BAB III SEJARAH SINGKAT PENGADILAN AGAMA JEPARA. Indonesia sejak Islam masuk dan berdiri kesultanan-kesultanan Islam di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA. peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota

PENGADILAN AGAMA POLEWALI

RINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Suryani 2. Materi pasal yang diuji:

RIVIU DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA LAMONGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Oktober :57 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 28 Oktober :12

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

Oleh Administrator Kamis, 15 Januari :42 - Terakhir Diupdate Rabu, 22 Desember :51

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG TAHUN

KEKUA U SAAN N KEHAKIMAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PENGADILAN NEGERI MEDAN

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG TAHUN

BAB III KEWENANGAN PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) Tahun 2015 s.d. 2019

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final.

BAB IV ANALISIS UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 1989 TERHADAP PENENTUAN PATOKAN ASAS PERSONALITAS KEISLAMAN DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

KOMPETENSI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN PERKARA EKONOMI SYARI AH (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta)

UNDANG-UNDANG Nomor: 7 TAHUN 1989 Tentang PERADILAN AGAMA Tanggal: 29 DESEMBER 1989 (JAKARTA) LN 1989/49; TLN NO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Agama harus dikukuhkan oleh Peradilan Umum. Ketentuan ini membuat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan perkara di lingkungan peradilan agama, khususnya di pengadilan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB.I PENDAHULUAN. A. Kebijakan Umum Peradilan

LKjIP PA Watampone Tahun BAB I PENDAHULUAN

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

PERADILAN AGAMA Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tanggal 29 Desember 1989 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KEDUDUKAN PERADILAN AGAMA

BAB III IMPLEMENTASI PERMA NO.1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DALAM PERKARA PERCERAIAN (STUDI DI PENGADILAN AGAMA KOTA SEMARANG)

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia

BAB IV MENGAPA HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA NOMOR 0091/ Pdt.P/ 2013/ PA.Kdl. TIDAK MENJADIKAN PUTUSAN MAHKAMAH

KEJURUSITAAN PENGADILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS DATA. 1. profil pengadilan agama malang. No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dinyatakan bahwa Kekuasaan

keseragaman kebijaksanaan seringkali peraturan yang menjadi dasar keputusan menentukan bahwa sebelum berlakunya Keputusan Tata Usaha Negara

PERADILAN AGAMA SEBAGAI INSTITUSI PENEGAK HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh Marzuki

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN DI PENGADILAN AGAMA TUBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PUTUSAN MAHKMAH AGUNG NO. 184 K/AG/1995 TENTANG KEDUDUKAN AHLI WARIS ANAK PEREMPUAN BERSAMA SAUDARA PEWARIS

BAB I PENDAHULUAN. tingkat banding. Dalam menyelesaikan perkara di lingkungan peradilan

mkn Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pengadilan Tinggi Agama Ambon Tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

BERACARA DI PENGADILAN AGAMA DAN PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH Oleh: Agus S. Primasta, SH 1

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA KOTABUMI BAB 1 PENDAHULUAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA MUHAMMAD MUSLIH, SH, MH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III ASAS ULTRA PETITUM TERHADAP PERKARA PRODEO DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO. 1. Keadaan Geografis dan Wilayah Yuridiksi Pengadilan Agama

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 215/KMA/SK/XII/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Pengadilan Agama Banyuwangi Tahun 2016 Halaman 1

BAB IV. rumah tangga dengan sebaik-baiknya untuk membentuk suatu kehidupan. tangga kedua belah pihak tidak merasa nyaman, tenteram dan mendapaatkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JURUSITA / JURUSITA PENGGANTI. pejabat pengandilan yang di tugaskan melakukan penggilan-panggilan dan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN I. UMUM

BAB III. PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG NOMOR: 1521/Pdt.G/2008/PA.Sm. TENTANG PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH WARGA DARI AHLI WARIS

BAB II GAMBARAN UMUM PENGADILAN AGAMA UJUNG TANJUNG KABUPATEN ROKAN HILIR RIAU. A. Keadaan Geografis dan Demografis Pengadilan Agama Ujung Tanjung.

