MODEL PENDIDIKAN KEAKSARAAN Berwawasan Cerita Rakyat Masyarakat Pertanian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

SILABUS PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR. Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal PAUDNI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripisi data hasil penelitian di bab sebelumnya, maka dari

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) B. KOMPETENSI DASAR 5.1 Menyampaikan kembali isi pengumuman yang dibacakan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pelajaran 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS. 1 Semester 1

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

Maksimum. 1. Kebenaran jawaban Bahasa (ejaan dan tambahan) Ketepatan waktu 20. Pagerpelah, 13 Juli Mengetahui

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik KELAS. Semester 2

2014 MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewariskan nilai-nilai luhur budaya bangsa

GERAKAN LITERASI SEKOLAH

2 Menetapkan : Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Kurikulum terus berganti dari kurikulum 1975 hingga kurikulum

Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Mendeskripsikan isi Puisi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk kepentingan mengubah dan memperbaiki cara belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

Kompetensi Dasar : 1. IPS : Menunjukkan sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga. 2. IPA : Membedakan lingkungan sehat dan tidak sehat.

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 2 Nomor 2, Juni 2017

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

Lampiran 1 BIODATA PENULIS

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN

Nama Sekolah :... : Peristiwa Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 3 minggu

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN. Oleh : BABANG ROBANDI Tim PK PLS fip UPI 2008

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal paling utama dalam kehidupan. Pendidikan

Nama Sekolah :... I. STANDAR KOMPETENSI I. PKn 1. Mengamalkan makna Sumpah Pemuda

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran membaca pada peseta didik kelas awal merupakan

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

a. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 481

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Disusun untuk Praktik Pengalaman Lapangan di SDN Percobaan 2

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS PERAN LEMBAGA KURSUS PENDIDIKAN (LKP) BINA MULIA BATANG DALAM MENUMBUHKAN KETERAMPILAN DASAR CALISTUNG PADA ANAK

Oleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan hidup (life skills) yang harus dikuasai. Bahasa sebagai alat untuk dapat berinteraksi

Septia Sugiarsih, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SASTRA SUNDA SATUAN PENDIDIKAN : SMP NEGERI 2 BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, peneliti merumuskan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

JARINGAN KD/INDIKATOR

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Metode Drill dalam Pembelajaran Al-Qur an Hadits pada. Kelas IV di MI Al-Karim Gondang Nganjuk dan MI Miftahul Jannah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Memahami wacana lisan tentang benda-benda di sekitar dan dongeng.

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Standar Kompetensi** 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

G. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SDLB TUNANETRA

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

STRATEGI & METODE PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai tema. Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain. Pada masyarakat modern dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu. menulis dan membaca merupakan komunikasi tertulis.

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum.

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan Melalui Strategi Bimbingan Langsung Pada Siswa Kelas 1 SD Inpres 2 Lambunu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan :... Kelas / Semester : 6 / 2 Tema / Topik : Wirausaha Petemuan ke : 1 Alokasi Waktu : 1 Hari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara

: Sejarah Peradaban Islam : Kerajaan Islam di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. terampil berbahasa. Adapun keterampilan berbahasa itu mencakup empat

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS 1 SEMESTER 1 TEMA: Budi Pekerti

MERANCANG BAHAN AJAR PENDIDIKAN KEAKSARAAN Bahan Sajian Semiloka Pendidikan Keaksaraan

BAB I PENDAHULUAN. layanan dan pengembangan. Konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan, serta

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK SIKLUS I

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 1

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KURIKULUM 2013

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

PENERAPAN METODE TURNAMEN MEMBACA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA DALAM MENEMUKAN INFORMASI MELALUI MEMBACA MEMINDAI

Transkripsi:

