BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan

dokumen-dokumen yang mirip
KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015


KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pembangunan telah mengantarkan negara-negara sedang berkembang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2012

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2011

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN

HALAMAN PENGESAHAN...

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,99 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

ANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jambi Agustus 2017

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

No. Katalog :

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2011

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

Setengah Penganggur Kabupaten/Kota Karangasem AGUSTUS 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Keadaan Ketenagakerjaan Bali Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja adalah dua hal yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk menjadi potensi terjaminnya ketersediaan tenaga kerja untuk proses produksi. Pertumbuhan penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan tenaga kerja untuk kegiatan produktif. Sebaliknya, pertambahan penduduk akan berpengaruh negatif apabila tidak dapat terserap dalam kegiatan produktif. Wanita mempunyai fungsi utama yang sangat berkaitan dengan kedudukan dan perannya, yaitu fungsi produksi dan reproduksi. Wanita disebutkan fungsi produksi berkaitan dengan fungsi ekonomis, semakin tinggi tingkat pendidikan wanita memungkinkan mereka secara langsung dan tidak langsung menjadi pelaku pembangunan. Sumber daya wanita yang berfungsi sebagai faktor produksi disebutkan sebagai angkatan kerja wanita, sebagian dari mereka dapat bekerja dengan memperoleh penghasilan. Wanita disebutkan sebagai fungsi reproduksi yang terdiri dari fungsi reproduksi kodrati yang termasuk diantaranya adalah melahirkan, menyusui, dan fungsi reproduksi non kodrati yang terdiri dari mendidik, mengasuh dan membimbing anak (Mustar, 2007 : 148). Wanita pada saat ini dapat berpartisipasi menuntut persamaan hak dan menyatakanfungsinya mempunyai arti bagi pembangunan dalam masyarakat di Indonesia. Alasan wanita bekerja adalah untuk membantu meningkatkan ekonomi 1

keluarga, memanfaatkan waktu luang dan ingin memperoleh peghasilan sendiri. Tenaga kerja wanita dalam keluarga, umumnya ibu rumah tangga cenderung memilih bekerja di sektor informal. Hal ini dilakukan agar dapat membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga (Handayani dan Artini, 2009:9). Peningkatan partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi karena: pertama, adanya perubahan pandangan dan sikap masyarakat tentang sama pentingnya pendidikan bagi kaum wanita dan pria, serta makin disadarinya perlunya kaum wanita ikut berpartisipasi dalam pembangunan, kedua, adanya kemauan wanita untuk bermandiri dalam bidang ekonomi yaitu berusaha membiayai kebutuhan hidupnya dan mungkin juga kebutuhan hidup dari orang-orang yang menjadi tanggungannya dengan penghasilan sendiri (Haryanto, 2008). Tabel 1.1 Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Bali Tahun 2014 U r a i a n P r i a W a n i t a J u m l a h Penduduk Usia Kerja (orang) 1.546.498 1.546.382 3.092.880 Angkatan Kerja (orang) 1.276.593 1.040.165 2.316.758 Bekerja (orang) 1.248.588 1.024.044 2.272.632 Pengangguran Terbuka (orang) 28.005 16.121 44.126 Bukan Angkatan Kerja (orang) 269.905 506.217 776.122 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 82,55 67,26 74,91 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,19 1,55 1,9 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2015 Dari total penduduk usia kerja wanita sebanyak 1.546.382 orang, angkatan kerja wanita sebanyak 1.040.165 orang, penduduk wanita yang bekerja sebanyak 1.024.044 dan penduduk wanita yang mengaggur sebesar 16.121 orang, sehingga TPAK wanita pada tahun 2014 cukup besar yaitu 67,26%. Hal ini didukung 2