PARADIGMA BARU PERADILAN AGAMA. Oleh: Ahsan Dawi Mansur. Peradilan Agama merupakan lingkungan peradilan di bawah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EKSEPSI KOMPETENSI RELATIF DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PERADILAN AGAMA. Drs. H. Masrum M Noor, M.H EKSEPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Kebijakan Umum Peradilan

BAB I PENDAHULUAN. mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara untuk menegakkan hukum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

KATA PENGANTAR. Tangerang, 16 Januari 2014 Panitera/Sekretaris, Pengadilan Agama Tangerang. ttd H. E. ALI MANSUR

BAB I PENDAHULUAN. zoon politicon, yakni sebagai makhluk yang pada dasarnya. selalu mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan manusia-manusia lainnya

NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan

PA. CILACAP RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN KATA PENGANTAR

RL/LAKIP 2011/PTA Samarinda-2012

Kabupaten Sanggau merupakan bagian dari Propinsi Kalimantan Barat yang. pada awalnya mempunyai luas wilayah km² berdasarkan Undang-Undang Nomor

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB III. PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI No. 368 K/AG/1995. A. Ruang Lingkup Kekuasaan Mahkamah Agung

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan Hukum yang dilaksanakan oleh Mahkamah Syar iyah Aceh tidak

Transkripsi:

BAB III SEJARAH SINGKAT PENGADILAN AGAMA JEPARA A. Sekilas Tentang Pengadilan Agama 1. Sejarah Pengadilan Agama Jepara Hukum Islam dan pengadilan yang menegakkannya telah berlaku di Indonesia sejak Islam masuk dan berdiri kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.Pada awalnya, Penjajahan Belanda di Indonesia tidak mengusik keberadaan Hukum Islam dan pengadilannya. Hal itu dapat dilihat pada tahun 1760, VOC memberlakukan compendium freijer sebagai pegangan mengadili sengketa perdata Islam. Kemudian Pemerintah Hindia Belanda membentuk Pengadilan Agama yang disebut Priesterraad dengan Stbl. Tahun 1882-152. 1 Dalam perkembangannya, Penjajah Belanda menerapkan politik hukum baru yang memencilkan Hukum Islam dan Pengadilan Agama berdasarkan teori Receptio dari Cornelis Snouck Hurgronje yang menyatakan bahwa Hukum Islam yang berlaku hanyalah kalau telah diresepsi (diterima) oleh hukum adat. Dengan Stbl. Tahun 1937 Nomor 116 dan 610, Pengadilan Agama ditempatkan di bawah pengawasan landraad (Pengadilan Negeri), tidak dapat mengeksekusi putusannya sendiri dan dicabut kewenangannya untuk mengadili perkara warisan.setelah masa kemerdekaan, pelaksanaan hukum (syariat) Islam dijamin oleh UUD 1945. Konsekwensinya, Pengadilan Agama dikembalikan fungsinya sebagai pengadilan yang sebenarnya dan sejajar 1 Roihana A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta : Rajawali Pers, 1992), Cet. 2, hlm.1. 31

32 dengan pengadilan yang lain. Teori receptie mulai ditinggalkan karena tidak sejiwa dengan pasal 29 UUD 1945.Dalam sistem hukum Nasional, penyelenggaraan kekuasaan kehakiman diserahkan kepada Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara serta oleh Mahkamah Konstitusi (Pasal 24 UUD 1945 jo. Pasal 2 dan 10 UU Nomor 14 Tahun 1970 sebagaimana telah diubah yang terakhir dengan UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman). Dari keempat lingkungan peradilan tersebut, terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya terdapat pada : 1. Kedudukannya sebagai peradilan negara yang sejajar dengan tugas menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila (Pasal 3 UU Nomor 4 Tahun 2004). 2. Susunan organisasinya yang terdiri dari pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua, Hakim, Panitera, Sekretaris dan Jurusita). Setiap lingkungan Peradilan terdiri dari pengadilan tingkat pertama, dan pengadilan tingkat banding serta seluruhnya berada dibawah Mahkamah Agung (sistem satu atap). Adapun perbedaannya, terdapat pada kewenangan mutlak (absolute comptentie) masing-masing badan peradilan. Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara merupakan peradilan khusus yang berwenang menangani perkara-perkara tertentu atau mengenai golongan rakyat

33 tertentu. Sedangkan Peradilan Umum merupakan peradilan yang berwenang mengadili perkara perdata umum dan perkara pidana bagi rakyat pada umumnya. B. Visi dan Misi 1. Visi : a. SECARA KELEMBAGAAN Visi Pengadilan Agama Jepara tersebut merupakan kondisi yang ingin diwujudkan untuk memotivasi seluruh aparat Peradilan Agama dalam memberikan pelayanan hukum dan keadilan kepada masyarakat secara sederhana, cepat dan biaya ringan, dengan tanpa membeda-bedakan orang, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku, sehingga timbul kepercayaan masyarakat terhadap Peradilan Agama. b. SECARA ORGANISASIONAL Peradilan Agama adalah lembaga Pengadilan Agama Jepara yang terdiri dari Pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua), Hakim, Panitera/Sekretaris, Panitera Pengganti, Jurusita, Jurusita Pengganti, seluruh Pejabat Struktural maupun fungsional beserta seluruh staf. c. SECARA FUNGSIONAL Visi tersebut mempunyai makna bahwa Pengadilan Agama Jepara dalam menjalankan tugas dan fungsinya senantiasa menjaga kewibawaan dan martabat dengan cara mengutamakan kejujuran dan transparansi agar senantiasa bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme dan dengan memberikan