MODEL PENDIDIKAN KEAKSARAAN Berwawasan Cerita Rakyat Masyarakat Pertanian oleh Ujang Rahmat Tenaga Fungsional PP PAUDNI Regional I Di Indonesia, kabar mengenai budaya membaca belumlah begitu menggembirakan. Kurangnya jumlah buku, minimnya kreativitas untuk menulis, atau kemasan informasi menjadi faktor penyebabnya. Padahal, begitu banyak informasi yang sudah selayaknya kita ketahui melalui jendela membaca. Terlebih masalah budaya leluhur yang masih aktual dijadikan sebagai referensi pendidikan karakter. Sayangnya, sekian tradisi yang sudah lama berkembang dan hidup di masyarakat itu, masih berada dalam tradisi lisan dan tutur. Konsekuensinya, salah satu upaya pelestariannya adalah menuliskan untuk kemudian dapat dibaca oleh masyarakat luas. Alternatif untuk ketersediaan bahan bacaan tersebut adalah pendidikan keaksaraan. Inisiasi ini digagas PP PAUDNI Regional I pada tahun 2010. Kerja nyata sebagai lembaga pengembangan, PP PAUDNI Regional I mengembangkan Model Pendidikan Keaksaraan Berwawasan Cerita Rakyat Masyarakat Pertanian. Model yang setebal 23 halaman isi dan 5 halaman prelim ini, ditulis tenaga fungsional PP PAUDNI Regional I. Seperti apa model tersebut dan bagaimana isinya, simaklah paparan berikut ini. Ilustrasi Sampul Model ini dikemas dengan sampul (cover) yang berisi gambar ilustrasi yang didominasi warna cokelat dan dipadupadankan dengan warna hitam memberi kesan yang sederhana namun menarik. Ilustrasi dua gambar perempuan yang berbusana masa lalu berdiri tegak di atas rerumputan yang memberi kesan suasana masa lampau. Pada sampul, tertulis judul dengan kata Model Pendidikan Keaksaraan, berwarna kuning, sedangkan kata Berwawasan Cerita Rakyat Masyarakat Pertanian dengan ukuran huruf yang lebih kecil dengan gaya lebih dinamis dibumbui warna hijau menyala dan warna kuning di tepinya yang menumbuhkan kesan bayangan pada tulisan, sehingga tampak seperti tiga dimensi. Pada sisi kiri-atas, tampak tegas logo tut wuri handayani, yang menunjukkan identitas produk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sementara itu, pada sisi kiri-bawah, terdapat logo PP PAUDNI Regional I dan tahun produksi pembuatan model dengan ukuran huruf yang lebih kecil dan jenis huruf yang berbeda berwarna merah. Lingkup Isi Model Model ini dikemas dalam 4 (empat) bab. Pada bagian pertama (Pendahuluan), model ini memaparkan latar belakang yang menjadi permasalahan sekaligus menjadi dasar penyusunan

model. Berikutnya, bagian tujuan. Tujuan dalam pengembangan model ini, yakni: 1) penguatan pemeliharaan kecakapan keberaksaraan; 2) melestarikan dan mempertahankan cerita rakyat yang ada di lingkungan sekitar; dan 3) mengembangkan kewirausahaan berbasis pertanian secara santun. Di akhir bab 1 ini, pengembang dengan tegas, bahwa pengguna model ini adalah tutor pendidikan keaksaraan. Harapannya, tutor keaksaraan ini memiliki pengetahuan, pengalaman dan kemampuan dalam mengelola pembelajaran pendidikan keaksaraan berwawasan cerita rakyat pada masyarakat pertanian. Pada bagian kedua, model ini berisi landasan konseptual. Pada bagian ini diuraikan mengenai konsep operasional mengenai Pendidikan keaksaraan dasar, pendekatan pembelajaran pada orang dewasa, dan cerita rakyat. Apakah Pendidikan Keaksaraan itu? Pendidikan Keaksaraan Dasar yang disingkat dengan PKD adalah upaya peningkatan kemampuan keaksaraan penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, dan berhitung, untuk mengkomunikasikan teks lisan dan tulis menggunakan aksara dan angka dalam bahasa Indonesia. Adapun tujuan dari pendidikan keaksaraan dasar, antara lain: a) meningkatkan kemampuan keberaksaraan penduduk usia 15 tahun ke atas. b) membangun keaksaraan penduduk dewasa yang belum bisa membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi dalam bahasa nasional melalui pengalaman nyata, c) memberikan kemampuan dasar belajar agar siapa pun dapat mencari, memperoleh, menggunakan dan mengelola informasi untuk meningkatkan mutu hidupnya. Salah satu sasaran dari program pendidikan keaksaraan dasar, adalah masyarakat perdesaan, yang antara lain mempunyai karakter; a) bekerja sebagai petani, buruh, dan nelayan, b) belum pernah sekolah atau putus sekolah SD, c) cenderung kurang memperhatikan pentingnya belajar, dan d) kurang memiliki kesempatan mendapat informasi, dan bimbingan atau penyuluhan. Dalam proses pencapaian kemampuan keberaksaraannya, warga belajar pendidikan keaksaraan dasar harus mengacu pada Standar Kompetensi Keaksaraan Dasar (SKK-KD) adalah seperangkat kemampuan minimal untuk mencapai kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan kemampuan berhitung dalam kehidupan sehari-hari. Selain pendidikan keaksaraan dasar, dalam bagian kedua ini juga, Pengembang memberikan batasan mengenai cerita rakyat. Frame cerita rakyat yang dimaksud adalah cerita yang berkembang tanpa diketahui pengarangnya (anonim). Cerita rakyat merupakan sesuatu yang terlahir dalam suatu komunitas kemudian menyebar melalui lisan dari satu generasi ke generasi hingga akhirnya sampai ke generasi berikutnya termasuk kita sekarang ini (Ariyono Suyono, 1985:74).

