PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DI KELAS II SLTP NEGERI 1 DORO PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2003/2004 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang Oleh Rukhil Isnaini NIM 1314981106 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING i
2004 ii
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Kamis Tanggal : 25 Maret 2004 Panitia Ujian Ketua Sekretaris Drs. Siswanto Drs. Suharso, M.Pd NIP. 130515769 NIP. 131754158 Pembimbing I Angggota Penguji Dra. Awalya, M.Pd 1. Drs. B. Purwanto, M.Pd NIP. 131754159 NIP. 130515770 Pembimbing II Rulita Hendriyani, S.Psi, M.Si 2. Dra. Awalya, M.Pd NIP. 132255795 NIP. 131754159 3. Rulita Hendriyani, S.Psi, M.Si NIP. 132255795 iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto The most beautiful side in life is an experience to strungle in life, idealistics and realistics in life without giving up in hopes and purposes and don t forget to pray to Allah The All Mighty. Amien Persembahan Skripsi ini ku persembahkan untuk: 1. Bapak Munasir dan Ibu Surati tercinta 2. Mas Nasrumin, Nasrudin, Imam, Mbak Afifah, Adik Fifi, dan Dik Ana yang memberikan dukungan dan do a. 3. IMM, FOSI, REM-FM, MBB dalam perjuangan selalu semangat 4. Jamparing Kost, Muin, Kanthi, Teguh, Arif, Vita, Sobirin, Untung, Mbak Erna 5. Saudara-saudaraku & anak-anakku di SLTP N 3 Kedungwuni Pekalongan iv
PRAKATA Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberi karunia, rahmat, taufik dan hidayah-nya hingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar di kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004. Penelitian ini dilatarbelakangi dengan fenomena yang menunjukkan kurangnya motivasi belajar pada siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan, terlihat dari sikap siswa yang kurang menyenangi suatu pelajaran tertentu, sering datang terlambat, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, acuh tak acuh pada saat proses pelajaran berlangsung, anak belajar tanpa persiapan dan kurang aktif dalam pembelajaran. Gejala rendahnya motivasi belajar ini diprediksikan, berkaitan dengan persepsi siswa tentang layanan pembelajaran yang kurang baik. Dalam penelitian diungkap secara empiris gejala-gejala tersebut dan pengaruhnya terhadap motivasi belajarnya. Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tersusunnya skripsi ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata, namun juga berkat bantuan berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada yang terhormat : 1. Drs. A.T Sugito, SH., MM, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi. 2. Drs. Siswanto, Dekan FIP UNNES yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Drs. Suharso, M.Pd, Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling, FIP UNNES, yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi. v
4. Dra. Awalya, M.Pd, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Rulita Hendriyani, S.Psi, M.Si Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam pelaksanaan ujian skripsi. 7. Kepala Sekolah SLTP Negeri I Doro Pekalongan, berkenan memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 8. Para guru dan karyawan SLTP Negeri I Doro Pekalongan, berkenan memberi bantuan informasi, dan kesempatan waktu untuk melakukan penelitian. 9. Siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan, yang bersedia menjadi sampel penelitian. 10. Bapak Ibu tercinta, yang telah memberikan kasih sayang, rasa manis seperti madu, dan doa seperti air yang mengalir tanpa henti dalam mendukung penelitian, semoga Allah memberikan pahala yang sesuai. 11. Mas Nasrudin, Mas Nasrumin, Mas Imam, Mbak Afifah, Dik Fifi dan Dik Ana yang setia selalu dalam memberikan doa dalam penelitian. 12. Rekan-rekan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik material maupun spiritual sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semua. Semarang, Maret 2004 Penulis vi
SARI Rukhil Isnaini. 2004. Pengaruh Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar di kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. FIP. UNNES. Fenomena yang terjadi di SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan, menunjukkan ada kecenderungan prestasi belajar siswa masih di bawah batas pengentasan, yang disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar, terlihat dari sikap siswa yang kurang menyenangi suatu pelajaran tertentu, sering datang terlambat, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, acuh tak acuh pada saat proses pelajaran berlangsung, anak belajar tanpa persiapan dan kurang aktif dalam pembelajaran. Gejala kurangnya motivasi belajar antara lain: rendahnya kesadaran untuk membaca buku pelajaran, kurangnya keingintahuan terhadap permasalahan pelajaran, kurang optimalnya siswa pada saat membuat tugas yang diberikan guru. Untuk mengatasi tersebut, guru BK telah menyampaikan layanan pembelajaran dengan maksud agar siswa mampu memahami tujuan belajar dan cara belajar efektif sehingga mencapai hasil yang optimal. Namun demikian, masih juga gejala-gejala motivasi belajar yang rendah. Diprediksikan, berkaitan dengan persepsi siswa tentang layanan pembelajaran yang kurang baik. Melalui penelitian diungkap secara empiris gejala-gejala tersebut dan pengaruhnya terhadap motivasi belajarnya. Masalah dalam penelitian ini adalah 1) Seberapa besar tingkat persepsi siswa tentang layanan pembelajaran. 2) Seberapa besar tingkat motivasi belajar siswa, 3) Apakah ada pengaruh yang signifikan persepsi siswa tentang layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) Tingkat persepsi siswa tentang layanan pembelajaran, 2) Tingkat motivasi belajar siswa dan 3) menguji secara empiris ada tidaknya pengaruh yang signifikan persepsi siswa tentang layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa. Hipotesis penelitian ini ada tiga yaitu: 1) Persepsi siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan tentang layanan pembelajaran dalam kategori rendah. 