34 pelayanan secara profesional dengan memperhatikan asas pelaksanaan peradilan secara sederhana, cepat dan biaya ringan. 2 2. MISI : a. Melaksanakan pelayanan hukum dan keadilan dengan seksama, jujur, obyektif dan transparan sehingga dipercaya oleh masyarakat b. Melaksanakan peradilan dengan cara sederhana, cepat dan biaya ringan. c. Melaksanakan Peradilan yang merdeka, bebas dari campur tangan kekuasaan, direktiva atau rekomendasi yang datang dari pihak ekstra yudisial. d. Melaksanakan Peradilan dengan tidak membeda-bedakan orang yang bersifat diskriminatif, baik dalam bentuk diskriminasi normatif maupun diskriminasi kategoris yang berasal dari status sosial, ras, agama, suku, jenis kelamin dan budaya. e. Mengembangkan penerapan manajemen modern dengan mengutamakan transparansi dan akuntabilitas dalam pengurusan kepegawaian, pengelolaan keuangan dan sarana prasarana. f. Meningkatkan pembinaan sumber daya manusia dan meningkatkan pengawasan terhadap kinerja dan jalannya peradilan. g. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan hukum kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat di bidang hukum Islam yang menjadi kompetensi Peradilan Agama. 2 Lihat Data Pengadilan Agama Jepara, 26 Agustus 2014

35 h. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat tentang hukum Islam kepada Pemerintah Kabupaten melalui forum MUSPIDA. C. Lokasi dan wilayah hukum Pengadilan Agama Jepara Pengadilan Agama Jepara menempati gedung milik sendiri, yang luasnya tanah seluruhnya 1.310 m2, berlokasi di Jalan Pesajen, Demaan, Jepara. Sejak tahun 1980 jumlah luas tanah tersebut diperoleh melalui dana Pengadilan Agama tahun 1979 seluas 1000 m2 dan dana DIP tahun 1982/1983 seluas 310 m2, terdiri bagunan 281 m2 dan 70 m2, masing-masing bagunan perkantoran dan rumah dinas penjabat. Wilayah kantor Pengadilan Agama Jepara meliputi kabupaten Jepara sesui dengan peraturan pemerintah Nomor 45 tahun 1957 pasal 1, bahwa wilayah hukum Pengadilan Agama Jepara sama dengan wilayah hukum Pengadilan Negri Jepara. Pasal 4 ayat (1) Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan Agama menyatakan : Pengadilan Agama berkedudukan di kotamadya atau di ibu kota kabupaten, dan daerah hukumnya meliputi wilayah kotamadya atau Kabupaten 3. Penjelasan pasal di atas adalah pada dasarnya tempat kedudukan Pengadilan Agama mempunyai wilayah hukum tertentu atau dikatakan mempunyai yurisdiksi relative tertentu. Dalam hal ini meliputi satu kotamadya atau satu Kabupaten atau dalam keadaan tertentu sebagai pengecualian. 3 Departemen Agama RI, Himpunan peraturan Perundang-undngan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta : Peroyek Peningkatan Pelayanan Aparatur Hukum Pusat, 2004), hlm 247

36 Mungkin lebih atau kurang, yurisdiksi relative ini mempunyai arti penting sehubungan dengan pengajuan gugatan/permohonan yang diajukan ke Pengadilan Agama tempat tergugat/termohon yang berkepentingan. 4 Adapun batas-batas wilayah hukum PA Jepara sebagai berikut: a. Uatara : Laut Jawa b. Timur : Kabupaten Kudus dan Pati c. Selatan : Kabupaten Demak d. Barat : Laut Jawa D. Struktur Organisasi Telah kita ketahui bersama, tugas-tugas peradilan yang begitu luas ruanglingkup dan penyelenggaraanya, maka akan berjalan dengan baik tertib dan sesui dengan harapan masyarakat pencari keadilan, apabila telah tersedia perangkat-perangkatnya. Dengan demikian untuk lebih memperjelas uraian tentang susunan dan struktur badan Pengadilan Agama sebagaimana tersebut diatas, kiranya perlu dituangkan dala bagan tentang susunan organisasinya. Untuk pemenuhan tantang susunan organisasi Pengadilan Agama Jepara disusun dengan dasar : 1. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang mengatur tentang susunan peradilan dalam lingkungan badan Peradilan Agama, pasal 9 ayat (1) dan (2) serta pasal 10 ayat (1) dan (2). 5 4 Roihan A. Rasyid, Op.cit, hlm, 26 5 Lihat UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan Agama di Amandemen Undang- Undang Peradilan Agama(UU RI No. 3 Tahun 2006), (Jakarta : Sinar Grafik, 2008), Cet. 3, hlm, 39

