BAB I PENDAHULUAN. kebulan terus mengisi lembaran- lembaran perjalanan kehidupan bangsa

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN

JURNAL EKONOMI Volume 22, Nomor 2 Juni 2014

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 4 Tahun : 2002 Seri : D Nomor : 4

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 37 TAHUN 2012 TENTANG NILAI PEROLEHAN AIR PERMUKAAN SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20

BAB II PENGAWASAN DINAS KETENAGAKERJAAN TERHADAP PELAKSAANAN UU NO.13 TAHUN 2003 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN

Program LSK (Lambaga Spesialisasi Keterampilan) Untuk Mengatasi Masalah Migrasi Masuk Yang Berlebiha Di Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tetapi juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan di berbagai sektor

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

RINCIAN HARGA PENAWARAN FORMULIR UNTUK KEPERLUAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD TAHUN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI RIAU

Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Riau

RESUME UMPAN BALIK PELKON dan DALLAP 2013 PERWAKILAN BKKBN PROVINSI RIAU

HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) FORMULIR UNTUK KEPERLUAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD TAHUN KOMISI PEMILIHAN 2014 UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 23 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Demikian surat undangan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Satuan Kerja Kementerian Pekerjaan Umum Pemerintah Provinsi Riau

Sekapur Sirih. Pekanbaru, Agustus 2010 Kepala BPS Provinsi Riau. Abdul Manaf, MA NIP

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

PERATURAN DAERAH TAHUN 2014 YANG TELAH DITETAPKAN DILINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI RIAU

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Dan BUPATI PELALAWAN MEMUTUSKAN :

BAPPEDA PROVINSI RIAU

BAB IV GAMBARAN UMUM PELATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA LOKAL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

RINCIAN JENIS, SPESIFIKASI, JUMLAH KEBUTUHAN DAN PERUNTUKAN FORMULIR

BERITA RESMI STATISTIK

Kabupaten Langgar Permendagri dan PP, Bupati Kebiri Hak Desa

Catatan Akhir Tahun Anggaran Refleksi Penganggaran Daerah 2013

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

SEKILAS TENTANG DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN PELALAWAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melimpah. Sumber daya ini harus dapat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KTP DAN AKTA CATATAN SIPIL

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

PRODUKSI CABAI BESAR DAN CABAI RAWIT TAHUN 2013

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BAB I PENDAHULUAN. dan kewajiban setiap orang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, pembangunan

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 1737 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KOTA BATAM TAHUN 2016 GUBERNUR KEPULAUAN RIAU,

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

BERITA RESMI STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian

BERITA RESMI STATISTIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KTP DAN AKTA CATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI RIAU

2 Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi se

RESUME UMPAN BALIK PELKON dan DALLAP 2014 PERWAKILAN BKKBN PROVINSI RIAU

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN KOTA BATAM

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 50 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 127/PHPU.D-XI/2013 Tentang Permohonan Pembatalan Hasil Pemilihan Umum Provinsi Riau Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

Penerimaan Riau Dari DBH Sektor Kehutanan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 09 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

I. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2016

Boks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU. I. Latar Belakang

Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2017

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. dan Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2016

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

1 of 7 02/09/09 11:19

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketenagakerjaan merupakan masalah ketatanegaraan dan kependudukan yang tak henti-hentinya diperdebatkan bahkan dari hari ke hari atau bulan kebulan terus mengisi lembaran- lembaran perjalanan kehidupan bangsa Indonesia ini. Jika diperhatikan masalahnya sudah mendekati kebobrokan, yang berujung pada krisis kepercayaan sehingga pihak manapun tidak berdaya mengatasinya baru sebatas retorika belaka. Masalah kependudukan selalu berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan. Salah satu contoh adalah tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh juga pada tingginya penyediaan (supply) tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang tinggi tanpa diikuti penyediaan kesempatan kerja yang cukup akan menimbulkan pengangguran dan setengah pengangguran. Kasus-kasus ketenagakerjaan itu merebak memenuhi tanah air ini seperti pemogokan tenaga kerja karena rendahnya upah yang diberikan oleh perusahaan, PHK yang dilakukan oleh perusahaan dengan alasan efisiensi pekerjaan tanpa adanya pesangon, penyekapan tenaga kerja sampai berhari-hari yang akan dikirim keluar negeri tanpa diberi makan atau kebutuhan sehari-hari, penipuan calon-calon tenaga kerja dengan membayar sejumlah uang administrasi jutaan rupiah oleh perusahaan fiktif. Disamping itu, ada kasus tenaga kerja yang sampai meninggal dan diperkosa bahkan dibunuh oleh 1

