Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat

dokumen-dokumen yang mirip
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015

Sejak tahun 2009, tingkat kemiskinan terus menurun namun pada tahun 2013 terjadi peningkatan.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014

Seuntai Kata. Jayapura, Desember 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Ir. Didik Koesbianto, M.Si

jayapurakota.bps.go.id

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Papua. UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Pemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat

PERBANDINGAN ANTAR DAERAH

Provinsi Kabupaten/kota Laki-laki Perempuan Total

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

Paparan Progres Implementasi 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba di Provinsi Papua PEMERINTAH PROVINSI PAPUA 2015

PROFIL PEMBANGUNAN PAPUA

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun. Perwakilan BKKBN Provinsi Papua 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

Jayapura, November 2016 KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA. DR. Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2015

Drg. Josef Rinta R, M.Kes.MH Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) D.I. Yogyakarta TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara Tahun 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

Dapat undangan tetapi musyawarah dilakukan pada waktu yang salah. Dapat undangan terlambat N % N % N % N % N % N %

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BENGKULU TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

A. CABAI BESAR C. BAWANG MERAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

DAFTAR DAERAH AFIRMASI LPDP TAHUN 2018

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

TEMA PEMBANGUNAN TPH DAN KOMODITAS UNGGULAN DI 5 WILAYAH PENGEMBANGAN

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016


INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA (ASPM) KOTA JAYAPURA 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DKI JAKARTA TAHUN 2016 TERUS MENINGKAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROPINSI NTB TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA(IPM) TAHUN 2015

BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,75

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

(2) Keterangan : s = standar deviasi x = rata-rata n = banyak data

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Papua Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

DAFTAR PENERIMA SURAT KELOMPOK V

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016

KEMENTERIAN KESEHATAN RI Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9 Jakarta Telepon : (021) (Hunting)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBESAR 73,99

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

SERIAL PUSAT DATA DAN ANALISIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI PAPUA

DAFTAR DAERAH TERTINGGAL

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

Daftar Daerah Tertinggal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA

Lampiran 1 Nomor : 6517 /D.3.2/06/2017 Tanggal : 22 Juni Daftar Undangan

Transkripsi:

Nomor : BRS-02/BPS-9415/Th. I, 28 Juni 2016 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat 1. IPM pertama kali diperkenalkan oleh United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 yang dibentuk dari 3 (tiga) dimensi dasar, yaitu dimensi kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak. 2. Metode baru penghitungan IPM dimulai pada tahun 2014, merujuk pada perubahan metode hitung yang sudah dilakukan oleh UNDP sejak tahun 2010 3. IPM metode lama menggunakan pendekatan indikator Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan PDB Per Kapita. IPM metode baru menggunakan pendekatan indikator Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan Pengeluaran Per Kapita. 4. IPM Kabupaten Asmat pada tahun 2015 sebesar 46,62; lebih rendah dari ratarata IPM yang dicapai Provinsi Papua (57,25). berdasarkan nilai secara nominal, IPM Asmat dan IPM Propinsi Papua tergolong dalam pencapaian IPM rendah (IPM < 60). 5. Pertumbuhan IPM Kabupaten Asmat pada tahun 2015 sebesar 1,53 persen. Pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi untuk wilayah Papua Selatan dan kelima tertinggi se-propinsi Papua setelah Kabupaten Puncak (3,59 persen), Pegunungan Bintang (3,12 persen), Lanny Jaya (2,08 persen) dan Intan Jaya (1,93 persen). 6. Pada level kabupaten/ kota, IPM tertinggi dicapai oleh Kota Jayapura yaitu sebesar 78,05 dan yang terendah adalah Kabupaten Nduga yaitu sebesar 25,40. 1. PENJELASAN UMUM Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang tidak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga berfokus pada pembangunan manusianya.