37 2. Keputusan ketua Mahkamah Agung RI, Nomor KMA. 004/SK/II/1992 tanggal 24 Februari 1992 yang mengatur tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepanitraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi 6. 3. Keputusan Mentri Agama Nomor 303/1990 tanggal 12 Desamber 1990 yang mengatur tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariatan Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama. 7 Dengan demikaian, dapat dirumuskan bagan susunan atau struktur organisasi pengadilan dilingkungan badan Peradilan Agama sebagai berikut dengan penyelesaian istilah sesui dengan klasifikasi Pengadilan Agama. Klasifikasi Pengadilan Agama terbagi kepada 4 (empat) kelas yakni kelas II A, kelas II B, kelas I A, kelas I B. Adapun bagan susunan dan struktur organisasi Pengadilan Agama Jepara adalah sebagai berikut (terlampir). Struktur organisasi Pengadilan Agama sesui tugas dan wewenangnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian : a. Jabatan Struktur 1. Ketua 2. Wakil ketua 3. Panitra/Sekretaris 4. Wakil Sekretaris 5. Kepala Kaur Kepegawaian, Keuangan dan Umum. 6 Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, Edisi Revisi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 4, hlm 202 7 Ibid, hlm. 207.

38 b. Jabatan Fungsional 1. Hakim 2. Wakil Panitra 3. Panmud Permohonan, Gugatan dan Hukum 4. Panitra Penganti 5. Jurusita/Jurusita Penganti Tugas dan wewenag Pengadilan Agama E. Kewenangan Relatif dan Absolut Pengadilan Agama Jepara a. Kewenangan Relatif Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 7 tahun 1989 berbunyai: Pengadilan Agama berkedudukan di kotamadya atau di ibukot kabupaten, dan daerah hukumnya meliputi wilayah kotamadya atau kabupaten. Jadi, tiap-tiap Pengadila Agama mempunyai wilayah hukum tertentu atau dikatakan mempunyai Yurisdiksi Relatif tertentu, dalam hal ini meliputi satu kotamadya atau satu kabupaten, atau dalam keadaan tertentu sebagai pengecualian, mungkin lebih atau mungkun kurang. Yuridiksi relative ini mempunyai arti penting sehubungan dengan pengadilan agama mana orang akan mengajukan perkaranya dan sehubungan dengan hak eksepsi tergugat. 8 Adapun kekuasaan relatif pengadilan agama Jepara meliputi wilayah berikut: 8 Roihan A. Rasyid, Op.cit, hlm, 26

39 1. Kecamatan Bangsri 2. Kecamatan Batealit 3. Kecamatan Donorojo 4. Kecamatan Jepara 5. Kecamatan Karimunjawa 6. Kecamatan kedung 7. Kecamatan Kembang 8. Kecamatan Keling 9. Kecamatan Mayong 10. Kecamatan Mlonggo 11. Kecamatan Nalumsari 12. Kecamatan Pakis Aji 13. Kecamatan Pecangaan 14. Kecamatan Tahunan 15. Kecamatan Welahan 16. Kecamatan Kaliyamatan b. Kekuasaan Absolut Kekuasaan absolut artinya kekuasaan pengadilan yang berhubungan dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau tingkat pengadilan, dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau tingkat pengadilan lainya, misalnya pengadilan agama berkuasa atas perkara

40 perkawinan bagi mereka yang beragama Islam sedangkan bagi yang selain Islam menjadi kekuasaan peradilan umum. 9 Pengadilan Agama berwenang untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: 1. Perkawinan Dalam bidang perkawinan meliputi hal-hal yang diatur dalam undangundang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan sebagai berikut: - Izin beristri lebih dari seorang - Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 tahun dalam hal orang tua, wali atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat. - Dispensasi kawin - Pencegahan perkawinan - Penolakan perkawinan oleh pegawai pencatatan nikah - Pembatalan perkawinan - Gugat kelalaian atas kewajiban suami atau istri - Perceraian karena talak - Gugat perceraian - Penyelesaian harta bersama - Penguasaan anak-anak 9 Roihan A. Rasyid, Op.cit, hlm, 26

41 - Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak memenuhinya - Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri - Putusan tentang sah atau tidaknya seorang anak - Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua - Pencabutan kekuasaan wali - Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali dicabut - Menunjuk seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18 tahun yang ditinggal kedua orangtuanya padahal tidak ada penunjukan wali oleh orangtuanya - Pembebanan kewajiban ganti kerugian terhadap wali yang telah menyebabkan kerugian atas harta benda anak yang ada di bawah kekeuasaannya - Penetapan asal usul seorang anak - Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum undangundang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan dijalankanya menurut peraturan yang lain: a. Waris, Wasiat, dan Hibah b. Wakaf dan Shadaqah 10 10 Cik Hasan Bisri, Op.cit, hlm. 2006