PENGGUNAAN FRAMEWORK MANAJEMEN RISIKO SISTEM INFORMASI UNTUK PENANGANAN BENCANA ALAM BANJIR. Andy Prasetyo Utomo

dokumen-dokumen yang mirip
RISK ASSESSMENT. Yusup Jauhari Shandi. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. H. Juanda Bandung 40132

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN

Garis Besar Paparan. Manajemen Risiko Sebagai Kata Kunci Dalam Pembangunan Berbasis Mitigasi Bencana. Profil Kebencanaan Indonesia (1)

Peran Kementerian ATR/BPN dalam Adaptasi Perubahan Iklim untuk Mencapai Tujuan NDC

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

USULAN KERANGKA MANAJEMEN RESIKO IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BARU DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS BISNIS PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI

BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Berikut merupakan bagan kerangka pikir penulisan thesis ini :

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

Imam A. Sadisun Pusat Mitigasi Bencana - Institut Teknologi Bandung (PMB ITB) KK Geologi Terapan - Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian - ITB

Penanganan Banjir Jabodetabek (Belajar dari Pengalaman Banjir Missisippi Tahun 1993) Rabu, 09 Januari 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Jumlah Bencana Terkait Iklim di Seluruh Dunia (ISDR, 2011)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

Empowerment in disaster risk reduction

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

KERENTANAN (VULNERABILITY)

PEMETAAN MULTI RISIKO BENCANA PADA KAWASAN STRATEGIS DI KABUPATEN TANGGAMUS

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

Geographics Information System

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR BERBASIS WEB DI KECAMATAN TAYU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian banjir dalam Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga

Alhuda Rohmatulloh

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

Kuliah 11. Manajemen Bencana

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

MITIGASI BENCANA BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Tris Eryando

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KERAWANAN DAN PENGURANGAN RISIKO BANJIR DI KALIMANTAN BARAT BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana

PENGANTAR LOKAKARYA MANAJEMEN KEDARURATAN DAN PERENCANAAN KONTINJENSI. Painan, 29 November 3 Desember 2005 BAKORNAS PBP KABUPATEN PESISIR SELATAN

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENGELOLA RISIKO PROYEK PENGEMBANGAN SOFTWARE

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI)

BAB 1 PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TINGKAT RISIKO BANJIR ANTARA KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN PADA ASPEK TATA GUNA LAHAN. (Kasus: Sub DAS Bengawan Solo Hulu)

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

DISASTER RECOVERY PLANNING DALAM MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN PROYEK SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Hujan yang terus-menerus mengguyur hampir seluruh wilayah di Indonesia

ABSTRAK. Kata Kunci: Disaster Recovery Plan

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013

MITIGASI BENCANA BENCANA :

Sistem Inventarisasi Daerah Rawan Bencana Berbasis GIS (Studi Kasus: Kecamatan Tapalang, Sulawesi Barat)

Negara yang tangguh. UNDP Indonesia Mendukung Upaya Konvergensi API-PRB Di tingkat Nasional Bengkulu, 13 Oktober Outline Presentasi

PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH RAWAN TANAH LONGSOR SERTA UPAYA MITIGASINYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN I-1

SEMINAR TUGAS AKHIR INVENTARISASI WILAYAH RAWAN BENCANA BANJIR DAN LONGSOR DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kekeringan Hidrologis

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MANAJEMEN RISIKO SISTEM INFORMASI PADA PERGURUAN TINGGI MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA NIST SP

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Polusi maupun efek rumah kaca yang meningkat yang tidak disertai. lama semakin meninggi, sehingga hal tersebut merusak

Penataan Kota dan Permukiman

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

EVALUASI KEBIJAKAN POLA RUANG DAN STRUKTUR RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA BANJIR (Studi Kasus : Kota Palu)

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. baik. Terwujudnya sistem sanitasi yang baik tidaklah mudah, diperlukan

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MENGAPA PROYEK PERANGKAT LUNAK GAGAL ( PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PROYEK PERANGKAT LUNAK )

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

bagaimana risiko wilayah kita?