2) Motivasi belajar siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan dalam kategori rendah. 3) Ada pengaruh positif yang signifikan persepsi tentang layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa kelas II di SLTP Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan tahun pelajaran 2003/2004 sebanyak 179. Sampel diambil secara proporsional random sampling sebanyak 124 siswa. Variabel yang diteliti ada dua yaitu persepsi siswa tentang layanan pembelajaran sebagai variabel bebas dan motivasi belajar sebagai variabel terikat. Data diambil dengan skala psikologis. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t dan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat persepsi siswa tentang layanan pembelajaran mencapai 61.9738%, dan diperoleh t hitung (-1.028) dengan probabilitas 0.306 > α = 0.05, yang berarti persepsi siswa tentang cara penyampaian dan materi layanan pembelajaran oleh guru pembimbing dalam kategori rendah. Tingkat motivasi belajar siswa mencapai 62.3854%, dan vii
diperoleh t hitung (-0.204) dengan probabilitas 0.839 > α = 0.05, yang berarti motivasi belajar siswa dalam kategori rendah, yang berarti keinginan belajar siswa ingin mengetahui seluk beluk masalah masih kurang, kurang kesadaran kemauan senang membaca, kurang tekun menghadapi tugas, kurang ulet menghadapi kesulitan, minat terhadap suatu masalah belajar masih rendah, dan kurang senang bekerja mandiri Hasil analisis regresi diperoleh F hitung sebesar 73.809 dengan probabilitas 0.000 < α = 0.00, yang berarti ada pengaruh yang signifikan persepsi layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa di kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004. Simpulan dalam penelitian ini adalah: 1) Persepsi siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan dalam aktegori rendah, 2) Motivasi belajar siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan dalam kategori rendah. 3) Ada pengaruh persepsi siswa tentang layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa. Berkaitan dengan hasil penelitian ini dapat disarankan pada guru BK: 1) Kepada guru BK, hendaknya dapat mengubah persepsi siswa tentang layanan pembelajaran menjadi lebih baik, dengan cara memperdalam materi layananan seperti cara belajar yang efektif, strategi menghadapi tes, cara efektif menggunakan waktu, meringkas buku bacaan dan cara mengikuti pelajaran yang diberikan dengan pemberian contoh-contoh konkrit. 2) Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang cara penyampaian guru pembimbing pada saat menyampaikan materi layanan dalam kategori rendah, maka hendaknya mengedepankan kejelasan, kedalaman materi, penampilan, kesiapan guru, dan penyampaian materi lebih ditikberatkan pada cara dan kebiasaan belajar yang positif. viii
DAFTAR ISI ix
Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Motto dan Persembahan... Prakata... Sari... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... i ii iii iv vi viii x xii xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Penegasan Istilah... 5 1.4 Tujuan Penelitian... 6 1.5 Manfaat Penelitian... 7 1.6 Sistematika Skripsi... 7 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS... 9 2.1... M otivasi Belajar... 9 2.2... F aktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar... 11 2.3... U paya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa... 16 2.4... P eranan Motivasi Belajar... 17 2.5... B entuk-bentuk Motivasi Belajar... 18 2.6... B imbingan Belajar... 19 x
2.7... T ujuan Bimbingan Belajar... 20 2.8... L ayanan Pembelajaran... 22 2.9... T eknik Pelaksanaan Layanan Pembelajaran... 24 2.10... P ersepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran... 25 xi
2.11... K erangka Berpikir... 29 2.12... H ipotesis... 30 BAB III METODE PENELITIAN... 31 4.1 Jenis dan Desain Penelitian... 31 4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 31 4.3 Variabel Penelitian... 33 4.4 Teknik Pengumpulan Data... 35 4.5 Uji Coba Instrumen Penelitian... 38 4.6 Metode Analisis Data... 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43 4.1 Hasil Uji Coba Instrumen... 43 4.2 Hasil Penelitian... 44 4.3 Pembahasan... 55 BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 60 5.1 Simpulan... 60 5.2 Saran... 61 Daftar Pustaka... 62 Lampiran... 63 xii
DAFTAR TABEL Tabel Hal 1. Jumlah Populasi... 31 2. Ukuran Sampel... 32 3. Indikator Skala Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran... 35 4. Kriteria Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran... 36 5. Indikator tentang Motivasi Belajar... 37 6. Kriteria Motivasi Belajar... 38 7. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran... 44 8. Tingkat Persepsi Siswa tentang Cara Penyampaian Guru dalam Memberikan Layanan... 46 9. Tingkat Persepsi Siswa tentang Materi Layanan Pembelajaran... 47 10. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar... 48 11. Distribusi Frekuensi Motivasi Instrinsik... 49 12. Distribusi Frekuensi Motivasi Ekstrinsik... 49 13. Rata-rata Tingkat Persepsi (dalam %) tentang Layanan Pembelajaran... 51 14. Hasil Uji t... 51 15. Rata-rata Tingkat Motivasi Belajar... 52 16. Hasil Uji t... 52 17. Hasil Persamaan Regresi... 53 18. Hasil Uji F... 54 19. Hasil Uji R-Square... 55 xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar Hal 1. Hubungan antara Stimulus dan Respon... 17 2. Kerangka Berpikir... 30 3. Kerangka Berpikir Keterkaitan Persepsi terhadap Layanan Pembelajaran dengan Motivasi Belajar... 