2 majikannya dalam menuntut haknya. Tenaga kerja/buruh diperlakukan secara senonoh karena dianggap sebagai budak yang dapat diperlakukan semaunya. Berbagai macam permasalahan ketenagakerjaan yang muncul kepermukaan dewasa ini, sebagian besar masih didominasi oleh permasalahan pelanggaran terhadap peraturan perundang undangan ketenagakerjaan secara umum disamping permasalahan sumber daya manusia Indonesia yang minim kualitasnya. Dalam hal ini, di berbagai media baik elektronik maupun cetak tak jarang kita saksikan permasalahan permasalahan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan, seperti: terjadinya pemogokan dan unjuk rasa buruh/pekerja yang bermuara dari sistem pengupahan dan imbalan kerja yang tidak layak seperti penetapan upah yang tidak memenuhi standard kebutuhan hidup minimum, penggunaan tenaga kerja secara kontrak, tidak berlakunya Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) bagi para tenaga kerja, pelanggaran terhadap ketetapan upah minimum, pemutusan kerja sepihak oleh pihak pengusaha, pendistribusian tenaga kerja yang tidak seimbang antara tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja pendatang sering menimbulkan gejolak gejolak, sering terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit karena pengetahuan dan kesadaran yang kurang dari pengusaha dan pekerja tentang syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan lain sebagainya. Indonesia sebagai bangsa yang sedang berkembang (development country) pada hakekatnya tidak terlepas dari berbagai bentuk fenomena-fenomena sosial yang ada. Pendirian perusahaan-perusahaan besar di negeri ini adalah salah satu faktor penunjang yang amat berperan dalam proses pembangunan bangsa

3 yang sedang dijalani. Dan masalah ketenagakerjaan adalah masalah yang selalu ada dan akan tetap ada sehubungan dengan pendirian perusahaan tersebut. Karena tenaga kerja adalah pihak yang paling dominan dalam suatu perusahaan. Kebutuhan akan tenaga ahli yang professional serta kebutuhan akan teknologi-teknologi yang dapat mendukung suatu proses kerja, membuat perusahaan-perusahaan swasta, baik itu swasta asing maupun swasta nasional menggunakan tenaga-tenaga asing sebagai tenaga kerja meskipun tetap mengutamakan penggunaan tenaga kerja lokal terkususnya di Kota Pekanbaru. Terbatasnya penggunaan tenaga kerja lokal tersebut di perusahaanperusahaan yang terdapat di kota Pekanbaru dapat dilihat dari banyaknya tenaga kerja dari luar yang bekerja, yang mengisi lowongan dan jabatan di perusahaan, bahkan tak jarang pekerjaan yang memerlukan keahlian (skill), hal inilah yang membuat masyarakat lokal merasa termarginalkan di daerahnya sendiri dan merasa perlu mendapatkan keadilan sosial melalui pemerintah daerah yaitu Dinas Tenaga kerja. Padahal berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2002 tentang ketenagakerjaan menyebutkan, setiap investor yang akan menanamkan modal di Pekanbaru, juga diharuskan menerima tenaga kerja lokal minimal 50 persen dari total yang dibutuhkan.namun pada kenyataannya masih banyak tenaga kerja asli pekanbaru yang masih menganggur.lebih jelas lagi di dalam perda pada Bab V menyebutkan pada pasal 17, pasal 18 dan pasal 19. Berikut penjelasannya:

4 Pasal 17 Perusahaan besar dan menengah atau perusahaan yang telah mempekerjakan tenaga kerja di atas 100 orang tenaga kerja, diwajibkan untuk maksud : a. Perencanaan Penggunaan Tenaga Kerja Lokal b. Melaksanakan pelatihan atau pengembangan masyarakat yang ada di sekitar domisili perusahaan. c. Menerima 1 (satu) orang penyandang cacat fisik ringan untuk bekerja di perusahaannya setiap 100 orang tenaga kerja yang telah bekerja di perusahaannya. Pasal 18 Pengusaha sebagaimana dimaksud pada pasal 17 Peraturan daerah ini wajib mengupayakan bertahap dalam waktu 5 tahun pertama pengisian lowongan pekerjaan di perusahaannya diisi oleh tenaga kerja lokal minimal 50% dan pada 5 tahun berikutnya minimal menjadi 75% dari jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaannya. Pasal 19 (1) Pengusaha diharuskan untuk membuat perencanaan pegnisian atau perencanaan penggatian posisi jabatan midle manajement di perusahaannya dengan tenaga kerja lokal yang memenuhi kriteria untuk jabatan tersebut minimal 30% dari jumlah posisi jabatan yang ada di dalam batas waktu 10 tahun.

5 (2) Khusus jabatan menajer personalia di perusahaan wajib diisi oleh tenaga kerja lokal. Namun ketika memasuki era globalisasi tenaga kerja luar daerah bebas masuk ke kota pekanbaru. Belum lama ini kita juga mendapati sedikitnya 30 tenaga asing yang dipekerjakan oleh kontraktor pembangunan PLN di Tenayan Raya. Mereka tak punya data dan tak melapor," sebut Kepala Dinas Tenaga Kerja (Kadisnaker) Kota Pekanbaru Pria Budi (kata kabar) serta banyaknya tempat hiburan malam di Pekanbaru yang menggunakan tenaga kerja luar daerah. `Yang terbaru adalah dugaan bahwa dua perusahaan ritel yang baru-baru ini memasuki pekanbaru menggunakan tenaga kerja yang berasal dari luar kota pekanbaru, saat ini banyak bidang usaha di Pekanbaru termasuk pasar ritel yang melanggar aturan, salah satunya terhadap ketenagakerjaan ini. Sehingga kalau tidak diawasi maka para usaha-usaha seperti ini akan banyak mengunakan tenaga dari luar. "Menurut laporan yang diterima, sangat banyak para pelaku usaha seperti pasar ritel tidak menggunakan tenaga lokal, dan akhirnya tenaga kerja lokal di Pekanbaru tidak bekerja," tegasnya. (Bappeda Pekanbaru). Dengan masuknya tenaga kerja luar daerah ke Pekanbaru, ini berarti akan mempersempit kesempatan kerja tenaga kerja Pekanbaru untuk bekerja di sektor industri dan sebagainya. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut maka Pemerintah Pekanbaru harus mampu menyelesaikan persoalan tersebut dengan mencetak tenaga kerja yang berkualitas, terampil dan professional.

6 Persoalan yang banyak muncul diantaranya adalah mengenai pemberdayaan dan penempatan tenaga kerja lokal (tempatan) pada perusahaan perusahaan yang berada di Kota Pekanbaru. Tuntutan ini diakibatkan oleh tingginya angka pengangguran terbuka di kota Pekanbaru, akan tetapi disadari bahwa tenaga kerja kerja lokal mempunyai keterbatasanketerbatasan yaitu tingkat pendidikan yang rendah, dimana untuk dapat dilatih dan menyerap teori pelatihan dengan baik diperlukan syarat pendidikan peserta minimal SLTA sederajat serta minim skill. Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota Pekanbaru yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah, dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja di daerah, adalah penyelenggara tugas dan fungsi Departemen Tenaga Kerja dibidang pembinaan ketenagakerjaan dan pengawasan norma kerja di daerah. Salah satu diantaranya adalah pemberdayaan tenaga kerja lokal Kota Pekanbaru. Kantor Dinas Tenaga Kerja Kota Pekanbaru bertanggung jawab dalam pemberdayaan atau pembinaan tenaga kerja lokal di Kota Pekanbaru agar dapat bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari luar kota Pekanbaru. Tugas dan fungsi Dinas tenaga kerja kota pekanbaru seperti pembinaan pelatihan dan produktifitas tenaga kerja diharapkan sangat berperan dalam menciptakan tenaga-tenaga kerja lokal yang lebih memiliki kualitas dan keterampilan dan mampu bersaing di dunia kerja sehingga tidak lagi merasa temarginalkan dikota sendiri.