BERSAMA RELAWAN PALANG MERAH INDONESIA CABANG ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

TANGGAP DARURAT BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) Direktorat Pengelolaan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Akibat Luapan Kali Kemuning di Kabupaten Sampang

Bencana terkait dengan cuaca dan iklim [Renas PB ]

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENANGANAN KAWASAN RAWAN BENCANA DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT. Najib, Wahju Krisna Hidayat *)

Transkripsi:

PENGGUNAAN FRAMEWORK MANAJEMEN RISIKO SISTEM INFORMASI UNTUK PENANGANAN BENCANA ALAM BANJIR Andy Prasetyo Utomo Sistem Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.BOX 53 Bae 59324 Kudus, 0291438229 andyutomo@gmail.com Abstrak Banjir adalah bencana alam yang sering terjadi apabila musim hujan telah tiba. Bencana banjir sekarang bahkan menjadi bencana rutin tahunan. Walaupun sudah sering terjadi atau bahkan rutin, penanganan dan pencegahan bencana ini masih dirasa kurang sehingga bila banjir datang maka kerugian masih banyak diderita oleh penduduk atau masyarakat yang terkena. Untuk melakukan penanganan banjir ini perlu dilakukan tindakan antisipasi yang terkelola dengan baik. Maka dari itu diperlukan sebuah manajemen risiko banjir yang dapat mengakomodasi semua tindakan tersebut, mulai dari identifikasi, penilaian, mitigasi sampai evaluasi risiko risiko banjir. Untuk menjalankan atau membuat sebuah manajemen risiko diperlukan sebuah model framework yang dapat dijadikan sebagai panduan langkah langkah kerja dan tindakan tindakan yang dilakukan di setiap tahapnya. Kata kunci : bencana alam, banjir, manajemen risiko, framework manajemen risiko banjir. Abstract Floods are natural disasters that often occur when the rainy season has arrived. The flood disaster is now even become an annual routine disaster. Although it is often or even routinely, treatment and prevention of disaster is still felt less so when the flood came the loss was suffered by the affected population or community. To carry out flood mitigation measures need to anticipate this well-managed. Therefore it needs a flood risk management that can accommodate all the action, from the identification, assessment, mitigation through risk assessment - the risk of flooding. To run or create a risk management framework required a model that can be used as a guide step - step work and actions - the actions taken at each stage. Keywords : natural disasters, floods, risk management, flood risk management framework. 1. PENDAHULUAN Manajemen Risiko untuk bencana alam banjir telah muncul dalam beberapa tahun terakhir sebagai salah satu teknik yang paling signifikan dan menjadi tantangan masyarakat di seluruh dunia. Bahaya banjir semakin meningkat dikarenakan adanya perubahan iklim, tata kota yang tidak memperhatikan arus distribusi air dan tindakan tindakan manusia yang menyebabkan pendangkalan sungai atau tersumbatnya aliran air dengan pembuangan limbah dan sampah yang tidak pada tempatnya. Pada kenyataannya, dari semua risiko alam, banjir adalah risiko alam yang paling sering terjadi sekarang ini. Manajemen risiko merupakan kegiatan mendasar yang diarahkan untuk mengevaluasi skema untuk mengurangi risiko tetapi tidak untuk menghilangkan semua risiko, karena risiko dalam banyak kasus tidak dapat sepenuhnya dihilangkan. masalah air juga merupakan masalah orang. Manajemen Risiko Banjir karena itu memerlukan pendekatan holistik, ilmiah untuk menangani isu-isu rekayasa curah hujan, air hujan, sungai, genangan banjir dan isu-isu sosial ekonomi mengenai perencanaan, pengembangan dan manajemen. Pada tulisan ini akan dibahas hal hal yang berhubungan dengan manajeman risiko banjir, teori teori manajemen risiko yang mendukung dan tindakan tindakan yang harus dilakukan dalam manajemen risiko banjir. Selain itu juga dikenalkan sebuah framework manajemen risiko yang dapat digunakan sebagai pedoman langkah kerja dalam manajemen risiko banjir.

