PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN PEGAWAI BENGKEL LAS DI WILAYAH TERMINAL BUS WISATA NGABEAN KOTA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penduduk usia kerja di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 160

BAB 1 PENDAHULUAN. besar (Priatna,1997 dalam Carissa, 2012). Bengkel pengelasan merupakan salah satu

RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA

GAMBARAN TAJAM PENGLIHATAN PADA PEKERJA LAS DI BEBERAPA TEMPAT LAS DI KOTA MANADO Dewina Tipagau*, Woodford B. S. Joseph*, Jootje M. L.

Pengaruh Pemakaian Welding Shield dan Faktor Individu Terhadap Gangguan Refraksi Mata Pada Pekerja Pengelasan di PT.Pipa Baja

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah di bidang kesehatan dan keselamatan kerja adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan baik di perusahaan maupun di bengkel-bengkel kecil,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh tenaga kerja di bengkel las (Widharto, 2007). Industri pengelasan merupakan industri informal yaitu industri yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.1 Latar Belakang. Kecelakaan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Penglihatan pada Pekerja Pengelasan di Perusahaan Pembuatan dan Perbaikan Kapal

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2 Desember 2017

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG MATA PADA PEKERJA LAS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

KELUHAN SUBJEKTIF PHOTOKERATITIS PADA MATA PEKERJA LAS SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN CIRENDEU DAN CIPUTAT TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

Hubungan Pemakaian Kacamata Las dengan Terjadinya Gangguan Mata pada Pekerja Bengkel Las

GANGGUAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA DI BENGKEL LAS LISTRIK DESA SEMPOLAN, KECAMATAN SILO, KABUPATEN JEMBER

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

PENGARUH PEMAKAIAN KACAMATA LAS TERHADAP KELUHAN PENGLIHATAN PADA PEKERJA LAS KARBIT DI WILAYAH KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA PENGELASAN DI KECAMATAN GALANG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. i. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. otomatis, terintegrasi dan terkoordinasi. luas dewasa ini, ditambah penggunaan internet yang semakin populer

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk. memasyarakat dikalangan anak-anak. Hal ini mungkin menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil

NASKAH PUBLIKASI. Fajar Fatkhur Rohman J Disusun oleh :

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan.undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

PUBLICATION MANUSCRIPT NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN EFISIENSI TAJAM PENGLIHATAN PADA PEKERJA LAS LISTRIK DI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produkproduk

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. vision di dunia. Data dari VISION 2020, suatu program kerjasama antara

PAPARAN FISIS PENCAHAYAAN TERHADAP MATA DALAM KEGIATAN PENGELASAN (STUDI KASUS : PENGELASAN DI JALAN BOGOR)

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

PEMERIKSAAN VISUS MATA

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN:

Pengetahuan dan Sikap Pekerja dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Industri Informal Pengelasan di Desa Singajaya, Indramayu

Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Las di Indramayu

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP TERJADINYA STRES KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI BENGKEL LAS DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat

Sunglasses kesehatan mata

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

LASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis)

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan juga merupakan jalur informasi utama, oleh karena itu. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun

BAB I PENDAHULUAN. tidak terletak pada satu titik yang tajam (Ilyas, 2006), kelainan refraksi merupakan

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

BAB I PENDAHULUAN. kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1997). kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dekat sehingga menyebabkan kelelahan pada mata (astenopia) dan radiasi

I. PENDAHULUAN. tersebut oleh American Optometric Association (AOA) dinamakan Computer

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Selama 20 tahun terakhir, telah terjadi kemajuan besar dalam bidang teknologi

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan jangka panjang di bidang kesehatan, dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

Transkripsi:

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG MATA TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN PEGAWAI BENGKEL LAS DI WILAYAH TERMINAL BUS WISATA NGABEAN KOTA YOGYAKARTA Azir Alfanan ABSTRAK Latar Belakang : Ketajaman penglihatan merupakan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bengkel las. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2007) sebanyak 8 provinsi mempunyai prevalensi low vision di atas prevalensi nasional, salah satunya di Yogyakarta sebanyak 6,7%. Pemakaian alat pelindung mata pada saat pegawai bengkel las melakukan proses pengelasan merupakan faktor yang mempengaruhi ketajaman penglihatan. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian alat pelindung mata terhadap ketajaman penglihatan, mengetahui ketajaman penglihatan dan pemakaian alat pelindung mata pegawai bengkel las di wilayah terminal bus wisata Ngabean Kota Yogyakarta. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 36 orang. Data penelitian diperoleh dari data primer. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden terbanyak berdasarkan umur adalah 20 30 tahun (41,7%), pendidikan terakhir SMA/SMK (47,2%), jenis las yang digunakan las karbit-listrik (50%), masa kerja lebih dari 2 tahun (83,3%), waktu papar 4 6 jam (58,3%), tidak memakai alat pelindung mata (61,1%), ketajaman penglihatan normal (63,9%). Berdasarkan hasil analisa statistik terdapat pengaruh yang signifikan antara pemakaian alat pelindung mata terhadap ketajaman penglihatan (p < 0,05) p = 0,005, OR = 7,636. Kesimpulan : Ada pengaruh yang signifikan antara pemakaian alat pelindung mata terhadap ketajaman penglihatan, terdapat 23 orang (63%) pegawai yang mempunyai ketajaman penglihatan normal dan 13 orang (36,1%) pegawai tidak normal, responden yang tidak memakai alat pelindung mata 22 orang (61,1%) dan memakai 14 orang (38,9%). Kata Kunci : Pemakaian alat pelindung mata, ketajaman penglihaan Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakart

PENDAHULUAN Jumlah penduduk usia kerja di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 160 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, terdapat 70% penduduk bekerja di sektor informal dan 30% bekerja di sektor formal. Sektor informal oleh International Labour Organization (ILO, 2002) di definisikan sebagai cara melakukan pekerjaan apapun dengan karakteristik mudah dimasuki, bersandar pada sumber daya lokal, usaha milik sendiri, beroperasi pada skala kecil, padat karya dan teknologi adaptif, memiliki keahlian diluar system pendidikan formal, tidak terkena langsung regulasi, dan pasarnya kompetitif 3. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serius timbul pada sektor informal karena kurangnya pengawasan terhadap sektor ini. Tenaga kerja di sektor informal sebenarnya tidak berbeda prinsip dengan tenaga kerja di sektor-sektor formal, baik resiko untuk mendapatkan gangguan dan penyakit akibat pekerjaan maupun upaya penanggulangannya. Bahkan tidak jarang karena ketidaktahuan, tenaga kerja sektor informal mempunyai resiko yang lebih tinggi kaitannya dengan gangguan kesehatan yang diderita akibat dari pekerjaan 2. Salah satu bidang usaha pada sektor informal adalah bengkel las. Di Indonesia, bengkel las mudah dijumpai di pinggir jalan. Tidak sedikit dari bengkel las tersebut beradapada jalan raya yang ramai dilewati oleh masyarakat umum. Hal terpenting harus dilindungi dalam pengelasan adalah keselamatan indra penglihatan/mata. Organ ini perlu dilindungi dari busur nyala listrik yang berupa sinar ultraviolet dan inframerah yang berintensitas sangat tinggi. Akibat radiasi tersebut retina dan selaput luar mata dapat rusak dan kering. Jika kerusakan telah demikian lanjut maka mata dapat mengalami kebutaan. Oleh karena itu perlindungan mata sewaktu pengelasan adalah mutlak 9. Resiko bahaya yang ada pada pekerjaan las adalah debu, gas, sengatan listrik, cahaya dan sinar, radiasi panas, bahaya ledakan, bahaya kebakaran, dan bahaya percikan las. Pajanan lain yang timbul dari proses las listrik adalah radiasi ultraviolet. Sinar ultraviolet dihasilkan oleh pengelasan suhu tinggi, bendabenda pijar suhu tinggi, lampu-lampu pijar dan lain-lain. Pada mata, sinar tersebut dapat mengakibatkan iritasi dan penyakit mata 10. Trauma sinar ultraviolet (sinar las) biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat. Kerusakan ini akan segera membaik setelah beberapa waktu dan tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap. Pekerja yang terkena sinar ultraviolet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pekerja akan merasa mata sangat sakit, mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme dan konjungtiva kemotik.

Akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea 6. Pekerja las yang bekerja tanpa menggunakan kacamata rata-rata terpapar radiasi ultraviolet sebesar 2.753 HW/cm2. Nilai ini berada di atas nilai ambang batas 0,239 HW/cm2. Kegiatan pengelasan akan menghasilkan radiasi non pengion yaitu radiasi sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 200-400 nm, radiasi cahaya tampak dengan panjang gelombang 400-700 nm dan radiasi inframerah dengan panjang gelombang antara 700-1400 nm 1. Pada industri las, kondisi lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap pekerja salah satunya yaitu berupa sinar yang ditimbulkan pada proses pengelasan. Sinar tersebut meliputi sinar tampak, sinar infra merah dan sinar ultra violet. Keluhan kelelahan pada mata, seolah-olah mata terisi oleh pasir, penglihatan kabur dan mata terasa sakit yang dirasakan pekerja menunjukkan bahwa pada proses pengelasan terdapat sinar yang membahayakan mata. Ketidakrutinan pekerja las dalam memakai kacamata las mengakibatkan mata pekerja las terpapar secara langsung oleh sinar tampak, sinar inframerah serta sinar ultra violet. Akibat dari pemajanan secara langsung oleh sinar-sinar yang bersifat radiasi tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada ketajaman penglihatan pekerja las 13. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2007) persentase nasional Low Vision Penduduk Umur 6 Tahun ke Atas adalah 4,8% (berdasarkan hasil pengukuran, ketajaman penglihatan kurang dari 20/60 3/60). Sebanyak 8 provinsi mempunyai prevalensi Low Vision diatas prevalensi nasional, salah satunya adalah Provinsi DI Yogyakarta sebanyak 6,3% 4. Ketajaman penglihatan (visus) adalah nilai kebalikan sudut terkecil di mana sebuah benda masih kelihatan dan dapat dibedakan 5. Berdasarkan hasil penelitian Wijayanti (2005) pada bengkel las di wilayah pinggir jalan D.I Panjaitan Kota Semarang terdapat pengaruh yang signifikan antara pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan pegawai bengkel las. Selain pemakaian alat pelindung mata, faktor kekuatan penerangan atau pencahayaan, waktu papar, kelainan refraksi dan umur dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan pekerja las 8. Di Yogyakarta terdapat banyak bengkel las dijumpai di pinggir jalan, salah satunya adalah wilayah Terminal Bus Wisata Ngabean Kota Yogyakarta. Berdasarkan observasi studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 10 januari dan 19 februari 2011, terdapat 14 bengkel las di wilayah tersebut dan dari hasil pengamatan terhadap 3 pegawai las, terdapat 1 pegawai las yang tidak memakai alat pelindung mata pada saat melakukan proses pengelasan, setelah diukur dengan menggunakan kartu snellen pegawai las yang tidak memakai alat pelindung mata tersebut memiliki ketajaman penglihatan 20/50 yang berarti ketajaman penglihatannya adalah hampir normal.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemakaian alat pelindung mata terhadap ketajaman penglihatan pegawai bengkel las di wilayah Terminal Bus Wisata Ngabean Kota Yogyakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam studi analitik cross sectional, peneliti mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan penyakit (efek), observasi atau pengukuran terhadap variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek) dilakukan sekali dan dalam waktu yang bersamaan. Tentunya tidak semua subyek penelitian harus diperiksa pada hari atau saat yang sama, akan tetapi baik variabel risiko maupun variabel efek dinilai hanya satu kali saja 7. Pada penelitian ini menganalisis pengaruh pemakaian alat pelindung mata terhadap ketajaman penglihatan pegawai bengkel las di wilayah Terminal Bus Wisata Ngabean Kota Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pegawai bengkel las yang melakukan proses pengelasan di wilayah Terminal Bus Wisata Ngabean Kota Yogyakarta yang berjumlah 36 orang. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah nonprobability sampling dengan teknik Total Sampling yaitu keseluruhan dari populasi yang berjumlah 36 orang. Variabel penelitian terdiri dari variabel terikat (dependent) adalah ketajaman penglihatan dan variabel bebas (independent) adalah pemakaian alat pelindung mata. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah pemakaian alat pelindung mata oleh responden dan ketajaman penglihatan responden sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah gambar dan peta lokasi penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dalam mengumpulkan data yaitu dengan metode pengukuran dan observasi. Observasi dalam penelitian ini menggunakan check list untuk mengamati pemakaian alat pelindung mata pada pegawai bengkel las. Observasi dilaksanakan di bengkel las di wilayah terminal bus wisata Ngabean Kota Yogyakarta. Observasi dilaksanakan oleh peneliti dan orang-orang yang sudah dilatih untuk membantu observasi sebanyak 5 orang dengan kualifikasi mempunyai tingkat pendidikan yang sama dengan peneliti sehingga memudahkan dalam proses observasi.

