Bagian IV: SISTEM TRANSPORTASI

dokumen-dokumen yang mirip
Jenis transportasi vertikal. 1. elevator/lift 2. Gondola 3. Dumb waiters

TUGAS BESAR PERANCANGAN SISTEM MEKANIK

PERHITUNGAN BEBAN SIRKULASI VERTIKAL (LIFT)

LIFT (ELEVATOR) Berikut yang perlu diketahui tentang lift, antara lain : A. Jenis Jenis Motor Penggerak Lift. 1. Motor Gear

BAB II TEORI ELEVATOR

JENIS-JENIS LIFT DAN FUNGSINYA

TUGAS MEKATRONIKA SISTEM LIFT

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

UTILITAS 02 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS GUNADARMA

TRANSPORTASI VERTIKAL

BAB III TEORI PENUNJANG. penggerak frekuensi variable. KONE Minispace TM

SISTEM TRANSPORTASI PADA BANGUNAN. Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Program pemeliharaan. Proses pemeliharaan. Staf pemeliharaan. Catatan hasil pemeliharaan

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT

BAB II LANDASANTEORI

BAB II DISKRIPSI BUKA TUTUP PINTU YANG DIBANGUN. Fungsi lift merupakan alat transportasi pada gedung atau bangunan bertingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

Perencanaan Lift Hotel Bertingkat Tiga Puluh Berdasarkan SNI Nomor:

ANALISIS KEBUTUHAN ELEVATOR PADA GEDUNG GRHA WIDYA MARANATHA

SIRKULASI (VERTIKAL & HORIZONTAL) PADA BANGUNAN BERTINGKAT.

SISTEM TRANSPORTASI PADA BANGUNAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

Lift traksi listrik pada bangunan gedung Bagian 2: Pemeriksaan dan pengujian berkala

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB III METODE PERHITUNGAN

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

TRANSPORTASI VERTIKAL ESKALATOR TRAVELATOR

OL E H : ICHA AN DOSEN : E

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERANCANGAN LIFT PENUMPANG KAPASITAS 1000Kg KECEPATAN 90M/Menit DAN TINGGI TOTAL 80M DENGAN SISTEM KONTROL VVVF

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :


BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

OPTIMASI PERHITUNGAN ULANG KEBUTUHAN LIFT PENUMPANG TYPE IRIS1-NV PA 20 (1350) CO105 PADA GEDUNG APARTEMEN 17 LANTAI

SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

INTI BANGUNAN. Pertemuan 14: 7 Desember 2009

Hitachi Hoists.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MAKALAH ELEVATOR (LIFT) Disusun oleh: Jhon Fetra Sitepu Miftahudin TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

II. TINJAUAN PUSTAKA. sementara (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996, 1). Pengertian

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTEMUAN X LANTAI DAN TANGGA. Oleh : A.A.M

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.

MESIN PEMINDAH BAHAN

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk


BAB V KONSEP PERANCANGAN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

PROSEDUR PENYELAMATAN PENUMPANG

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto

Transkripsi:

Bagian IV: SISTEM TRANSPORTASI PENGERTIAN Alat transportasi dalam bangunan merupakan alat yang menunjang atau memberi fasilitas sirkulasi dalam bangunan gedung bertingkat, serta merupakan sarana prasarana yang memperlancar pergerakan manusia di dalamnya. TANGGA UMUM MANUAL DARURAT RAMPS TRANSPORTASI DALAM BANGUNAN ESKALATOR MEKANIS CONVEYOR PENUMPANG LIFT (ELEVATOR) BARANG Universitas Gadjah Mada 1

