BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

Penduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Subang Tahun Figure 2. Trend Of Population Number In Subang,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG

III. METODE PENELITIAN

Penduduk dan Tenaga Kerja

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Pemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

Pemerintahan Subang Dalam Angka Tahun PEMERINTAHAN, HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

2. PEMERINTAHAN,HANSIP, PERANGKAT DESA, PERTANAHAN DAN HASIL PEMILU

6.2. AIR MINUM Selain industri di atas, industri penyediaan air minum merupakan salah satu industri vital bagi. Subang Dalam Angka Tahun

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

INDUSTRI PENGOLAHAN DAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Industri Pengolahan Subang Dalam Angka Tahun 2010

A D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Subang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Gambaran Umum BAB I GAMBARAN UMUM

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

ALOKASI PEMBIAYAAN JAMINAN KESEHATAN DI KABUPATEN SUBANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Disperindagsar

Tahun. 3. Hutan Lindung 6.593, ,78 KPH Purwakarta Dokumen RPKH KPH Purwakarta , ,90 KPH Bandung Utara

Kinerja Pelayanan Publik Pemerintah Kabupaten Subang Pemenuhan Hak-Hak Warga

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PROFIL KOMODITAS TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

Kata Kunci : Strategi, Implementasi, Wilayah Pengembangan (WP), dan Hirarki Kota

9.4. LOGISTIK Selanjutnya terkait masalah persediaan beras, berdasarkan data dari Sub Divisi Regional Dolog Kabupaten Subang tahun 2011 telah

4.2. OLAH RAGA DAN KESENIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

Keuangan dan Harga-harga Subang Dalam Angka Tahun KEUANGAN DAN HARGA-HARGA

Keuangan dan Harga-harga Subang Dalam Angka Tahun KEUANGAN DAN HARGA-HARGA

Subang Dalam Angka 2014 Subang in Figures 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG


BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI DAN PENYEDIAAN AIR BERSIH KABUPATEN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nugroho dan Dahuri, 2004: 12 Adisasmita, 2005: 22

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

L A P O R A N AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( L A K I P ) DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG Tahun 2015

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Subang

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

REKAPITULASI JUMLAH TPS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SUBANG

PROFIL PROVINSI JAWA BARAT

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2016

Gambar 10. Kabupaten Subang

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KABUPATEN SUBANG [3213]

Mudah-mudahan Profil Kesehatan Kabupaten Subang Tahun 2011 ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan, amien

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2015, VOL. 15, NO. 1

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

I. PENDAHULUAN. hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata. pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu.

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB III. METODOLOGI. masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya angka IPM. Penggunaan APBD

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo]

BAB VII P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

RENCANA STRATEGIS (SKPD) DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG TAHUN

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam. yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

VISI PAPUA TAHUN

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SUBANG NOMOR: W10-A9/975/HK.05/III/2017

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

Transkripsi:

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN Ketika terjadi pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang berorientasi ekonomi (pertumbuhan ekonomi, kebutuhan dasar, kesejahteraan masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia) kepada pembangunan yang berorientasi manusia maka terjadi pergeseran pusat perhatian pembangunan dari yang bersifat fisik kepada manusia. Ketika manusia menjadi titik sentral pembangunan maka secara otomatis manusia tidak hanya menjadi objek pembangunan tetapi juga menjadi subjek pembangunan dalam setiap tahap pembangunan. Sehingga pembangunan sesungguhnya adalah tentang penduduk (berupa pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial), untuk penduduk (berupa penciptaan peluang kerja melalui perluasan pertumbuhan ekonomi) dan oleh penduduk (berupa upaya pemberdayaan penduduk dalam partisipasi politik dan pembangunan). Keberhasilan pembangunan manusia pada akhirnya akan menentukan keberhasilan pembangunan secara keseluruhan. Untuk mengukur pencapaian keberhasilan pembangunan manusia dimanifestasikan dalam bentuk indeks pembangunan manusia (IPM) yang merupakan pengukuran perbandingan nilai harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup layak. IPM dapat digunakan untuk mengklasfikasikan apakah suatu wilayah dikatagorikan maju, berkembang, atau terbelakang, dan digunakan untuk mengukur pengaruh dari kebijakan pembangunan terhadap kualitas hidup. Adanya komitmen pemerintah Kabupaten Subang yang kuat untuk mengubah paradigma pembangunan dengan lebih mengutamakan pada manusia, tercermin dengan ditetapkannya Program Akselerasi pencapaian IPM. Hal ini memberikan IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 33

