Resort Based Management Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Pendataan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Sistem Kesehatan Daerah (Siskesda) di Kabupaten Wonosobo

Optimalisasi JRA Untuk Peningkatan Akses Informasi Publik

SOP Pelaporan Gratifikasi dan Aplikasi Pelaporan Gratifikasi Secara Online

Kurikulum Diklat Pertanian Model On Farm/Off Farm

Stakeholder Mendukung, UPT Lingkungan Pondok Sosial (Liposos) Optimal

Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi

Diklat Aparat Desa Melalui Mobile Training

Rightsizing Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat

e-msa (Elektronik Monitoring Serapan Anggaran) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Prioritas Kebijakan Pemda Untuk Optimalisasi PATEN

Sistem Pembayaran Online Pajak Daerah Kota Cimahi

Penyelarasan Arsitektur Informasi Kinerja dan Pengintegrasian Data Pelaporan

Pengalihan Penerapan Akuntansi Berbasis Kas Kepada Akuntansi Berbasis Akrual Pada Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Metro

Produk Pertanian Berdaya Saing di Magelang

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik

Peningkatan Kualitas Penelitian dan Pengembangan Kependudukan

Peningkatan Jumlah Peserta Diklat Melalui e-learning dan Jumlah Auditor yang Tersertifikasi

Pembinaan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran Membaca

Peningkatan Kinerja UPT RS Paru Batu Dalam Pelaksanaan Program P2TB (Pengendalian Penyakit Tuberkulosa)

Program Optimalisasi Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Kota Depok

Penerapan E-Government Untuk Integrasi dan Transformasi Pemerintahan

Program Pelayanan Komprehensif Peduli Ibu dan Anak ( Pelayanan Peduli Bunda )

Kebijakan Diklat Satu Pintu

Penerapan Budaya Kerja 5 R di Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan

Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta

Gerakan Rumah Pintar Petani Jawa Tengah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

Sistem Kerja, Kompetensi dan Budaya Kerja Berorientasi Kualitas

Green Hospital Berbasis Kearifan Lokal RSUD Wates

Pengaturan Akses Serta Penyelenggaraan Pelayanan dan Pembiayaan KB MOP dan MOW di Kota Salatiga

Latar Belakang. Menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 dan Undang-Undang 23 Tahun 2014 serta dalam rangka optimalisasi penanganan kawasan

Pelayanan Administrasi Kepegawaian Secara Elektronik di Lingkungan Puslabfor Bareskrim POLRI

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

Sistem Pendayagunaan Hasil Litbang Sumatera Selatan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

Penguatan Kelembagaan Jasa Keuangan Badan Kredit Kecamatan (BKK) Jawa Tengah

Kolaborasi Program Contra War dan Sutera Emas

Sistem Aplikasi Arsip Elektronik Kepegawaian

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

1/6 SISTEM PELAYANAN INFORMASI BELANJA LANGSUNG SECARA ONLINE DI KOTA TEGAL

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

Penyelenggaraan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UN CBT)

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PADA SATKER BALAI TAMAN NASIONAL BERBAK JAMBI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 407 /KPTS/013/2015 TENTANG TIM PENILAI LOMBA WANA LESTARI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

a. Menyiapkan bahan pengoordinasian penyusunan kebijakan Daerah dibidang perindustrian dan perdagangan;

2016, No dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Pedoman Kerja

1/10 Model Layanan Pengaduan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1/8 Implementasi Sistem Manajemen Dokumen secara Elektronik untuk Mempercepat Terwujudnya Egovernment di Kabupaten Boyolali

Latar Belakang. Manfaat

Pengubahan Mindset Masyarakat Dalam Pemanfaatan Tembakau

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERJANJIAN KERJASAMA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Nomor : P. 01/IV- SET/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT

1/10 UBERLING Pengujian Kendaraan Bermotor Keliling Guna Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Boyolali

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPPA SKPD )

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1/6 INTEGRASI NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN (NIK) DALAM VERIFIKASI OBYEK PBB-P2 UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG

1/10 MEMBANGUN LAYANAN SISTEM INFORMASI PENATAAN RUANG ( SIMTARU ) DI DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN PEKALONGAN

2. Surat Menteri Keuangan

U R A I A N J A B A T A N

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015

2016, No d. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sudah tidak sesuai dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 69 /KPTS/013/2013 TENTANG

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD )

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

Rencana Strategis (RENSTRA)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

1/7 PENGEMBANGAN JEJARING KERJA DALAM RANGKA PERCEPATAN PENANGANAN PASCA BENCANA DI KABUPATEN CILACAP

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

RENCANA STRATEGIS. Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung. Tahun (Perubahan)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

U R A I A N J A B A T A N

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013

2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 28/Menhut-II/2006

MEMBANGUN MODEL DESA KONSERVASI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENYELAMATAN KAWASAN KONSERVASI. Oleh : Kusumoantono Widyaiswara Madya BDK Bogor ABSTRACT

BAB III Tahapan Pendampingan KTH

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 71 TAHUN 1996

LAPORAN PPID SKPD DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013

Transkripsi:

Resort Based Management Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Nama Inovasi Resort Based Management Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Produk Inovasi Optimalisasi Kinerja RBM (Resort Based Management) Dalam Rangka Mewujudkan Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Penggagas Dr. Ir. Sylvana Ratina, M.Si. Kelompok Inovator Kementrian / Lembaga Gambar Ilustrasi 1 / 5

Deskripsi 2 / 5

Resort Based Management merupakan struktur organisasi terkecil dalam mewujudkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi untuk mengawasi, memanfaatkan, mengelola dan melindungi hutan koservasi Optimalisasi Kinerja RBM (Resort Based Management) merupakan gagasan yang dilatarbelakangi oleh perkembangan dan permasalahan yang timbul dari isu ekonomi, isu sosial dan isu lingkungan, sehingga pengelolaan kawasan konservasi di tingkat tapak (Resort Based Management) belum efektif dan belum optimal ditambah kurangnya tenaga pengawas kawasan konservasi yang lebih dari 50 kawasan konservasi. Pengelolaan konservasi berbasis resort yang dimaksudkan untuk meletakkan pondasi yang kuat bagi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi. Terobosan secara menyeluruh terkait dengan optimalisasi kinerja RBM untuk mewujudkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dilakukan melalui pemberdayaan dan peran serta masyarakat sekitar kawasan konservasi yang juga merupakan unsur penting dalam peningkatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan. Pengelolaan kawasan konservasi berbasis resort penting karena merupakan isu stratejik yang merupakan leverage mewujudkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi. Resort yang dimaksud disini adalah struktur organisasi terkecil dalam sebuah organisasi. Kelompok pengawas hutan konservasi bersama masyarakat membentuk struktur untuk mengawasi, memanfaatkan, mengelola dan melindungi hutan koservasi. Hal ini sesuai dengan tugas fungsi Dirjen Konservasi dan SDA Kementerian Kehutanan untuk melakukan pengawasan, memanfaat kelola, melindungi kawasan konservasi. Selain itu sebagai tugas fungsi lain seperti pemberdayaan, maka dirangkul masyarakat untuk terlibat. Program optimalisasi kinerja ini bertujuan agar 1) Terpantaunya kawasan konservasi melalui sinergi dengan masyarakat; 2) Munculnya kesadaran untuk melakukan pencegahan dini terhadap kerusakan kawasan konservasi. Manfaat yang diharapkan dari program optimalisasi ini adalah 1) menumbuhkan kepedulian masyarakat (nilai penting kawasan konservasi dan Sumber Daya Alam Hutan (SDAH) dan Ekosistemnya); 2) tersusunya kesepakatan antara masyarakat Model Desa Konservasi (MDK) (mewujudkan efektivitas pengelolaan konservasi); 3) sinergitas optimalisasi implementasi RBM dan MDK (efektivitas pengelolaan kawasan konservasi); 4) optimalisasi penyelenggaraan kawasan konservasi (keutuhan kawasan konservasi dan kelestarian SDAH dan Ekosistemnya). Optimalisasi kinerja RBM dalam rangka mewujudkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi melalui pemberdayaan dan peran serta masyarakat sekitar kawasan konservasi, dilaksanakan dengan menggunakan strategi 1) membangun Pondasi RBM; 2) membangun pondasi Pemberdayaan Masyarakat; 3) membangun Pondasi Pengatuaran Pemanfaatan Kawasan Konservasi. Stakeholder yang mendukung program kegiatan ini adalah 1) Pemerintah Pusat yang terdiri dari Dirjen PHKA, Direktur Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung, Direktur Pemanfaatna Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung, Kepala Pusdal Regional Wilayah I, Biro Hukum, Kepala Balai Besar KSDA Jabar, Tim Kerja PP BBKSDA Jabar, pelaksana ditingkat tapak (RBM); 2) Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Desa yang terdiri dari Dinas Pertanian, Tanaman Semusim dan Peternakan, Dinas Kahutanan Kabupaten, Dinas Perindustrian dan Koperasi, Dinas PU, BPMPD (Badan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan Desa), Bakorluh (Badan Koordinasi Penyuluh), Camat, Kepala Desa, BRI/ BJB/ Mandiri; 3) Non Pemerintah yang terdiri daritokoh masyarakat, FK3I, Ketua/ Pengurus MDK, Masyarakat Desa Anggota MDK, Koperasi, Dunia Usaha. Jenis Inovasi Konseptual Nama Instansi Kementerian Kehutanan Unit Instansi UPT Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan Tahun Inisiasi 2014 3 / 5