SISTEM TRANSPORTASI MANUAL yang juga biasa disebut sistim transportasi tanpa mesin yang ada dalam bangunan adalah tangga dan ramps. Tangga merupakan alat transportasi vertikal menghubungkan antar lantai tanpa menggunakan mesin. Penggunaan tangga pada bangunan bertingkat lebih dari tiga lantai, pada umumnya adalah untuk keadaan (tangga darurat). Ramps diperuntukkan bagi sirkulasi beroda seperti gerobag untuk barang dan pengguna kursi roda. TANGGA A. TANGGA UMUM Syarat tangga umum: Kemiringan sudutnya tidak lebih dari 38 derajat. Jika jumlah anak tangga lebih dari dua betas anak tangga, maka harus memakai bordes. Lebar anak tangga untuk satu orang cukup 90 cm, sedangkan untuk dua orang 110-120cm. Tinggi balustrade sekitar 80-90 cm. Perhitungan tangga: 60 cm < 2p + t < 65 Tinggi optrede maupun antrede mempengaruhi kenyamanan, sehingga orang yang naik tidak cepat lelah dan yang turun tidak mudah tergelincir. Pada bangunan komersial, kemiringan dan jenis tangga harus diperhatikan, karena sangat mempengaruhi kenyamanan dan estetika dalam bangunan. B. TANGGA DARURAT Syarat tangga darurat: Kemiringan maximum 40 derajat Letak antar tangga darurat dalam bangunan 30-40 m (+100 feet) Harus terlindung dengan material tahan api termasuk dinding (beton) dan pintu (metal) tahan api Universitas Gadjah Mada 2

Dilengkapi penerangan yang cukup dengan listrik cadangan menggunakan baterai selama listrik bangunan dimatikan karena keadaan darurat Dilengkapi peralatan darurat Suplai udara segar diatur / dialirkan (menggunakan Exhaust fan atau Smoke Vestibule pada puncak / ujung tangga) sehingga pernafasan tidak terganggu Pintu pada lantai terbawah terbuka langsung ke arah luar gedung Pada tangga darurat, tiap lantai harus dihubungkan dengan pintu masuk ke dalam ruang tangga tsb. RAMPS Menurut kemiringannya, ramps dibagi menjadi: 1. Ramps rendah sampai dengan 5% kemiringan 0-5 0 ). Ramps jenis low atau landai ini tidak perlu menggunakan anti selip untuk lapisan permukaan lantainya. 2. Ramps sedang atau medium dengan kemiringan sampai dengan 7% (5 0-10 0 ) dianjurkan menggunakan bahan penutup lantai anti selip. 3. Ramps curam atau steep dengan kemiringan antara sampai dengan 90% (10 0-20 0 ) yang dipersyaratkan harus menggunakan bahan anti selip pada permukaan lantai dengan dibuat kasar. Untuk manusia, dilengkapi dengan railing terutama untuk handicapped / disabled person (penderita cacat tubuh, yang sekarang lebih dikenal sebagai para "Difable" atau Different ability people). SISTEM TRANSPORTASI MEKANIS Sistem transportasi jenis ini juga dikenal sebagai sistim transportasi dengan mesin penggerak. Ada dua macam sistim transportasi jenis mekanis ini, ialah escalator (tangga berjalan) dan elevator (lift). ESKALATOR Escalator atau tangga berjalan adalah alat transportasi antar lantai, sebagaimana tangga (manual) yang menghubungkan satu lantai dengan satu lantai yang di atasnya maupun di bawahnya dengan menggunakan sistem tangga yang berjalan dengan bertenaga/bergerak atas bantuan tenaga mesin. Secara horizontal dibutuhkan ruang cukup luas untuk fasilitas ini, karenanya, escalator biasa digunakan pada bangunan yang bersifat publik seperti mall, bandar udara, dll. Universitas Gadjah Mada 3

