IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK SIKLON TROPIS SEKITAR INDONESIA AN-AN MUSTIKA

Tahun Pasifik Barat Hindia Selatan Teluk Benggala Total

KARAKTERISTIK SIKLON TROPIS SEKITAR INDONESIA AN-AN MUSTIKA

DEPRESI DAN SIKLON PENGARUHI CUACA INDONESIA

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

BADAI DAN PENGARUHNYA TERHADAP CUACA BURUK DI INDONESIA. Drs. Achmad Zakir, AhMG Mia Khusnul Khotimah, AhMG

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT & PROSPEK CUACA WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR DESEMBER 2016 JANUARI 2017 FORECASTER BMKG EL TARI KUPANG

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP KONDISI CUACA DI INDONESIA (19 23 Desember 2016) Disusun oleh : Kiki, M. Res Rudy Hendriadi

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

PROSPEK IKLIM DASARIAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Update: 01 Februari 2016

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

ANALISA PERGERAKAN SIKLON TROPIS STAN DAN SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI SUMBAWA BESAR

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

LAPORAN POTENSI HUJAN AKHIR JANUARI HINGGA AWAL FEBRUARI 2016 DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

KAJIAN METEOROLOGI DALAM KEJADIAN BANJIR BIMA TANGGAL 21 DAN 23 DESEMBER 2016

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

Oleh : Irman Sonjaya, Ah.MG

Kementerian PPN/Bappenas

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR TANGGAL 26 OKTOBER 2017 DI BANDARA PONGTIKU KABUPATEN TANA TORAJA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI NABIRE

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

STASIUN METEOROLOGI PATTIMURA AMBON

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT DI KOTA BALIKPAPAN TANGGAL 29 NOVEMBER

PROSPEK KEJADIAN SIKLON TROPIS DI WILAYAH SAMUDERA HINDIA SELATAN INDONESIA PADA MUSIM SIKLON 2016/2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinjauan Pustaka. II.1 Variabilitas ARLINDO di Selat Makassar

Musim Hujan. Musim Kemarau

DAMPAK EL NINO DAN LA NINA TERHADAP PELAYARAN DI INDONESIA M. CHAERAN. Staf Pengajar Stimart AMNI Semarang. Abstrak

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

STASIUN METEOROLOGI GAMAR MALAMO GALELA

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

EKSPLANASI ILMIAH DAMPAK EL NINO LA. Rosmiati STKIP Bima

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

Analisis Hujan Bulan Juni 2012 Iklim Mikro Bulan Juni 2012 Prakiraan Hujan Bulan Agustus, September dan Oktober 2012

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI WILAYAH KAB. SUMBAWA TANGGAL 11 FEBRUARI 2017

El-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI MANADO SULAWESI UTARA EL-NINO AND ITS EFFECT ON RAINFALL IN MANADO NORTH SULAWESI

Variasi Iklim Musiman dan Non Musiman di Indonesia *)

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

ANALISIS KEJADIAN KABUPATEN SEKADAU, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 19 FEBRUARI 2017

STASIUN METEOROLOGI NABIRE

Buletin Meteorologi Penerbangan Edisi XXVII, Maret 2017 I. PENDAHULUAN

Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN JUNI DI NEGARA-BALI (Studi Khasus 26 Juni 2017)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BULETIN METEOROLOGI BMKG STASIUN METEOROLOGI SYAMSUDIN NOOR BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Agustus Volume V - No.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS CUACA TERKAIT BANJIR DI KELURAHAN WOLOMARANG, KECAMATAN ALOK, WILAYAH KABUPATEN SIKKA, NTT (7 JANUARI 2017)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

Analisis Hujan Bulan Mei 2013 Iklim Mikro Bulan Mei 2013 Prakiraan Hujan Bulan Juli, Agustus dan September 2013

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

ANALISIS EKSTRIM DI KECAMATAN ASAKOTA ( TANGGAL 4 dan 5 DESEMBER 2016 )

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II)

Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR

Executive Summary Laporan Kondisi Cuaca di Wilayah Sumatera Barat dan Sekitarnya tanggal September 2009

