GAMBARAN PENGETAHUAN PENGUNJUNG PUSKESMAS CIMAHI SELATAN MENGENAI KANKER LEHER RAHIM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sedang berkembang, salah satunya Indonesi (WHO, 2012).

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi wanita merupakan hal yang perlu diperhatikan agar suatu

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. KATA PENGANTAR...

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

Heni Hendarsah Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BIDAN MENGENAI TEKNIK INSPEKSI VISUAL ASETAT (IVA) DALAM SKRINING KANKER SERVIKS DI PUSKESMAS KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN SAMBEN ARGOMULYO SEDAYU BANTUL

KARAKTERISTIK, HAMBATAN WANITA USIA SUBUR MELAKUKAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS KEDAI DURIAN

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI KEBAYANAN TERSO DESA KANDANGSAPI JENAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015.

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

menikah dengan tindakan pemeriksaan Pap smear. Ginekologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Badan Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Salah satu

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

Ni Made Sri Dewi L, 1 Nunuk Suryani, 2 Pancrasia Murdani 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Vol 1 No 2 Tahun 2017 ISSN

Kata kunci: Tingkat pengetahuan, Ketrampilan, SADARI

DI KELURAHAN GLUGUR DARAT I KECAMATAN MEDAN TIMUR KOTA MEDAN TAHUN

Novia Sari Yunita, Puji Lestari. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU-IBU TERHADAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI KELURAHAN TEGAL GUNDIL BOGOR

PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KANKER SERVIKS DI DESA PINGIT PRINGSURAT TEMANGGUNG. ARTIKEL. Oleh : RATNA PUSPITA SARI NIM.

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI IBU MELAKUKAN PEMERIKSAAN METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI KELURAHAN LEPO-LEPO KOTA KENDARI

BAB I PENDAHULUAN. pada negara-negara berkembang yang lain. Kanker leher rahim merupakan. Wilayah Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2008 Kota Semarang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG TAHUN 2015

PERILAKU PENCEGAHAN KANKER SERVIKS PADA MAHASISWI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia, termasuk di Indonesia. Masalah kesehatan perempuan masih menjadi tugas

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan abnormal dan tidak terkendali dari sel-sel tubuh sebagai tanda

NASKAH PUBLIKASI YOSEPHA NIM I

Roswati Dani Ningrum dan Dyah Fajarsari Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto ABSTRAK

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang SADARI di Nagari Painan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

BAB I PENDAHULUAN. kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam

Feriana Tejawati 1, Ismarwati 2, Anjarwati 3 ABSTRACT

See & Treat untuk Skrining Lesi Prakanker Serviks

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Galuh Tunjung Pertiwi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WUS DENGAN PERILAKU MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DI KELURAHAN KOTABARU WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II YOGYAKARTA

Analisis Faktor Prilaku Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA ( Inspeksi Visual Asam Acetat )

ABSTRAK. Maria Linawati Sihotang, 2013 Pembimbing I : Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes Pembimbing II : dr.rimonta F Gunanegara,SpOG

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA PERKAWINAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO LESI PRAKANKER SERVIKS PADA IBU PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKASADA II

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

Transkripsi:

GAMBARAN PENGETAHUAN PENGUNJUNG PUSKESMAS CIMAHI SELATAN MENGENAI KANKER LEHER RAHIM MAKALAH Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani Oleh: Gita Puji Aistyani 41118159 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 212