KECEPATAN (m/detik) LEBAR (m) KAPASITAS ANGKUT (orang/menit) 0,85 65 0,45 1,05 95 1,25 125 0,85 90 0,60 1,05 120 1,25 150 0,85 95 0,75 1,05 125 1,25 155 Syarat eskalator: Dilengkapi dengan railing, Tidak ada celah antara lantai dengan anak tangga pada escalator, dan Sebaiknya didesain secara otomatis. PERLETAKAN ESKALATOR: Paralel. Diletakkan secara paralel. Perencanaannya lebih menekankan segi arsitektural dan memungkinkan sudut pandang yang luas. Cross Over. Perletakan bersilangan secara menerus (naik saja atau turun saja). Kurang efisien dalam sistim sirkulasi tetapi bernilai estetis tinggi. Double Cross Over. Perletakan bersilangan antara naik dan turun, sehingga dapat mengangkut penumpang dengan dalam jumlah lebih banyak. Gambar: Perletakan escalator pada lantai bangunan berlantai banyak Universitas Gadjah Mada 4

Tabel: Perbandingan antara lebar, kecepatan dan kapasitas penumpang escalator KAPASITAS (jumlah penumpang/menit) LEBAR KECEPATAN (m/detik) (m) 0,45 0,6 0,75 0,85 65 90 95 1,05 95 120 125 1,25 12 150 155 ELEVATOR (LIFT) Lift adalah alat transportasi vertikal antar lantai dalam bangunan bertingkat secara menerus dengan menggunakan tenaga mesin. Fasilitas transportasi vertikal pada bangunan berlantai banyak ini hanya membutuhkan ruangan yang relatif kecil. Lift mempunyai kecepatan yang lebih tinggi dibanding alat transportasi dengan mesin lain dalam hal memindahkan barang atau orang. Umumnya lift digunakan pada bangunan yang mempunyai jumlah lantai lebih dari tiga. Universitas Gadjah Mada 5

SEJARAH ELEVATOR: Elevator pertama kali diciptakan setelah revolusi industri, oleh Elisha Graves Otis dan diperkenalkan kepada masyarakat umum pada New York Chrystal Exhibition tahun 1853. Pemasangan elevator untuk pertama kali adalah pada bangunan E.V.Houghwout dan Co's Store di Broadway, New York, Amerika Serikat pada tahun 1857. Perkembangan teknologi elevator saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, sehingga konsumen dapat dengan leluasa menentukan jenis lift yang sesuai dengan kebutuhan dan desainnya. Saat ini merk elevator yang telah beredar di pasaran adalah General Electric, Gold Star, Hitachi, Hyundai, Mitsubishi, Montgomery, Otis, Orenstein Et Koppel, Toshiba, Westinghouse dsb. JENIS ELEVATOR BERDASARKAN SISTEM PENGGERAKNYA A. TRACTION SYSTEM Cara kerja sistim ini dengan menarik ke atas sebuah kabin (car) dengan penggantung kabel baja, rel, dan beban pengimbang (counter weight) oleh motor listrik. Terdapat dua jenis lift dengan mesin traction ini, yaitu: Traction System dengan arus bolak-balik, terdiri atas tiga sistim lainnya, yaitu: type 2 speed elevator, sistim VVAC, dan sistem VVVF. Traction System dengan arus searah, terdiri atas dua sistim lainnya, yaitu: sistim DC Gearless dan sistim Geared. Beberapa catatan dari beberapa sistim di atas: Sistim 2 speed elevator adalah sistim traction AC dimana terdapat dua kecepatan motor, yaitu pada waktu start dan stop, serta pada waktu running. Sistim VVAC adalah sistim traction mesin AC dimana pengaturan kecepatan dipergunakan dengan sistem arus bolak-balik dan perubahan tegangan. Sistim VVVF adalah sistim traksi mesin dengan mempergunakan variable voltage dengan variable frequency. Sistim DC Gearless (tak bergigi) dan Geared (bergigi) adalah sistim mesin traction dengan mempergunakan motor DC. DC Gearless System sangat smooth (lembut) dan umumnya karena mahal harganya dipergunakan untuk sistim dengan kecepatan tinggi. Universitas Gadjah Mada 6