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Data Siklon Tropis Data kejadian siklon tropis pada penelitian ini termasuk depresi tropis, badai tropis dan siklon tropis. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data pada bulan Juli tahun 199 sampai dengan Desember di Belahan Bumi bagian Timur (BBT) dengan letak astronomis - 1 BT yaitu kejadian siklon tropis yang terjadi di daerah Selatan dan Utara Indonesia. Dari data tersebut terdapat beberapa data kejadian siklon tropis yang berpindah dari lintang Selatan ke lintang Utara atau sebaliknya. Perpindahan tersebut secara tibatiba dengan jarak yang sangat jauh setelah itu berpindah kembali ke lintang selatan atau ke lintang utara. Secara teori siklon tropis tidak mungkin dapat melintasi garis equator. Di lihat dari data gambar track siklon pada lampiran juga tidak terdapat track siklon tersebut. Jadi, keadaan tersebut bisa saja terjadi karena kesalahan tekhnis dari alat penulis data atau karena human error.. Siklon Tropis yang Terjadi di Utara Ekuator (Lintang Utara) Siklon tropis yang diamati dalam penelitian ini adalah siklon tropis yang terjadi di sekitar Indonesia yaitu di lintang Utara dengan asumsi mewakili karakteristik siklon yang terjadi di Utara Indonesia (BBU) dan lintang selatan dengan asumsi mewakili siklon yang terjadi di selatan Indonesia (BBS) pada tahun 199-, dengan letak astronomis -1 BT. Di sekitar Indonesia rata-rata setiap bulannya terjadi 5 siklon tropis. Dari data bulan Juli tahun 199 sampai Desember ( -1 BT) di lintang Utara atau di utara ekuator terdapat sekitar 5 kejadian siklon tropis. Siklon tropis yang terjadi pada daerah tersebut terjadi sepanjang tahun dengan puncaknya pada bulan Juli sampai Oktober (Maksimum pada bulan Agustus) karena, pada bulan Agustus matahari sedang berada di Lintang Utara. Sedangkan pada bulan maret siklon jarang terbentuk di LU. 1 Gambar tropis bulanan di BBU (Belahan Bumi Utara).3 Siklon Tropis yang Terjadi di Selatan Ekuator (Lintang Selatan) Daerah bagian selatan dari ekuator (Lintang Selatan) pada -1 BT yang sering mengalami siklon tropis yaitu Samudera Hindia dan Perairan Australia. Samudera Hindia merupakan Samudera yang berbatasan dengan semenanjung Malaka, Indonesia. Sehingga kejadian siklon tropis di Samudera Hindia memberikan pengaruh terhadap keadaan cuaca dan iklim di Indonesia. Dari data bulan Juli 199 sampai Desember terdapat sekitar 7 kejadian siklon tropis di selatan ekuator (Selatan Indonesia). Siklon tropis lebih banyak terjadi pada bulan Oktober sampai Mei dengan puncaknya pada bulan Januari sampai Maret, dimana pada bulan ini matahari terletak di atas Samudera Hindia sehingga suhu perairan yang hangat meningkatkan aktivitas siklon. Sedangkan pada bulan Juni sampai dengan September hampir tidak pernah terjadi siklon tropis karena matahari sedang berada di Lintang Utara. 7 5 3 1 Gambar 3 tropis bulanan di BBS (Belahan Bumi Selatan). 7

Sebaliknya dari rata-rata kejadian siklon bulanan di lintang utara (BBU), di lintang selatan ini pada bulan Maret merupakan salah satu puncak kejadian siklon. Selama kurun waktu tahun, pada bulan ini siklon terbentuk sekitar lebih dari kali. Sedangkan pada bulan Juni sampai Agustus hampir tidak pernah terjadi siklon di Lintang Selatan (BBS, -1 BT). Siklon tropis rata-rata lebih banyak terjadi di Utara ekuator (Lintang Utara) dibandingkan Selatan ekuator (Lintang Selatan) setiap tahunnya karena adanya perbedaan topografi antara Utara dengan Selatan Ekuator, di lintang utara lebih banyak daratannya dibandingkan di Lintang Selatan sehingga, adanya aliran udara terganggu oleh perubahan ketinggian medan atau oleh aliran dari darat ke laut (Neiburger et al, 1995).. Posisi Siklon Tropis Pada Tahap Pembentukan dan Peredaan kejadian siklon tropis di LU dan LS memiliki intensitas yang berbeda. Selain jumlah dan waktu, intensitas siklon tropis juga ditentukan oleh posisi lintang dan bujur saat siklon terbentuk. Kebanyakan siklon mulai terbentuk pada daerah antara 1 dan dari ekuator, sedikit sekali yang muncul pada lintang di atas dari ekuator (Tjasyono, ) tropis salah satunya dipengaruhi oleh besarnya gaya coriolis. Besarnya gaya coriolis dipengaruhi oleh posisi lintang sehingga, posisi lintang dan bujur dapat menentukan daerah mana yang subur atau tidak untuk terjadinya siklon tropis...1 Posisi Lintang dan Bujur Awal Kemunculan Siklon a. Lintang Utara (LU) Berdasarkan data kejadian siklon tahun 199- di sepanjang -1 BT pada bagian utara ekuator yaitu sekitar Laut Arabia sampai Samudera Pasifik bagian Barat, siklon tropis dapat muncul antara lintang kurang dari 3 LU sampai dengan lintang 3 LU. Siklon tropis yang terbentuk pada lintang kurang dari 3 LU, selama kurun waktu tahun hanya terjadi 1 kali. Hal ini disebabkan, pada lintang tersebut gaya coriolisnya sangat kecil (mendekati nol) sehingga tidak mungkin terjadinya siklon tropis, kejadian siklon tersebut hanya merupakan penyimpangan yang bisa disebabkan adanya faktor alam lainnya selain gaya coriolis. Sekitar 7% siklon mulai terbentuk pada lintang antara sampai 1 LU. Frekuensi munculnya siklon tropis pada wilayah tersebut semakin bertambah pada posisi lintang yang semakin tinggi hingga mencapai titik maksimum pada lintang -15 LU, yang merupakan posisi lintang paling subur pada tahap pembentukan siklon tropis. Pada lintang di atas 15 LU, awal kemunculan siklon mulai berkurang dengan semakin tingginya lintang. 1 <=3 3 < Gambar < 9 9 < < 15 15 < 1 1 < 1 1 < Derajat LU < 7 7 < 3 3 < 33 33 < 3 3 < 39 >39 Frekuensi awal kemunculan siklon yang terjadi di utara ekuator berdasarkan posisi lintang. Apabila dilihat dari daerah kajian penelitian ini yaitu, daerah sekitar - 1 BT maka, siklon yang terjadi di lintang utara mulai muncul di sepanjang rentang bujur tersebut. Tetapi, siklon tropis lebih banyak muncul pada posisi bujur 11-1 BT (73%) atau sekitar Samudera Pasifik Utara bagian Barat, dengan puncaknya pada posisi 13-1 BT yaitu sekitar Laut Filipina. Karena pada wilayah tersebut merupkan wilayah lautan yang luas. Sedangkan pada wilayah -1 BT merupakan laut yang berbatasan dengan daratan (India) dan sebagian Asia Tenggara. Berdasarkan grafik di bawah ini, dapat dilihat bahwa posisi lintang dan bujur yang paling sering untuk mulai terbentuknya siklon tropis yaitu pada lintang antara - 15 o LU dan 13 o -1 o BT yaitu sekitar Laut Filipina.