34 xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Hal 1. Kisi-Kisi Ujicoba Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran... 63 2. Ujicoba Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran... 64 3. Kisi-Kisi Ujicoba Skala Motivasi Belajar... 67 4. Ujicoba Skala Motivasi Belajar... 68 5. Analisis Hasil Ujicoba Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran.. 72 6. Perhitungan Validitas Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran... 73 7. Perhitungan Reliabilitas Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran 74 8. Analisis Hasil Ujicoba Skala Motivasi Belajar... 76 9. Perhitungan Validitas Skala Motivasi Belajar... 77 10. Perhitungan Reliabilitas Skala Motivasi Belajar... 78 11. Instrumen Skala Psikologi Persepsi tentang Layanan Pembelajaran... 80 12. Instrumen Skala Motivasi Belajar... 83 13. Data Hasil Penelitian Persepsi tentang Layanan Pembelajaran... 86 14. Data Hasil Penelitian Motivasi Belajar... 90 15. Uji Normalitas Data Persepsi tentang Layanan Pembelajaran... 94 16. Uji Normalitas Data Motivasi Belajar... 95 xv
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN Kampus Sekaran Gunungpati Gd. A2 Telp (024) 3562685 Semarang SURAT KETERANGAN SELESAI BIMBINGAN Yang bertanda tangan di bawah ini dosen pembimbing skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang menerangkan: Nama : Puan Maharani NIM : 1314000010 Jurusan : Bimbingan dan Konseling Judul Skripsi : Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Anak Asuh Angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran 2005. Telah selesai bimbingan dan siap ujian di hadapan sidang penguji Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Demikian Surat keterangan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya Pembimbing I Pembimbing II Drs. Sugiyo, M.Si. Rulita Hendriyani, S.Psi, M.Si NIP. 131754156 NIP. 132255795 Mengetahui Ketua Jurusan Bimbuingan dan Konseling Drs. Suharso, M.Pd NIP. 131754158 xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari pasti individu tidak terlepas dari kegiatan rutin yang dilakukannya. Lingkungan masyarakat menuntut individu untuk dapat bertanggung jawab dalam setiap kegiatan tersebut, individu juga harus mempunyai sikap yang mandiri. Realita dalam kehidupan di lingkungan masyarakat akhir-akhir ini menunjukkan bahwa individu kurang memiliki sikap kemandirian. Kemandirian sangat berkaitan dengan pengambilan inisiatif, mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan dan ingin melakukan hal-hal untuk dan oleh dirinya sendiri. Menurut Budiarjo (1987:20) dalam kamus psikologi mengemukakan pengertian kemandirian, yaitu kecenderungan tidak tergantung pada orang lain dalam membuat keputusan. Jadi seseorang dikatakan mandiri apabila mampu menentukan keputusan yang berkaitan dengan dirinya dan sesuai dengan keinginannya. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya (Hasan Basri,2000:53). Seseorang yang mandiri akan mengutamakan apa yang bisa ia lakukan sendiri daripada menerima bantuan orang lain. Seseorang yang mandiri akan merasa bangga bila ia bisa mengerjakan sesuatu dengan sendiri. Sedangkan menurut Brawer dalam Chabib Toha (1993:121) kemandirian adalah suatu perasaan xvii
otonomi, sehingga pengertian mandiri adalah suatu kepercayaan terhadap dirinya sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam dan tidak terpengaruh orang lain. Sejalan dengan pendapat itu Kartini Kartono (1985:21) mengatakan bahwa kemandirian pada seseorang terlihat pada waktu orang tersebut menghadapi masalah. Bila masalah itu dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dari orang tua dan akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan maka hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk mandiri. Dari beberapa pengertian diatas kemandirian yang dimaksud disini adalah mampu menyelesaikan segala sesuatu yang dihadapinya dalam lingkungan secara sendiri dan bertanggung jawab tanpa bantuan dari orang lain yang ditandai dengan sifat bebas, progresif, ulet, inisiatif dan pengendalian diri dari dalam. Kemandirian dalam penelitian ini lebih difokuskan dalam hal kehidupan seharihari di Panti Asuhan dan dalam pelaksanaan kegiatan keterampilan. Indikatornya yaitu dengan melihat atau mengamati kehidupan dan pelaksanaan kegiatan keterampilan di Panti Asuhan tersebut. Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik segi-segi positif maupun negatif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadiannya, dalam hal ini adalah kemandiriannya. Lingkungan sosial yang mempunyai kebiasaan yang baik dalam melaksanakan tugas-tugas untuk kehidupan mereka, demikian pula keadaan dalam xviii
kehidupan keluarga akan mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian anak. Dalam penelitian ini akan lebih ditekankan pada anak asuh di lingkungan Panti Asuhan. Panti Asuhan merupakan salah satu sarana pelayanan/unit pelaksana teknis yang berupaya untuk menggali, mengembangkan, meningkatkan dan memantapkan potensi anak-anak terlantar serta putus sekolah dengan memberikan pelayanan yang bersifat bimbingan sosial, mental dan fisik serta keterampilan kerja. Di Panti Asuhan ini terdapat berbagai macam jenis anak asuh, antara lain: anak putus sekolah terlantar berumur 15-21 tahun yang belum menikah terutama tingkat SLTP, tidak bekerja/menganggur, anak mempunyai masalah sosial seperti anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah, keterlantaran dibidang pendidikan dan lain-lain. Pada umumnya tingkat kemandirian mereka sangat bervariasi, dari yang tidak mandiri sampai dengan yang mandiri. Partisipasi aktif di Panti Asuhan berarti kesadaran dan tanggung jawab, tidak saja terciptanya perkembangan dan kemajuan diri sendiri tetapi juga perkembangan dan kemajuan lingkungan sosialnya. Mereka yang memiliki kemandirian tercermin pada perilaku mereka sehari-hari di lingkungan wisma ataupun pada saat pelajaran di kelas. Mereka yang dari kalangan keluarga ekonomi lemah akan terlihat lebih menunjukkan sikap mandiri daripada mereka yang berasal dari keluarga mampu. Menurut Sriati Sosiawati dalam tesis (2004:64) kemandirian belajar mempunyai hubungan dengan motivasi belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar memberikan pengaruh positif terhadap motivasi berprestasi dalam melaksanakan xix