B. HYDRAULIC SYSTEM Cara kerja sistem ini adalah dengan mempompakan minyak dari reservoir ke plunger sehingga bergerak ke atas mendorong kabin (car) dan turun karena gaya gravitas bumf. Elevator jenis ini mempunyai kecepatan yang relatif lebih rendah dibanding sistem traction. Maka umumnya banyak gedung memakai sistem traction karena disamping lebih cepat juga perawatannya lebih mudah. JENIS ELEVATOR BERDASARKAN PENGGUNAANNYA A. ELEVATOR PENUMPANG Elevator jenis ini biasa dipakai untuk fasilitas transportasi vertikal manusia pada gedung berlantai banyak: a. Elevator Konvensional Elevator ini merupakan jenis yang paling banyak dipakai, satu car memiliki satu cabin dan satu motor penggerak, Berta pada umumnya terletak di dalam shaft yang tertutup. b. Double-deck Elevator Jenis elevator ini hampir sama dengan elevator konvensional, hanya pada setiap unit car memiliki dua cabin dan daya angkutnya menjadi besar. c. Observation Car Elevator Elevator ini merupakan pengembangan dari lift penumpang yang bergerak pada rel yang terletak ditepi suatu dinding core. Salah satu sisi dari kabin biasanya diganti dengan kaca yang dapat memungkinkan penumpang untuk melihat keluar. d. Slant Elevator Jenis ini merupakan pengembangan dari jenis lift konvensional yang tidak bergerak vertikal penuh tetapi mempunyai sudut kemiringan tertentu. Elevator ini digerakkan oleh satu motor penggerak dengan sistem traction. e. Chair Elevator Jenis elevator ini merupakan alat bantu khusus sehingga sering tidak dimasukkan dalam kategori lift. Lift jenis ini merupakan lift yang khusus diciptakan sebagai alat bantu bagi orang cacat, sehingga bentuknya menyerupai kursi yang bergerak pada sisi dalam sepanjang tangga biasa. Universitas Gadjah Mada 7

Syarat khusus lift penumpang: 1. Waktu menunggu tidak boleh terlalu lama. 2. Kecepatan yang disarankan: JUMLAH LANTAI KECEPATAN DALAM (meter/menit) 4-10 60-150 10-15 150-210 15-20 210-240 20-50 240-360 lebih 50 360-450 RUMAH SAKIT 150-210 RUMAH TINGGAL 60 Universitas Gadjah Mada 8

Universitas Gadjah Mada 9

Universitas Gadjah Mada 10

Universitas Gadjah Mada 11

B. ELEVATOR BARANG Elevator barang ini biasa dipakai pada bangunan bengkel, industri, gudang dan gedung parkir. Sistim penggerak dapat memakai sistem traction ataupun hydraulic, car dibuat dari logam dan lapisan kayu pada lantainya serta telah dipersiapkan sedemikian rupa untuk menerima benturan ataupun gesekan dengan barang yang diangkut. Penerangan pada car mutlak diperlukan. Pada fasilitas elevator barang, car harus dilengkapi dengan peralatanperalatan yang otomatis. Terutama dalam pengaturan penaikan ke lantai dengan menggunakan automatic levelling. Pintu masuk pada elevator barang, umumnya dapat dibuka secara vertikal dan minimum mempunyai ketinggian 6 (enam) kaki atau sekitar 2 meter. Komposisi yang dipersyaratkan, setiap lima lift penumpang diperlukan satu lift barang. Kapasitas lift barang berkisar antara 1-5 ton. Ukuran dalam lift barang berkisar antara 1,60x2,10 meter sampai 3,10x4,20 meter, dengan kecepatan bergerak maksimum 1,50-2,0 meter/ detik, sedangkan kecepatan rata-rata yang ideal 0,25-1 meter/detik. Pada umumnya lift barang bergerak dengan kecepatan 22,50-60 m/menit. JUMLAH LANTAI KECEPATAN (meter/menit) 2-3 30 4-5 45 6-10 60 ELEVATOR BARANG (Freight Elevator) MENURUT MUATANNYA Ada tiga macam elevator barang (freight elevator), yaitu: a. Elevator barang dengan muatan barang biasa Muatannya tidak diperkenankan melebihi 25% kapasitas yang sudah ditentukan. Kapasitasnya angkutnya berkisar antara 50 Pounds (Lbs) per-sqft atau sekitar 277,78 kg/m 2. b. Elevator barang dengan muatan kendaraan bermotor Car elevator jenis ini menanggung muatan yang cukup besar. Kapasitas angkut yang diperkenankan sekitar 30 psf (Lbs/sqft) atau sekitar 126,5 kg/m 2. c. Elevator barang dengan muatan kendaraan berat, misalnya: truk Kapasitas angkut elevator jenis ini lebih besar, yaitu 50 psf (Lbs/sqft). Universitas Gadjah Mada 12