harapan bagi segera terwujudnya kemajuan pembangunan manusia baik lahir maupun bathin secara menyeluruh di Kabupaten Subang. Berikut gambaran perjalanan capaian pembangunan manusia di Kabupaten Subang dipaparkan bagaimana posisi IPM di tingkat kecamatan tahun 2012. 4.1. Letak Geografis Kecamatan Secara geografis Kabupaten Subang terletak di Jawa Barat bagian utara, karakteristik sosial budaya masyarakat antar kecamatan cukup beragam. Kondisi ini erat kaitannya dengan tipologi wilayah tempat domisili penduduk yang sangat berbeda. Penduduk yang berdomisili di kecamatan-kecamatan bagian selatan wilayah Kabupaten Subang (sebesar 23,63 persen luas wilayah) menempati daerah pegunungan. Bagi yang berada di kecamatan pada bagian tengah yang merupakan bagian terbesar ( 48,37 persen) menempati daerah pedataran. Dan 28,00 persen dari luas wilayah berada di sekitar pantai dan ditempati oleh 29,84 persen penduduk Kabupaten Subang. Dengan perbedaan geografis dan sosial budaya penduduknya, maka permasalahan indikator IPM dihadapi setiap kecamatan mempunyai perbedaan. Pada bidang kesehatan, permasalahan-permasalahan yang ada disinyalir terkait dengan pola hidup bersih dan sehat, terutama dalam kesehatan lingkungan. Akses terhadap sarana pendidikan serta budaya masyarakat yang berbeda di daerah pegunungan, pendataran, dan pantai cukup berpengaruh terhadap pencapaian indikator di bidang pendidikan. Kondisi geografis dan sumber daya alam mempengaruhi jenis mata pencaharian, dan lapangan usaha masyarakat. Selain itu, distribusi barang/jasa juga sangat berpengaruh terhadap harga konsumen sehingga akhirnya berpengaruh kepada kemampuan daya beli. IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 34

Daerah Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Penduduk Kabupaten Subang Menurut Kecamatan dan Katagori Wilayah Tahun 2012 Kecamatan Luas WIlayah % Wilayah Jumlah Penduduk 1.Sagalaherang 50,45 29,313 2.Serangpanjang 51,79 24,692 3.Jalancagak 40,86 43,458 Pegunungan 4.Ciater 53,86 28,270 23,63 5.Cisalak 79,41 39,402 6.Kasomalang 39,44 40,765 7.Tanjungsiang 75,32 43,399 8.Cijambe 93,63 39,375 1.Cibogo 53,71 41,970 2.Subang 54,00 124,367 3.Kalijati 98,04 61,649 4.Dawuan 82,98 38,835 5.Cipeundeuy 92,66 46,335 6.Pabuaran 65,43 60,846 Pedataran 7.Purwadadi 89,93 59,812 48,37 8.Cikaum 92,80 47,098 9.Pagaden 44,44 60,275 10.Pagaden Barat 48,25 34,245 11.Cipunagara 100,73 60,388 12.Compreng 63,86 44,505 13.Binong 50,98 43,567 14.Tambakdahan 54,58 41,009 1.Patokbeusi 80,62 78,780 2.Ciasem 110,49 104,160 3.Pamanukan 48,81 56,337 Pantai 4.Sukasari 51,79 40,304 28,00 5.Pusakanagara 53,29 38,897 6.Pusakajaya 59,46 45,366 7.Legonkulon 73,00 22,064 8.Blanakan 97,15 62,164 % Wilayah 19,22 50,94 29,84 Kabupaten Subang 2.051,76 100,00 1 501 647 100,00 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 35

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kabupaten Subang IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 36

Gambar 4.2. Peta Sebaran Penduduk Kabupaten Subang Menurut Kecamatan Tahun 2012 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 37

Gambar 4.3. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Subang Menurut Kecamatan Tahun 2012 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 38