proses pembelajaran. Dengan signifikan dan positifnya pengaruh antara kemandirian belajar akan menentukan tinggi rendahnya motivasi belajar. Didalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, Panti Asuhan berupaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial dan keterampilan kerja sebagai satu kesatuan. Yang dimaksud keterampilan sosial adalah kemampuan untuk menciptakan hubungan-hubungan sosial yang serasi dan memuaskan, mengadakan penyesuaian yang tepat terhadap lingkungan sosial, memecahkan masalah sosial serta mewujudkan aspirasinya. Sedangkan keterampilan kerja adalah kemampuan untuk menemukan, memanfaatkan mengembangkan potensi dan etos kerja guna mendapatkan sumber nafkah/mata pencaharian. Di Panti Asuhan terdapat banyak sekali kegiatan keterampilan yang nantinya akan diberikan kepada anak asuh, kegiatan itu meliputi otomotif (montir sepeda motor dan mobil), penjahitan (menjahit dan bordir), pertukangan las (karbit/listrik dan perkayuan), keperawatan rumah tangga/home nurse (keterampilan salon, tata boga, tata graha, tata busana, dan home industri). Selain kegiatan keterampilan juga diberikan materi pengetahuan umum (Pendidikan Pancasila dan bela negara), budi pekerti, mental kerohanian/agama, olah raga dan kesenian. Mereka terbagi dalam 4 kelas besar, tetapi didalam kelas tersebut terdapat berbagai macam jurusan. Ketika kegiatan keterampilan berlangsung mereka terpisah-pisah sesuai dengan jurusan mereka masing-masing. Keterampilan-keterampilan inilah yang nantinya bisa dipakai mereka sebagai xx
bekal hidup di lingkungan bermasyarakat dan juga sikap kemandirian yang sudah ditanamkan pada diri mereka selama berada di Panti Asuhan tersebut. Tetapi anak-anak asuh tersebut cenderung mengabaikan kegiatan keterampilan mereka. Ketika diberikan tugas oleh instruktur, mereka kurang dapat memahami sehingga ada siswa yang mampu berusaha sendiri tetapi ada juga yang bergantung dengan temannya. Mereka hanya menunggu hasil dari temannya dan tidak mau berusaha sendiri. Melihat hal tersebut maka orang tua asuh yang berada di wisma, pembimbing sosial akan lebih sering menyuruh anaknya untuk mengikuti kegiatan belajar keterampilan di Panti Asuhan tersebut. Hal ini dikarenakan dalam diri anak kurang memiliki inisiatif dan sikap mandiri. Untuk mencapai kemandirian perlu menumbuhkan konsep diri yang positif dalam diri anak asuh. Menurut B. Purwanto dalam tesis (2002:60) konsep diri penting artinya bagaimana individu memandang diri dan dunianya mempengaruhi tidak hanya ia berperilaku, tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidup. Individu memandang diri dan dunianya dari segi yang positif dan menyenangkan, pada umumnya berperilaku efektif dalam berbagai situasi. Individu itu kebanyakan puas terhadap dirinya danpengalamanpengalaman hidupnya. Individu yang memandang diri dan dunianya dari kacamata seram akan cenderung tidak mencoba pengalaman-pengalaman hidup karena mereka selalu khawatir akan menemui kegagalan, individu seperti ini kebanyakan tidak bahagia dalam hidupnya. Setiap individu pasti memiliki sebuah konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimilikinya itu negatif atau positif. Sikap dan keyakinan individu terhadap dirinya menentukan xxi
keberhasilan yang dicapainya. Konsep diri yang dimiliki anak asuh tersebut sangat berpengaruh pada perilaku mereka di lingkungannya. Menurut Burns (1993:4) konsep diri sebagai objek yang paling penting dan terpusat didalam pengalaman masing-masing individu karena keunggulannya, sentralitasnya, kontinuitasnya dan selalu berada dimana-mana didalam semua aspek tingkah laku, bertindak menengahi baik sebagai perangsang maupun respon. Sejalan dengan hal itu Cawagas (1983) dalam Pudjijogyanti (1988:2) mengemukakan bahwa konsep diri meliputi seluruh pandangan individu terhadap dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kepandaiannya, kegagalannya dan sebagainya. Dari kedua pendapat tersebut, secara singkat dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap dirinya sendiri. Konsep diri merupakan gambaran penilaian terhadap diri sendiri yang dapat digunakan sebagai dasar dalam berperilaku dan menyesuaikan diri. Maka dari itu sebagai inti atau dasar kepribadian, konsep diri berpengaruh terhadap ciriciri individu dalam bertingkah laku serta cara-cara bertindak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar atau situasi kehidupan. Menurut Nurnanik (2003:46) bahwa kemampuan penyesuaian diri seseorang sangat bergantung dengan konsep diri, yaitu pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Individu pada umumnya mempunyai persepsi tentang dirinya berbedabeda antara individu yang satu dengan yang lain, ada yang mempersepsikan dirinya dengan wajar, postif, dan realitas, sehingga mereka cenderung xxii