Manusia sebagai tujuan akhir pembangunan sudah seharusnya memiliki pilihan yang luas dalam hidup untuk mencapai tingkat kualitas hidup yang lebih baik. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (a process of enlarging people s choices). Perluasan pilihan yang dimaknai sebagai kebebasan/peluang/kesempatan yang dimiliki oleh setiap penduduk untuk mengembangkan dirinya dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan manusia yang sebenar-benarnya terlihat dari gambaran atau potret asli yang ditemukan di lapangan dan sudah barang tentu, nilainya lebih mahal dari sekedar tulisan-tulisan di atas kertas. Sampai saat ini, pembangunan manusia masih menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan. Permasalahannya adalah adakah ukuran yang setidaknya dapat menjadi proksi untuk mendapatkan potret asli pembangunan? Jawabannya adalah dengan menggunakan sebuah ukuran yang objektif sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dan logis. Ukuran yang dimaksud adalah Indeks Pembangunan Manusia atau yang akrab dikenal dari akronimnya, IPM. Indeks ini dapat menguraikan bagaimana hasil-hasil pembangunan dapat diakses oleh penduduk untuk memperoleh hak-haknya dari berbagai aspek, yaitu aspek pendidikan, kesehatan, pendapatan dan sebagainya. Hak-hak yang dimaksud, sederhananya saja, semisal bagaimana penduduk dapat menikmati umur panjang dengan kondisi tubuh yang sehat, bagaimana penduduk dapat menikmati kehidupan yang produktif yang dibangun melalui kesempatan melanjutkan pendidikan dan bagaimana meningkatkan kemampuan ekonomi dari sisi peningkatan daya beli. 2. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU Mulai tahun 2014, Indonesia mulai melakukan penghitungan IPM dengan metode baru seperti rekomendasi UNDP. Sebagai informasi, IPM metode lama menggunakan pendekatan indikator Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) sebagai indikator aspek kesehatan; Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebagai indikator aspek pendidikan; dan Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (berdasarkan PDB per Kapita) sebagai indikator aspek kesejahteraan.

Pada IPM metode baru, indikator AMH tidak lagi digunakan karena tidak lagi relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh. Hal ini disebabkan karena AMH pada sebagian besar daerah di Indonesia, seperti di Pulau Jawa dan Sumatra sudah sangat tinggi. Oleh karena itu, AMH sudah kurang sensitif dan kurang fair jika digunakan dalam perbandingan tingkat capaian kualitas pendidikan antar daerah. Oleh karena itu, indikator AMH diganti dengan indikator Harapan Lama Sekolah (HLS) yang dianggap lebih menggambarkan perbandingan capaian kualitas pendidikan antar daerah. Dengan demikian, kedua indikator ini, yaitu RLS dan HLS digunakan dalam penghitungan IPM sebagai indikator penting bagi aspek pendidikan. Dalam penghitungan IPM metode baru, pengeluaran menggunakan Pengeluaran Per Kapita sebagai proksi untuk PNB per kapita yang diperoleh dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Selanjutnya, dari sisi teknis, penghitungan rata-rata untuk ketiga aspek/komponen penyusun IPM metode baru menggunakan rata-rata geometrik yang secara akademis lebih dapat mengakomodir efek/pengaruh nilai kritis terhadap rata-rata keseluruhan dibanding penggunaan metode rata-rata aritmetik. 3. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN ASMAT TAHUN 2015 Secara umum, IPM Kabupaten Asmat berada di bawah rata-rata IPM Propinsi Papua. Grafik 1 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir, IPM Kabupaten Asmat dan komponen-komponennya berada di bawah IPM Propinsi Papua. Hal ini mengindikasikan bahwa pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Asmat saat ini masih berada di bawah rata-rata Propinsi Papua. Grafik 1. IPM Kabupaten Asmat dan Propinsi Papua Tahun 2011-2015