7 No Tabel 1.1. Data Pencari Kerja yang terdaftar Tahun 2009 s/d 2013 Tahun Jumlah Pencari Kerja yang terdaftar Banyaknya pencari Kerja Yang ditempatkan Persentase penempatan tenaga kerja (%) 1 2009 24.324 2.844 11,69 2 2010 15.932 1.948 12,23 3 2011 5.161 2.231 43,23 4 2012 8.567 5.338 62,31 5 2013 24.689 9.046 36,64 Jumlah 78.673 21.407 27,21 Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Pekanbaru Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah pencari kerja yang terdaftar didinas tenaga kerja kota pekanbaru, Riau dalam lima tahun terakir mencapai 78.673 Orang dengan tingkat pendidikan mulai dari SD dan setingkatnya hingga lulusan sarjana dan setingkatnya. Dari jumlah tenaga kerja sebanyak itu hanya terserap dalam program penempatan lokal tenaga kerja di Pekanbaru direkap lima tahun terakir hanya sebesar 27,21% atau baru 21.407 (Dua puluh satu ribu empat ratus tujuh) Orang. Pencari kerja terbanyak adalah pada tahun 2013 yaitu 24.689 orang dan mampu ditempatkan hanya 9.046 orang atau 36,64 % saja. Sisa pencari kerja yang belum terserap seluruhnya yaitu sebanyak 15.643 (enam belas ribu enam ratus empat puluh tiga) Orang, antara lain akibat adanya kualifikasi penempatan tenaga kerja yang tidak terisi atau tidak terpenuhinya kriteria yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan di pekanbaru, serta banyaknya tenaga kerja yang berasal dari luar pekanbaru yang mengisi lowongan-lowongan pekerjaan di Pekanbaru.

8 Tabel 1.2 Penduduk yang Termasuk Angkatan Kerja, Bekerja, dan Tingkat Pengangguran menurut Kabupaten/Kota, Agustus 2013 Angkatan TPAK TPT Kabupaten/Kota Bekerja Pengangguran Kerja (%) (%) 1 2 3 4 5 6 1. Kuantan Singingi 143.825 138.05 5.775 66,93 4,02 2. Indragiri Hulu 170.047 163.501 6.546 62,89 3,85 3. Indragiri Hilir 334.685 324.506 10.179 69,39 3,04 4. Pelalawan 158.988 154.386 4.602 65,98 2,89 5. Siak 171.785 162.608 9.177 62,48 5,34 6.Kampar 320.787 300.582 20.205 63,35 6,30 7. Rokan Hulu 214.591 203.787 10.804 59,81 5,03 8. Bengkalis 217.171 201.926 15.245 60,81 7,02 9. Rokan Hilir 242.608 227.823 14.785 61,20 6,09 10. Kepulauan Meranti 88.584 82.431 6.153 70,64 6,95 11. Pekanbaru 442.105 412.711 29.394 62,03 6,65 12. Dumai 120.672 109.05 11.622 64,46 9,63 Provinsi Riau 2.625.848 2.481.361 144.487 63,62 5,50 Sumber Data: Bps Provinsi Riau 2013 Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa kota Pekanbaru dalam angka tingkat pengganguran terbuka (TPT) masih tinggi sebesar 6,65 % dengan jumlah angkatan kerja sebesar 412.711 orang dan jumlah pengganguran terbuka sebanyak 29.394 orang. Masih tingginya angka pengganguran di kota Pekanbaru disebabkan oleh berbagai factor salah satu faktornya adalah banyaknya penduduk luar daerah masuk ke Pekanbaru dan mengisi lowongan pekerjaan yang ada di Pekanbaru serta kurangnya kompetensi para calon

