EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN* *

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM NAFKAH RUMAH TANGGA NELAYAN *

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014

KONDISI KEHIDUPAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIMAHI Tukino, LPPM STKS Bandung

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

I. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDA YUNANI DESTIANTI. Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014

TIM KAJIAN RASKIN LPPM IPB

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

LAPORAN KEGIATAN FOCUS GROUP DISCUSSION PERHEPI ANTISIPASI PENERAPAN KEBIJAKAN RASTRA (BERAS SEJAHTERA) SISTEM TUNAI. Dr. M. Rizal Taufikurohman

VIII. EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

PERAN PEREMPUAN DALAM SISTEM NAFKAH RUMAH TANGGA NELAYAN. Keywords : women's role, livelihood, household, fishermen

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut membuat mereka jatuh kejurang kemiskinan.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan

Drs. AYIP MUFLICH, SH,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011

STUDI KOMPARATIF PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh di

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

BAB VIII STRATEGI MENCIPTAKAN KONTROL BERBASIS KOMUNITAS PROGRAM RASKIN

Sub Tema: KELUARGA HARAPAN JUDUL ESAI: SOCIAL COMMUNITY BASED SOCIETY EDUCATION DALAM MEMUTUS RANTAI KEMISKINAN MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

Pertanyaan Penelitian 1 : Bagaimana Pola kegiatan sosial yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh BKM?

BAB I PENDAHULUAN. dan terbelakang, melainkan juga dialami oleh negara-negara maju.

Analisis Isu-Isu Strategis

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

Mengapa PKH Diperlukan? PKH dimaksudkan untuk merunkan jumlah masyarakat miskin melalui bantuan dana tunai bersyarat.

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. penulis mengenai distribusi raskin di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran,

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 14 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 269 TAHUN 2010 TENTANG

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah satu solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB VI KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dari perjuangan merebut kemerdekaan menjadi langkah baru bagi generasi

Penanggulangan Kemiskinan & Upaya Mensinergikan Peran Multipihak

RINGKASAN TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN SELATAN MARET 2008 MARET PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN TAHUN

BAB VI KAJI ULANG KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN SPKD

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun.

EVALUASI DAN PERBAIKAN PROGRAM RASKIN DALAM UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DIMASA MENDATANG

MENINGKATKAN EFEKTIFITAS STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

OPTIMALISASI PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (P4S)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun kedepan kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. dasar favorit. Pada lembaga persekolahan ini tidak cukup ruang bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

Kumalasari, et al., Evaluasi Implementasi Program...

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

PERAN TEKNOLOGI PANGAN DALAM MEWUJUDKAN DESA MANDIRI PANGAN

Transkripsi:

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN* * Slamet Widodo Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura me@slametwidodo.com ABSTRACT Jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 mencapai 30,02 juta jiwa. Sebagain besar penduduk miskin berada di daerah pedesaan, yakni sebanyak 18,97 juta jiwa. Berbagai program penanggulangan kemiskinan telah dilaksanakan oleh pemerintah dengan berbagai pendekatan dan metode masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di daerah pedesaan. Penelitian dilaksanakan di Desa Kwanyar Barat, Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam pada informan kunci yang terdiri dari rumah tangga miskin penerima manfaat, tenaga pelaksana atau pendamping, aparat pemerintah dan tokoh masyarakat. Data kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Di lokasi penelitian dilaksanakan tiga program penanggulangan kemiskinan, yaitu; Program Keluarga Harapan (PKH), Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat masih terdapat beberapa penyimpangan dalam pelaksanaannya. PKH relatif lebih baik dibandingkan PNPM dan Raskin. Sedangkan dari persepsi rumah tangga miskin menyatakan bahwa ketiga program memberikan manfaat bagi mereka. PKH dan PNPM memberi manfaat dalam jangka panjang, sedangkan Raskin hanya memberi manfaat dalam jangka pendek. Rumah tangga miskin merasakan manfaat PKH dan PNPM jauh lebih besar dibandingkan dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada beberapa waktu yang lalu. Kata kunci : kemiskinan, penanggulangan kemiskinan, pedesaan, rumah tangga miskin. PENDAHULUAN Jumlah penduduk miskin sampai dengan bulan Maret 2011 mencapai 30,02 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan bulan Maret 2010 yang mencapai 31,02 juta jiwa. Sebagain besar penduduk miskin tinggal di daerah pedesaan, yakni sebanyak 18,97 juta jiwa. Kemiskinan yang terjadi di perdesaan dipicu oleh semakin terbatasnya kesempatan kerja yang ada di perdesaan. Sebagian besar tenaga kerja yang ada di perdesaan mengandalkan sektor pertanian (dalam arti luas), padahal sektor pertanian sudah tidak mampu lagi menampung jumlah tenaga kerja yang ada. Sektor pertanian yang selama ini menjadi tumpuan bagi sebagian besar penduduk di perdesaan saat ini sudah tidak mampu menampung mereka. Konsep kemiskinan berbagi (shared proverty) yang disampaikan oleh Geertz semakin terbukti saat ini. Permasalahan sektor pertanian juga dialami oleh sektor perikanan. Peningkatan jumlah penduduk tidak diimbangi dengan dukungan jumlah sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan. Ellis (2000), membedakan kemiskinan dalam tiga dimensi yaitu ekonomi, sosial dan politik. Kemiskinan ekonomi adalah keadaan dimana terjadi kekurangan sumberdaya * Artikel disajikan pada Seminar Nasional Hasil Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, 8 Desember 2011

yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Kemiskinan sosial merupakan kemiskinan sebagai akibat rendahnya kemampuan dalam membangun jaringan sosial serta struktur yang tidak mampu mendukung usaha peningkatan produktivitas. Sedangkan kemiskinan politik adalah kurangnya akses kekuasaan yang dapat menentukan alokasi sumberdaya untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kemiskinan pada masyarakat petani dapat dicirikan oleh pendapatan yang berfluktuasi sepanjang tahun, pengeluaran yang cenderung pada kegiatan konsumtif, tingkat pendidikan keluarga yang rendah, kelembagaan yang belum mendukung terjadinya pemerataan pendapatan, potensi tenaga kerja keluarga belum dapat dimanfaatkan dengan baik dan akses terhadap permodalan yang rendah (Hermanto, 1995). Sedangkan Kusnadi (2002), berpendapat bahwa ciri umum yang dapat dilihat dari kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi yang ada dalam kehidupan masyarakat nelayan adalah fakta-fakta yang bersifat fisik berupa kualitas pemukiman. Berbagai program pengentasan kemiskinan telah dijalankan oleh pemerintah. Program pengentasan kemiskinan ini dilaksanakan dengan berbagai metode pendekatan dan bersifat lintas sektoral antar kementerian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan di lokasi penelitian. Efektifitas pelaksanaan dimaksudkan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan telah sesuai dengan pedoman teknis atau panduan umum dari pemerintah. Selain itu perlu diketahui pula persepsi rumah tangga miskin terhadap manfaat program penanggulangan kemiskinan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kwanyar Barat, Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2011. Program penanggulangan kemiskinan yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada program yang masih berjalan di tahun anggara 2011. program penanggulangan kemiskinan tersebut antara lain; Raskin, PNPM dan PKH. Informan dalam penelitian ini terdiri dari tokoh masyarakat, perangkat desa dan kecamatan, tenaga pendamping lapang dan 30 orang dari Rumah Tangga Miskin (RTM) dan rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) penerima manfaat program. Pengambilan data dilakukan melalui metode wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD). Selain itu dilakukan pula metode pengamatan berperan-serta pada beberapa kegiatan ekonomi maupun kegiatan yang berhubungan langsung dengan program penanggulangan kemiskinan di lokasi penelitian. Data kemudian dianalisis secara kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tahun 2011 di Desa Kwanyar Barat, Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan dilaksanakan tiga program penanggulangan kemiskinan, yaitu PKH, Raskin dan PNPM. Ketiga program ini memiliki pendekatan dan sasaran yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa penyimpangan dalam pelaksanaan ketiga program tersebut.

Program Keluarga Harapan (PKH) PKH bertujuan untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta merubah perilaku rumah tangga miskin dan sangat miskin yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs). Di Kabupaten Bangkalan, terdapat tiga kecamatan yang mendapatkan PKH, yaitu Kecamatan Modung, Kecamatan Labang dan Kecamatan Kwanyar. Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan PKH sudah sesuai dengan prosedur baku yang telah ditetapkan. Tahapa sosialisasi, pelaksanaan hingga evaluasi dan pengaduan dapat berjalan dengan baik. Sosialisasi tidak hanya dilaksanakan pada awal kegiatan namun pada saat kegiatan berjalan tetap dilaksanakan. Sosialisasi ini diperlukan untuk menjaga komitmen peserta program sehingga tujuan PKH bisa tercapai. Skenario bantuan PKH ini yaitu terdapat Rp.200.000,- untuk bantuan tetap, Rp. 400.000,- untuk bantuan pendidikan SD dan Rp.800.000,- untuk bantuan pendidikan tingkat SMP. Sedangkan untuk bantuan kesehatan yaitu Rp. 800.000,- untuk balita, ibu hamil dan menyusui. Rata-rata bantuan untuk penerima manfaat adalah sebesar Rp. 1.390.000,-. Bantuan berkirar antara Rp.600.000,- hingga Rp.2.200.000,- per tahun. Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin) Program Raskin sudah dilaksanakan sejak 1998 dengan nama Operasi Pasar Khusus (OPK). Namun sejak tahun 2002 dipergunakan istilah Raskin. Raskin merupakan bentuk operasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah melalui Perum Bulog. Raskin masuk dalam kluster I program penanggulangan kemiskinan yaitu bantuan dan perlindungan sosial. Raskin diharapkan dapar bersinergi dengan program lainnya, seperti program perbaikan gizi, peningkatan kesehatan dan pendidikan. Sinergi antar berbagai program ini penting dalam meningkatkan efektivitas masing-masing program dalam pencapaian tujuan. Berdasarkan hal tersebut, seluruh penerima manfaat PKH di Desa Kwanyar Barat juga termasuk penerima Raskin. Tahapan awal dalam kegiatan ini adalah sosialisasi Raskin terhadap penerima manfaat dan masyarakat lainnya. Sosialisasi dilakukan untuk memberikan pemahaman terhadap tujuan kegiatan, sasaran beserta prosedur pelaksanaannya. RTM penerima manfaat menyatakan bahwa sosialisasi telah dilaksanakan dengan baik. Tabel 1. Pelaksanaan Raskin di lapangan No. Pedoman Umum Pelaksanaan di Lapang 1 Sasaran adalah RTSM RTM dan RTSM mendapatkan Raskin 2 Raskin didistribusikan setiap bulan selama satu tahun dengan alokasi 15 kg/rtsm/bulan 3 Harga Raskin ditetapkan Rp. 1.600,-/kg Gratis Sumber: Analisis data primer, 2011. Raskin didistribusikan 3-4 bulan sekali dengan alokasi 2 kg/rt/bulan