4.2. Pencapaian IPM per Kecamatan. Pencapaian IPM Kabupaten Subang dalam kurun waktu 2008-2012 mengalami kenaikan, tampaknya berbagai program pembangunan setelah badai krisis ekonomi di medio 1997 yang begitu dahsyat merontokkan perekonomian Indonesia mulai berdampak positif terhadap meningkatnya kesejahteraan masyarakat, terutama komitmen Pemerintah Daerah dalam mendongkrak tingkat kesejahteraan masyarakat melalui program akselerasi peningkatan pencapaian IPM. Tercatat dampak akselerasi terhadap peningkatan IPM pada tahun 2012 berhasil menaikan angka IPM sebesar 0,46 point yaitu menjadi 71,88 persen. Jika kita telaah capaian IPM per kecamatan yang telah dihitung pertama kali pada tahun 2006 dapat dijadikan kondisi awal (base line). Meskipun tidak mutlak, angka IPM per kecamatan tahun 2012 dapat memberikan gambaran terhadap perubahan kualitas hasil pembangunan manusia yang telah dilaksanakan di setiap kecamatan, walaupun jumlah kecamatan pada tahun 2006 masih 22 kecamatan dan tahun 2012 sudah 30 kecamatan. Dengan adanya kondisi awal setiap kecamatan yang sangat berbeda (dipengaruhi perkembangan pada masa lalu), maka untuk mengevaluasi indikator IPM lebih bijaksana apabila dilihat dari trend kenaikan/penurunan yang terjadi pada setiap komponennya. Dalam mengevaluasi kinerja suatu program diperlukan pemahaman yang sama, bahwa tidak setiap program yang telah selesai dilaksanakan akan seketika mempengaruhi peningkatan IPM. Sebab seperti telah dikemukakan diatas bahwa peningkatan sebagian besar komponen IPM merupakan akibat dari suatu proses pembangunan jangka panjang (kecuali salah satu komponen pendidikan). Sebagai contoh, peningkatan pendapatan rumah tangga melalui usahanya yang berkembang, belum tentu langsung meningkatkan daya beli apabila rumah tangga tersebut tidak mengalami perbaikan pola konsumsinya. Disamping itu pengaruh ekonomi makro (salah satunya inflasi) juga berpengaruh terhadap melemahnya daya beli. Maka IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 39

perubahan yang berdampak kepada pola hidup yang menjadi lebih baiklah yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan IPM. Gambaran perkembangan indeks pembangunan manusia masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.2. Pada tahun 2012 ada 15 kecamatan telah berada pada posisi di atas angka IPM Kabupaten (71,88) atau sebesar 50,00 persen. Posisi urutan teratas adalah Kecamatan Subang (76,23), Kecamatan Pamanukan (75,74) dan Kecamatan Kalijati (74,10) sedangkan kecamatan yang paling terendah adalah Kecamatan Compreng dan kecamatan Pusakajaya yang memiliki angka IPM yang sama (69,15). Berbagai upaya telah ditempuh dalam memacu angka IPM baik melalui peningkatan kualitas serta penambahan jumlah sarana maupun pembebasan pungutan biaya untuk mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dengan berbagai program (BOS, keaksaraan fungsional dan pendidikan luar sekolah, pelayanan kesehatan gratis, dsb) ataupun pelaksanaan program-program berkelanjutan seperti PKH dan lain-lain. Meskipun di beberapa wilayah dirasa belum optimal pelaksanaan dari program-program pembangunan tersebut sehingga masih membutuhkan perhatian yang lebih intensif lagi guna mempertajam hasil yang ingin dicapai. Sedangkan pada komponen daya beli sendiri pengaruh kondisi pasar nasional maupun regional serta stabilitas ekonomi mempunyai pengaruh yang cukup besar walaupun Pemerintah Daerah melakukan intervensi. IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 40

Tabel 4.2. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Subang Menurut Kecamatan Tahun 2012 No. Kecamatan IPM Tahun 2011 [1] [2] [3] 01. Sagalaherang 71.39 02. Serangpanjang 70.49 03. Jalancagak 73.85 04. Ciater 73.39 05. Cisalak 73.32 06. Kasomalang 72.58 07. Tanjungsiang 72.87 08. Cijambe 72.69 09. Cibogo 71.89 10. Subang 76.23 11. Kalijati 74.10 12. Dawuan 72.14 13. Cipeundeuy 72.18 14. Pabuaran 70.52 15. Patokbeusi 71.76 16. Purwadadi 71.83 17. Cikaum 71.07 18. Pagaden 72.27 19. Pagaden Barat 71.26 20. Cipunagara 70.35 21. Compreng 69.15 22. Binong 71.03 23. Tambakdahan 70.45 24. Ciasem 72.38 25. Pamanukan 75.74 26. Sukasari 71.07 27. Pusakanagara 69.75 28. Pusakajaya 69.15 29. Legonkulon 71.02 30. Blanakan 71.93 Kabupaten Subang 71,88 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 41

Sagalaherang Serangpanjang Jalancagak Ciater Cisalak Kasomalang Tanjungsiang Cijambe Cibogo Subang Kalijati Dawuan Cipeundeuy Pabuaran Patokbeusi Purwadadi Cikaum Pagaden Pagaden Brt Cipunagara Compreng Binong Tambakdahan Ciasem Pamanukan Sukasari Puskanagara Pusakajaya Legonkulon Blanakan Pencapaian IPM per Kecamatan Berkaitan dengan indikator kesehatan dan pendidikan merupakan komponen yang kontribusinya sulit untuk dipacu untuk menghasilkan peningkatan yang sifatnya spontan dan dapat dirasakan dalam waktu dekat. Peningkatan yang terjadi, seperti telah diungkapkan, tidak terlepas dari pondasi pembangunan yang telah diletakkan sebelumnya serta sifatnya relatif lebih stabil dan mudah mengalami kejenuhan apabila telah mencapai derajat tertentu. Semisal, Untuk melihat lebih jauh hasil yang telah dicapai pada proses pembangunan manusia di Kabupaten Subang, perlu kiranya kita telaah satu per satu kemajuan yang didapat untuk masing-masing komponen. Grafik 4.1. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun 2012 78 76 IPM Kabupaten = 71.88 74 72 IPM 70 68 66 64 62 60 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 42