Kendati berada di bawah rata-rata propinsi, selama lima tahun terahir, angka IPM Asmat terus menerus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, IPM Asmat sebesar 44,58 dan seterusnya pada tahun 2015, IPM Asmat menjadi 46,62 (meningkat sebesar 2,04 poin). Besaran angka IPM secara nominal tidak secara mutlak mencerminkan keberhasilan pembangunan dalam suatu periode pemerintahan. Rendahnya angka IPM secara nominal bisa saja diakibatkan oleh historical data yang sedari awal IPMnya sudah rendah sehingga kenaikan tidak dapat secara drastis dilakukan. Oleh karena itu, keberhasilan periode pemerintahan justru lebih baik dilihat dari bagaimana tingkat kemampuan suatu daerah dalam meningkatkan laju pertumbuhan IPM. 4. LAJU PERTUMBUHAN IPM KABUPATEN ASMAT TAHUN 2015 Peningkatan nilai IPM Asmat secara nominal terjadi seiring dengan capaian pertumbuhan positif yang ditunjukkan selama lima tahun terakhir. Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan IPM tertinggi di Kabupaten Asmat terjadi pada tahun 2010, yaitu sebesar 2,03 persen. Pertumbuhan IPM tertinggi selanjutnya terjadi pada tahun 2015, yaitu sebesar 1,53 persen meski pertumbuhannya sempat melambat selama tahun 2010-2014. Pertumbuhan IPM Propinsi Papua justru berfluktuasi selama lima tahun terakhir. Pertumbuhan IPM tertinggi Propinsi Papua terjadi pada tahun 2013, yaitu sebesar 1,25 persen lalu melambat hingga tahun 2015 (0,88 persen). Perkembangan pertumbuhan IPM Kabupaten Asmat dan Propinsi Papua dapat dilihat dari Grafik 2 berikut: Grafik 2. Pertumbuhan IPM Kabupaten Asmat dan Propinsi Papua Tahun 2011-2015

Ada satu fenomena yang menarik ketika berbicara mengenai laju pertumbuhan IPM. Fenomena yang dimaksud adalah Kabupaten Asmat, pada tahun 2015 memiliki pertumbuhan IPM yang cukup laju dan melampaui rata-rata pertumbuhan kabupaten/kota se-propinsi Papua (laju pertumbuhan IPM Asmat hampir dua kalinya rata-rata Propinsi Papua. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan Kabupaten Asmat untuk meningkatkan capaian IPM ke kondisi ideal masih lebih cepat dibandingkan rata-rata kabupaten/kota lainnya di Propinsi Papua. Laju pertumbuhan IPM Asmat tertinggi untuk wilayah Papua Selatan dan kelima tertinggi untuk Papua secara keseluruhan. Jika laju pertumbuhan dapat terus dipertahankan secara konsisten, maka IPM Kabupaten Asmat akan dapat melampaui IPM kabupaten/kota lainnya. 5. INDIKATOR-INDIKATOR PENYUSUN IPM Angka Harapan Hidup (AHH) Angka Harapan Hidup (AHH) didefinisikan sebagai perkiraan banyaknya tahun (umur) yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. AHH penduduk Kabupaten Asmat menunjukkan adanya peningkatan, yaitu dari 55,00 tahun pada tahun 2014 menjadi 55,50 tahun pada tahun 2015. Peningkatan ini mengindikasikan adanya perbaikan kualitas hidup di masyarakat dari aspek kesehatan. Berikut disajikan grafik perkembangan AHH Kabupaten Asmat selama lima tahun terakhir: Grafik 3. Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Asmat Tahun 2011-2015

