(passenger). Hal ini, menurut Radjasa (2006) bisa dilihat dari jumlah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya pertumbuhan perdagangan lokal dan persaingan internasional,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi global dan teknologi modern memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anisa Rosdiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. memilki banyak pulau sehingga moda transportasi udara dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berpusat kepada pelanggan atau customer centricity menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, manusia telah memasuki jaman yang mendunia,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv Sistematika Pembahasan BAB III... Error! Bookmark not defined.

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi persaingan yang ketat (Jurnas, 2013). Persaingan ini mendorong

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan sektor jasa di Indonesia berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

BAB V PENUTUP. melihat pengaruh pengaruh dari airlines service quality dan service recovery

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengatur transportasi udara pada tahun Deregulasi yang dilakukan salah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan cepat dari Internet telah membawa perubahan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan proses pembelian dan konsumsi dengan fenomena-fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. online. Membahas mengenai tingkat kepuasan online atau dikenal dengan istilah

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan. Dimulai dari penerbangan berbiaya yang cukup tinggi (full service

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan dan kemudahan dalam pembelian tiket pesawat (Restuti et al, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. munculnya berbagai jenis industri jasa baru yang disesuaikan dengan kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan yang pesat dalam segala aspek kehidupan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Loyalitas pelanggan juga merupakan penentu utama dalam memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan perusahaan penerbangan dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya kelas ekonomi, bisnis, hingga eksekutif yang menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. melatih personel-personel jasa yang terampil, berpengetahuan dan menarik. Namun

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. atau barang dari suatu merek dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor apapun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada kondisi perkeonomian global sekarang ini, yang ditunjukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya pasar bebas AFTA (Asean Free Trade Area) juga NAFTA

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan domestik tetapi juga dengan maskapai penerbangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi konsumen ingin mendapatkan suatu pengalaman (experience) dari produk

BAB I PENDAHULUAN. alat transportasi tersebut bisa membantu setiap aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. interaktif. Internet secara fisik dianalogikan sebagai jaring laba-laba (the web)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha penerbangan harus pandai

PENGARUH EXPERIENTIAL ATTITUDE

BABl PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya bisnis yang bergerak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bidang usaha yang terjadi di era globalisasi adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pasar domestik Indonesia dan, sebagaimana perusahaan ini tumbuh, jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi Indonesia (2013) menyebutkan bahwa krisis. ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di beberapa kawasan di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan yang semakin ketat, saat ini setiap perusahaan dituntut untuk ikut ambil

DAFTAR ISI. HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAM PENGESAHAN... HALAM MOTTO DAN PERSEMBAHAN... viii. KATA PENGANTAR... x. DAFTAR TABEL...

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir ini peranan dan perkembangan sektor jasa khususnya transportasi udara di Indonesia terasa semakin penting. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan sarana dan prasarana transportasi udara dimana didalamnya tersedia berbagai macam fasilitas baik pelayanan terhadap pesawat udara (airlines) maupun pelayanan jasa penumpang (passenger). Hal ini, menurut Radjasa (2006) bisa dilihat dari jumlah pengguna jasa pasawat terbang yang terus bertambah dari tahun ketahun. Seperti pada Tahun 2000, jumlah pengguna jasa pesawat terbang mencapai hanya 5 juta penumpang, kemudian pada tahun 2004 sudah mencapai 20 juta dan mencapai 30 juta penumpang pengguna jasa pesawat terbang pada tahun 2006. Selain itu, Hakim (2008) pun menyatakan pertumbuhan pada subsektor transportasi udara pascakrisis moneter 1997/1998 adalah salah satu dari pencapaian yang positif. Jumlah armada pesawat terbang, jumlah maskapai udara, dan jumlah pengguna jasa, naik dengan laju pertumbuhan yang spektakuler. Jumlah pengguna jasa pesawat terbang tahun 2002 pada rute domestik adalah 12.3 juta penumpang. Angka tersebut melonjak menjadi lebih dari 40 juta penumpang pada tahun 2007. Saat ini jumlah penumpang domestik di Indonesia terus mengalami peningkatan meskipun pergerakannya melambat tidak seperti tahun 2002-2007 yang mencapai pertumbuhan 45% pertahun pada tahun 2010 penumpang domestik mencapai angka 51,77 juta penumpang dan meningkat sebesar 15,9% pada tahun 2011 hingga mencapai 60,03 juta penumpang. Hal ini menunjukkan pangsa pasar penerbangan domestik terus 1