Gambar 4.4. Peta IPM Kabupaten Subang Menurut Kecamatan Tahun 2012 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 43

4.3. Pencapaian IPM Dibidang Kesehatan. Di Kabupaten Subang pencapaian angka harapan hidup (AHHo) sejak tahun 2008 2012 cenderung mengalami kenaikan namun demikian belum begitu menggembirakan, kenaikan empat tahun terakhir hanya sekitar 0,69 point, apabila melihat potensi yang ada kenaikannya bisa lebih besar lagi mengingat ketersedian sarana dan prasarana kesehatan relatif menyebar ke seluruh wilayah. Namun yang menjadi pertanyaan apakah kesadaran masyarakat untuk peningkatan mutu kesehatan sudah memadai, ditenggarai penyebab kurang mengembirakan pertumbuhan AHHo tersebut adalah faktor lemahnya kesadaran masyarakat, masih sering diartikan bahwa kesehatan dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat adalah semata-mata pelayanan Rumah Sakit atau Puskesmas yang sarat dengan orang sakit. Belum terbayang oleh sebagian masyarakat bahwa sesungguhnya dasar-dasar kesehatan itu adalah mencuci tangan sebelum makan, sikat gigi setiap hari, gizi yang baik, air bersih dengan sanitasi lingkungan yang baik, udara bersih (Farid Anfasa Moeloek, 2003). Berdasarkan Survei IPM 2012, capaian angka harapan hidup Kabupaten Subang mencapai sebesar 69,56. Tampaknya masih perlu ditingkatkan upaya yang bersifat komprehensif dan lintas sektor, agar perbaikan derajat kesehatan yang direfleksikan secara nyata melalui penurunan angka kematian bayi secara baik dapat terwujud di masa mendatang. Faktor utama yang besar pengaruhnya terhadap peningkatan derajat kesehatan adalah upaya menurunkan tingkat kematian bayi dan balita secara bertahap harus terus menjadi prioritas, begitu pula penanganan status gizi pada balita dari waktu ke waktu agar terus ditingkatkan, dengan tidak mengabaikan program-program lain yang bersentuhan langsung dengan perbaikan derajat kesehatan. Selain berpengaruh pada pencapaian derajat kesehatan, faktor kurangnya gizi juga menyebabkan anak sulit tumbuh kembang yang menyebabkan sulitnya mengikuti pelajaran dengan baik. IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 44

Tingkat kesehatan bayi juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan lingkungan dan kesehatan ibu. Tidak sedikit anak yang mengalami lahir dengan berat badan rendah karena dilahirkan oleh ibu yang menderita kekurangan gizi. Dimana anakanak yang mengalami kondisi tersebut membutuhkan penanganan serius sebab mereka terancam untuk mengalami tumbuh kembang yang lambat serta kecerdasan rendah. Anak-anak yang berpotensi mangalami hal tersebut utamanya yang berasal dari keluarga tidak mampu. Melihat kondisi yang ada, derajat kesehatan yang di atas angka kabupaten baru 11 kecamatan (36,67 persen). Peringkat tertinggi adalah kecamatan Jalancagak sebesar (70,40 tahun) dan Kecamatan Pagaden (70,36 tahun), sedangkan yang berada pada urutan paling bawah adalah kecamatan Pusakanagara sebesar (65,69). IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 45

Tabel 4.3 : Angka Harapan Hidup Usia 0 (AHHo) Tahun Di Kabupaten Subang menurut Kecamatan Tahun 2012. No. Kecamatan Angka Harapan Hidup Usia 0 (AHHo) Tahun Tahun 2011 [1] [2] [3] 01. Sagalaherang 68.77 02. Serangpanjang 68.13 03. Jalancagak 70.40 04. Ciater 70.03 05. Cisalak 69.21 06. Kasomalang 68.77 07. Tanjungsiang 69.59 08. Cijambe 69.80 09. Cibogo 68.01 10. Subang 69.60 11. Kalijati 69.22 12. Dawuan 68.71 13. Cipeundeuy 69.05 14. Pabuaran 69.90 15. Patokbeusi 68.78 16. Purwadadi 69.88 17. Cikaum 68.99 18. Pagaden 70.36 19. Pagaden Barat 70.01 20. Cipunagara 69.47 21. Compreng 68.99 22. Binong 69.04 23. Tambakdahan 68.92 24. Ciasem 68.06 25. Pamanukan 70.19 26. Sukasari 69.12 27. Pusakanagara 65.69 28. Pusakajaya 66.17 29. Legonkulon 69.88 30. Blanakan 67.86 Kabupaten Subang 69,56 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 46