GAMBARAN PENGETAHUAN PENGUNJUNG PUSKESMAS CIMAHI SELATAN MENGENAI KANKER LEHER RAHIM Gita Puji Aistyani 1, P.E.L. Siagian 2, Syafrial 2 1 Fakultas Kedokteran Unjani, 2 Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Dustira ABSTRAK Menurut WHO, di dunia terdapat sekitar 5 ribu kasus baru kanker leher rahim setiap tahunnya, 95% dari angka kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Salah satu alasannya karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kanker leher rahim. Tujuan penelitian ini, mengetahui gambaran pengetahuan wanita pengunjung Puskesmas Cimahi Selatan mengenai kanker leher rahim berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan riwayat hubungan seksual. Penelitian dilakukan pada 97 wanita pengunjung Puskesmas Cimahi Selatan sebagai subyek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan gambaran pengetahuan wanita pengunjung Puskesmas Cimahi Selatan mengenai kanker leher rahim, sebagian besar (8,4%) dikategorikan cukup. Tingkat pengetahuan baik, seluruhnya didapatkan pada responden dengan karakteristik usia lebih dari 35 tahun (5%), pertama kali menikah saat berusia lebih dari sama dengan 18 tahun (2,3%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (25%), dan memiliki satu partner seksual (2,4%). Tingkat pengetahuan cukup, sebagian besar didapatkan pada responden dengan karakteristik usia 2 35 tahun (84,6%), pertama kali menikah saat berusia lebih dari sama dengan 18 tahun (81,6%), pendidikan terakhir SD/sederajat (1%), dan memiliki partner seksual lebih dari satu (9%). Tingkat pengetahuan kurang, sebagian besar didapatkan pada responden dengan karakteristik usia kurang dari 2 tahun (2%), pertama kali menikah saat berusia kurang dari 18 tahun (4%), pendidikan terakhir SMP/sederajat (28,9%), dan tidak memiliki partner seksual (2%). Dengan demikian disimpulkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup. Disarankan untuk instansi terkait, melakukan upaya peningkatan pengetahuan mengenai kanker leher rahim pada masyarakat yang berisiko tinggi terkena kanker leher rahim. Kata kunci: Pengetahuan, kanker leher rahim, Puskesmas Cimahi Selatan PENDAHULUAN Berdasarkan data dari International Agency for Research on Cancer (IARC), kanker leher rahim merupakan jenis kanker ketiga terbanyak di dunia yang menyebabkan kematian pada wanita. Selain itu, World Health Organization (WHO) juga menyebutkan bahwa di dunia terdapat sekitar 5 ribu kasus baru kanker leher rahim dan 26 ribu kasus kematian akibat kanker leher rahim setiap tahunnya. Ironisnya, sebanyak 95% dari angka kejadian tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia. 1 3

Tiga belas pusat patologi di Indonesia melaporkan bahwa kanker leher rahim merupakan jenis kanker dengan jumlah tertinggi, yaitu sebesar 36% dari seluruh jenis kanker yang diderita oleh wanita di Indonesia. Berdasarkan laporan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), dari 1717 kasus kanker ginekologik yang dirawat di RSCM, sebanyak 76,8% di antaranya merupakan kasus kanker leher rahim. Kanker leher rahim juga menduduki peringkat pertama sebagai jenis kanker yang paling banyak diderita oleh wanita yang bertempat tinggal di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Bali. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa kanker leher rahim merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius bagi Indonesia. 4 6 Penelitian yang dilakukan di Malaysia pada tahun 29 oleh Wong, melaporkan bahwa pengetahuan mengenai kanker leher rahim pada wanita di Malaysia dapat dikatakan masih kurang. Sebagian besar responden pernah mendengar istilah kanker leher rahim tetapi tidak mengetahui bahwa kanker leher rahim dapat dicegah. Responden beranggapan bahwa tes pap smear, sebagai suatu upaya skrining kanker leher rahim, tidak perlu dilakukan apabila mereka tidak mempunyai gejala kanker leher rahim. Hasil penelitian tersebut menekankan pentingnya infomasi yang akurat mengenai kanker leher rahim sebagai suatu langkah utama dalam upaya menurunkan angka kejadian kanker leher rahim. 7 Penelitian yang dilakukan di Pakistan pada tahun 29 oleh Ali, juga menunjukkan kurangnya pengetahuan wanita mengenai kanker leher rahim pada wanita di Pakistan. Pada penelitian tersebut didapatkan hanya 23,4% responden yang mengetahui bahaya kanker leher rahim, sisanya sebanyak 76,6% tidak mengetahui bahaya kanker leher rahim. 8 Berdasarkan hal tersebut, timbul suatu pertanyaan mengenai keadaan pengetahuan wanita Indonesia mengenai kanker leher rahim. Apakah pengetahuannya sudah baik, cukup, ataukah masih kurang. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian di wilayah yang luas agar dapat lebih menggambarkan keadaan masyarakat. Berdasarkan data profil Puskesmas Cimahi Selatan tahun 28, Puskesmas Cimahi Selatan memiliki wilayah kerja paling luas dibandingkan puskesmas-puskesmas lain di Kota Cimahi, dengan jumlah penduduk 87.356 jiwa dan jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak 6.844 jiwa. 9