Sebagaimana diketahui, AHH dihitung secara matematis dari Angka Kematian Bayi (AKB) sehingga AKB secara langsung dapat memengaruhi AHH. Penurunan kematian bayi akan langsung berdampak terhadap meningkatnya AHH. Oleh karena itu, pada prakteknya, usaha pemerintah untuk meningkatkan AHH dapat ditempuh dengan menekan laju kematian bayi. Program-program pemerintah terkait kesehatan bayi (mulai dari saat kehamilan, penolong persalinan, neo natal sampai bayi berumur satu tahun) perlu semakin digiatkan. Program-program kesehatan seperti imunisasi berkala, sosialisasi (transfer pengetahuan kepada ibu-ibu untuk menjaga kebersihan lingkungan, pola pengasuhan bayi, kebutuhan asupan gizi) juga penting diperhatikan. Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Dimensi pendidikan dijelaskan oleh Angka Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah. HLS menjelaskan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu (mulai umur 7 tahun ke atas) di masa yang akan datang. Angka Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Asmat terus mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Meningkatnya Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Asmat menjadi sinyal positif bahwa semakin banyak penduduk yang bersekolah. Pada tahun 2015, HLS meningkat menjadi 7,57 tahun dari yang sebelumnya, sebesar 7,29 tahun. Maksud dari angka ini adalah anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk bersekolah selama 7,57 tahun. Hal ini juga berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk menamatkan pendidikan mereka hingga ke jenjang kelas II-Semester I Sekolah Menengah Pertama. Peningkatan juga terjadi untuk indikator Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), yaitu dari 4,34 tahun pada tahun 2014 menjadi 4,38 tahun pada tahun 2015 (meningkat sebesar 0,04 tahun). Hal ini mengandung pengertian bahwa rata-rata lama sekolah pendidikan formal yang sudah dijalani oleh penduduk usia 25 tahun ke atas (dengan asumsi pada usia 25 tahun, pendidikan sudah selesai) adalah 4,38 tahun atau secara rata-rata penduduk usia 25 tahun ke atas menempuh pendidikan sampai di kelas 4 Sekolah Dasar (SD).

Perkembangan HLS dan RLS Kabupaten Asmat selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik 4 berikut: Grafik 4. HLS dan RLS Kabupaten Asmat dan Propinsi Papua Tahun 2011-2015 Intervensi pemerintah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan HLS adalah dengan meningkatkan Angka Partisipasi Sekolah (APS), yaitu dengan menjaga APS menurut jenjang pendidikan agar tetap tinggi karena HLS ini dihitung langsung dari APS menurut jenjang pendidikan yang dimulai dari umur 7 tahun (usia awal pendidikan dasar formal). Untuk meningkatkan IPM dari sisi RLS, intervensi yang dilakukan adalah perencanaan dan pelaksanaan program yang dapat menumbuhkembangkan kesadaran untuk terus bersekolah. Di sisi lain, mereka yang sedang bersekolah pun harus tetap dijaga agar jangan sampai putus sekolah sehingga ke depannya dapat terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pengeluaran Per Kapita Pada dimensi berikutnya, aspek standar hidup layak diukur dengan menggunakan nilai Pengeluaran Per Kapita riil yang telah disesuaikan yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purchasing Power Parity/PPP).

Pada tahun sebelumnya, nilai pengeluaran riil disesuaikan adalah sebesar Rp 5.485.000 per kapita per tahun dan meningkat menjadi Rp 5.533.000 per kapita per tahun pada tahun 2015. Dengan kata lain, secara rata-rata, pengeluaran per penduduk (termasuk mereka yang masih bayi) adalah sebesar Rp 461.083 rupiah per bulan. Berikut disajikan grafik peningkatan pengeluaran riil disesuaikan (PPD) selama lima tahun terakhir: Grafik 5. Pengeluaran Riil Per Kapita Kabupaten Asmat Tahun 2011-2015 Untuk meningkatkan IPM dari sisi Pengeluaran Per Kapita Per Tahun/peningkatan daya beli masyarakat tentunya tidaklah mudah. Intervensi sesaat yang belum tentu berkelanjutan, bukan ukuran keberhasilan pembangunan dari proses yang sistemik dan multidimensional seperti yang dimaksud oleh IPM. Daya beli masyarakat bukan dipandang dari satu titik waktu saja melainkan suatu proses yang efeknya dapat dirasakan secara berkesinambungan. Meningkatkan kemampuan daya beli tentu saja akan terkait dengan bagaimana meningkatkan kemampuan ekonomi rumahtangga, terutama rumahtangga yang berada di bawah garis kemiskinan. IPM beserta indikator penyusunnya mengalami pertumbuhan yang positif selama tahun 2011-2015. Pada tahun 2015, dari keempat indikator pembentuknya, Harapan Lama Sekolah (HLS) memiliki pertumbuhan yang tertinggi, yaitu sebesar 3,91 persen.