9 tenaga kerja lokal asal kota pekanbaru. Mobilisasi penduduk dari luar daerah masuk ke Kota Pekanbaru, meningkat tajam. Dampak yang ditimbulkan akibat maraknya warga yang datang membuat tingkat pengangguran di Kota Bertuah menjadi tinggi. Tingginya arus mobilisasi masyarakat dari luar daerah masuk ke Pekanbaru, membuat tingginya tingkat pengangguran di Kota Bertuah. "Data yang ada menunjukkan tingkat pengangguran memang mengalami peningkatan signifikan. Hal ini akibat arus mobilisasi masyarakat dari luar Pekanbaru cukup tinggi, sehingga peluang kerja ikut berkurang, alhasil banyak yang hanya jadi pengangguran, tingginya tingkat pengangguran di Kota Pekanbaru dalam setahun belakangan mengalami peningkatan drastis. Jika dibanding tahun 2011 lalu pengangguran hanya 16.000 orang, tahun ini naik hingga mencapai 29.000 orang. Bahkan, hal ini menunjukkan penurunan terjadi pada pencari kerja. Jika tahun 2011 jumlah pencaker 19.083 orang, 2012 turun menjadi 17.000 orang. Kondisi tersebut juga diperburuk dengan kondisi para pencari kerja (pencaker) yang minim skill, sehingga tidak bisa bersaing dan tidak memiliki daya kualifikasi yang dapat diandalkan sebagai tenaga kerja. Padahal pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Kota Pekanbaru saat ini tengah menggeliat dan membutuhkan kemampuan skill dan IT individu yang baik. Berdasarkan data dan gejala-gejala diatas serta pentingnya peran dinas tenaga kerja dalam pemberdayaan tenaga kerja lokal maka penulis tertarik meneliti tentang Analisis Peranan Dinas Tenaga Kerja Dalam Pemberdayaan Tenaga Kerja Lokal Di Pekanbaru

10 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang penulis jelaskan pada latar belakang masalah, maka penulis menetapkan permasalahan yang akan diteliti ialah Bagaimana Peranan Dinas Tenaga Kerja dalam pemberdayaan tenaga kerja lokal di Pekanbaru? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk menganalisis Peranan Dinas Tenaga Kerja dalam pemberdayaan tenaga kerja lokal di Pekanbaru. 2. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan Dinas tenaga kerja dalam pemberdayaan tenaga kerja local di Pekanbaru. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan buat pemerintah daerah khususnya Dinas Tenaga Kerja Kota Pekanbaru. 2. Sebagai acuan dan pedoman buat skripsi-skripsi berikutnya. 3. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu administrasi Negara. 4. Sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan informasi tentang pemberdayaan tenaga kerja lokal.

11 1.5 Sistematika Penulisan Secara garis besar penulisan ini akan dipaparkan dalam enam pokok pembahasan (Bab) dari masing -masing bab ini dibagi dalam beberapa sub-sub sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada Bab ini sebagai pendahuluan dimana penulis menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan masalah dan manfaat penelitian serta diakhiri dengan sistematika penulisan. BAB II : TELAAH PUSTAKA Pada Bab ini penulis akan mengemukakan berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian ini, yang dapat mengemukakan suatu hipotesis dan variabel penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Pada Bab ini penulis akan mengemukakan tentang lokasi penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan analisa. BAB IV : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pada Bab ini penulis menjelaskan kondisi geografis kota Pekanbaru dan Dinas Tenaga Kerja Kota Pekanbaru yang menyangkut sejarah berdirinya kantor, gambaran umum wilayah, struktur organisasi dan aktivitas kantor.

12 BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Bab ini penulis menguraikan tentang bagaimana Peranan Dinas Tenaga Kerja Kota Pekanbaru dalam pemberdayaan tenaga kerja lokal agar dapat bersaing dengan tenaga kerja luar dearah BAB VI : PENUTUP Pada Bab ini merupakan bab penutup, dimana pada bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang mungkin berguna bagi instansi.