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat suatu penelitian yang berjudul Gambaran Pengetahuan Pengunjung Puskesmas Cimahi Selatan Mengenai Kanker Leher Rahim. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan kepada 97 wanita pengunjung Puskesmas Cimahi Selatan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif observasional dengan pendekanan cross sectional. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode analisis data univariat yang didapatkan dari hasil pengukuran pengetahuan dengan menggunakan kuesioner. Hasil analisis data berupa distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan usia saat mengisi kuesioner, usia saat pertama kali menikah, tingkat pendidikan, dan riwayat hubungan seksual. Selain itu, juga diperoleh data kategorik berupa pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim, apakah baik, cukup, atau kurang. Hasil analisis data ini disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Saat Mengisi Kuesioner Apabila ditinjau dari karakteristik usia saat mengisi kuesioner, rentang usia responden dibagi menjadi tiga, yaitu kurang dari 2 tahun, 2 35 tahun, dan lebih dari 35 tahun, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan usia saat mengisi kuesioner Kelompok Usia Jumlah Persentase < 2 tahun 5 5,16 % 2 35 tahun 52 53,61 % > 35 tahun 4 41,23 % Total 97 1 % Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Saat Pertama Kali Menikah Berdasarkan hasil pengambilan data, dari 97 responden penelitian didapatkan 92 responden yang sudah menikah dan 5 responden yang belum menikah, hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Jumlah Jumlah 1 8 92 6 4 2 5 Menikah Belum Menikah Status Pernikahan Gambar 1. Grafik karakteristik responden berdasarkan status pernikahan. Dari 92 responden yang sudah menikah, karakteristik responden berdasarkan usia saat pertama kali menikah dapat dilihat pada Gambar 2. 1 8 87 6 4 2 5 < 18 Tahun 18 Tahun Usia Pertama Kali Menikah Gambar 2. Grafik karakteristik responden berdasarkan usia saat pertama kali menikah. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan perguruan tinggi, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase SD/sederajat 6 6,2% SMP/sederajat 38 39,2% SMA/sederajat 45 46,4% Perguruan tinggi 8 8,2% Total 97 1%

Jumlah Jumlah Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Hubungan Seksual Berdasarkan riwayat hubungan seksual, karakteristik responden diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu, tidak memiliki partner seksual, memiliki satu partner seksual, dan memiliki partner seksual lebih dari satu, hal ini dapat dilihat pada Gambar 3. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 82 5 1 Tidak ada Satu orang Lebih dari satu Jumlah Partner Seksual Gambar 3. Grafik karakteristik responden berdasarkan riwayat hubungan seksual. Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Kanker Leher Rahim Hasil pengujian pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dapat dilihat pada Gambar 4. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 78 2 17 Baik Cukup Kurang Tingkat Pengetahuan Gambar 4. Grafik pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim.

Gambar 4 menunjukkan bahwa dari 97 responden, didapatkan sebanyak 78 responden (8,4%) memiliki pengetahuan cukup, diikuti sebanyak 17 responden (17,5%) memiliki pengetahuan kurang, dan dua responden (2,1%) memiliki pengetahuan baik. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim sebagian besar (8,4%) berada pada kategori cukup. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Diyan Indrayani pada tahun 29 yang menyebutkan bahwa dari 96 responden penelitiannya, sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kanker leher rahim dengan persentase 42,7%. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ro aita Miftakhul Jannah pada tahun 211 yang menyebutkan bahwa dari 44 responden penelitiannya, sebanyak 3 responden (68,2%) mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai kanker leher rahim. 1,11 Uraian hasil penelitian tersebut menunjukkan perlunya upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kanker leher rahim, sehingga tingkat pengetahuan masyarakat dapat berada dalam ketegori yang baik. Dengan baiknya tingkat pengetahuan masyarakat tersebut dapat terbentuk suatu tindakan untuk menghindari kemungkinan terkena kanker leher rahim, seperti menghindari faktor risiko kanker leher rahim dan melakukan upaya deteksi dini kanker. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam proses terbentuknya tindakan seseorang. 12 14 Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia Saat Mengisi Kuesioner Gambaran pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkan karakteristik kelompok usia saat mengisi kuesioner dapat dilihat pada Gambar 5.