Tahun Implementasi 2014 Faktor Pendorong Faktor keberhasilan pelaksanaan program ini adalah 1. Adanya dukungan keinginan dari pimpinan (dirjen kementerian kehutanan), Lembaga swadaya masyarakat serta masyarakat untuk bersinergi dalam memanfaatkan kawasan konservasi; 2. Adanya klausal dalam peraturan tentang kawasan konservasi bahwa masyarakat dapat mengekstrak/memanfaatkan hutan dan klausal penyelenggaraan dengan pemberdayaan masyarakat (mengembangkan kemandirian); 3. Adanya petunjuk teknis pelaksanaan program tingkat balai yang memudahkan sinergi pelaksanaan; 4. Adanya partisipasi dan peran serta masyarakat yang sangat menonjol menjadikan masyarakat menyadari pentingnya fungsi dan manfaat kawasan konservasi, sehingga ikut merasa memiliki (sense of belonging); 5. Adanya pemberdayaan peningkatan kapasitas masyakarat sekitar kawasan konservasi; 6. Adanya pelatihan untuk meningkatkan kompetisi antar masyarakat sekitar kawasan konservasi MDK agar masyarakat dapat menjadi teladan masyarakat lainnya; 7. Adanya monitoring dan evaluasi secara triwulan terhadap budidaya yang dilakukan masyarakat di kawasan konservasi. Faktor Penghambat Faktor penghambatnya keberhasilan pengimplementasian program ini adalah 1. Pengawasan terhadap kawasan konservasi berada di level eselon 4, hal ini sangat sulit dari segi anggaran dan koordinasi; 2. Dukungan anggaran yang kurang signifikan; 3. Sebagian masyarakat masih kurang peduli terhadap program ini karena dirasa kurang menjanjikan; Adanya target/crash program lain yang harus segera dicapai oleh BBKSDA; 4. Adanya ketakutan program ini tidak dilanjutkan karena ada pergantian pimpinan Kepala Balai yang tidak mendukung. Alternatif Solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan itu adalah 1) Tim Kelompok Kerja I melakukan komunikasi dan koordinasi yang intensif dan efektif dengan stakeholders, khususnya Dirjen PHKA, Direktur KKBHL, Ketua MDK, Kepala Desa, dan Camat; 2) Leader/Ketua Tim melakukan komunikasi dan konsultasi langsung secara intensif dengan Dirjen PHKA terkiat dengan anggaran dana, materi konsep dan persetujuan atas konsep; 3) Tim Kelompok Kerja II bidang hubungan masyarakat / antar lembaga, melakukan komunikasi yang lebih intensif dengan pihak stakehoders; 4) Leader/ Ketua melakukan pengarahan, koordinasi dan pengaturan serta pembagian tugas dan tanggung jawab serta pengendalian dan pengawasan; 5) Ketua dan anggota Tim pelaksana, khususnya Kelompok Kerja III menjelaskan pentingnya program ini sebagai leverage/ pengungkit kinerja organisasi. Tahapan Proses Tahapan pelaksanaan program ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut 1. Membangun pondasi RBM dengan pemberdayaan dan peran serta masyarakat MDK; 2. Membangun pondasi pengaturan (SOP) pemanfaatan berdasarkan potensi kawasan konservasi untuk menjembatani proses pemberdayaan dan peran serta masyarakat sekitar kawasan konservasi; 3. Membangun pondasi pemberdayaan dan peran serta masyarakat sekitar kawasan konservasi dimana masyarakat dapat melakukan budidaya di kawasan konservasi; 4. Implementasi sinergi pelaksanaan RBM berpadu dengan pemberdayaan dan peran serta masyarakat sekitar kawasan konservasi (MDK); 5. Penyusunan draft peraturan Dirjen PHKA tentang Pedoman Pelaksanaan RBM melalui pemberdayaan dan peran serta masyarakat sekitar kawasan konservasi; 6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan strategi optimalisasi kinerja RBM; 7. Monitoring evaluasi dan validitas efektivitas pengelolaan kawasan konservasi; 8. Diterapkannya strategi optimalisasi kinerja RBM melalui pemberdayaan MDK di luar lokus contoh kawasan konservasi lainnya lingkup BBKSDA Jabar. Manfaat Program optimalisasi ini ternyata membawa manfaat nyata/ dampak dari sisi masyarakat seperti 4 / 5