Pengukuran ketajaman penglihatan dilakukan oleh peneliti dengan bantuan dokter. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah check list dan alat pengukur ketajaman penglihatan berupa kartu snellen. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi tentang karakteristik responden dan gambaran variabel bebas dan terikat yang diteliti berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisis data bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (pemakaian alat pelindung mata) terhadap variabel terikat (ketajaman penglihatan). Dalam analisis ini digunakan uji Chi square dan perhitungan Odds Ratio (OR) menggunakan tabel 2x2. Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikan (nilai α = 0,05) jika nilai p < 0,05 maka secara statistik terdapat pengaruh yang signifikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian meliputi karakteristik responden, pengaruh pemakaian alat pelindung mata terhadap ketajaman penglihatan pegawai bengkel las. Responden penelitian terdiri dari 36 pegawai las. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibedakan menurut kelompok umur, pendidikan, jenis las, masa kerja dan waktu papar. Karakteristik responden penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini : penelitian Tabel 1. Karakteristik responden Umur Responden f % 1 < 20 tahun 2 5,6 2 20-30 tahun 15 41,7 3 31-40 tahun 12 33,3 4 > 40 tahun 7 19,4 Pendidikan 1 SD 7 19,4 2 SMP 10 27,8 3 SMA/SMK 17 47,2 4 Diploma 2 5,6 Jenis Las 1 Karbit 15 41,7 2 Listrik 3 8,3 3 Karbit dan Listrik 18 50 Masa Kerja 1 < 1 tahun 3 8,3 2 1 2 tahun 3 8,3 3 > 2 tahun 30 83,3 Waktu papar 1 4 6 Jam 21 58,3 2 > 6 Jam 15 41,7 Hasil penelitian menunjukan bahwa umur responden terbanyak adalah 20 30 tahun sebanyak 15 0rang (41,7%), pendidikan terakhir responden terbanyak adalah SMA/SMK sebanyak 17 orang (47,2%), jenis las yang digunakan oleh responden jenis las karbit dan listrik sebanyak 18 orang (50%), masa kerja responden terbanyak adalah lebih dari dua tahun sebanyak 30 orang (83,3%), Waktu papar responden dengan las terbanyak adalah 4-6 jam setiap hari sebanyak 21 orang (58,3%). Untuk melihat pengaruh pemakaian alat pelindung mata terhadap ketajaman penglihatan pegawai bengkel las maka dilakukan analisis bivariat dengan melihat nilai Odds Ratio (OR), CI 95% dan p-value, yang dilakukan dengan uji

Chi Square. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Pengaruh pemakaian alat pelindung mata terhadap ketajaman penglihatan pegawai bengkel las di wilayah Terminal Bus Wisata Ngabean Kota Yogyakarta Alat Pelindung Mata Ketajaman Penglihatan Normal Tidak Normal Total f % f % f % 10 27,8 12 33,3 22 61,1 Tidak Memakai Memkai 13 36,1 1 2,8 14 38,9 Total 23 63,9 13 36,1 36 100 Sig 0,005 OR 15,60 CI 1,728-140,8 Nilai Contingency Coefficient = 0,434 (Kuat) Berdasarkan hasil uji Chi Square diketahui nilai probabilitas (p) sebesar 0,005, nilai p < 0,05 (p = 0,005 < 0,05), sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemakaian alat pelindung mata terhadap ketajaman penglihatan pegawai bengkel las di wilayah Terminal Bus Wisata Ngabean Kota Yogyakarta. Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa OR > 1 (OR = 15,600) yang berarti bahwa responden yang tidak memakai alat pelindung mata beresiko mempunyai ketajaman penglihatan tidak normal 15,600 kali lebih besar daripada responden yang memakai alat pelindung mata. Nilai CI > 1 (lower = 1,728 dan upper = 140,829) yang berarti bahwa memang benar pemkaian alat pelindung mata merupakan faktor yang memengaruhi ketajaman penglihatan pegawai bengkel las di wilayah Terminal Bus Wisata Ngabean Kota Yogyakarta. Nilai Contingency Coefficient = 0,434, tingkat keeratan pengaruh antara dua variabel tergolong dalam kategori kuat. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemakaian alat pelindung mata terhadap ketajaman penglihatan karena nilai p < 0,05 (p = 0,005 < 0,05). Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ada pengaruh pemakaian alat pelindung maa terhadap ketajaman penglihatan pegawai bengkel las di wilayah Terminal Bus Wisata Ngabean Kota Yogyakarta diterima. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Wijayanti (2005) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pemakaian kacamata las terhadap ketajaman penglihatan pekerja las di Jalan D.I Panjaitan Kota Semarang 13. Berdasarkan penelitian dari Angelina dan Oginawati (2009) di dapatkan hasil bahwa intensitas radiasi UV-B pada proses pengelasan di jalan Bogor sangat tinggi dan jauh melampaui NAB baik untuk kondisi tanpa memakai ataupun memakai kacamata las. Penggunaan kacamata pekerja belum dapat meredam intensitas UV-B sesuai NAB yang ditetapkan. Pekerja las yang kadang-kadang memakai alat pelindung mata mempunyai resiko yang sama dengan pekerja yang tidak memakai alat pelindung mata (1). Hal ini juga di dukung oleh penelitian dari Wahab (2002) bahwa paparan radiasi sinar ultraviolet merupakan faktor potensial yang menyebabkan terjadinya keluhan mata akut pekerja las di PT. Bukaka Teknik Utama Bogor. Alat pelindung mata harus selalu digunakan selama melakukan pengelasan walaupun proses pengelasan hanya