Jumlah 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5 44 3 4 1 8 2 8 <2 tahun 2-35 tahun >35 tahun Kelompok Usia Baik Cukup Kurang Gambar 5. Grafik pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkan usia saat mengisi kuesioner. Gambar 5 menunjukkan bahwa dari lima responden yang berusia kurang dari 2 tahun, sebanyak empat responden (8%) memiliki pengetahuan cukup, sisanya satu responden (2%) memiliki pengetahuan kurang. Kemudian dari 52 responden yang berusia 2 35 tahun, sebanyak 44 responden (84,6%) memiliki pengetahuan cukup, sisanya sebanyak 8 responden (15,4%) memiliki pengetahuan kurang. Sementara itu, dari 4 responden yang berusia lebih dari 35 tahun, sebanyak dua responden (5%) memiliki pengetahuan yang baik, 3 responden (75%) memiliki pengetahuan cukup, dan delapan responden (2%) memiliki pengetahuan yang kurang. Dari uraian di dapat dikatakan bahwa responden yang berpengetahuan baik hanya didapatkan pada kelompok yang berusia lebih dari 35 tahun dengan persentase sebesar 5%. Responden yang berpengetahuan cukup sebagian besar berusia 2 35 tahun dengan persentase sebesar 84,6%.Sementara itu, responden yang berpengetahuan kurang sebagian besar berusia kurang dari 2 tahun dengan persentase sebesar 2%. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin bertambah usia seseorang, akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang dimilikinya akan semakin baik. Selain itu, kemungkinan besar semakin bertambah usia seseorang, semakin bertambah pula pengalamannya, sehingga sesuai dengan teori yang

Jumlah menyebtkan bahwa semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh seseorang, maka pengetahuannya pun akan semakin baik. 15 Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Usia Saat Pertama Kali Menikah Gambaran pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkan usia saat pertama kali menikah dapat dilihat pada Gambar 6. 8 7 6 5 4 3 2 1 71 3 2 2 14 < 18 Tahun 18 Tahun Usia Pertama Menikah Baik Cukup Kurang Gambar 6. Grafik pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkan usia saat pertama kali menikah. Gambar 6 menunjukkan bahwa dari lima responden yang menikah pertama kali pada usia kurang dari 18 tahun, sebanyak tiga responden (6%) memiliki pengetahuan cukup dan sisanya sebanyak dua responden (4%) memiliki pengetahuan kurang. Sementara itu, dari 87 responden yang menikah pertama kali pada usia lebih dari atau sama dengan 18 tahun, sebanyak 71 responden (81,6%) memiliki pengetahuan cukup, 14 responden (16,1%) memiliki pengetahuan kurang, dan sisanya sebanyak dua responden (2,3%) memiliki pengetahuan yang baik. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa responden yang berpengetahuan baik hanya didapatkan pada kelompok yang menikah pada usia lebih dari atau sama dengan 18 tahun dengan persentase sebesar 2,3%. Responden yang berpengetahuan cukup, sebagian besar juga menikah pada usia lebih dari atau sama dengan 18 tahun dengan persentase sebesar 81,6%. Sementara itu, responden yang berpengetahuan kurang sebagian besar menikah pada usia kurang dari 18 tahun dengan persentase sebesar 4%.

Jumlah Meskipun tidak menjamin, usia saat pertama kali menikah dapat diartikan sebagai usia saat melakukan hubungan seksual pertama kali (coitarche). Wanita yang melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia di bawah 18 tahun memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi untuk terkena kanker leher rahim. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa responden yang menikah pada usia kurang dari 18 tahun memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena kanker leher rahim daripada responden yang menikah pada usia lebih dari atau sama dengan 18 tahun. 16 18 Dari Gambar 6, tidak didapatkan responden yang berpengetahuan mengenai kanker leher rahim yang baik pada kelompok responden yang menikah pertama kali pada usia kurang dari 18 tahun, sebagian besar responden pada kelompok ini memiliki pengetahuan yang kurang. Sebaiknya responden pada kelompok ini memiliki pengetahuan yang baik agar timbul sikap menghindarkan diri dari faktor risiko kanker leher rahim lainnya serta timbul sikap untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kanker leher rahim pada masyarakat yang menikah pertama kali pada usia muda (kurang dari 18 tahun), sebaiknya lebih ditingkatkan. 16 Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Gambaran pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 7. 45 4 35 3 25 2 15 1 5 39 27 11 6 6 SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Tingkat Pendidikan 2 6 Perguruan tinggi Baik Cukup Kurang Gambar 7. Grafik pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkan tingkat pendidikan.