1 9 7 5 3 1 <= < 7 7 < < 9 9 < 1 1 < 11 11 < < 13 13 < 1 1 < 15 15 < 1 1 < 17 17 < 1 Gambar 5 Frekuensi awal terbentuk siklon yang terjadi di utara ekuator berdasarkan posisi bujur. Dari Gambar dan 5 di atas memperlihatkan bahwa wilayah utara Indonesia (utara ekuator, LU) yang subur untuk terbentuknya siklon yaitu Laut Cina Selatan, laut Filipina (Samudera Pasifik Utara bagian Barat). b. Samudera Hindia dan Perairan Australia Pada siklon tropis yang terjadi di Lintang Utara (Utara Indonesia) terdapat siklon yang mulai muncul pada posisi lintang kurang dari 3 LU. Sedangkan, di Lintang Selatan (Selatan Indonesia) siklon mulai terbentuk di atas lintang 3 LS sampai 5.3 LS. Sekitar lebih dari % siklon mulai terbentuk pada lintang 9-1 LS. Intensitas awal terbentuknya siklon memiliki pola lokal yaitu semakin tinggi posisi lintang maka semakin bertambah frekuensi awal kemunculan siklon hingga mencapai puncak maksimum pada lintang -15 LS. 9 7 5 3 1 <=3 3 < < 9 9 < < 15 15 < 1 Derajat LS 1 < 1 1 < < 7 7 < 3 3 < 33 Gambar Frekuensi awal kemunculan siklon yang terjadi di Lintang Selatan berdasarkan posisi lintang Di Lintang Selatan atau sekitar Samudera Hindia Selatan dan perairan Australia, siklon tropis mulai terbentuk merata di sepanjang wilayah kajian yaitu -1 BT, kecuali pada wilayah 1-11 BT awal kemunculan siklon lebih jarang. 35 3 5 15 1 5 <= < 7 7 < < 9 9 < 1 1 < 11 11 < < 13 13 < 1 1 < 15 15 < 1 1 < 17 17 < 1 Gambar 7 Frekuensi awal terbentuk siklon yang terjadi di LS berdasarkan posisi bujur.. Posisi Lintang dan Bujur Pada Tahap Peredaan Suatu Siklon a. Samudera Pasifik bagian Barat dan Hindia bagian Utara Dari grafik di bawah ini, terlihat bahwa posisi siklon pada tahap peredaan paling banyak berada pada lintang 1 - LU, dan tidak ada siklon yang berakhir (mati) di bawah lintang 3 LU. Lain halnya pada tahap pembentukan, siklon paling banyak mulai hidup pada lintang -15 LU dan terdapat siklon yang mulai hidup di bawah lintang 3 LU. Sekitar 9.% dari data kejadian siklon tahun 199-, siklon tropis berakhir (mati) pada posisi lintang di atas LU. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa siklon bergerak menuju lintang yang lebih tinggi. 7 5 3 1 <=3 3 < < 9 9 < < 15 15 < 1 1 < 1 1 < Derajat LU < 7 7 < 3 3 < 33 33 < 3 3 < 39 >39 Gambar Frekuensi kejadian siklon tropis di utara ekuator berdasarkan posisi lintang pada tahap peredaan. Frekuensi kejadian siklon di LU lebih banyak berakhir (mati) pada bujur lebih dari 1 BT karena awal kemunculan siklon tropis juga lebih banyak pada posisi bujur 11-1 BT. dari data kejadian siklon selama tahun ini, dapat dilihat bahwa siklon tropis yang terjadi di utara ekuator dari wilayah -1 BT paling banyak 9