dengan meningkatnya tingkat pendidikan wanita. Semangat wanita untuk menjadi individu mandiri dan membantu pendapatan keluarga sangat besar, sehingga mereka memilih memasuki sektor publik, baik dalam sektor formal maupun informal. Menurut Mantra (2000 : 230) bahwa TPAK (Tingkat Partisispasi Angkatan Kerja) menunjukkan presentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja, sehingga dapat diketahui besaran penduduk yang aktif bekerja. TPAK mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Tabel 1.2 Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Status Dalam Pekerjaan Utama di Provinsi Bali Tahun 2014 (orang) Status Pekerjaan P r i a W a n i t a J u m l a h Berusaha Sendiri 143.215 174.003 317.218 Berusaha dibantu Buruh tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar 234.078 132.030 366.108 Berusaha dibantu Buruh Tetap/Buruh tak Dibayar 70.926 27.550 98.476 Buruh/Karyawan/Pegawai 595.515 389.631 985.146 Pekerja Bebas di Pertanian 29.504 36.667 66.171 Pekerja Bebas Non Pertanian 101.899 35.072 136.971 Pekerja Keluarga 73.451 229.091 302.542 Jumlah 1.248.588 1.024.044 2.272.632 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2015 Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Tahun 2014 pada Tabel 1.2 menggambarkan kondisi penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut status dalam pekerjaan utama pada tahun 2015, dimana penduduk usia 15 tahun ke atas lebih banyak bekerja sebagai buruh/karyawan yaitu 595.515 orang pria dan 389.631 orang wanita dengan total 985.146 orang. 3

Selanjutnya penduduk usia 15 tahun ke atas paling sedikit bekerja berusaha dibantu buruh tetap yaitu 70.926 orang pria dan 27.550 orang wanita dengan total 98.476 orang. Sebagian besar partisipasi perempuan adalah bekerja sebagai buruh/karyawan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.2 yang menunjukkan kontribusi terbesar perempuan bekerja sebagai buruh/karyawan yaitu sebesar 389.631 orang dan paling sedikit bekerja berusaha dibantu buruh tetap/buruh tak dibayar yang hanya berjumlah 27.550 orang. Terlihat bahwa perempuan cenderung mengalokasikan jam kerja sebagai buruh/karyawan. Tabel 1.3 Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Provinsi Bali Tahun 2014 (orang) Lapangan Usaha P r i a W a n i t a J u m l a h Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, & Perikanan 279.588 248.918 528.506 Pertambangan dan Penggalian 5.89 3.776 9.666 Industri Pengolahan 144 333 172.265 316.598 Listrik, Gas, dan Air 5.546 2.389 7.935 Bangunan 173.195 32.275 205.47 Perdagangan, Hotel, dan Rumah Makan Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Keuangan, Asuransi, dan Usaha Persewaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 303.134 355.178 658.312 64.282 6.376 70.658 47.524 34.907 82.431 225.096 167.960 393.056 Jumlah 1.248.588 1.024.044 2.272.632 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2015 Berdasarkan Tabel 1.3 penduduk 15 tahun keatas yang bekerja seminggu yang lalu menurut lapangan usaha dan jenis kelamin di Provinsi Bali tahun 2015 didominasi oleh penduduk yang bekerja pada lapangan usaha perdagangan, hotel 4

dan retoran dengan total 658.312 orang dimana 303.134 orang pria dan 355.178 orang wanita. Dari keseluruhan sektor wanita lebih banyak yang bekerja pada lapangan usaha, hotel dan retoran. Peran serta wanita dalam aktivitas peningkatan pendapatan (income generating activity) sudah berlangsung begitu lama. Wanita pekerja umumnya dianggap bukan sebagai pencari nafkah utama meski tidak menutup kemungkinan bahwa pendapatannya akan sangat berguna menunjang perekonomian keluarga (Yusvi, 2013). Tabel 1.4 Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur Tahun 2014 (orang) Kelompok Usia P r i a W a n i t a J u m l a h 15-19 44.182 45.339 89.521 20-24 103.782 99.652 203.434 25-29 134.509 101.511 236.020 30-34 178.037 132.728 310.765 35-39 151.010 129.070 280.080 40-44 175.765 133.301 309.066 45-49 138.804 121.182 259.986 50-54 119.953 95.660 215.613 55-59 80.475 65.218 145.693 60 + 122.071 100.383 222.454 Jumlah 1.248.588 1.024.044 2.272.632 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2015 Berdasarkan pada Tabel 1.4 penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja menurut kelompok umur pada tahun 2015 didominasi oleh kelompok usia 30 sampai 34 tahun yaitu terdiri dari 178.037orang pria, 132.728 orang wanita dan dengan total keseluruhan 310.765 orang. Hal ini terjadi karena pada kelompok usia 30 sampai 34 tahun mereka menjadi semakin dewasa dan seseorang yang semakin dewasa maka keterampilan dalam bidang tertentu dan kekuatan fisik 5