untuk waktu yang pendek sekali. Oleh karena itu, penggunaan alat pelindung mata pada saat melakukan proses pengelasan adalah mutlak harus dilaksanakan secara terus menerus untuk mengurangi resiko penurunan ketajaman penglihatan 12. Responden yang paling banyak adalah responden yang menggunakan jenis las karbit dan listrik sekaligus yaitu 18 orang (50%) dan 5 orang (13,9%) mempunyai ketajaman penglihatan tidak normal. Menurut Wiryosumarto dan Okumura (1991) dalam proses pengelasan akan timbul radiasi dari cahaya dan sinar yang dapat membahayakan mata. Tingkat radiasi yang di pancarkan pada proses pengelasan berbeda sesuai dengan jenis las yang digunakan 14. Masa kerja responden lebih dari dua tahun yaitu 30 orang (83,3%) dan sebanyak 11 orang (30,6%) mempunyai ketajaman penglihatan tidak normal. Menurut Setyaningsih. Dkk (2007) bahwa masa kerja dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan pekerja las 8. Usia responden terbanyak adalah pada rentang usia lebih dari 30 tahun yaitu sebanyak 19 orang (52,8%) dan sebanyak 9 orang (25%) mempunyai ketajaman penglihatan tidak normal. Secara alamiah dengan bertambahnya umur yang semakin tua, ketajaman penglihatan akan semakin berkurang. Menurut Setyaningsih, dkk. (2007) ketajaman penglihatan berkurang menurut bertambahnya usia. Maka dari itu kontras dan ukuran benda perlu lebih besar untuk melihat dengan ketajaman yang sama 8. Sebagian besar responden mempunyai waktu papar lebih dari 6 jam yaitu sebanyak 21 orang (58,3%) dan sebanyak 12 orang (33,3%) mempunyai ketajaman penglihatan tidak normal. Pekerja las yang mempunyai waktu papar dengan las lebih dari 6 jam setiap hari lebih beresiko mengalami penurunan ketajaman penglihatan. Hal ini di dukung oleh teori yang dikemukakan oleh Setyaningsih. Dkk (2001) bahwa waktu papar terhadap las dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan pekerja las (8). Menurut Angelina dan Oginawati (2009) Salah satu organ tubuh yang sangat sensitif dalam menanggapi respon dari sekitarnya terutama dalam menanggapi rangsangan intensitas cahaya yang terlalu lemah ataupun terlalu kuat adalah mata. Untuk seorang pekerja di bidang pengelasan, terlalu sering berhadapan dengan cahaya intensitas tinggi akan memberi dampak pada sistem kerja matanya. Seorang pengelas tidak akan terus-menerus mampu melihat sinar ultraviolet yang ada di depannya. Kecenderungan pengelas mampu menatap sinar tersebut kurang dari 2 menit untuk satu titik yang di las. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pekerja menatap sinar las tersebut maka akan semakin merasa lelah matanya 1. Menurut Wiryosumarto dan Okumura (1991) paparan sinar ultraviolet pada proses pengelasan dalam waktu 6-12 jam akan kengakibatkan mata menjadi sakit selama 12-24 jam 14. Menurut Undang-Undang (UU Nomor 13 Tahun 2003) tentang tenaga kerja, jam kerja untuk 6 hari dalam seminggu adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu.