siklon yang berakhir (mati) pada posisi 11 - BT. 1 9 7 5 3 1 <= < 7 7 < < 9 9 < 1 1 < 11 11 < < 13 13 < 1 1 < 15 15 < 1 1 < 17 17 < 1 Gambar 9 Frekuensi kejadian siklon di utara Indonesia berdasarkan posisi Bujur pada tahap peredaannya Sedangkan pada tahap pembentukan lebih banyak muncul pada posisi bujur lebih dari 11 o BT dan puncaknya pada bujur 13 o -1 o BT. Keadaan tersebut memperlihatkan bahwa siklon di lintang utara belahan bumi bagian timur, bergerak menuju lintang yang lebih tinggi. b. Samudera Hindia dan Perairan Australia Dari data kejadian siklon tahun 199- di selatan ekuator (selatan Indonesia) yaitu dari sebagian Samudera Hindia sampai Laut Coral (Timur laut Australia) terdapat lebih dari 9% siklon tropis berakhir pada lintang 9-3 LS yang puncaknya pada 15-1 LS dan tidak ada siklon yang berakhir (mati) pada daerah lintang di bawah 3 LS. Di Lintang Selatan (LS), pada tahap pembentukan siklon lebih intensif pada lintang -1 LS. Sedangkan pada tahap peredaannya siklon bergerak pada lintang yang lebih tinggi, sehingga siklon paling intensifnya muncul pada lintang 9-3 LS. 5 3 1 <=3 3 < < 9 9 < < 15 15 < 1 1 < 1 1 < Derajat LS < 7 7 < 3 3 < 33 33 < 3 3 < 39 >39 Gambar 1 Frekuensi kejadian siklon tropis di Selatan Ekuator berdasarkan posisi lintang pada tahap peredaan. Dari data kejadian siklon tahun 199- di selatan ekuator (selatan Indonesia) siklon muncul secara tersebar pada bujur antara o -1 o BT sesuai dengan daerah kajian. Begitu juga posisi bujur pada saat siklon berakhir (mati). 35 3 5 15 1 5 <= < 7 7 < < 9 9 < 1 1 < 11 11 < < 13 13 < 1 1 < 15 15 < 1 1 < 17 17 < 1 Gambar 11 Frekuensi kejadian siklon tropis di Selatan Ekuator berdasarkan posisi Bujur pada tahap peredaan siklon..5 Posisi Lintang Minimum dan Maksimum Siklon Tropis Pada Tahap Pembentukan Siklon tropis yang terjadi Lintang Utara pada o -1 o BT dari tahun 199- mulai terbentuk dari 1.5 o LU yang merupakan posisi lintang minimum sampai 3 o LU yang merupakan posisi lintang maksimum awal terbentuknya siklon. Posisi minimum terjadi pada bulan Desember tahun 1 dan maksimum bulan Juli tahun 1997. Tabel 1 Data posisi lintang minimum dan maksimum pada tahap pembentukan siklon Tahun LU LS min max min max 199 5.1 3.7 7.. 1995. 1 17.7 199.3 33.. 5.3 1997 5.1 3.1 1 199.1 9.5 9.1 1999 5. 33.1 9. 1. 7. 33.1.3 19.5 1 1.5 5.9.9 19.1. 3.1 7. 3 3.3 3.1.5 1..1 9. 7.7 3.1 5 5.1 7.5 1. 5.3 7.7 1.7 Secara teori siklon tropis hanya dapat terbentuk di atas lintang o. Tetapi, berdasarkan data kejadian siklon tahun 199- terdapat siklon yang mulai hidup di lintang kurang dari. Hal ini merupakan anomali atau penyimpangan kejadian siklon 1