C. DUMB WAITERS Dumbwaiters atau Ejection Elevator berfungsi sebagai pengantar. Elevator jenis ini ukurannya kecil dan biasa dipakai untuk mengantar makanan, minuman dll. pada bangunan berlantai banyak, seperti pada hotel, rumah sakit, dll. Kecepatan elevator ini berkisar antara 300 fpm (Feet per-minute) dengan kapasitas angkutnya sebesar 100 Pounds (Lbs) atau sekitar 50 kg, dan penggeraknya menggunakan sistem traction dengan motor kecil. D. ELEVATOR KHUSUS 1. Paternoster elevator Merupakan jenis elevator penumpang yang digunakan untuk mengangkut penumpang dari lantai satu ke lantai yang lainnya secara acak (random). Dapat mengangkut 30 orang per-menit, jika yang dilayani bangunan 5 lantai. Pada bangunan 11 lantai, diperkirakan dapat mengangkut 35 orang permenitnya. Pada bangunan 16 lantai, dapat mengangkut 42 orang per-menitnya. Apabila terlalu banyak orang yang akan menggunakannya, kapasitas pengangkutan diperkirakan dapat membengkak sekitar 60%. Pada elevator jenis ini, jumlah car lebih dari satu. Car tersebut tidak terdapat pada seluruh lantai tetapi hanya terdapat pada lantai tertentu. Pada prinsipnya, Paternoster Elevator hampir sama dengan Double Deck Elevator, dengan batasan sebagai berikut: a. Dimensi car: tinggi minimum 2,2 m dengan lebar/kedalaman 1 m, luas lantai maksimal 0,93 m2, ketinggian pintu gerbang berkisar antara 2,6-2,7 m. b. Kecepatan maksimal 0,4 meter per-detik. 2. Elevator untuk orang cacat Elevator ini harus mempunyai peralatan yang lebih dibanding dengan elevator biasa, karena pemakainya adalah orang cacat atau "Difable". Perbedaan elevator ini dengan lainnya, yaitu pada pengolahan car, perletakan sistem kontrol yang ada, dimensi maupun ukurannya, sehingga memenuhi persyaratan sesuai kondisi penggunanya. Pada saat ini, hampir semua elevator yang digunakan untuk kepentingan publik juga perlu memiliki fasilitas yang sesuai untuk para "Difable". Universitas Gadjah Mada 13