memperhatikan sikap dan tingkah lakunya, seperti rendah hati, percaya diri, selalu berusaha sesuai dengan kemampuannya dan sebagainya. Tetapi ada juga yang memandang dirinya negatif dan tidak realistis atau tidak menerima eksistensi dirinya sebagaimana adanya. Mereka cenderung bersikap angkuh, sombong, merasa dirinya lebih pintar, merasa dirinya terlalu jelek, merasa paling disukai, merasa pendek, merasa tidak berguna dan sebagainya. Semua sikap dan tingkah laku yang ditampilkan diatas merupakan manisfestasi dari kemampuan dan ketidakmampuan dalam memahami dirinya. Disini konsep diri yang ada dalam diri anak asuh tersebut memegang peranan penting dalam kemandiriannya. Anak asuh yang mempunyai konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat mengarahkan dirinya dalam segala kegiatan. Konsep diri positif bukanlah suatu kebanggaan yang besar tentang diri tetapi lebih berupa penerimaan diri. Anak asuh yang memiliki konsep diri positif dia dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Dalam hal ini dia dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu mengintrospeksi diri atau lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Bila anak asuh tersebut telah mampu menumbuhkan konsep dirinya dengan baik maka secara tidak langsung sikap kemandiriannya akan muncul. Namun anak asuh yang mempunyai konsep diri negatif, ia tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mampu mengenal dirin baik dari segi kelebihan maupun kekurangannya atau apa yang ia hargai dalam hidupnya. xxiii
Informasi baru tentang diri hampir pasti menjadi penyebab kecemasan, rasa ancaman terhadap diri. Oleh karena itu anak asuh yang memiliki konsep diri negatif ia akan selalu mengubah terus-menerus konsep dirinya, atau melindungi konsep dirinya yang kokoh dengan mengubah atau menolak informasi baru (Calhoun,1989:72-73). Maka ia akan mengalami kesulitan dalam mengarahkan dirinya. Secara teoritis antara konsep diri dengan kemandirian memiliki hubungan yang erat. Namun setelah melihat kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hubungan antara konsep diri dengan kemandirian belum diketahui. Di Panti Asuhan tersebut terlihat anak yang konsep dirinya positif tidak memiliki sikap mandiri begitu pula sebaliknya anak yang konsep dirinya negatif memiliki sikap mandiri. Disamping itu di Panti Asuhan tersebut belum pernah diadakan penelitian mengenai hubungan antara konsep diri dengan kemandirian. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian mengenai HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN PADA ANAK ASUH ANGKATAN I DI PANTI ASUHAN WIRA ADI KARYA UNGARAN TAHUN 2005. B. Permasalahan Bertitik tolak dari latar belakang tersebut diatas maka permasalahan yang diangkat antara lain: 1. Bagaimanakah gambaran konsep diri anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005? xxiv
2. Bagaimanakah gambaran kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005? 3. Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan permasalahan yang telah diajukan maka peneliti memilih tujuan antara lain: 1. Untuk mengetahui gambaran konsep diri anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005. 2. Untuk mengetahui kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005. 3. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005. D. Manfaat Penelitian Manfaat secara teoritis yang dapat diambil antara lain: a. Memperkaya serta mengembangkan ilmu dalam bidang Bimbingan dan Konseling terutama tentang konsep diri dan kemandirian. b. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan pertimbangan dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling di Panti Asuhan yang berkaitan dengan konsep diri dan kemandirian. Sedangkan manfaat praktis yang dapat diambil antara lain: xxv
a. Memberi bahan rujukan kepada pihak Panti Asuhan mengenai gambaran konsep diri dan kemandirian anak asuh untuk mempermudah dalam menangani masalah anak asuh tersebut. b. Memberi bahan acuan kepada pihak Panti Asuhan dalam memahami hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh. E. Penegasan Istilah Untuk memberikan kejelasan arti dan sekaligus menghindari kesalahan pengertian dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk memberikan penegasan beberapa istilah yaitu: 1. Konsep diri Konsep diri adalah pandangan individu tentang dirinya sendiri. Konsep diri ini memiliki tiga dimensi antara lain: pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan tentang diri sendiri, dan penilaian tentang diri sendiri (James F Calhoun,1995:67). 2. Kemandirian Brawer berpendapat bahwa kemandirian adalah suatu perasaan yang otonom, sehingga perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan pada diri sendiri dan perasaan otonom diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena pengaruh orang lain (Chabib Toha,1990:121) 3. Panti Asuhan Panti Asuhan ialah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan xxvi
kesejahteraan sosial kepada anak putus sekolah dan dalam keadaan terlantar, guna penumbuhan dan pengembangan keterampilanketerampilan sosial dan kerja, sehingga mereka dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat yang terampil dan aktif berpartisipasi secara produktif dalam pembangunan (Petunjuk Teknis Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar Melaui Panti Sosial Bina Remaja,1995:2). F. Sistematika Skripsi Bab I : Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, sistematika skripsi. Bab II : Landasan teori yang memuat pengertian kemandirian, ciri-ciri kemandirian, faktorfaktor kemandirian, proses terbentuknya kemandiriran, pengertian konsep diri, isi konsep diri, karakteristik konsep diri, pembentukan dan perkembangan konsep diri, hubungan antara konsep diri dengan kemandirian, hipotesis. Bab III : Metodologi penelitian yang memuat populasi, sampel, variabel penelitian, validitas dan reliabilitas, metode pengumpulan data dan analisis data. Bab IV : Hasil penelitian, pada bab ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian yang sudah dilakukan. Bab V : Penutup yang memuat kesimpulan dan saran. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Panti Asuhan 1. Pengertian dan Sejarahnya Panti Asuhan ialah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak putus sekolah dan dalam keadaan terlantar, guna penumbuhan dan pengembangan keterampilan-keterampilan sosial dan kerja, sehingga mereka dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat yang terampil dan aktif berpartisipasi secara produktif dalam pembangunan (Petunjuk Teknis xxvii
Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar Melaui Panti Sosial Bina Remaja,1995:2). Panti Asuhan ini terletak di Jl. Ki Sarino Mangunpranoto No. 39 Ungaran. Panti Asuhan ini adalah unit pelaksana teknis (UPT) yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi Jawa Tengah. Bertugas memberikan pelayanan kepada anak putus sekolah yang berasal dari keluarga kurang mampu. Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran ini mulai dirintis Departmen Sosial bersama masyarakat sejak Tahun 1976, sedang kegiatan operasionalnya dimulai tanggal 1 Juli 1979, kemudian secara resmi tanggal 2 Oktober 1979 diresmikan oleh Gurbernur Jawa Tengah Soepardjo Roestam ataas nama Menteri Sosial RI dengan nama panti Penyantunan Anak (PPA) Ungaran. 2. Tujuan Tujuan dari Panti Asuhan ini adalah mempersiapkan dan membantu anak putus sekolah dan kurang mampu dengan memberikan pelayanan kesejahteraan sosal yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial dan keterampilan kerja agar mampu bekerja secara mandiri maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. 3. Fungsi Dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari fungsi dari Panti Asuhan antara lain: a. Pusat Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yaitu memberikan pelayanan kepada anak remaja putus sekolah agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan mampu mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. b. Pusat Informasi Usaha Kesejahteraan Sosial Yaitu memberikan informasi dan konsultasi tentang pelayanan kesejahteraan sosial terutama yang mnjadi penangan Departemen Sosial. c. Pusat Usaha Ekonomis Produktif (UEP) Yaitu digunakan sebagai tempat kegiatan berbagai macam keterampilan yang mengarah kepada usaha ekonomis produktif antara lain: keterampilan otomotif, las karbit/listrik, menjahit, pertukangan kayu, elektronika, salon/rias, bordir dan farming. xxviii
d. Pusat Pengembangan Kesejahteraan Sosial Yaitu digunakan sebagai lokasi penelitian terutama untuk pengembangan model-model pelayanan dan kebijakan sosial serta untuk pengembangan jangkauan pelayanan ke luar panti (open system) terhadap masyarakat sekitar panti atau pelayanan lain yang memungkinkan. 4. Sasaran Pelayanan Anak remaja putus sekolah SLTP dan SLTA berasal dari keluarga kurang mampu dengan syarat-syarat sebagai berikut: a. Warga Negara Indonesia putra/putri b. Umur 15 s/d 21 tahun c. Belum menikah d. Tidak bekerja e. Sehat jasmani dan rohani f. Berkelakuan baik B. Tinjauan Tentang Kemandirian 1. Pengertian dan Sejarahnya Menurut Masrun (1986:8) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya (Antonius,2002:145). Kemandirian secara psikologis dan mentalis yaitu keadaan seseorang yang dalam kehidupannya mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang xxix
sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya (Hasan Basri,2000:53). Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar berhasil sesuai keinginan dirinya maka diperlukan adanya kemandirian yang kuat. Menurut Brawer dalam Chabib Toha (1993:121) kemandirian adalah suatu perasaan otonomi, sehingga pengertian perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan diri sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh oleh orang lain. Menurut Kartini Kartono (1985:21) kemandirian seseorang terlihat padawaktu orang tersebut menghadapi masalah. Bila masalah itu dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dariorang tua dan akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan maka hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk mandiri. Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kemandirian merupakan sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan atau tergantung dari orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan sebelumnya. 2. Ciri-ciri Kemandirian Kemandirian mempunyai ciri-ciri yang beragam, banyak dari para ahli yang berpendapat mengenai ciri-ciri kemandirian. Menurut Gilmore dalam Chabib Thoha (1993:123) merumuskan ciri kemandirian itu meliputi: a. Ada rasa tanggung jawab b. Memiliki pertimbangan dalam menilai problem yang dihadapi secara intelegen c. Adanya perasaan aman bila memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain d. Adanya sikap kreatif sehingga menghasilkan ide yang berguna bagi orang lain. Ciri-ciri kemandirian menurut Lindzey & Ritter, 1975 dalam Hasan Basri (2000:56) berpendapat bahwa individu yang mandiri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi xxx
b. Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain c. Menunjukkan rasa percaya diri d. Mempunyai rasa ingin menonjol Sejalan dengan dua pendapat dari ahli diatas, Antonius (2002:145) mengemukakan bahwa ciri-ciri mandiri adalah sebagai berikut: a. Percaya diri b. Mampu bekerja sendiri c. Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya d. Menghargai waktu e. Tanggung jawab Setelah melihat ciri-ciri kemandirian yang dikemukakan dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kemandirian tersebut antara lain: a. Individu yang berinisiatif dalam segala hal b. Mampu mengerjakan tugas rutin yang dipertanggungjawabkan padanya, tanpa mencari pertolongan dari orang lain c. Memperoleh kepuasan dari pekerjaannya d. Mampu mengatasi rintangan yang dihadapi dalam mencapai kesuksesan e. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif terhadap tugas dan kegiatan yang dihadapi f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pendapat dengan orang lain, dan merasa senang karena dia berani mengemukakan pendapatnya walaupun nantinya berbeda dengan orang lain 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian pada remaja menurut Masrun, (1986:4) yaitu: xxxi