umumnya akan semakin meningkat. Pada kelompok usia 30 sampai 34 merupakan usia produktif dan pada usia produktif mereka harus bekerja untuk memenuhi tanggung jawab pada keluarga yang menjadi tanggungan dan seseorang yang sudah berumur 15 tahun keatas, maka akan bertambah juga tanggung jawab yang harus diterima dan harus mencari pekerjaan agar bisa memenuhi kebutuhannya dan keluarganya. Penawaran kerja yang dilihat dari curahan jam kerja pekerja juga dipengaruhi oleh faktor demografi seperti usia pekerja. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada usia produktif biasanya pekerja memiliki curahan jam kerja yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pekerja yang telah berusia lanjut. Kondisi ini dapat diterangkan karena ketika seseorang masih termasuk usia produktif maka akan cenderung bekerja semaksimal mungkin. Ketika memasuki usia lanjut kemampuan akan menurun sehingga akan mengurangi aktivitasnya di pasar kerja (Yusvi, 2013). Tabel 1.5 Banyaknya Penduduk 15 Tahun Keatas yang Bekerja Seminggu yang Lalu Menurut Jumlah Jam Kerja di Provinsi Bali Tahun 2014 (orang) Jumlah Jam Kerja P r i a W a n i t a J u m l a h 0* 25.753 18.153 43.906 1-9 16.106 23.649 39.755 10-24 95.337 142.094 237.431 25-34 100.411 135.737 236.148 35-44 253.606 219.620 473.226 45-59 569.472 336.191 905.663 60 + 187.903 148.600 336.503 Jumlah 1.248.588 1.024.044 2.272.632 Keterangan: *) sementara tidak bekerja Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2015 6

Menurut data pada Tabel 1.5 jumlah jam kerja 45 sampai 59 jam dalam seminggu berada dalam urutan pertama yaitu dengan terdiri dari 569.472 orang pria, 336.191 orang wanita dan total keseluruhan 905.663 orang. Banyaknya penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja dengan jumlah jam kerja 45 sampai 59 jam dalam seminggu rata-rata bekerja 8 sampai 9 jam per harinya selama 6 hari dan 1 hari tenaga kerja berhak untuk menikmati libur. Hal ini tidak berlaku pada sektor informal yang bebas mengatur jumlah jam kerja dalam seminggu dan bahkan bekerja penuh dalam seminggu seperti pedagang dan buruh di Pasar. Buruh wanita di Bali sering disebut dengan julukan Wanita Tukang Suun. Tukang suun biasanya beroperasi di pasar-pasar tradisional, dimana untuk wilayah Badung dan Denpasar, tukang suun banyak kita jumpai pada beberapa pasar seperti Pasar Badung, Pasar Kumbasari, Pasar Kreneng Pasar Batu Kandik, Pasar Sanglah dan Pasar Sindu. Tidak ada data resmi yang menunjukkan berapa jumlah tenaga buruh wanita di masing-masing pasar. Sumaryani (2005), dalam penelitian lain yang dilakukan mengenai Profil Tenaga Kerja Buruh Buah di Denpasar, juga memberikan gambaran yang hampir sama mengenai alasan perempuan Bali memilih bekerja menjadi buruh. Alasanalasan yang dikemukakan antara lain: rendahnya tingkat pendapatan keluarga, tidak memiliki pekerjaan lain, ingin mencari uang sendiri dan mengisi waktu luang, digolongkan sebagai faktor pendorong. Sedangkan alasan karena mengikuti ajakan teman/keluarga, penghasilan menjadi buruh lebih besar, dan jarak bekerja yang dekat, digolongkan kedalam faktor penarik. 7