PERLETAKAN ELEVATOR PADA BANGUNAN Dibagi menjadi beberapa zone transportasi, yaitu: a. Low Zone Transportation b. Medium Zone Transportation c. High Zone Transportation Kecepatan untuk masing-masing zone tersebut berbeda-beda tergantung dari fungsi dan kebutuhan masing-masing. Jarak antar elevator / lift juga harus diperhatikan dengan balk, minimal memenuhi standar, apalagi jika terdapat lebih dari 2 buah car elevator datam sebuah lobby, maka harus ada suatu space yang cukup tuas, yang diberikan di sekitar area (halt) pada lift. Diperkirakan di sekitar datam lobby dekat lift membutuhkan ruang untuk menunggu paling tidak sekitar 5 Sqft (square foot) per-orang. Sedangkan bila agak terpaksa, misalnya terjadi kondisi berjejal, luasan tersebut dapat berkurang menjadi 3-4 Sqft perorang. KOMPONEN ELEVATOR A. MACHINE. Berfungsi sebagai penggerak elevator dengan dua macam sumber daya listrik yaitu arus bolak batik dan arus searah. B. CYLINDRICAL. Bekerja sebagai katrol penggulung dimana alur-alurnya dililiti kabet baja. C. CAR. Fungsi dari bagian ini adalah untuk membawa penumpang atau barang, yang terbuat dari bahan yang ringan dan mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap waktu pakai. Car bergerak datam suatu tabung yang berfungsi sebagai shaft atau core. D. COUNTER WEIGHT. Fungsi dari komponen ini adalah untuk mengimbangi beban car dan beban muatan agar mesin penggerak dapat beroperasi lebih ringan. E. GUIDE RAIL (Ret). Terdapat dua jenis ret, yaitu ret untuk kereta lift dan ret untuk beban pengimbang (counter weight). Rel yang dipasang adalah baja dengan profit T yang digunakan untuk bergerak dengan bantuan guide shoes sebagai pemegang jalur. F. BRAKE (REM). Berfungsi untuk menghentikan putaran silinder sesuai dengan perintah. G. CABLES (Kabel). Berfungsi untuk menarik dan mengutur kereta (car) dan beban pengimbang. Biasanya dipakai 4-5 kabet yang tiap kabelnya mempunyai gaga tarik yang lama. Universitas Gadjah Mada 14

H. CONTROL PANEL. Adalah alat perekam perintah yang mempengaruhi gerak reaksi lift. I. GOVERNOR. Adalah alat untuk menghentikan beban pengimbang dan kereta karena jatuh bebas. J. LIMIT SWITCH. Alat otomatis yang menghentikan laju kereta lift/elevator. K. RHEOSTATIC CONTROL. Kontrol tenaga listrik dengan bermacam-macam tahapan pada field sirkuit yang terdapat pada motor pengangkat. L. OPERATING DEVICE. Adalah alat pengontrol dalam operasi-operasi lain. M. HOISTWAY. Adalah lorong (tabung) luncur kereta dan beban pengimbang, yang dapat berupa core ataupun hanya shaft Baja yang tidak mempunyai kaftan langsung dengan struktur bangunan. N. PITS (Sumur). Merupakan bagian bawah dari Hoistway yang merupakan dasar minimal dan tempat berhentinya elevator. Pits berisi bantalan yang dapat meredam benturan akibat luncuran kereta maupun beban pengimbang. O. MACHINE ROOM. Ruangan ini dapat berada di atas hoistway ataupun berada di bawah (lantai basement). Ketinggian ruang, ventilasi udara, akustik yang meredam kebisingan merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ruang mesin. Elevator yang ideal adalah yang menghasilkan waktu menunggu di setiap lantai yang minimal, percepatan yang nyaman / komfort, angkutan vertikal yang cepat, pemuatan dan penurunan yang cepat di setiap lantai. PERSYARATAN UMUM LIFT 1. Bangunan lebih dari tiga lantai harus dilengkapi dengan lift sebagai alat transportasi. 2. Jalan masuk ke dalam lift harus dilengkapi dengan: penutup gulungan (roller shutter) pintu dengan adanya Jaya tahan api minimal 1 jam cabin dilengkapi dengan pelengkap komunikasi pada saat beroperasi tidak boleh menimbulkan suara gaduh cabin dilengkapi dengan telepon, penerangan dan penghawaan yang baik 3. Jika menggunakan traction system, dimensi kabel yang digunakan berukuran minimum 12 mm. 4. Jumlah kabel minimal tiga bush. 5. Balok pemikul harus dari baja atau beton bertulang. 6. Rel lift harus dari bahan baja. 7. Pada saat beroperasi ruang lift atau cabin harus tertutup rapat. 8. Lubang masuk lift tidak boleh lebih dari satu. Universitas Gadjah Mada 15