1. Usia Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahan-lahan pada saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia remaja mereka lebih berorientasi internal, karena percaya bahwa peristiwa-peristiwa dalam hidupnya ditentukan oleh tindakannya sendiri. Anak-anak akan lebih tergantung pada orang tuanya, tetapi ketergantungan itu lambat laun akan berkurang sesuai dengan bertambahnya usia. 2. Jenis kelamin Keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan dirinya sendiri merupakan kecenderungan yang ada pada setiap remaja. Perbedaan sifatsifat yang dimiliki oleh pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan pribadi individu yang diberikan pada anak pria dan wanita. Dan perbedaan jasmani yang menyolok antara pria dan wanita secara psikis menyebabkan orang beranggapan bahwa perbedaan kemandirian antara pria dan wanita. 3. Konsep diri Konsep diri yang positif mendukung adanya perasaan yang kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil. Bagaimana individu tersebut memandang dan menilai keseluruhan dirinya atau menentukan sejauh mana pribadi individualnya. Mereka yang mmandang dan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya mereka yang memandang dan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain. 4. Pendidikan Semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, kemungkinan untuk mencoba sesuatu baru semakin besar, sehingga orang akan lebih kreatif dan memiliki kemampuan. Dengan belajar seseorang dapat mewujudkan dirinya sendiri sehingga orang memiliki keinginan sesuatu secara tepat tanpa tergantung dengan orang lain. 5. Keluarga Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam melatarkan dasar-dasar kepribadian seorang anak, demikian pula dalam pembentukan kemandirian pada diri seseorang. 6. Interaksi sosial Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan mendukung perilaku remaja yang bertanggung jawab, mempunyai perasaan aman dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan baik tidak mudah menyerah akan mendukung untuk berperilaku mandiri. xxxii
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai kemandirian seseorang tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang mendasari terbentuknya kemandirian itu sendiri. Faktor-faktor ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan yang selanjutnya akan menentukan seberapa jauh seorang individu bersikap dan berpikir cara mandiri dalam menjalani kehidupan lebih lanjut. 4. Proses Terbentuknya Kemandirian Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik segi-segi positif maupun negatif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadiannya, dalam hal ini adalah kemandiriannya. Lingkungan sosial yang mempunyai kebiasaan yang baik dalam melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupan mereka, demikian pula keadaan dalam kehidupan keluarga akan mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian anak. Sikap orang tua yang tidak memanjakan anak akan menyebabkan anak berkembang secara wajar dan menggembirakan. Sebaliknya anak yang dimanjakan akan mengalami kesukaran dalam hal kemandiriannya. Pola pendidikan yang baik selalu ditegakkan dengan prinsip-prinsip memberi hadiah dan memberi hukuman yang akan menyebabkan anak-anak dalam keluarga memiliki taraf kesadaran dan pengalaman nilai-nilai kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang terkesan amburadul, anormatif dan gersang dari keteladanan yang terpuji, menyebabkan anak-anak didik yang tumbuh dalam keluarga tersebut akan menunjukkan keadaan kepribadian yang kurang bahkan tidak menggembirakan. Menurut Antonius (2002:146) lingkungan sosial ekonomi yang memadai dengan pola pendidikan dan pembiasaan yang baik akan mendukung perkembangan anak-anak menjadi mandiri, demikian pula sebaliknya. Keadaan sosial ekonomi yang belum menguntungkan bahkan paspasan jika ditunjang dengan penanaman taraf kesadaran yang baik terutama dalam hal upaya mencari nafkah dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan, akan menyebabkan anak-anak mempunyai nilai kemandirian yang baik. Sebaliknya jika keadaan sosial ekonomi masih kurang menggembirakan, sedang kedua orang tua tidak menghiraukan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya, dan taraf keteladanan pun jauh dari taraf keluhuran, maka bukan tidak mungkin anak-anak berkembang salah dan sangat merugikan masa depannya jika tidak tertolong dengan pendidikan selanjutnya. Lingkungan keluarga yang mempunyai nilai-nilai yang baik akan memungkinkan anak berkemampuan untuk melakukan pilihan terhadap sesuatu secara baik. Sebaliknya keluarga yang tidak mempunyai nilai-nilai baik akan membiarkan anaknya. Orang tua yang baik tentu akan menuntun anak-anaknya agar selalu memperhatikan teman sepergaulannya. Dianjurkan untuk selalu mencari teman yang baik akhlaknya, bukan sekedar mempunyai teman dalam kehidupan tanpa memperhatikan taraf kebaikan sikap dan tingkah lakunya (Hasan Basri,2000:55). Individu yang memiliki konsep diri xxxiii