karena seharusnya siklon terbentuk pada lintang di atas 5 LU/LS. Di Lintang Selatan siklon tropis mulai terbentuk pada posisi lintang.5 LU yang merupkan lintang terendah untuk dapat mulai terbentuknya siklon dan lintang 5.3 LS yang merupakan lintang paling tinggi yang masih dapat mulai terbentuk siklon. Di Lintang Utara siklon tropis masih terbentuk pada lintang 3 LS, sedangkan di Lintang Selatan siklon hanya terbentuk sampai lintang 5.3 LS hal ini terjadi karena pada Lintang Utara terdapat kontras termal antara Samudera dengan daratan.. Kecepatan Angin Maksimum Pada Siklon Tropis yang Terjadi di Sekitar Indonesia Badai siklon terjadi pada daerah angin baratan. Angin baratan lebih berpengaruh dalam pembentukan siklon, walaupun angin siklon dapat berhembus dari segala penjuru. Kecepatan angin pada siklon tropis ini merupakan kecepatan angin maksimum yang terjadi pada suatu badai. Baik di LU maupun di LS, frekuensi siklon tropis dengan kecepatan angin maksimum paling banyak yaitu - knot yang merupakan depresi tropis dan badai tropis. Di Lintang Utara, sekitar % merupakan siklon tropis dengan kecepatan angin maksimum lebih dari knot. Sedangkan di LS siklon tropis dengan kecepatan angin maksimum lebih dari knot yaitu sekitar 5 % karena, di Lintang Selatan lebih banyak siklon tropis yang terbentuk pada lautan yang luas sedangkan di Lintang Utara banyak daratan yang dapat menyebabkan siklon melemah apabila melaluinya. tropis dengan kecepatan angin maksimumnya yang semakin besar maka frekuensinya semakin jarang. Kecuali, pada siklon yang memiliki kecapatan angin maksimumnya sekitar - 1 knot. 1 1 1 1 < < < <1 1< <1 Kec. angin maks (knot) 1<1 Gambar di LU dan LS berdasarkan kecepatan angin maksimum Pada Gambar terlihat, baik grafik frekuensi kejadian siklon tropis di LU dan LS memiliki pola yang sama. Di LU sekitar 33.% siklon tropis memiliki kecepatan angin maksimum - knot..7 Masa Hidup pada Siklon Tropis yang Terjadi di Sekitar Indonesia Masa hidup Siklon tropis sangat bervariasi mulai dari beberapa jam sampai dengan mingguan. Baik di utara (LU) maupun di selatan ekuator (LS) pada - 1 BT, siklon tropis paling banyak hidup selama - hari. Berdasarkan data kejadian siklon tropis dari tahun 199- di LU masa hidup siklon tropis paling lama yaitu 17 hari. Sedangkan di selatan mencapai hari. Dari grafik masa hidup siklon tropis di bawah ini, frekuensi kejadian siklon tropis di lintng utara maupun lintang selatan hampir memiliki pola yang sama. Lebih dari % kejadian siklon tropis di Lintang Utara dan Selatan, hidup dalam waktu hanya beberapa jam sampai dengan 9 hari. 1 1 1 1 1 <3 < 7 < 9 1 < 13 < 15 1 <1 Masa hidup (hari) 19 < 1 Gambar 13 Frekuensi masa hidup siklon tropis di LU dan LS >1 LU LS LU LS 11

. Nilai an Posisi Lintang dan Bujur Pada Tahap Pembentukan dan Peredaan..1 Nilai an Lintang dan Bujur Pada Tahap Pembentukan a. Lintang Utara (LU) setiap bulannya siklon tropis di LU muncul pada lintang di atas 5 sampai LU. Intensitas kejadian siklon tropis di Lintang Utara (LU) pada bulan Juli sampai Oktober lebih sering dibandingkan pada bulan lainnya. Pada bulan Juli sampai Oktober juga siklon lebih sering mulai terbentuk pada lintang yang lebih tinggi dibandingkan pada bulan yang lainnya yaitu pada kisaran rata-rata lintang di atas 1 LU. Sedangkan pada bulan Maret ratarata siklon mulai terbentuk pada lintang 5-9 LU. Pada Maret variasi lintangnya sangat kecil hal ini dikarenakan pada bulan ini di Lintang Utara (BBU) jumlah kejadian siklon dari tahun 199- hanya terjadi kali. derajat LU 1 1 1 1 Gambar 1 Posisi lintang rata-rata bulanan awal terbentuk siklon LU Posisi bujur awal terbentuk siklon bulanan di Lintang Utara (LU) sangat bervariasi. Hal ini, disebabkan salah satunya ruang lingkup penelitian yang cukup luas yaitu dari -1 BT. Kecuali pada bulan Juli sampai September hampir semua siklon mulai terbentuk pada Bujur di atas 1 BT atau sekitar Samudera Pasifik bagian Barat. Begitu juga pada bulan Maret siklon hanya terjadi di sekitar Laut Filipina. Dari gambar 1 di bawah ini, terlihat bahwa siklon tropis yang terjadi di Lintang Utara rata-rata setiap bulanannya muncul pada posisi bujur di atas 1 sampai 15 BT. Maka dari itu, siklon tropis lebih banyak muncul pada posisi bujur yang lebih besar, karena pada posisi bujur lebih dari 1 BT di utara ekuator merupakan wilayah lautan yang luas. derajat LU 1 1 1 1 Gambar 15 Posisi bujur rata-rata bulanan awal terbentuk siklon di LU Berdasarkan Gambar di bawah ini, dapat dilihat bahwa pada bulan Maret dan Agustus, selain tedapat perbedaan jumlah siklon pada setiap bulannya, posisi lintang rata-rata awal kemunculannya juga berbeda. Gambar 1 di LU pada bulan Maret dari tahun 1995- Gambar 17 b. Lintang Selatam (LS) di LU pada bulan Agustus dari tahun 1995-. Siklon tropis yang terjadi di Lintang Selatan pada bulan Desember sampai April, posisi mulai munculnya rata-rata pada lintang yang lebih tinggi dibandingkan pada bulan yang lainnya. Pada bulan Juni hampir