2 mengalami peningkatan sebanding dengan peningkatan ekonomi Indonesia. (Pasar Penerbangan Indonesia Meningkat Cepat, 2012) Industri penerbangan di tanah air semakin semarak dengan kehadiran maskapai penerbangan PT. Indonesia Air Asia yang menggunakan konsep penerbangan berbiaya rendah (low cost carrier). Low Cost Carrier yang dimaksud adalah penerbangan dengan harga yang terjangkau dan tanpa embel-embel tiket, tempat duduk bebas, dan tanpa makanan komplimen. Indonesia Air Asia membawa konsep penerbangan berbiaya rendah yang sebelumnya telah dikembangkan oleh maskapai penerbangan South West, di Amerika atau Ryan Air, di Eropa. Air Asia masuk pada 2004 dengan menggandeng maskapai penerbangan Awair (Air Wagon International) yang sedang bermasalah dan berhenti beroperasi. Pada 1 Desember 2005, Awair berganti nama menjadi PT. Indonesia Air Asia dan diluncurkan kembali pada tanggal 8 Desember 2004 sebagai maskapai penerbangan berbiaya rendah dan menggunakan konsep yang sama dengan Grup Air Asia. Hingga akhir Juli 2006, Indonesia AirAsia telah menerbangkan lebih dari 1,6 juta penumpang dan terus naik secara signifikan, sehingga mencapai 2,2 juta penumpang pada 2007 baik untuk rute domestik maupun internasional. Meskipun saat ini Indonesia Air Asia kalah dari penerbangan Lion Air untuk rute domestik di Indonesia hingga saat ini Indonesia Air Asia masih terus menguasai pasar penerbangan internasional di Indonesia sebesar 43,55% dari keseluruhan penumpang internasional di Indonesia (Pasar Penerbangan Indonesia Meningkat Cepat, 2012). Salah satu cara pemasaran yang cukup efektif yaitu dengan experiential marketing. Pendekatan ini dinilai sangat efektif karena sejalan dengan perkembangan jaman dan teknologi, para pemasar perlu menekankan diferensiasi terhadap produk dan layanannya untuk

3 membedakan dengan kompetitor lainnya. Dengan pendekatan experiential marketing, akan merangsang unsur-unsur emosi pengunjung yang akan menciptakan berbagai pengalaman unik. Lebih dari itu, konsep dari experiential marketing adalah untuk membantu para pemasar menemukan niche market dari pada melibatkan di perang harga atau kompetisi produk, Law, et al., (2004) menjelaskan bahwa dalam lingkungan yang semakin competitive perusahaaan harus berorientasi pada pelanggan. Perusahaan menggunakan sumber daya jumlah besar untuk mengukur dan mengatur customer satisfaction adalah hal yang tidak mengejutkan. Untuk meningkatkan kepuasan dan kesetiaan pelanggan, perusahaan harus memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen dan repurchase behavior, kemudian melakukan peningkatan pada area kritis tersebut sehingga perusahaan dapat memiliki pelanggan yang lebih setia. Perilaku kesetiaan dan korelasinya dengan future intention serta repurchase behavior masih menjadi perdebatan yang sengit diantara peneliti dan pelaku dalam kegiatan pemasaran. Sebagian menyatakan bahwa terdapat keterkaitan yang telah teridentifikasi dengan jelas (seperti McDougall dan Levesque, 2000 dan banyak peneliti lainnya) sebagian besar menolak pernyataan tersebut, dengan alas an konsumen saat ini semakin manja dan pandai. Kepuasan mereka bukanlah bentuk spesifik konsumsi yang statis, tetapi berubah-ubah dan tidak selalu diakhiri dengan kesetiaan konsumen/customer loyalty (Kotler, 2005). Experiential attitude didefinisikan seperti kecenderungan perilaku negatif atau positifnya konsumen dari pengalaman yang dirasakan yang timbul selama consumption processes. Oleh sebab itu, emosi positif diciptakan oleh stimulus eksternal akan menghasilkan positif merasakan ke arah stimulus dan dengan demikian secara positif mempengaruhi

4 experiential attitude. Jadi, emotional experiences akan secara positif mempengaruhi experiential attitude. Experiential satisfaction dalam penelitian ini merupakan konsep yang lebih luas dari kepuasan jasa, eksplorasi yang kepuasan jasa dan pengaruhnya konsumen dalam keadaan tertentu. Walau experiential satisfaction merupakan konsep yang lebih luas dari customer satisfaction, fokus dari experiential satisfaction adalah evaluasi secara menyeluruh dari pengalaman yang dirasakan setelah konsumsi jasa. Repurchase intention adalah kesediaan konsumen untuk mempertahankan hubungan transaksi dengan penyedia layanan setelah pengalaman konsumsi. Kepuasan secara keseluruhan dapat mempengaruhi konsumen lewat niat pembelian ulang konsumen (Fornell, 1992). Recommendation intention adalah kesediaan konsumen untuk merekomendasikan pada orang lain untuk berurusan dengan penyedia layanan setelah pengalaman konsumsi. Kebanyakan penelitian perilaku konsumen pasca-pembelian berfokus pada masalah kepuasan pelanggan. Konsumen membentuk harapan pada produk atau pengecer sebelum membeli, dan merasa puas atau bahkan setia kepada produk atau pengecer ketika kinerja dirasakan melebihi harapan (Blackwell, Miniard dan Engel, 2001). Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini dibuat untuk mengetahui pengaruh experiential attitude dan experiential satisfaction terhadap repurchase intention dan recommendation intention pada jasa penerbangan Air Asia di Surabaya. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan penelitian ini memiliki beberapa rumusan masalah, antara lain:

5 1. Apakah experiential attitude berpengaruh terhadap experiential satisfaction konsumen Air Asia di Surabaya? 2. Apakah experiential satisfaction berpengaruh terhadap repurchase intention konsumen Air Asia di Surabaya? 3. Apakah experiential satisfaction berpengaruh terhadap recommendation intention konsumen Air Asia di Surabaya? 4. Apakah repurchase intention berpengaruh terhadap recommendation intention konsumen Air Asia di Surabaya? 5. Apakah repurchase intention dapat memediasi hubungan antara experiential satisfaction terhadap recommendation intention konsumen Air Asia di Surabaya? 6. Apakah experiential satisfaction dapat memediasi hubungan antara experiential attitude terhadap repurchase intention konsumen Air Asia di Surabaya? 7. Apakah repurchase intention dan experiential dapat memediasi hubungan antara experiential attitude berpengaruh terhadap recommendation intention konsumen Air Asia di Surabaya? 1.3. Tujuan Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui pengaruh experiential attitude terhadap experiential satisfaction konsumen Air Asia di Surabaya. 2. Mengetahui pengaruh experiential satisfaction terhadap repurchase intention konsumen Air Asia di Surabaya. 3. Mengetahui pengaruh experiential satisfaction terhadap recommendation intention konsumen Air Asia di Surabaya. 4. Mengetahui pengaruh repurchase intention terhadap recommendation intention konsumen Air Asia di Surabaya

6 5. Mengetahui repurchase intention dapat memediasi hubungan antara experiential satisfaction terhadap recommendation intention konsumen Air Asia di Surabaya. 6. Mengetahui experiential satisfaction dapat memediasi hubungan antara experiential attitude terhadap repurchase intention konsumen Air Asia di Surabaya. 7. Mengetahui repurchase intention dan experiential satisfaction dapat memediasi hubungan antara experiential attitude terhadap recommendation intention konsumen Air Asia di Surabaya. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki 2 manfaat, yaitu: 1. Manfaat Akademis Memberikan konstribusi bagi ilmu manajemen dalam mendalami hubungan antara strategi pemasaran dalam perusahaan, pengetahuan, dan demografik yang dilakukan oleh perusahaan yang melakukan strategi experiental marketing dan pilihan pelanggan. Khususnya mengenai experiential attitude, experiential satisfaction, recommendation intention, dan repurchase intention 2. Manfaat Praktis Dipraktekkan dan bahan pertimbangan bagi praktisi dan perusahaan yang akan mengambil kebijakan strategi experiential marketing sebagai strategi pertumbuhan korporasi dalam meningkatkan minat konsumen untuk membeli ulang dan merekomendasikan produkproduk perusahaan demi mencapai keunggulan bersaing perusahaan. Khususnya mengenai experiential attitude, experiential satisfaction, recommendation intention, dan repurchase intention

7 1.5. Sistematika Penulisan Gambaran tentang isi riset ini akan dijelaskan dalam sistematik sebagai berikut: Bab 1: Pendahuluan Bagian ini memberikan penjelasan umum tentang latar belakang permasalahan yang berisi gagasan yang mendasari penulisan secara keseluruhan, perumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2: Tinjauan Kepustakaan Bagian ini berisi antara lain penelitian terdahulu, landasan teori yang berhubungan dengan penelitian, hipotesis dan model analisis. Bab 3: Metode Penelitian Bagian ini terdiri dari desain penelitian, identifikasi variable, definisi operasional variable, jenis dan sumber data, alat dan metode pengumpulan data, populasi, sampel, teknik analisis data, dan prosedur pengujian hipotesis. Bab 4: Analisis dan Pembahasan Bagian ini berisi tentang hasil analisis yang diperoleh secara rinci disertai dengan langkah-langkah analisis data yang dilakukan dan pembahasan yang diperlukan. Bab 5: Kesimpulan Bagian ini merupakan penutup dari riset yang berisi simpulan dan saran sebagai masukan objek yang diteliti.