Sedangkan jam kerja untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu adalah 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Oleh karena itu pekerja las di harapkan mengurangi waktu paparan dengan las dan selalu menggunakan alat pelindung mata pada saat melakukan proses pengelasan untuk mengurangi resiko penurunan ketajaman penglihatan 11. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemakaian alat pelindung mata mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ketajaman penglihatan pegawai bengkel las di Wilayah Terminal Bus Wisata Ngabean Kota Yogyakarta. Upaya - upaya yang dapat dilaksanakan untuk mengurangi resiko penurunan ketajaman penglihatan adalah dengan selalu memakai alat pelindung mata pada saat melakukan proses pengelasan. Selain upaya-upaya tersebut, para pekerja yang sudah mengalami penurunan ketajaman penglihatan harus memeriksakan matanya secara periodik untuk menjaga ketajaman penglihatan dan mencegah kerusakan yang lebih berat. Perilaku penggunaan alat pelindung mata akan bermanfaat bagi pegawai bengkel las itu sendiri yaitu mencegah terjadinya kecelakaan kerja dalam melaksanakan pekerjaan dan terhindar dari gangguan penyakit akibat kerja. Hal ini akhirnya akan berpengaruh positif dalam meningkatkan derajat kesehatan dan produktifitas kerjanya. Produktifitas kerja merupakan komponen penting dalam perbaikan pendapatan dan kesejahteraan guna menuju kehidupan kerja yang berkualitas dan selanjutnya dapat mencapai kehidupan yang layak. KESIMPULAN Ada pengaruh yang signifikan antara pemakaian alat pelindung mata terhadap ketajaman penglihatan pegawai bengkel las di wilayah Terminal Bus Wisata Ngabean Kota Yogyakarta (p = 0,005). SARAN 1. Bagi Kelompok Kerja Bengkel Las a. Kelompok kerja bengkel las hendaknya lebih sering memperingatkan dan menegur para pegawai bengkel las yang tidak memakai alat pelindung mata agar sadar akan pentingnya pemakaian alat pelindung mata sehingga dalam melakukan proses pengelasan selalu memakai alat pelindung mata untuk menjaga keselamatan indera penglihatan. b. Kelompok kerja bengkel las di harapkan mengurangi waktu paparan dengan las maksimal 6 jam dalam sehari serta selalu memakai alat pelindung mata pada saat melakukan proses pengelasan untuk mengurangi resiko penurunan ketajaman penglihatan. c. Kelompok kerja bengkel las Perlu meningkatkan kesadaran pekerja las agar memeriksakan matanya secara periodik untuk menjaga ketajaman penglihatan dan mencegah kerusakan yang lebih berat.

2. Bagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Lebih memperhatikan penerapan K3 pada usaha sektor informal seperti bengkel las. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh pemakaian alat pelindung mata terhadap ketajaman penglihatan dengan mengendalikan variabel pengganggu seperti waktu papar, kelainan refraksi, umur, masa kerja, radiasi las, dan kekuatan penerangan atau pencahayaan. DAFTAR PUSTAKA 1. Angelina, C., Oginawati, K. 2009. Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata Dalam Kegiatan Pengelasan Studi Kasus Pengelasan di Jalan Bogor. Laporan Penelitian Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung. (Tidak dipublikasikan) 2. Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Kerja dan Upaya Penanggulangannya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 3. Depkes RI. 2008. Kajian Kondisi Kerja pada Sektor Informal/UKM dan Dampaknya Pada Kesehatan Pekerja. Jakarta: Departemen Kesehatan. 4. Depkes RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar Laporan Nasional 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan 5. Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 6. Ilyas, S. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: FK UI 7. Sastroasmoro, S., Ismael, S. 1995. Dasardasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara. 8. Setyaningsih, dkk. 2007. Perbedaan Gangguan Penglihatan Akibat Radiasi Berdasarkan Kebiasaan Pemakaian Kacamata Las dan Karakteristik Pekerja Las Sektor Informal. Laporan Penelitian Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang. (Tidak dipublikasikan) 9. Sriwidharto. 1996. Petunjuk Kerja Las. Jakarta: Pradnya Paramita. 10. Suma mur. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. 11. UU RI. 2003. Internet. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja. www.hukor.depkes.go.id. 17 Juli 2011 12. Wahab. 2002. Analisa Paparan Radiasi Sinar Ultraviolet Pekerja Las di PT. Bukaka Teknik Utama Kabupaten Bogor.Tesis Program Studi Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. (Tidak dipublikasikan) 13. Wijayanti. 2005. Pengaruh Pemakaian Kacamata Las Terhadap Ketajaman Penglihatan Pada Pekerja Las Karbit Di Wilayah Pinggir Jalan D. I. Panjaitan Kota Semarang. Skripsi Universitas Negeri Semarang. (Tidak dipublikasikan)