2. TEORI MANAJEMEN RISIKO BANJIR Bencana adalah Sebuah gangguan serius dari fungsi masyarakat, yang menyebabkan kerugian materi atau lingkungan yang meluas melebihi kemampuan masyarakat yang terkena dampak untuk mengatasinya dengan menggunakan sumber daya yang ada [1]. Ada tiga komponen penting dalam manajemen risiko banjir yaitu menentukan risiko dari bahaya, vulnerability dan eksposur dari banjir. Namun, risiko banjir telah didefinisikan dalam beberapa cara dalam literatur bahaya alam, namun salah satu nya adalah dalam kerangka definisi berikut ini: Bahaya, peristiwa alam yang mengancam termasuk probabilitas / besar kejadian Exposure, nilai-nilai / manusia yang terlibat dan berapa pada lokasi. Vulnerability, kurangnya (atau longgar) perlawanan untuk perusak / kekuatan destruktif Komponen bahaya dan vulnerability akan saling berkolaborasi untuk menghasilkan bencana seperti ilustrasi pada gambar 1 berikut ini. Bahaya Vulnerability Resiko Bencana Bencana Gambar 1 : Komponen Risiko Bencana Risiko Banjir secara matematis dapat dihitung sebagai produk dari bahaya, eksposur dan vulnerability. Dengan mengikuti pendekatan ini database GIS dapat dirancang dan dikembangkan untuk mewakili spasial ketiga komponen risiko tersebut. Manajemen risiko banjir bertujuan untuk mengurangi kemungkinan dan / atau dampak banjir. Pengalaman menunjukkan bahwa pendekatan yang paling efektif adalah melalui pengembangan program-program manajemen risiko banjir dengan menggabungkan unsur-unsur berikut: Pencegahan, mencegah kerusakan yang disebabkan oleh banjir dengan menghindari pembangunan rumah-rumah dan industri di masa kini dan masa depan daerah yang rawan banjir. Dengan menyesuaikan perkembangan masa depan untuk resiko banjir, dan dengan mempromosikan penggunaan lahan yang tepat untuk praktek-praktek pertanian dan kehutanan. Perlindungan, mengambil langkah-langkah, baik struktural dan nonstruktural, untuk mengurangi kemungkinan banjir dan / atau dampak banjir di lokasi tertentu. Persiapan, memberitahu penduduk tentang risiko banjir dan apa yang harus dilakukan jika terjadi banjir; Respon darurat, mengembangkan rencana respon darurat dalam kasus banjir; Pemulihan dan pelajaran yang dipetik, kembali ke kondisi normal sesegera mungkin dan mitigasi baik dampak sosial dan ekonomi pada penduduk yang terkena bencana. Sebuah perubahan proaktif untuk manajemen risiko bencana alam memerlukan identifikasi risiko, pengembangan strategi untuk mengurangi risiko tersebut serta penciptaan kebijakan dan program untuk menjalankan strategi ini.