tidak ada variasi (Stdevnya kecil) baik posisi lintang maupun posisi bujurnya. Hal ini disebabkan pada bulan ini dari data tahun 199- di lintang selatan ( -1 BT) jumlah siklon yang terjadi hanya kali. derajat LS 1 1 1 1 Gambar 1 Posisi lintang awal rata-rata bulanan pada awal terbentuk siklon di LS Posisi bujur rata-rata pada bulan Juni lebih dari 17 BT, artinya pada bulan Juni siklon mulai terjadi sekitar wilayah laut Coral atau daerah Timur Laut Australia. Seperti halnya pada bulan Juni, siklon yang terjadi pada bulan Juli sampai September juga dari kurun waktu 13 tahun siklon hanya terjadi -3 kali. Maka dari itu variasi bujur pada tahap pembentukan siklon pada bulan tersebut kecil. derajat LS 1 1 1 1 Gambar 19 Posisi Bujur rata-rata bulanan awal terbentuk siklon di LS Dari Gambar dan 1 di bawah ini dapat dilihat bahwa siklon yang terjadi pada bulan Januari jauh lebih banyak dibandingkan pada bulan Juni. Selain itu juga, pada bulan Januari siklon terbentuk merata dari -1 BT, sedangkan pada bulan Juni siklon hanya terbentuk di Laut Coral. Gambar Gambar 1 tropis di LS pada bulan Januari dari tahun 1995- tropis di LS pada bulan Juni dari tahun 1995-.. an Posisi Lintang dan Bujur Pada Tahap peredaan a. Lintang Utara (LU) Dilihat dari posisi lintang dan bujur saat berakhirnya suatu siklon lebih banyak pada daerah sekitar Laut Cina Selatan, Thailand dan Taiwan. Siklon yang terjadi di Belahan Bumi Utara ( BBU, -1 BT) setiap bulannya berakhir pada posisi lintang rata-rata bulanan yang berbeda. Pada bulan Juni sampai September siklon berakhir pada lintang rata-rata di atas 5 o LU. Sedangkan pada bulan yang lainnya siklon berakhir pada lintang rata-rata bulanan di bawah 5 o LU. Dari Gambar 13 dan 17 dapat terlihat bahwa rata-rata siklon tropis berakhir pada lintang yang lebih tinggi dibandingkan pada saat kemunculannya 13

Derajat LU 5 35 3 5 15 1 5 Gambar Posisi lintang rata-rata bulanan pada akhir kejadian siklon di LU. Tahapan dari sebuah siklon tropis sejak terbentuk di Samudera hingga meredanya setelah memasuki daratan meliputi tahap pembentukan, tahap muda, tahap dewasa dan tahap peredaan. Siklon yang terjadi Lintang Utara ini pada tahap peredaannya terjadi pada posisi bujur rataan bulanan di atas 1 sampai 15 BT posisi ini menujukan bahwa pada posisi rataan bujur bulanan tahap pembentukan maupun tahap peredaan tidak terlalu jauh berbeda karena track siklon cenderung bergerak naik pada posisi lintang yang lebih tinggi, sedangkan posisi bujurnya berubah saat siklon berlangsung (tahap muda dan tahap dewasa). Pada saat berakhir siklon bergerak mendekati posisi bujur yang tidak jauh berbeda dengan saat awal kemunculannya. Dengan kata lain perbedaan posisi siklon saat tahap pembentukan dan peredaan hanya pada posisi lintangnya saja. Track siklon dapat dilihat dalam lampiran gambar. Pada posisi bujur pada tahapan peredaan ini tidak terlalu jauh beda dengan pada rataan bujur bulanan saat tahap pembentukan siklon. 1 1 1 1 Gambar 3 Posisi bujur rata-rata bulanan pada akhir kejadian siklon di Utara ekuator. b. Lintang Selatan (LS) Posisi lintang rata-rata pada tahap pembentukan siklon tropis di lintang selatan lebih kecil dibandingkan rata-rata lintang pada tahap peredaannya. Pada bulan Desember sampai April siklon berakhir pada rata-rata lintang sekitar o LS. Pada bulan September siklon terbentuk pada lintang yang lebih rendah dibandingkan pada bulan yang lainnya. Derajat LS 35 3 5 15 1 5 Gambar Posisi lintang rata-rata bulanan siklon tropis pada tahap peredaan di BBS Posisi bujur rata-rata bulanan pada tahap pembentukan maupun peredaan pada kejadian siklon di lintang selatan (BBS) tidak jauh berbeda, begitu juga dengan pola grafiknya. Perubahan posisi bujur sering terjadi pada saat siklon berlangsung karena rata-rata siklon bergerak pada lintang yang lebih tinggi. 1 1 1 1 Gambar 5 Posisi bujur rata-rata bulanan pada akhir kejadian siklon di Selatan ekuator.9 Nilai an Kecepatan Angin Maksimum dan Masa Hidup siklon Tropis.9.1 Kecepatan Angin Maksimum an Pada Siklon a. Lintang Utara (LU) setiap bulannya memiliki variasi kecepatan angin maksimum yang beraneka ragam, sehingga hasil ratarata kecepatan angin maksimum bulananya belum dapat memperlihatkan keadaan yang sebenarnya. Variasi paling besar terjadi pada 1