9. Jarak antara tepi lantai cabin dengan tepi lantai bangunan pada pintu lift maksimal 4 cm. 10. Tiap lift harus mempunyai motor penggerak dan panel kontrol sendiri. 11. Lift hanya dapat bergerak setelah pintu dalam keadaan tertutup. 12. Hoist way tidak boleh merupakan cerobong. 13. Dasar lobang lift harus mempunyai pondasi kedap air. 14. Pintu dilengkapi dengan alat otomatis untuk menghindari kecelakaan. 15. Pada cabin harus dilengkapi dengan panel kontrol yang jelas. 16. Pintu lift harus dibuat double (pintu cabin dan pintu shaft). 17. Elevator barang tidak diperkenankan menjadi satu dengan tangga darurat. 18. Etevator harus dibuat secara khusus, merupakan satu kesatuan dengan bangunannya sendiri atau berdiri sendiri. Tabung lift dibuat secara menerus sampai ke puncak bangunan dan dibuat sedemikian rupa sehingga kuat menahan rel yang akan dilalui lift. Bahan dibuat dari beton dan tahan terhadap air maupun api. 19. Ruang mesin lift mempunyai ketinggian minimal 2,10 meter. Cukup penerangannya serta terlindung dari bahaya petir (bila terletak di penthouse), kebakaran maupun kebocoran air. Pintu ruang mesin harus mempunyai ukuran minimal seperti pintu-pintu rumah pada umumnya, supaya dapat dilalui dengan leluasa bila ada perbaikan sewaktu-waktu. 20. Perlengkapan yang tidak ada hubungannya dengan elevator tidak diperkenankan berada dalam tabung lift / ruang mesin lift. PERSYARATAN STRUKTURAL 1. Ruang mesin, pits, dan tabung lift merupakan kesatuan dari konstruksi bangunan. 2. Tabung lift harus merupakan konstruksi masif dan cukup kaku dan kuat untuk menahan rel lift. 3. Tabung lift haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga beban pengimbang dapat berjalan sejajar dengan kereta lift. 4. Pit (sumur lift) harus ada pada dasar tabung lift dengan kedalaman menyesuaikan kecepatan dan jenis lift, dan dengan konstruksi kedap air. 5. Dinding dan kereta lift direncanakan untuk tidak terjadi gesekan-gesekan yang membisingkan. 6. Tangga darurat harus tetap disediakan untuk mengantisipasi keadaan darurat. PERSYARATAN TEKNIS 1. Tiap unit lift harus mempunyai motor penggerak sendiri-sendri. 2. Minimal jumlah kabel baja yang boleh dipakai adalah tiga buah bila memakai sistem lilitan dan harus memenuhi syarat-syarat standar yang ada. Universitas Gadjah Mada 16