Pendekatan apa yang digunakan dalam model ini? Secara umum, pendekatan yang digunakan dalam model ini adalah andragogi. Mengingat siapa yang menjadi sasaran pembelajaran model ini, pendekatan andragogi menjadi pilihan yang tepat. Andragogi dipilih karena memiliki prinsip: 1) Berorientasi pada pemecahan masalah lingkungan digali dari pendapat dan diketahui oleh warga belajar; 2) Berbasis pada pengalaman pribadi warga; 3) Memberikan pengalaman yang bermakna bagi warga belajar; 4) Memberi kebebasan bagi warga belajar untuk ikut memilih isi dan proses belajar sesuai dengan minat, kebutuhan dan pengalamannya; 5) Pembelajaran harus dimulai dari dan berdasarkan pada pengetahuan dan kompetensi yang sudah ada sebelumnya; 6) Penguatan harus bersifat positif dan meningkatkan motivasi belajar bagi warga belajar; dan 7) Pembelajaran harus memungkinkan warga belajar untuk berpartisipasi secara aktif, sehingga dapat memperbaiki dan memperpanjang ingatan. Untuk mewujudkan ketercapaian hasil pembelajaran, selain andragogi, Pengembang juga mengadopsi tiga jenis pendekatan pembelajaran yang dihasilkan oleh Lyra Srinivasan. Pendekatan yang dimaksud adalah: a. Pendekatan yang Berpusat pada Masalah. Intinya pendekatan ini, menganjurkan kepada kita supaya materi yang diajarkan harus bersumber dari pengalaman dan permasalahan warga belajar. Lalu tutor dan warga belajar, sama-sama aktif mencoba untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi warga belajar b. Pendekatan Proyektif. Pendekatan ini, dalam pelaksanaannya harus dibantu oleh mediamedia belajar yang diperkirakan akan mempermudah penyampaian suatu materi kepada warga belajar. Sehingga, warga belajar bisa menelaah (proyeksi) dan mendapatkan makna dari media-media tersebut, kemudian mereka diarahkan untuk berkaca dari makna yang mereka dapatkan kedalam masalah-masalah yang sedang mereka hadapi c. Pendekatan Aktualisasi Diri. Pembelajaran dengan mempergunakan pendekatan ini, materi-materinya diambil dari pengalaman-pengalaman dan kemampuan-kemampuan warga belajar. Pada bagian ketiga, model ini dijuduli dengan Strategi Belajar. Bagian ketiga ini menguraikan prinsip-prinsip pembelajaran, metode belajar, dan penilaian pembelajaran. Ketiga pemahaman tersebut, sebagai berikut. Prinsip Pembelajaran Apa yang Digunakan? 1. Kebermaknaan dan kebermanfaatan. Ini menjadi prinsip mutlak dalam pelaksanaan Pembelajaran pendidikan keaksaraan berwawasan ceritera rakyat. Pembelajaran yang