bulan Maret dan April. Pada bulan Februari, rata-rata kecepatan angin maksimumnya paling kecil yaitu kurang dari knot dengan nilai Standar Deviasi yang paling kecil diantara bulan yang lainnya, sehingga pada bulan Februari variasinya tidak terlalu besar. kec. angin maks (knot) 1 1 Gambar kecepatan angin maksimum bulanan pada siklon tropis di LU b. Lintang Selatan (LS) Kecepatan angin maksimum rata-rata bulanan di BBS sangat bervariasi mulai dari knot sampai lebih dari knot. Kecuali pada bulan Juli sampai Oktober, kecepatan angin maksimum rata-rata berkisar pada - 1 knot. Kecepatan angin maksimum ratarata pada bulan Mei, mulai dari 3 knot sampai 9 knot. kec. angin maks (knot) 1 1 Gambar 7 kecepatan angin maksimum bulanan di LS.9. Masa Hidup an Pada Siklon Tropis a. Lintang Utara (LU) masa hidup siklon bulanan paling panjang di lintang utara yaitu pada bulan April sedangkan rata-rata masa hidup paling pendek yaitu pada bulan Januari dan Februari, rata-ratanya hanya sekitar -3 hari. Sedangkan pada bulan Mei sampai Desember rata-rata masa hidup bulanannya mencapai sekitar 5- hari. Masa hidup (Hari) 1 Gambar Masa hidup rata-rata bulanan pada siklon tropis di LU. b. Lintang Selatan (LS) Di Utara ekuator pada bulan Januari masa hidup rata-rata siklon tropis paling pendek, sedangkan di selatan pada bulan Desember sampai Maret rata-rata masa hidupnya lebih dari 5 hari. Siklon yang terjadi pada bulan Juni sampai September rata-rata masa hidup lebih pendek dari bulan yang lainnya yaitu sekitar 3- hari. Masa hidup (Hari) 1 Gambar 9 Masa hidup rata-rata bulanan pada siklon tropis di LS.1 Pengaruh El-nino Terhadap Kejadian Siklon Tropis Menurut Gray (199), kejadian siklon tropis di beberapa Samudera pada saat Elnino yang mengalami peningkatan dari kondisi normalnya di Samudera Pasifik bagian selatan, Samudera Pasifik Utara bagian tengah, dan Samudera Pasifik bagian Timur. tropis yang mengalami penurunan dari kondisi normalnya Samudera Pasifik Utara bagian barat, Samudera Atlantik tropis, dan lautan di sekitar Australia. Dari data kejadian siklon tropis bulan Juli 199 sampai Desember di sekitar Indonesia dengan letak astronomis o - 1 o BT yaitu sekitar sebagian wilayah 15