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 1. Masyarakat menjadi paham apa itu konservasi; 2. Masyarakat dapat mengaplikasikan penanggulangan kebakaran; 3. Masyarakat menjadi pemberi informasi yang aktif terhadap keadaan hutan konservasi; 4. Adanya peningkatan ekonomi karena adanya bantuan ternak domba, bibit jahe, lebah madu yang terus bertambah nilai ekonomisnya; 5. Adanya penambahan kontribusi kedalam kas keuangan kelompok; 6. Masyarakat berperan dalam menjaga kawasan konservasi sehingga menumbuhkan kepercayaan dari kedua belah pihak; 7. Munculnya koordinasi tingkat sektor seperti adanya bantuan dari BPLHD, dinas pernakan dan pertanian. Capaian pelaksanaan Resort Based Management Dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi adalah sebagai berikut: 1. Dirjen PHKA telah menyetujui strategi optimalisasi kinerja RBM dalam rangka mewujudkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dengan pemberdayaan dan peran serta masyarakat sekitar kawasan konservasi; 2. Masyarakat sekitar kawasan konservasi terpilih yang tergabung dalam Model Desa Konservasi telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan BBKSDA Jabar dan akan ikut berperan serta dalam pengelolaan kawasan konservasi. Prasyarat Replikasi Hal yang dilakukan untuk mereplikasi program ini adalah 1. Perlu adanya dukungan dan kepedulian pimpinan, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat; 2. Perlu adanya kejelasan aturan serta petunjuk teknis dalam pelaksanaan program; 3. Perlu dukungan anggaran untuk pelaksanaan budidaya dan pelatihan masyarakat; 4. Pengalokasian kegiatan dan anggaran untuk berbagai modul, SOP dan TOR operasional, draft peraturan tentang peningkatan kinerja RBM yang bersinergi dengan MDK. Kontak Person Kementerian Kehutanan, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, UPT Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat Telp/Fax: (022) 7567715, Sylva_yunus@yahoo.com Sumber Dokumen proyek perubahan Diklatpim & Observasi Teknik Validasi Observasi Jumlah Dilihat 192 Kali Waktu Dibuat 2016-03-21 23:55:31 Terakhir Diubah 2016-03-21 23:57:47 Waktu Diunduh 2017-01-18 05:39:53 5 / 5