Sagalaherang Serangpanjan Jalancagak Ciater Cisalak Kasomalang Tanjungsiang Cijambe Cibogo Subang Kalijati Dawuan Cipeundeuy Pabuaran Patokbeusi Purwadadi Cikaum Pagaden Pagaden Barat Cipunagara Compreng Binong Tambakdahan Ciasem Pamanukan Sukasari Pusakanagara Pusakajaya Legonkulon Blanakan Pencapaian IPM per Kecamatan Grafik 4.2. Angka Harapan Hidup Usia 0 Tahun di Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun 2012 71 70 AHHo Kabupaten = 69.56 69 68 AHHo 67 66 65 64 63 Yang perlu digali lebih mendalam adalah permasalahan yang terjadi di kecamatan- kecamatan yang dimana pencapaian harapan hidupnya masih relatif rendah. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan pelayanan tenaga kesehatan dalam proses persalinan, peningkatan cakupan kunjungan balita IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 47

ke posyandu, penanganan kasus kegawatdaruratan ibu dan anak, serta peningkatan sarana kesehatan dasar. Gambar 4.2.5. Peta Angka Harapan Hidup Kabupaten Subang Menurut Kecamatan Tahun 2012 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 48

4.4. Pencapaian IPM Dibidang Pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan masih menghadapi tiga permasalahan mendasar yaitu belum meratanya pelayanan pendidikan, masih rendahnya kualitas, dan belum optimal pengelolaan pendidikan. Kebijakan mengalokasikan anggaran 20 persen dari APBD harus segera diwujudkan disertai dengan kesiapan dari seluruh stake holders untuk mengelola pendidikan dengan profesional, adil dan bertanggungjawab. Selain permasalahan tersebut, permasalahan lainnya yang sering menjadi kendala pada masyarakat adalah adanya faktor budaya dan lingkungan sehingga menghambat realisasi peningkatan rata-rata lama sekolah. Peningkatan angka rata-rata lama sekolah dan menurunan serta pencegahan angka rawan putus sekolah harus terus diupayakan dan menjadi prioritas disertai dengan peningkatan kualitas gedung-gedung sekolah dan memudahkan akses masyarakat untuk tetap bersekolah sebagai upaya meningkatkan partisipasi sekolah secara berkelanjutan. Sebab dengan komposisi penduduk yang relatif besar di usia muda diperlukan persiapan sarana penunjang pendidikan yang memadai, utamanya ditujukan bagi penduduk usia 10-14 tahun yang masih relatif besar. Selain dari upaya tersebut upaya penyuluhan dan pemberian motivasi tentang pentingnya pendidikan juga harus terus dilakukan. Peningkatan indeks pendidikan (yang ditunjang oleh angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah) kurun waktu lima tahun terakhir relatif cukup baik, ini merupakan keberhasilan perencanaan pembangunan tahun-tahun sebelumnya. Yang perlu terus diupayakan adalah memelihara upaya-upaya positif yang telah dirintis serta lebih mempertajam sehingga dapat dihasilkan capaian yang lebih baik. Jika aspek pendidikan tidak ditangani secara baik dan lebih dini, dikhawatirkan pada rentang waktu 3-5 tahun ke depan akan berdampak pada pencapaian angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sebagai gambaran bahwasanya tingkat pendidikan penduduk dewasa (15 tahun ke atas) Kabupaten Subang mengalami perkembangan relatif terus membaik IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 49