Menurut Alatas (1990), peningkatan partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi karena: Pertama, masyarakat menyadari bahwa pendidikan sama pentingnya bagi kaum wanita agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan. Kedua, kemauan wanita untuk mandiri dan berusaha membiayai kebutuhan hidupnya, mungkin juga membantu kebutuhan hidup anggota keluarganya yang menjadi tanggungannya. Dari hasil observasi yang dilakukan di pasar badung, didapatkan hasil bahwa keputusan mereka bekerja sebagai buruh adalah peran domestik dalam rumah tangga dimana mereka harus berkontribusi untuk mengurus rumah tangga dan berkontribusi dalam kegiatan adat. Kegiatan adat yang dimaksudkan adalah kegiatan nguopin, mebanjaran, serta berbagai kegiatan menyama-braya lainnya. Sehingga sebagian besar dari mereka yang memilih bekerja dalam sektor informal yang tidak terikat pada waktu kerja. Menurut Komala (2012) dalam peneltiannya menegaskan bahwa semakin bertambah jumlah anak, maka jam kerja wanita juga akan mengalami penurunan. Jadi dengan banyaknya jumlah tanggungan keluarga dan pendapatan suami yang sudah mencukupi kebutuhan hidup akan membuat wanita untuk memilih tidak berkontribusi pada sektor publik. Namun hasil observasi justru beberapa wanita tidak mengeluhkan jumlah tanggungan keluarga karena anak-anak mereka bisa dititip pada mertua dan saudara di rumah, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti fenomena ini, karena peran wanita miskin lebih besar dari pada peran wanita kaya. 8

1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana pengaruh umur dan jumlah tanggungan terhadap alokasi waktu kerja buruh wanita di Pasar Badung? 2) Bagaimana pengaruh umur, jumlah tanggungan dan alokasi waktu kerja terhadap pendapatan buruh wanita di Pasar Badung? 3) Apakah umur dan jumlah tanggungan berpengaruh secara tidak langsung terhadap pendapatan buruh wanita melalui alokasi waktu kerja? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk menganalisis pengaruh umur dan jumlah tanggungan terhadap alokasi waktu kerja buruh wanita di Pasar Badung. 2) Untuk menganalisis pengaruh umur, jumlah tanggungan dan alokasi waktu kerja terhadap pendapatan buruh wanita di Pasar Badung. 3) Untuk menganalisis pengaruh umur dan jumlah tanggungan secara tidak langsung terhadap pendapatan buruh wanita melalui alokasi waktu kerja. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut. 9

1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan hasil penelitian diharapkan dapat menambah bahan referensi terkait pengaruh umur dan jumlah tanggungan terhadap pendapatan buruh wanita melalui alokasi waktu kerja. Selain itu, penelitian ini bisa menjadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian yang lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam bidang ekonomi dan kependudukan khususnya bidang ketenagakerjaan serta solusi untuk mengatasinya. Bagi buruh wanita, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai alokasi waktu kerja dan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. 10

Bab II Kajian Pustaka Dan Hipotesis Penelitian Bab ini menguraikan teori yang mendukung pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai beberapa konsep yang meliputi ketimpangan distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, penduduk, dan investasi serta pembahasan penelitian-penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam merumuskan hipotesis atau dugaan sementara. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV Data Dan Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan gambaran umum daerah penelitian, deskripsi data hasil penelitian, dan pembahasan mengenai permasalahan yang ada dalam penelitian. Bab V Simpulan Dan Saran Bab ini menguraikan mengenai simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian dan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan simpulan yang diperoleh agar nantinya dapat berguna bagi penelitian selanjutnya. 11