Gambar 7 menunjukkan bahwa dari enam responden yang merupakan tamatan SD/sederajat seluruhnya (1%) memiliki pengetahuan cukup. Kemudian dari 38 responden yang merupakan tamatan SMP/sederajat sebanyak 27 responden (71,1%) memiliki pengetahuan cukup dan sisanya sebanyak 11 responden (28,9%) memiliki pengetahuan kurang. Selanjutnya, dari 45 responden yang merupakan tamatan SMA/sederajat, sebanyak 39 responden (86,7%) memiliki pengetahuan cukup dan sisanya sebanyak enam responden (13,3%) memiliki pengetahuan kurang. Sementara itu, dari delapan responden yang merupakan tamatan perguruan tinggi sebanyak enam responden (75%) memiliki pengetahuan cukup dan sisanya sebanyak dua responden (25%) memiliki pengetahuan yang baik. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa responden yang berpengetahuan baik hanya didapatkan pada kelompok yang merupakan tamatan perguruan tinggi dengan persentase sebesar 25%. Responden yang berpengetahuan cukup, sebagian besar merupakan tamatan SD/sederajat dengan persentase sebesar 1%. Sementara itu, responden yang berpengetahuan kurang sebagian besar merupakan tamatan SMP/sederajat dengan persentase sebesar 28,9%. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pengetahuan yang dimilikinya akan semakin baik. Ketidaksesuaian ini kemungkinan besar dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya usia, sodial budaya dan ekonomi, serta pengalaman. 15 Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Riwayat Hubungan Seksual Gambaran pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkkan riwayat hubungan seksual dapat dilihat pada Gambar 8.

Jumlah 7 6 5 4 3 2 1 65 15 4 1 2 9 1 Tidak ada Satu orang Lebih dari satu Jumlah Partner Seksual Baik Cukup Kurang Gambar 8. Grafik pengetahuan responden mengenai kanker leher rahim berdasarkan riwayat hubungan seksual. Gambar 8 menunjukkan bahwa dari lima responden yang tidak memiliki partner seksual, empat responden (8%) memiliki pengetahuan cukup sedangkan satu responden lainnya (2%) memiliki pengetahuan kurang. Kemudian dari 82 responden dengan satu partner seksual, sebanyak 65 responden (79,3%) memiliki pengetahuan cukup, 15 responden (18,3%) memiliki pengetahuan kurang, dan sisanya sebanyak dua responden (2,4%) memiliki pengetahuan yang baik. Sementara itu, dari 1 responden dengan partner seksual lebih dari satu, sembilan responden (9%) memiliki pengetahuan cukup dan satu responden lainnya (1%) memiliki pengetahuan kurang. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa responden yang berpengetahuan baik hanya didapatkan pada kelompok yang memiliki satu partner seksual dengan persentase sebesar 2,4%. Responden yang berpengetahuan cukup, sebagian besar memiliki partner seksual lebih dari satu dengan persentase sebesar 9%. Sedangkan responden yang berpengetahuan kurang, sebagian besar berada pada kelompok yang tidak memiliki partner seksual dengan persentase sebesar 2%. Dari Gambar 8, tidak didapatkan responden yang berpengetahuan baik di kelompok yang memiliki partner seksual lebih dari satu. Sebaiknya responden pada kelompok ini memiliki pengetahuan yang baik, karena aktivitas seksual memiliki hubungan yang sangat erat dengan kejadian kanker leher rahim, khususnya bagi individu yang memiliki partner