selama periode tahun 2008-2012 tercermin pada semakin dapat diturunkannya jumlah penduduk dewasa yang buta huruf serta lamanya mengenyam pendidikan formal yang semakin meningkat. Pada tahun 2008 capaian Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Subang yaitu sebesar 92,38 persen dan terus mengalami peningkatan yang nyata dari tahun ke tahun hingga mencapai 92,82 persen pada tahun 2012, atau mengalami peningkatan sebesar 0,44 persen selama kurun waktu 2008-2012. Begitu pula dengan rata-rata lama sekolah yang juga menunjukkan peningkatan, meskipun masih relatif kecil, dalam kurun waktu 4 tahun yaitu sebesar 0,52 poin. Rata-rata lama sekolah penduduk dewasa Kabupaten Subang yaitu sebesar (6,60 tahun) pada 2008 dan terus meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai 7,19 tahun pada 2012. Relatif rendahnya peningkatan pencapaian rata-rata lama sekolah dimungkinan karena masih cukup besarnya penduduk dewasa Kabupaten Subang yang tingkat pendidikannya tidak tamat pendidikan dasar, sehingga meskipun partisipasi sekolah penduduk usia muda sudah sedemikian dipacu peningkatannya namun belum terasa hasilnya secara nyata. Perlu kiranya disusun intervensi strategis dalam upaya menaikkan kualitas SDM dari sisi pendidikan, khususnya bagi mereka yang telah putus sekolah sejak kurun waktu 5-10 tahun yang lalu. Program pendidikan dasar 9 tahun seyogyanya juga diupayakan lebih serius bagi penduduk putus sekolah yang belum mengenyam pendidikan dasar maupun menengah pertama meskipun usianya telah beranjak dewasa. Salah satu jalan keluarnya adalah dengan lebih mengoptimalkan pemanfaatan pendidikan luar sekolah (PLS) seperti, program Paket A, B dan C dan keaksaraan fungsional. Kondisi tingkat pendidikan menurut kecamatan, apabila dibandingkan dengan daerah pedataran dan pantai, angka melek huruf di daerah pegunungan relatif lebih baik. Seluruh kecamatan di daerah pegunungan mempunyai angka melek huruf di atas angka kabupaten. Serta ada kecenderungan semakin mendekati daerah pantai dan kecamatan yang letaknya agak menjorok dari jalur transportasi, IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 50

mempunyai angka buta huruf yang lebih besar dibandingkan angka buta huruf lainnya. Dari Tabel 4.4. diperlihatkan bahwa kecamatan yang mempunyai angka melek huruf tertinggi adalah Kecamatan Pamanukan (99,92), Jalancagak (97,38%), dan Cisalak (96,23%). Sedangkan permasalahan buta huruf dialami oleh Kecamatan Compreng yang angka melek huruf-nya hanya mencapai 85,03 persen, disusul oleh Kecamatan Blanakan dan Pabuaran dengan angka melek huruf masing-masing mencapai 88,22 persen dan 88,02 persen. Selengkapnya dapat diperhatikan pada grafik 4.3. IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 51

No. Tabel 4.4 : Angka Melek Huruf (AMH) penduduk Dewasa Di Kabupaten Subang menurut Kecamatan Tahun 2012. Kecamatan Angka Melek Huruf (AMH) Tahun 2012 [1] [2] [3] 01. Sagalaherang 95.18 02. Serangpanjang 93.45 03. Jalancagak 97.38 04. Ciater 96.23 05. Cisalak 96.82 06. Kasomalang 95.50 07. Tanjungsiang 95.79 08. Cijambe 94.27 09. Cibogo 94.68 10. Subang 95.89 11. Kalijati 94.94 12. Dawuan 93.82 13. Cipeundeuy 93.50 14. Pabuaran 88.02 15. Patokbeusi 95.72 16. Purwadadi 92.87 17. Cikaum 88.68 18. Pagaden 91.92 19. Pagaden Barat 90.58 20. Cipunagara 91.38 21. Compreng 85.03 22. Binong 89.41 23. Tambakdahan 88.95 24. Ciasem 92.63 25. Pamanukan 99.92 26. Sukasari 88.89 27. Pusakanagara 91.83 28. Pusakajaya 89.30 29. Legonkulon 92.03 30. Blanakan 88.22 Kabupaten Subang 92,82 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 52

Sagalaherang Serangpanjan Jalancagak Ciater Cisalak Kasomalang Tanjungsiang Cijambe Cibogo Subang Kalijati Dawuan Cipeundeuy Pabuaran Patokbeusi Purwadadi Cikaum Pagaden Pagaden Barat Cipunagara Compreng Binong Tambakdahan Ciasem Pamanukan Sukasari Pusakanagara Pusakajaya Legonkulon Blanakan Pencapaian IPM per Kecamatan Grafik 4.3. Angka Melek Huruf Penduduk Dewasa Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun 2012 100 95 AMH Kabupaten = 92.82 90 AMH 85 80 75 Komponen IPM bidang pendidikan lainnya adalah Rata-rata lama Sekolah (RLS). Kondisi rata-rata tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Subang per kecamatan tergambarkan dengan Tabel rata-rata lama sekolah (Tabel 4.5). IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 53

Gambar 4.6. Peta Angka Melek Huruf Kabupaten Subang Menurut Kecamatan Tahu n 2012 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 54