diikuti oleh warga belajar selayaknya dapat dirasakan manfaatnya untuk dapat diterapkan dalam kehidupan. Dengan demikian, warga belajar diharapkan dapat mengembangkan diri dan realisasi diri dalam kehidupannya secara optimal. 2. Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran. Untuk memenuhi kebutuhan belajar warga belajar dapat menggali berdasarkan potensi lingkungan sekitar. Sumber daya yang dapat dimanfaatkan seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya budaya, dan sumber daya teknologi pertanian. 3. Materi belajar terintegrasi dengan potensi pertanian di lingkungan sekitar, adat istiadat, dan kebiasan-kebiasaan lain dalam bidang pertanian yang dapat mendukung terhadap proses pembelajaran. 4. Masalah yang diangkat dalam pembelajaran berkaitan dengan kebutuhan belajar warga belajar dalam bidang pertanian, serta mengangkat permasalahan ceritera rakyat yang dapat mendukung terhadap kebutuhan belajar warga belajar dan lingkungannya. 5. Menekankan pada pembelajaran partisipatif, yaitu peserta didik terlibat langsung mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Ada beberapa pilihan yang dapat digunakan tutor dalam menggunakan metode pembelajaran keaksaraan berwawasan pertanian melalui ceritera rakyat. Oleh karena itu, dalam memilih sekaligus menetapkan metode pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran, hendaknya diperhatikan lima kriteria berikut: 1. Pemilihan dan penetapan strategi dan metode harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; 2. Memperhatikan materi (bahan ajar) yang akan disampaikan kepada warga belajar dengan berbagai karakteristiknya sebagai orang dewasa; 3. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran; 4. Tingkat kemampuan dan kemudahan warga belajar dalam menyerap dan memahami materi pembelajaran; dan 5. Memperhatikan efektivitas, efisiensi, daya tarik media, dan iklim/suasana pembelajaran dikelompok belajar. Jenis metode pembelajaran keaksaraan berdimensi cerita rakyat meliputi: 1. Metode Kata Kunci Langkah-langkah penggunaan metode kata kunci dalam pembelajaran keaksaraan berdimensi cerita rakyat: a. Tutor menyajikan sebuah poster bergambar, misalnya gambar Nyi Rambut Kasih yang

menjadi materi hari itu b. Tutor bersama WB mendiskusikan cerita yang terkandung dalam poster tersebut. Misalnya cerita Nyi Rambut Kasih yang mereka ketahui c. Tutor menuliskan kata NYI RAMBUT KASIH di papan tulis dan membacanya dengan jelas supaya diikuti WB. Mintakan WB secara berulang-ulang mengucapkan/membaca kata NYI RAMBUT KASIH d. Tutor membaca kata NYI RAMBUT KASIH dengan penekanan pada pelafalan suku kata, sehingga menjadi: NYI RAM-BUT KA-SIH. Warga belajar diminta secara bersama-sama melafalkan suku kata tersebut, kemudian satu persatu membaca kata tersebut secara berulang-ulang, sehingga mereka memahami bentuk dan pelafalan NYI, RAM, BUT, KA dan SIH. e. Tutor menguraikan suku kata NYI RAM-BUT KA-SIH menjadi huruf N-Y-I-R-A-M- B-U-T-K-A-S-I-H. Kenalkan dan bacakan huruf-huruf tersebut agar diikuti oleh warga belajar. Warga belajar diminta belajar secara berulang-ulang melafalkan N-Y-I-R-A-M-B-U-T- K-A-S-I-H, sehingga mereka paham bentuk dan lafal huruf-huruf tersebutdan berlatih dengan menggunakan kata-kata baru yang berkaitan dengan masalah di atas. f. Tutor membuat kata baru dari huruf-huruf tadi yang masih memiliki satu tema dengan cerita rakyat yang dibahas tersebut. 2. Metode Suku Kata Langkah-langkah penggunaan metode suku kata dalam pembelajaran keaksaraan berdimensi cerita rakyat: a. Mulailah dengan kata-kata yang mudah, dikenal dan sering diucapkan/dilafalkan oleh WB dan ada dalam bahan belajar cerita rakyat yang sedang dibahas. Kata-kata tersebut berupa kata dasar/benda konkret yang terdiri dari dua suku kata mangga b. Suku-kata tersebut bila dipenggal terdiri dari konsonan dan vokal yang sering dipakai (Hindari huruf yang jarang digunakan seperti q, v, w, y, x dan z) mangga mang-ga m-a-n-g-g-a c. Tutor mengidentifikasi suku-kata lain yang mudah dibentuk, ditulis, dilafalkan, dan yang paling banyak digunakan dalam pengucapan namun masih berhubungan dengan