3. PEMETAAN RESIKO BANJIR Mendefinisikan pemetaan daerah berisiko harus menjadi dasar untuk semua program-program pengurangan kerusakan banjir dan tindakan selanjutnya. Peta sering mempunyai konotasi hukum dalam hal zonasi dan tindakan-tindakan struktural dan nonstruktural yang dilakukan, sehingga mereka harus akurat dan kredibel. Salah satu kunci output dari rencana manajemen risiko banjir adalah membuat peta-peta risiko banjir di tingkat daerah aliran sungai. Tujuan dari peta risiko banjir adalah untuk: - Meningkatkan kesadaran masyarakat dari kawasan yang beresiko banjir - Memberikan informasi tentang daerah beresiko dengan menentukan zona resiko banjir untuk memberikan masukan bagi perencanaan tata ruang. - Mendukung proses memprioritaskan, membenarkan dan menargetkan investasi dalam rangka untuk mengelola dan mengurangi risiko pada orang, properti dan lingkungan 4. PENILAIAN RISIKO BANJIR Penilaian risiko banjir merupakan masalah kompleks yang hanya dapat dipecahkan melalui penelitian lintas disiplin. Sebuah pendekatan dengan dua langkah telah diadopsi, yaitu : 1) Pertama, diperlukan pendeteksian bahaya banjir menggunakan seperangkat indikator yang dipilih, seperti distribusi spasial kecepatan aliran, ketinggian air, kecepatan propagasi, durasi, dll 2) Kedua, adalah untuk memperkirakan bagaimana indikator bahaya banjir yang mengganggu kegiatan manusia di daerah banjir. Kegiatan pertanian akan menderita kerusakan dengan cara yang berbeda daripada misalnya zona industri atau wilayah perkotaan. Aspek perlindungan sipil juga harus dipertimbangkan, seperti ketika orang harus dievakuasi dan jalur transportasi yang masih tersedia di wilayah banjir. 5. FRAMEWORK MANAJEMEN RISIKO BANJIR Selain melakukan pemetaan dan penilaian risiko banjir, ada sebuah framework yang dikeluarkan oleh Word Meteorological Organization (WMO) dapat digunakan sebagai pedoman tentang apa apa saja yang seharusnya dilakukan dalam aktivitas manajemen risiko banjir. Framework manajemen risiko banjir tersebut ditunjukkan pada gambar 2 berikut ini :

Naturan System Observation Inventory Accounting Data Thematic Event Maps Establish Flood Hazard Potential Streamflow versus Probability of Occurance Assess Vulnerability Value (Material, People) Injuries Resiliency Risk Assessment Risk = function (Hazard, Vulnerability, Value) Protection Goals / Risk Acceptance Unacceptable Risk Acceptable Risk Implementation and Periodic Review Planning / Mitigation Measures Reduce Risk Through Best Possible Management Practices Land use Planning (Flood Plain Mapping) Structural Measures(Dams, Building Codes) Flood Forecasting and Warning Systems Gambar 2 : Framework Manajemen Risiko Banjir 6. PERAN PEMERINTAH Peran pemerintah dalam melakukan manajemen risiko banjir sangatlah penting karena pemerintah daerah adalah yang bertanggung jawab atas penggunaan lahan dan pemberi keputusan langsung terhadap zonasi dataran banjir dan pembangunan pesisir, namun pemerintah pusat dan masyarakat mempengaruhi keputusan pada pengelolaan risiko banjir. Pemerintah pusat membangun infrastruktur pengendalian banjir, menawarkan asuransi banjir, dan memberikan bantuan bencana.

7. KESIMPULAN Sangat direkomendasikan untuk penggunaan sebuah pendekatan inklusif deliberatif dimana adannya keterlibatan masyarakat dalam manajemen risiko banjir. Risiko banjir tidak bisa sepenuhnya dihilangkan dan untuk mendukung target pemerintah untuk pengelolaan risiko banjir ada persyaratan dalam penggunaan metode untuk memperkirakan risiko kepada orang, ekonomi dan kerusakan lingkungan. Perencanaan kebijakan strategis mengenai manajemen risiko banjir, yang sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan pengembang, dapat mengurangi risiko banjir. Ada keuntungan yang jelas dengan memanfaatkan sistem perencanaan daerah aliran sungai nasional dan internasional yang mengatur perencanaan sistem aliran sungai internasional 8. DAFTAR PUSTAKA [1] Garatwa. Wolfgang, Bollin. Christina, Disaster Risk Management Working Concept, Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, 2002. [2] Karolak, Dare. Walter, Software Engineering Risk Management, IEEE Computer Society Press, 1996. [3] MacDonald. Mott, Cambridge City Strategic Flood Risk Assessment, Final Report, Cambridge City Council, February 2006. [4] Stoneburner. Gary, Goguen. Alice, Feringa. Alexis, Risk Management [5] Guide for Information Technology Systems, NIST, 2002. [6] Word Meteorological Organization (WMO), Urban Flood Risk Management, Asoociated Programme On Flood Management, March 2008.