Eko Yulian Isnur, Tata Cara Mengurus Surat-surat Rumah dan Tanah,cetakan ke-3, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009) Hal 71.

C. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban-jawaban dari permasalahan sebagai berikut: 1) Bahwa status hukum Jual Beli Tanah yang dilakukan dibawah tangan (tanpa akta Pejabat Pembuat Akta Tanah) tetaplah sah, karena sudah terpenuhinya syarat sahnya jual beli menurut UUPA yaitu syarat materiil dan formil yang bersifat tunai, terang dan riil. Selain itu juga jual beli tersebut sudah memenuhi syarat jual beli menurut pasal 1320 syarat sahnya perjanjian. Tetapi untuk memperoleh pemindahan hak atas tanah dan balik nama harus memiliki akta yang dibuat oleh PPAT karena pemindahan hak atas tanah melalui jual beli tanah harus dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT, 2) Upaya Penyelesaian yang dapat dilakukan oleh pihak pembeli agar jual beli tanah yang dilakukan tanpa akta PPAT dapat mempunyai kekuatan hukum yang pasti dengan menghadap ke Kepala desa, pihak pembeli dan pihak penjual menghadap langsung Kepala desa, karena Kepala Desa dianggap orang yang mengetahui hukum untuk menyatakan maksud mereka itu. Kemudian oleh penjual dibuat suatu akta bermaterai yang menyatakan bahwa benar ia telah menyerahkan tanah miliknya untuk selama-lamanya kepada pembeli. Akta tersebut

18 ditandatangani oleh pembeli dan Kepala Desa dan disaksikan oleh dua orang saksi yang cakap menurut hukum. Dengan ditandatanganinya akta tersebut, maka perbuatan jual beli itu selesai. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1) Pelaksanaan jual beli tanah pada hakekatnya merupakan salah satu pengalihan hak atas tanah kepada pihak lain, yaitu dari pihak penjual kepada pihak pembeli tanah. Dimana dalam proses pelaksanannya tidak mungkin dilaksanakan balik nama tanpa melibatkan Pejabat Pembuat Akta Tanah, maka berdasarkan ketentuan perbuatan hukum jual beli tanah yang dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta tanah dibuktikan dengan Akta Jual Beli tanah yang dibuat oleh PPAT, 2) Oleh karena hal tersebut ada beberapa hal yang menurut saya, perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut dari semua pihak sebagi berikut: a) Camat selaku Pejabat yang paling dekat dengan masyarakat, hendaknya sering mengadakan penyuluhan hukum mengenai peraturan yang berlaku bagi kepentingan masyarakat banyak, b) Masyarakat sebagai pihak yang akan melakukan pengalihan atau pihak yang akan menerima hak hendaknya mencari informasi terlebih dahulu pada Kantor Pertanahan setempat.

19 DAFTAR PUSTAKA 1. Buku-buku Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006).. Ahmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Bayumedia Publishing, 2007). (Malang: Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rieneke Cipta, 2001) Eko Yulian Isnur, Tata Cara Mengurus Surat-surat Rumah dan Tanah, cetakan ke-3, (Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2009) Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak ( Mataram: Sinar Grafika, 2003) 2. Peraturan Perundang-undangan Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah Indonesia, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria 3. Situs Website/Blog http: //www.artikata.com/arti-332095-jual.html, diunduh pada tanggal 7/2/2013, Penulis Rahmad Afandi http: //www.artikata.com/arti-321220-beli.html, diunduh pada tanggal 7/2/2013, Penulis Rahmad Afandi

20 4. Skripsi/Tesis/Disertasi Nathalia Tenegar, Kekuatan Hukum Atas Kuasa Dalam Perjanjian Pengikatan Beli (Tesis Magister Kenotariatan Fakultas Hukum,Universitas Indonesia, 2010) Jual