positif akan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya individu yang memiliki konsep diri negatif akan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain. C. Tinjauan Tentang Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya dapat menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan menunjukkan adanya sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang ia miliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Rogers menganggap konsep diri berada didalam kesadaran seseorang, jadi konsep diri ini merupakan suatu konfigurasi dari persepsipersepsi terorganisasikan mengenai diri yang dapat masuk ke dalam kesadaran (Burns,1993:53). Menurut Cawagas bahwa konsep diri adalah pandangan menyeluruh individu tentang dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kepandaiannya, maupun kegagalannya (Pudjijogyanti,1988:2). Sedangkan menurut William D. Brooks bahwa konsep diri adalah pandangan tentang totalitas psikis, sosial dan fisik tentang dirinya yang berasal dari pengalaman-pengalaman dan interaksinya dengan orang lain (Jalaludin Rahmat,1986:99). Konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan tentang diri kita sendiri. Komponen konsep diri antara lain: 1) Komponen kognitif yang disebut juga citra diri (Self Image), komponen ini berhubungan dengan pikiran. Citra diri (Self Image) ini meliputi: kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik, tujuan hidup, kedudukan dan peran sosial, kesukaan orang lain pada dirinya. 2) Komponen xxxiv
afektif yang sering disebut juga harga diri (Self Esteem), komponen ini berhubungan dengan perasaan. Harga diri (Self Esteem) meliputi: perasaan, penyesuaian diri, penerimaan diri, penghargaan, pujiankonsep diri merupakan gambaran dan penilaian positif terhadap diri sendiri dapat digunakan sebagai dasar berperilaku dan menyesuaikan diri. Maka dari itu sebagai inti atau dasar kepribadian, konsep diri berpengaruh terhadap ciri-ciri individu dalam bertingkah laku serta cara-cara bertindak. Dari beberapa pendapat dari para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya sendiri. Pandangan tentang diri sendiri yang tercermin dalam konsep diri antara lain meliputi karakteristik kepribadan, nilai-nilai kehidupan, prinsip hidup, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksi dengan orang lain. 2. Isi Konsep Diri Sewaktu lingkungan anak yang sedang bertumbuh itu meluas, isi dari konsep dirinya juga berkembang meluas, termasuk hal-hal seperti pemilikan, teman-teman, nilai-nilai, dan khusunya orang-orang yang disayangi melalui proses identifikasi. Secara umum isi dari konsep diri dapat dirumuskan. Menurut Jersild dalam penelitiannya pada anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah seperti dikutip oleh Burns (1993:209-210) mendiskripsikan isi dari konsep diri sebagai berikut: a. Karakteristik fisik b. Penampilan c. Kesehatan dan kondisi fisik d. Rumah dan hubungan keluarga e. Sikap dan hubungan sosial f. Bakat dan minat sosial g. Kecerdasan h. Hobi dan permainan Sementara itu Livesly dan Barmly (1973) seperti yang dikutip Burns (1993:211). Mendeskripsikan isi konsep diri dalam kategori-kategori sebagai berikut: a. Penampilan b. Identitas diri xxxv
c. Persahabatan d. Keluarga dan pertalian keluarga e. Pemilikan f. Sifat kepribadian secara umum g. Tingkah laku yang spesifik h. Minat dan hobi i. Keyakinan akan nilai-nilai j. Sikap terhadap diri k. Hubungan dengan lawan jenis l. Perbandingan dengan orang lain Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa isi konsep diri meliputi penampilan, kepribadian, kecerdasan, kesehatan dan kondisi fisik, keluarga, hubungan sosial, penyesuaian dengan orang-orang disekitar dan lawan jenis, bakat dan minat serta hobi. 3. Karakteristik Konsep Diri Menurut Jalaluddin Rahmat (1986:104) bahwa dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif sebagai berikut: a. Ia yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah b. Ia merasa setara dengan orang lain c. Ia menerima pujian tanpa rasa malu d. Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat e. Ia mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspekaspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya Sedangkan tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri negatif adalah: a. Ia peka terhadap kritik b. Ia responsif sekali terhadap pujian c. Ia terlalu kritis, tidak sanggup menghargai dan tidak mengakui kelebihan orang lain xxxvi
d. Ia cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain e. Ia bersikap pesimis terhadap kompetisi, ditandai dengan keengganan untk bersaing (Jalaluddin Rahmat,1986:105) Sejalan dengan hal itu, Calhoun (1990:72-74) mengatakan bahwa karakteristik konsep diri dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif yang keduanya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Konsep diri positif 1) Dapat menerima dirinya sendiri secara apa adanya 2) Berkepribadian yang sifatnya stabil dan bervariasi 3) Dapat menyimpan informasi, baik informasi negatif maupun informasi positif 4) Dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri 5) Dapat mengenal dirinya dengan baik 6) Dapat menerima dirinya sendiri, juga menerima orang lain 7) Dapat menghadapi kehidupan didepannya 8) Selalu bertindak berani dan sopan b. Konsep diri negatif 1) Cara pandang terhadap dirinya sendiri tidak teratur 2) Tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri 3) Tidak tahu tentang siapa dirinya, apa kelebihan dan kelemahannya 4) Menerima informasi tentang diri, dan hampir pasti menjadi penyebab kecemasan, rasa ancaman terhadap dirinya 5) Tidak memiliki kategori mental yang dapat dikaitkan dengan informasi yang bertentangan dengan dirinya 6) Selalu melindungi konsep dirinya yang kokoh dengan mengubah atau menolak informasi baru 7) Selalu menilai atau memandang negatif terhadap diri 8) Selalu menganggap diri tidak berharga dibandingkan dengan orang lain Dengan melihat beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik konsep diri dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif, dimana keduanya memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda antara ciri karakteristik konsep diri positif dengan karakteristik konsep diri negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacammacam tentang dirinya sendiri. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri negatif, dia akan mengubah terus-menerus konsep dirinya atau melindungi xxxvii