Samudera Pasifik dan Hindia, kejadian siklon tropis pada tahun el-nino ataupun pada tahun normal di Lintang Utara maupun Selatan tidak ada perbedaan jumlah kejadian siklon yang cukup beda. Hal ini dikarenakan daerah kajian yang cukup luas dan kurang spesifik. Sehingga datanya juga merupakan data total seluruh kejadian siklon di sebagian Belahan Bumi bagian Timur dari - 1 BT. Tabel Data kejadian siklon tropis tahunan di LU dan LS -1 BT Tahun LU LS 199 3 3 1995 39 1 199 5 35 1997 9 199 3 1999 1 1 3 1 39 1 3 33 3 3 3 5 3 1 3 17 Rata 39 1 Dari tahun 199-, fenomena El nino terjadi pada tahun 1997, dan. Fenomena ENSO pada tahun-tahun tersebut tidak memberikan pengaruh yang besar pada intensitas kejadian siklon di LU maupun LS pada wilayah -1 BT. Karena, pada Lintang Utara siklon lebih banyak terbentuk pada daerah 11-15 BT yang merupakan Samudera Pasifik Barat sehingga bukan termasuk wilayah yang dipengaruhi oleh el-nino Kejadian ENSO dapat diketahui salah satunya dengan melihat perubahan Suhu Permukaan Laut (SPL) di sekitar Samudera Pasifik bagian tengah dan timur. Kejadian El-nino hanya berpengaruh pada sebagian Samudera Pasifik. Tetapi, pada daerah kajian penelitian ini siklon yang terjadi di Utara dan selatan Indonesia ( -1 BT) tidak mengalami perbedaan yang nyata antara jumlah siklon di tahun normal maupun tahun el-nino, begitu juga.dengan masa hidupnya. Masa hidup (Hari) 1 199 1995 199 1997 199 1999 Tahun 1 3 5 Gambar 3 Masa hidup rata-rata tahunan pada siklon tropis di Utara Ekuator. Masa hidup (Hari) 1 1 199 1995 199 1997 199 1999 Tahun 1 3 5 Gambar 31 Masa hidup rata-rata tahunan pada siklon tropis di Selatan Ekuator..11 Anomali Kejadian Siklon Pada wilayah ekuator tidak memungkinkan terjadinya perbedaan tekanan yang ekstrim karena suhu muka laut relatif lebih hangat dengan perbedaan kecil. Selain itu juga di wilayah ekuator tidak ada pengaruh gaya coriolis. Sehingga, siklon mulai terbentuk pada lintang di atas 5 o LU/LS dari ekuator. Tetapi, dari data kejadian siklon tropis (199-) di belahan bumi bagian timur ( o -1 o BT) terdapat beberapa siklon yang terjadi di bawah lintang 5 LU/LS dari ekuator. Tabel 3 Siklon tropis yang terbentuk pada lintang di bawah 5 LU/LS No. Tahun Nama siklon 1 Mei 199 JENNA-9 Desember 1 VAMEI-1 3 Desember 1 FAXAI-1 Desember 5B- 5 April 3 KUJIRA-3 Januari 5 B-5 7 Maret 1W- Penyimpangan kejadian siklon lebih banyak terjadi di Belahan Bumi Utara (BBU), ada siklon yang terjadi di BBU dan 1 siklon yang terjadi di BBS. Siklon yang terbentuk di BBS yaitu siklon Jenna-9 dan siklon yang lainnya terbentuk di BBU. 1

Adanya penyimpangan kejadian siklon ini dapat disebabkan oleh fenomena alam lainnya seperti pusaran borneo dan pemanasan global. Gambar 33 Pusaran Borneo Gambar 3 SIklon yang terbentuk di bawah 5 LU/LS. Siklon Vameii Siklon vameii terbentuk pada lintang 1,5 LU pada bulan Desember 1. siklon tersebut jarang terjadi karena kawasan khatulistiwa dianggap sebagai kawasan yang bebas dari siklon tropika. Gaya coriolis yang semakin lemah apabila mendekati khatulistiwa merupakan penyebab jarangnya terjadi pembentukan siklon tropis pada lintang di bawah 5 LU. Siklon vameii terjadi akibat adanya interaksi antara pusaran Borneo yang berputar di Laut Cina Selatan dengan hembusan angin Monsoon Timur Laut sehingga dapat menyebabkan pusaran siklonik bergerak ke bagian selatan laut Cina Selatan. Pusaran Borneo yaitu gangguan skala sinoptik yang terjadi di kepulauan Borneo (Chang et al, 5). Titik tengah pusaran Borneo memiliki tekanan rendah sehingga angin dari kawasan bertekanan tinggi akan membawa uap air ketika menyeberangi Laut Cina Selatan yang menyebabkan terjadinya pembentukan awan yang tebal sehingga curah hujan meningkat. Pusaran Borneo semakin kuat apabila ada hembusan angin Monsoon Timur Laut dan frekuensi hembusan angin monsoon Timur laut dapat melamah apabila terjadi MJO (Chang et al, 5).. Dampak Siklon Tropis Badai tropis adalah gerak berputar udara yang terjadi di perairan laut tropis dengan kecepatan angin yang berkisar antara 3-115 km/jam disertai dengan hujan yang sangat lebat. Kecepatan angin yang demikian besar dan hujan yang sangat lebat akan menimbulkan bahaya angin ribut, banjir, dan longsor beserta dengan seluruh bencana lainnya seperti kerusakan properti, infrastruktur, dan korban jiwa. Di Indonesia sendiri hanya terkena pengaruh dari ekor siklon bukan pengaruh langsung. Efek yang ditimbulkannya berupa angin kencang, curah hujan tinggi dan naiknya gelombang muka air laut. Misalnya efek yang ditimbulkan siklon Inigo pada tanggal 1 April 3. Siklon ini menyebabkan terjadinya hujan lebat yang disertai angin kencang di Nusa Tenggara Timur, khususnya Kabupaten Ende dan Flores Timur, mengakibatkan banjir dan tanah longsor. Selain itu juga, pengaruh Siklon Ivy pada tanggal 7 Februari yaitu siklon Ivy menarik awan-awan yang ada di Indonesia ke arah pusat siklon (sebelah tenggara Papua). Akibatnya sebagian besar wilayah Indonesia berpeluang cerah hingga berawan sejenak setelah sebelumnya dilanda hujan berhari-hari. Hanya wilayah Papua yang berpeluang kuat hujan lebat karena lebih dekat dengan pusat siklon Ivy. 17