cerita rakyat yang sedang dibahas malongpong: nama desa tempat WB tersebut tinggal manis: rasa d. Tutor meminta WB menyusun kalimat sederhana dari kombinasi suku-kata suku-kata, misalnya mangga malongpong manis dan sebagainya. 3. Pendekatan Pengalaman Berbahasa Langkah-langkah penggunaan pendekatan pengalaman berbahasa pada pembelajaran keaksaraan berdimensi cerita rakyat: a) Tutor menulis sebuah kalimat yang berkaitan dengan cerita rakyat yang sedang dibahas Prabu Siliwangi mempunyai istri empat puluh orang b) Tutor mengajak WB membaca kalimat yang diucapkan WB sampai lancar c) Tutor memotong kata per kata prabu siliwangi mempunyai istri empat puluh orang prabu siliwangi mempunyai istri empat puluh orang pra-bu si-li-wa-ngi mem-pu-nya-i is-tri em-pat pu-luh o-rang d) Tutor membuat permainan membaca kata prabu siliwangi mempunyai istri istri prabu siliwangi empat puluh orang e) Tutor menyusun kalimat lagi, yang masih memiliki tema yang sama dengan kalimat pertama Nyi Rambut Kasih adalah anak Prabu Siliwangi f) Tutor menyuruh WB menyalin kalimat tersebut g) Tutor mengajak WB menyalin kata dan memotong dalam suku kata nyi rambut kasih adalah anak prabu siliwangi nyi ram-but ka-sih a-da-lah a-nak pra-bu si-li-wa-ngi h) WB menyalin kata kunci dalam kamus masing-masing Prabu Siliwangi

Nyi Rambut Kasih 4. Praktek a. Langkah-langkah: 1) Tutor memberikan penjelasan mengenai cara membuat suatu keterampilan 2) Setelah dipahami, warga belajar diminta untuk mempraktekkannya secara langsung Misalnya: Membuat keripik jamur 3) Tutor mengajak warga belajar berdiskusi mengenai kesulitan-kesulitan yang mereka alami selama melaksanakan praktek. Warga belajar diberi kesempatan untuk mencoba untuk saling memecahkan masalah satu sama lain. 5. Diskusi a. Langkah-langkah pelaksanaan diskusi : 1) Tutor mengajak WB untuk melakukan praktek keterampilan, misalnya membuat kue lapis tepung beras. 2) Topik diskusi diangkat berdasarkan pengalaman yang diperoleh WB selama praktek keterampilan tersebut. Misalnya berdiskusi tentang cara membuat kue lapis tepung beras yang mengembang sempurna dan bagaimana cara memasarkannya. 3) Tutor perlu merangsang WB melalui pertanyaan yang tepat guna membuka proses kegiatan belajar mengajar. 4) Tutor membantu menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan WB. 6. Simulasi a. Langkah-langkah: 1) Tahap Persiapan Siapkan bahan dan alat untuk permainan simulasi Buatlah pertanyaan-pertanyaan untuk simulasi yang ada kaitannya dengan calistung, cerita rakyat, pertanian, budi pekerti dan wirausaha sehingga sesuai dengan apa yang dipelajari warga belajar selama pembelajaran Bagilah warga belajar ke dalam 5 (lima) kelompok 2) Tahap Pelaksanaan Permainan dipimpin oleh seorang tutor Tutor berperan sebagai wasit Warna-warna sebagai simbol peserta disesuaikan dengan hasil kesepakatan Pemain yang mendapat kesempatan ke-1, 2, 3, 4 dan 5 untuk memutar dadu ditentukan berdasarkan hasil undian

Permainan berlangsung selama bergiliran, setelah pemain ke-1 mendapat giliran, dilanjutkan dengan pemain ke-2, 3 dan seterusnya Pemain harus membaca pertanyaan yang ada dalam kartu dengan suara keras, kemudian menjawabnya Bila jawaban benar, pemain dapat melempar dadu dan melangkahkan biji halmanya, tetapi bila jawaban salah, ia tidak dapat melangkahkan biji halma dan permainan diteruskan ke pemain lain Permainan selesai bila ada kelompok yang sudah mencapai garis selesai, atau ditentukan dengan waktu sesuai kesepakatan 3) Tahap Evaluasi Untuk mengetahui manfaat simulasi ini, tutor dapat menanyakan pada warga belajar: Bagaimana kesan warga belajar setelah mengikuti permainan ini (menyenangkan atau tidak) Apakah pembelajaran dengan menggunakan permainan seperti ini lebih disukai atau tidak (alasannya) Adakah perubahan pemahaman setelah mengikuti pembelajaran dengan pola permainan di kelompok belajar 7. Bermain peran a. Langkah-langkah: 1) Bagilah warga belajar ke dalam 2 (dua) kelompok, masing-masing kelompok memilih cerita rakyat yang berhubungan dengan usaha pertanian yang mereka tekuni. Misal: cerita asal mula padi 2) Bimbinglah setiap kelompok untuk membuat skenario dari bermain peran ini. Hal ini dimaksudkan agar alur cerita yang mereka tulis sesuai dengan konteks yang diinginkan, yaitu cerita rakyat yang memiliki muatan pertanian, wirausaha dan budi pekerti 3) Masing-masing anggota kelompok memiliki peran tersendiri yang harus dimainkannya 4) Setiap kelompok diberi kesempatan untuk berlatih terlebih dahulu agar lebih lancar 5) Persilakan setiap kelompok untuk tampil di depan kelas. Kelompok yang belum mendapat giliran, dapat menjadi penonton untuk mengamati penampilan rekanrekannya 6) Berikan batas waktu kepada setiap kelompok yang melakukan kegiatan bermain peran di depan kelas, misalnya 30 menit