No. Tabel 4.5 : Rata-rata Lama Sekolah (RLS) penduduk Dewasa Di Kabupaten Subang menurut Kecamatan Tahun 2012. Kecamatan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 2011 [1] [2] [3] 01. Sagalaherang 7.19 02. Serangpanjang 7.05 03. Jalancagak 7.73 04. Ciater 7.46 05. Cisalak 7.90 06. Kasomalang 7.73 07. Tanjungsiang 7.53 08. Cijambe 7.45 09. Cibogo 7.82 10. Subang 8.90 11. Kalijati 7.68 12. Dawuan 7.30 13. Cipeundeuy 7.11 14. Pabuaran 7.05 15. Patokbeusi 6.73 16. Purwadadi 7.64 17. Cikaum 6.42 18. Pagaden 6.93 19. Pagaden Barat 6.47 20. Cipunagara 6.38 21. Compreng 6.49 22. Binong 6.86 23. Tambakdahan 6.54 24. Ciasem 8.17 25. Pamanukan 7.26 26. Sukasari 7.13 27. Pusakanagara 6.94 28. Pusakajaya 6.89 29. Legonkulon 6.23 30. Blanakan 6.99 Kabupaten Subang 7,19 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 55

Sagalaherang Serangpanjan Jalancagak Ciater Cisalak Kasomalang Tanjungsiang Cijambe Cibogo Subang Kalijati Dawuan Cipeundeuy Pabuaran Patokbeusi Purwadadi Cikaum Pagaden Pagaden Barat Cipunagara Compreng Binong Tambakdahan Ciasem Pamanukan Sukasari Pusakanagara Pusakajaya Legonkulon Blanakan Pencapaian IPM per Kecamatan Grafik 4.4. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Dewasa Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun 2012 9 8.5 8 7.5 RLS Kabupaten = 7,16 RLS 7 6.5 6 5.5 5 Penduduk dengan tingkat pendidikan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya adalah di ibu kota kabupaten yaitu Kecamatan Subang (8,90 tahun) serta di kecamatan-kecamatan yang mempunyai institusi khusus seperti Kecamatan Ciasem (8,17 tahun) terdapat Balai penelitian tanaman pangan, Kecamatan Cisalak (7,90 tahun) mempunyai konsentrasi pondok pesantren, dan IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 56

Kecamatan Jalancagak (7,73 tahun). Hal ini dapat dimengerti, sebab Kabupaten Subang merupakan sentra pertanian dengan sebaran pusat perekonomian hanya berada di beberapa titik saja. Penduduk dengan tingkat pendidikan yang relatif lebih tinggi akan berusaha mencari lapangan usaha yang sesuai dengan tingkat pendidikan/ijazah yang dimilikinya. Peluang ini untuk mencari lapangan usaha tersebut biasanya terdapat di ibukota pemerintahan. Disamping itu, jenjang pendidikan menengah dan tinggi juga terkonsentrasi di Kecamatan Subang, sehingga banyak siswa dari seluruh pelosok di Kabupaten Subang yang ingin melajutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi berpindah domisili ke Kecamatan Subang. Karena adanya kondisi tersebut, maka rata-rata lama sekolah penduduk Kecamatan Subang mencapai 8,90 tahun (setara dengan tamat kelas 2 SLTP). Dari garfik sebelumnya (Grafik 4.4) kembali terlihat bahwa rata-rata sekolah kecamatan-kecamatan yang berada di daerah pegunungan umumnya lebih baik dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan di daerah pedataran dan pantai. Bahkan kecamatan-kecamatan yang berada di daerah pedataran dan pantai, hampir keseluruhan mempunyai rata-rata lama sekolah di bawah angka kabupaten. Fenomena ini perlu kajian yang lebih mendalam untuk perencanaan pembangunan di bidang pendidikan, sebagai upaya mendukung akselerasi pencapaian IPM di tingkat kecamatan. Permasalahan rendahnya tingkat pendidikan harus dapat teridentifikasi dengan baik, sehingga dapat menjawab apakah benar terpengaruh oleh ketersediaan sarana/layanan pendidikan? masalah ekonomi akibat mahalnya biaya pendidikan? Atau masalah sosial budaya lainnya? IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 57

Gambar 4.7. Peta Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Subang Menurut Kecamatan Tahun 2012 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 58