Pertumbuhan HLS yang cukup besar ini menempatkan Kabupaten Asmat berada pada posisi kelima se-propinsi Papua dengan pertumbuhan HLS tertinggi atau posisi pertama untuk wilayah Papua Selatan (pertumbuhan HLS berada di atas Kabupaten Merauke, Mappi dan Boven Digoel). Pertumbuhan indikator IPM Asmat terbesar selanjutnya berturut-turut adalah RLS (0,92 persen), AHH (0,91 persen) dan Pengeluaran Per Kapita (0,88 persen).

Kab/Kota Tabel 1. Rangkuman IPM Kab/Kota se-propinsi Papua Tahun 2015 AHH HLS RLS Pengeluaran Per Kapita (Ribu Rupiah) IPM Pertumbuhan IPM (%) Rank IPM Merauke 66.50 12.47 8.24 9952.62 67.75 0.63 5 Jayawijaya 58.29 10.82 4.59 7067.97 54.18 1.51 15 Jayapura 66.32 13.79 9.48 9622.44 70.04 0.71 4 Nabire 67.44 10.62 9.47 8725.39 66.49 0.36 6 Yapen Waropen 68.67 11.51 8.80 7319.93 65.28 0.61 7 Biak Namfor 67.86 13.44 9.83 9603.09 70.85 0.75 3 Paniai 65.45 10.31 3.76 6161.49 54.20 0.51 14 Puncak Jaya 64.17 5.97 3.19 4979.03 44.87 1.22 22 Mimika 71.89 10.78 9.38 10952.21 70.89 0.70 2 Boven Digoel 58.24 10.96 7.72 7717.08 59.02 1.40 12 Mappi 64.02 10.42 5.97 5780.37 56.11 0.67 13 Asmat 55.50 7.57 4.38 5533.33 46.62 1.53 20 Yahukimo 65.06 7.48 3.98 4108.80 46.63 0.58 19 Pegunungan Bintang 63.78 4.85 2.06 5176.46 40.91 3.12 27 Tolikara 64.86 7.68 3.06 4518.13 46.38 0.47 21 Sarmi 65.69 10.91 8.07 6379.31 60.99 0.85 10 Keerom 66.09 11.55 6.85 8608.73 63.43 1.12 8 Waropen 65.73 12.34 8.55 6070.48 62.35 0.62 9 Supiori 65.25 12.69 8.12 5180.11 60.09 0.66 11 Membramo Raya 56.57 10.65 4.61 4324.08 48.29 0.86 17 Nduga 53.60 2.17 0.64 3625.36 25.47 0.37 29 Lanny Jaya 64.86 7.45 2.75 3964.78 44.18 2.08 25 Mamberamo Tengah 62.72 7.65 2.49 4051.07 43.55 0.83 26 Yalimo 64.86 7.71 2.08 4320.63 44.32 0.25 24 Puncak 65.08 4.47 1.61 5117.57 39.41 3.59 28 Dogiyai 64.86 9.58 4.88 5119.59 52.78 1.01 16 Intan Jaya 64.98 6.28 2.48 5014.55 44.35 1.93 23 Deiyai 64.47 9.76 2.96 4320.07 48.28 0.34 18 Kota Jayapura 69.97 14.16 11.11 14249.43 78.05 0.24 1 PAPUA 65.09 9.95 5.99 6468.55 57.25 0.88 34 Badan Pusat Statistik Kabupaten Asmat. Jl. Safan No.1 Bis Agats, Asmat Papua 99977 Email : bps9415@bps.go.id. Website : http://asmatkab.bps.go.id