7) Setelah selesai, ajak warga belajar untuk berdiskusi dan memahami pentingnya melestarikan cerita rakyat dalam usaha pertanian Bagaimana Cara Penilaiannya? Penilaian pembelajaran pendidikan keaksaraan terdiri atas 3 (tiga) jenis, yaitu: a) penilaian awal pembelajaran, b) penilaian selama proses pembelajaran, dan c) penilaian akhir pembelajaran. Penilaian awal (pretest) dilakukan sebelum pembelajaran dimulai dan merupakan bagian dari kegiatan identifikasi kebutuhan belajar yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal keaksaraan calon warga belajar. Penilaian awal bermanfaat untuk: a) mengelompokkan warga belajar berdasarkan kemampuan keaksaraan yang mereka miliki, b) menyusun program pembelajaran, c) memilih strategi/metode/teknik pembelajaran di kelompok belajar. Penilaian selama (proses) pembelajaran dilakukan sepanjang kegiatan pembelajaran secara periodik dan berkesinambungan untuk mengetahui perkembangan belajar warga belajar. Penilaian selama (proses) pembelajaran dapat dilakukan dengan tes formatif dan penilaian portofolio (pengumpulan dan analisis dokumen hasil pembelajaran) dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kompetensi keaksaraan warga belajar. Penilaian akhir pembelajaran merupakan tanggung jawab tutor dan penyelenggara pendidikan keaksaraan. Penilaian akhir pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui dan menilai kompetensi keaksaraan warga belajar. Penilaian akhir pembelajaran dapat dilaksanakan kapan saja, bertahap per kompetensi maupun sekaligus untuk seluruh kompetensi, baik secara individu maupun kelompok. Penilaian akhir pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kesiapan warga belajar. Kriteria penilaian akhir pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Telah mengikuti seluruh penilaian akhir pembelajaran yang mencakup 5 (lima) kompetensi keaksaraan, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung dalam bahasa Indonesia. 2. Memperoleh nilai minimal 50 untuk setiap kompetensi keaksaraan. 3. Memiliki nilai rata-rata minimal 60 untuk seluruh kompetensi keaksaraan. 4. Nilai dan predikat kelulusan adalah: Kompetensi keaksaraan yang menjadi aspek penilaian pembelajaran adalah kompetensi mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung dalam bahasa Indonesia sesuai dengan materi pembelajar. Demikianlah, model ini hadir untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat, terutama

program pendidikan keaksaraan. Bahasa yang digunakan pengembang sangat lancar dan tahap demi tahap anjuran penerapannya mudah dilakukan. Sebuah gagasan sederhana yang telah dikemas secara utuh. Dengan demikian, setelah membaca model ini, kita dapat menyimpulkan bahwa model ini terfokuskan pada strategi-strategi belajar untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan keberaksaraan masyarakat petani yang menjadi warga belajar pendidikan keaksaraan, dengan menjadikan cerita rakyat yang terdapat pada masyarakatnya, serta nilai-nilai yang terdapat di dalamnya sebagai tema-tema belajarnya. Dan untuk lebih memahamkan tentang bagaimana pelaksanaan model, maka sangat disarankan kepada pengguna model ini, untuk menelaah, memodifikasi dan mereplikasikan silabus-silabus, media belajar, bahan ajar, dan alat evaluasinya (sebagai bahan pendukung model ini) ke dalam potensi dan karakteristik masyarakat petani yang menjadi warga belajarnya.