3. Balok pemikul mesin lift harus terbuat dari baja profit atau beton bertulang. 4. Rel harus dari baja profit. 5. Pada kereta harus ada pintu darurat yang terletak di bagian atas kereta. 6. Daya muat harus ditetapkan dan bila melebihi kapasitas secara otomatis lift tidak mau bergerak. 7. Pintu lift harus dapat membuka dan menutup secara halus. 8. Di dekat pintu masuk dan di dalam kereta dilengkapi dengan tombol, serta indikator kedudukan lift. 9. Di dalam kereta harus terdapat penerangan yang cukup dan komunikasi apabila terjadi kemacetan. 10. Kecepatan lift harus konstan dan halus pada saat start maupun berhenti. 11. Khusus untuk lift penumpang, interval tidak boleh lama. PERHITUNGAN ELEVATOR A. WAKTU MENUNGGU (INTERVAL atau WAITING TIME) Untuk bangunan komersial dan perkantoran diperhitungkan waktu menunggu sekitar 30 detik. Jika jumlah lift total dihitung atas dasar daya angkut pada beban puncak saatsaat sibuk, maka untuk proyek perkantoran jumlah lift totalnya harus ditambah dengan 30-40 %, sebab sebagian lift di dalam zone dipakai untuk lalu lintas antar lantai sehingga waktu menunggu di lantai dasar dapat memanjang menjadi 90 detik atau lebih. Waktu menunggu juga tergantung jenis gedung. JENIS GEDUNG WAKTU MENUNGGU (detik) Perkantoran 25-45 Flat 50-120 Hotel 40-70 Asrama 60-80 Waktu menunggu minimum adalah sama dengan waktu pengosongan lift ialah kapasitas lift kali 1,5 detik perpenumpang. Universitas Gadjah Mada 17

B. DAYA ANGKUT LIFT Tergantung dari kapasitas dan frekwensi pemuatan lift. Standart daya angkut lift diukur untuk daya waktu 5 menit jam-jam sibuk. Daya angkut 1 lift dalam 5 menit adalah: m = kapasitas lift (daya angkut 75 kg perorang). W = waktu menunggu (waiting time atau interval) dalam detik = T/N Jika satu zone dilayani satu lift, maka waktu menunggu sama dengan waktu perjalanan bolak-balik lift, sebesar: C. WAKTU PERJALANAN BOLAK-BALIK Waktu ini hanya dapat dihitung secara pendekatan, sebab perjalanan lift antar lantai pasti tidak akan mencapai kecepatan yang menjadi kemampuan lift itu sendiri dan pada perjalanan lift non-stop. Kecepatan konstannya baru tercapai setelah lift bergerak beberapa lantai dulu, misalnya lift dengan kemampuan bergerak 6 m/detik baru dapat mencapai kecepatan tersebut setelah bergerak sepuluh lantai. Dalam praktek, perhitungan elevator ditakukan oleh supllier lift yang menghitung kebutuhan lift berdasarkan data-data dari pabrik pembuatnya. D. BEBAN PUNCAK (PEAK LOAD) LIFT Beban puncak diperhitungkan berdasarkan persentasi empiris terhadap jumlah penghuni gedung, yang diperhitungkan haris terangkat oleh beberapa lift dalam lima menit pertama jam-jam padat (rush hour). Untuk Indonesia persentasi tersebut adalah: JENIS GEDUNG PERSENTASI JUMLAH PENGHUNI GEDUNG PENAKSIRAN JUMLAH PENGHUNI GEDUNG (%) (m 2 /orang) Perkantoran 4 4 Flat 3 3 Hotel 5 5 Universitas Gadjah Mada 18

E. EFISIENSI LIFT DALAM BANGUNAN Efisiensi bangunan sangat tergantung Was lantai yang dipakai oleh inti / core gedung dimana tabung lift ada di dalamnya. Besarnya rongga yang dipakai oleh tabung lift tergantung tinggi gedung. Secara empiris luas core gedung adalah sekitar 5-10 kali luas tabung lift. Bangunan perkantoran pada umumnya memerlukan luas core yang lebih besar dari pada apartemen. F. PERHITUNGAN JUMLAH LIFT DALAM SATU ZONE Jika beban puncak lift datam suatu gedung diperhitungkan sebesar P % kali jumlah penghuni gedung atas dasar a" m 2 per-orang Was lantai netto, maka beban puncak lift: P = persentasi empiris beban puncak lift (%) a = luas lantai kotor pertingkat (m persegi) n = jumlah lantai k = luas inti gedung (m persegi) a" = luas lantai netto perorang (m persegi) Universitas Gadjah Mada 19