4.5. Pencapaian IPM Dibidang Daya Beli. Kemampuan daya beli merupakan indikator yang tidak berdiri sendiri tetapi terkait dengan kondisi perekonomian secara makro, baik makronasional maupun makrointernasional, misalnya guncangan harga bahan bakar minyak (BBM), memberikan pengaruh terhadap perekonomian Kabupaten Subang dengan kenaikan BBM jelas mempengaruhi sekali kepada kemampuan daya beli masyarakat karena melambungnya harga-harga kebutuhan pokok, faktor lain yang mempengaruhi daya beli adalah pendapatan masyarakat itu sendiri. Berbicara masalah pendapatan terbentang sederet permasalahan yang terkait dengan tingginya angka pengangguran, jumlah penduduk miskin, iklim investasi dan rendahnya tingkat pendidikan. Pendek kata indikator daya beli tidak tunggal karena sangat tergantung kepada kondisi perekonomian, sehingga indikator daya beli relatif sulit untuk diintervensi. Dibandingkan dengan kondisi IPM di bidang kesehatan dan pendidikan, kondisi dibidang daya beli kecamatan-kecamatan di daerah pedataran dan pantai mempunyai pola yang berbeda. Ada kecenderungan daya beli di daerah pantai dan pedataran memiliki daya beli yang lebih besar di bandingkan dengan daerah pegunungan. IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 59

Tabel 4.6 : Daya Beli Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten SubangTahun 2012. No. Kecamatan Daya Beli (rupiah/kapita/tahun Tahun 2012 [1] [2] [4] 01. Sagalaherang 627.38 02. Serangpanjang 626.66 03. Jalancagak 635.95 04. Ciater 638.57 05. Cisalak 637.74 06. Kasomalang 636.63 07. Tanjungsiang 635.61 08. Cijambe 636.96 09. Cibogo 634.78 10. Subang 665.76 11. Kalijati 655.36 12. Dawuan 640.45 13. Cipeundeuy 641.18 14. Pabuaran 629.94 15. Patokbeusi 634.98 16. Purwadadi 627.44 17. Cikaum 647.80 18. Pagaden 639.27 19. Pagaden Barat 636.92 20. Cipunagara 627.57 21. Compreng 632.70 22. Binong 640.63 23. Tambakdahan 638.30 24. Ciasem 643.29 25. Pamanukan 659.23 26. Sukasari 639.47 27. Pusakanagara 640.32 28. Pusakajaya 636.92 29. Legonkulon 632.90 30. Blanakan 662.92 Kabupaten Subang 634,87 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 60

Data menunjukkan, sebagian besar kecamatan di daerah pantai memiliki daya beli di atas angka rata-rata kabupaten. Namun secara umum, kondisi daya beli kecamatan berada pada kisaran daya beli kabupaten yang telah mencapai Rp.634.87 ribu,- perkapita/tahun. Kecamatan Subang mempunyai daya beli tertinggi, disusul oleh Kecamatan Blanakan, Pamanukan dan Kalijati. Besaran daya beli masing masing kecamatan tersebut adalah 665,76; 662,92; 659,23 dan 655,36 ribu rupiah per kapita/tahun. Sedangkan kecamatan-kecamatan dengan tingkat daya beli yang berada di bawah rata-rata adalah Kecamatan Serangpanjang (Rp.626.66 ribu} dan Sagalaherang (Rp.627.38 ribu-), Cipunagara (Rp.627.57 ribu,-),. Relatif lambatnya peningkatan kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Subang dewasa ini, kemungkinan lebih disebabkan oleh faktor eksternal seperti belum mantapnya kebijakan makro ekonomi regional maupun nasional yang mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat yang berdampak terhadap ketatnya perkembangan daya beli masyarakat. Pemerintah Kabupaten Subang untuk meningkatkan komponen daya beli mesti menyiapkan strategi dan kebijakan yang berpihak pada masyarakat, seperti menyiapkan program ketahanan pangan secara berkelanjutan, mempertahankan kemampuan daya beli masyarakat miskin dan tertinggal, langkah-langkah pemerintah pusat dalam mengembangkan subsidi langsung tunai dapat pula dioptimalkan karena terbukti efektif menghindari merosotnya kemampuan daya beli masyarakat secara luas, walaupun dalam beberapa sisi direview agar berhasil dan tepat guna dalam mendongkrak daya beli masyarakat. IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 61

Sagalaherang Serangpanjan Jalancagak Ciater Cisalak Kasomalang Tanjungsiang Cijambe Cibogo Subang Kalijati Dawuan Cipeundeuy Pabuaran Patokbeusi Purwadadi Cikaum Pagaden Pagaden Barat Cipunagara Compreng Binong Tambakdahan Ciasem Pamanukan Sukasari Pusakanagara Pusakajaya Legonkulon Blanakan Pencapaian IPM per Kecamatan Grafik 4.5. Daya Beli Penduduk Kabupaten Subang Menurut Kecamatan, Tahun 2012 700000 650000 Daya Beli Kabupaten = Rp.634.87 600000 Daya Beli 550000 500000 450000 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 62

Gambar 4.8. Peta Daya Beli Penduduk Kabupaten Subang Menurut Kecamatan Tahun 2012 IPM Kabupaten Subang Tahun 2012 63