seksual multipel. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa upaya untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kanker leher rahim, pada masyarakat dengan jumlah partner seksual lebih dari satu, harus lebih ditingkatkan sebagai upaya pencegahan primer kanker leher rahim. 16 KESIMPULAN Gambaran pengetahuan wanita pengunjung Puskesmas Cimahi Selatan mengenai kanker leher rahim sebagian besar (8,4%) berada pada kategori cukup. Tingkat pengetahuan baik, seluruhnya didapatkan pada responden dengan karakteristik usia lebih dari 35 tahun (5%), usia saat pertama kali menikah saat lebih dari sama dengan 18 tahun (2,3%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (25%), dan memiliki satu partner seksual (2,4%). Tingkat pengetahuan cukup, sebagian besar didapatkan pada responden dengan karakteristik usia 2 35 tahun (84,6%), usia pertama kali menikah saat lebih dari sama dengan 18 tahun (81,6%), pendidikan terakhir SD/sederajat (1%), dan memiliki partner seksual lebih dari satu (9%). Tingkat pengetahuan kurang, sebagian besar didapatkan pada responden dengan karakteristik usia kurang dari 2 tahun (2%), usia pertama kali menikah saat kurang dari 18 tahun (4%), pendidikan terakhir SMP/sederajat (28,9%), dan tidak memiliki partner seksual (2%). DAFTAR PUSTAKA 1. International Agency for Research on Cancer. [Online]. 28. [Diakses 9 Juni 211]. Dari: http://globocan.iarc.fr/factsheets/cancers/cervix.asp. 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Skrining kanker leher rahim dengan metode inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). [Online]. 28. [Diakses 11 Juni 211]. Dari: http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_docman&task=doc_view&gid =279&tmpl=component&format=raw&Itemid=58. 3. World Health Organization. Comprehensive cervical cancer control: a guide to essential practice. [Online]. 26. [Diakses 11 Juni 211]. Dari: http://www.rho.org/files/who _CC_control_26.pdf. 4. Aziz MF. Skrining dan deteksi kanker serviks. In: Ramli HM, Umbas R, Panigoro SS, editors. Deteksi dini kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 25. 5. Purwoto G, Nuranna L. Metode skrining alternatif pada kanker serviks. In: Ramli HM, Umbas R, Panigoro SS, editors. Deteksi dini kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 25.

6. Tjindarbumi D, Mangunkusumo R. Cancer in indonesia, present and future. [Online]. 28. Jpn J Clin Oncol. Mar;32 Suppl:S17-21. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih. gov/pubmed/11959873. [Accessed 1 Juni 211]. 7. Wong LP, Wong YL, Low WY, Khoo EM, Shulib R. Knowledge and awareness of cervical cancer and screening among malaysian women who have never had pap smear: a qualitative study. [Online]. 29. Available from: http://smj.sma.org. sg/51/51a6.pdf. [Accessed 13 Juni 211]. 8. Ali SF. Knowledge and awareness about cervical cancer and its prevention amongst interns and nursing staff in tertiary care hospitals in karachi, pakistan. [Online]. 21. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc2883573/ [Accessed 13 Juni 211]. 9. Puskesmas Cimahi Selatan. Profil Puskesmas Cimahi Selatan Tahun 28. Cimahi;28. 1. Indrayani D. Hubungan antara pengetahuan ibu tentang kanker serviks dan perilaku deteksi dini kanker serviks di Kelurahan Pacar Kembang Kota Surabaya. [Online]. 29. [Diakses 22 Januari 212]. Dari: http://www. fk.unair.ac.id/index.php/s1- Kebidanan/hubungan-antara-penge tahuan-ibu-tentang-kanker-serviks-dan-perilakudeteksi-dini-kanker-serviks-dikelurahan-pacar-kembang-kota-surabaya.html. 11. Jannah RM. Gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang kanker serviks di MAN Sidoarjo.[Online]. 211. [Diakses 22 Januari 212]. Dari: http://share.stikesyarsis.ac.id/elib/main/dok/119/gambaran-tingkat-penge tahuanremaja-putri-tentang-kanker-serviks-di-man-sidoarjo. 12. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 21. 13. Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta; 27. 14. Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 27. 15. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Edisi 1. Jakarta: Rineka Cipta; 27. 16. Scott JR, Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF. Danforth s obstetrics and gynecology. 9 th ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 23. 17. Bosch FX. The causal relation between human papillomavirus and cervical cancer. [Online]. 28. J Clin Pathol. 55:244. [Diakses 15 Juni 211]. Dari: www.jcp.bmj.com/content/55/4/244. 18. Khan MJ, Partridge EE, Wang SS, Schiffman M. Socioeconomic status and the risk of cervical intraepithelial neoplasia grade 3 among oncogenic human papillomavirus DNApositive women with equivocal or mildly abnormal cytology. [Online]. 25. [Diakses 29 Juli 211]. Dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1588945?dopt.