Terdapat beberapa penyimpangan pelaksanaan Raskin di Desa Kwanyar Barat, Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan. Sesuai pedoman umum, Raskin ditujukan bagi RTSM, namun pelaksanaannya tidak hanya RTSM yang mendapatkan Raskin. Alasan aparat desa terhadap penyimpangan ini adalah untuk memberikan pemerataan akses terhadap Raskin bagi seluruh RTM di Desa Kwanyar Barat. Pendataan RTM oleh BPS seringkali terjadi kesalahan sehingga bisa menimbulkan kecemburuan diantara masyarakat. Aparat desa menyatakan bahwa penyimpangan ini merupakan bentuk solusi terhadap permasalahan yang sering kali terjadi di desa lainnya yang dapat menyebabkan kecemburuan sosial serta konflik terkait pembagian Raskin. Konsekuensi dari pembagian Raskin diluar RTSM ini adalah berkurangnya besaran beras yang diterima oleh tiap rumah tangga. Berdasarkan pedoman umum seharusnya tiap rumah tangga mendapatkan beras sebanyak 15 kg/bulan. Namun di Desa Kwanyar Barat, setiap rumah tangga hanya menerima beras sebanyak 2 kg/bulan. Walaupun terjadi penyimpangan ini, penerima manfaat Raskin tidak mempermasalahkan hal tersebut. Mereka memahami bila beras tersebut harus dibagi rata pada semua rumah tangga sehingga timbul rasa kebersamaan. Temuan menarik lainnya adalah, Raskin di Desa Kwanyar Barat diberikan secara cuma-cuma kepada RTM. Padahal sesuai dengan pedoman umum, harga beras tersebut ditetapkan sebesar Rp. 1.600,-/kg. Pihak desa ternyata melakukan penjualan sebagian beras dan uang hasil penjualan tersebut dipergunakan untuk pembangunan sarana umum. Alasan pihak desa menjual beras adalah ketertarikan RTM membeli beras rendah sehingga dikhawatirkan beras menumpuk di Kantor Desa. Oleh karena itu, pihak desa berinisiatif menjual beras tersebut dan menyisakan sebagian untuk dibagikan secara cuma-cuma bagi RTM. Kurang tertariknya RTM untuk membeli Raskin dikarenakan kualitas beras yang kurang baik. RTM biasanya selalu menjual kembali Raskin yang mereka dapatkan di toko dan membeli beras dengan kualitas yang lebih baik. Sebagian lainnya menggunakan Raskin sebagai bahan campuran dalam memasak nasi dengan beras lain yang mempunyai kualitas lebih baik. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Kehadiran program PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Kwanyar Barat ini disambut masyarakat dengan baik, terutama para nelayan. Masyarakat memiliki sikap yang antusias dan mendukung pelaksanaan program tersebut. Banyak kegiatan yang telah dilaksanakan sehubungan dengan PNPM ini seperti pembangunan fisik yaitu pembuatan tangkis laut dan gedung TK. Sedangkan kegiatan non-fisik yang dilaksanakan adalah kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Pelaksanaan PNPM, utamanya pada saat penyusunan rencana kegiatan sudah melibatkan masyarakat penerima manfaat. Penentuan skala prioritas kegiatan dilaksanakan oleh masyarakat melalui kesepakatan bersama.

Tabel 1. Pelaksanaan PNPM di lapangan No. Pedoman Umum Pelaksanaan di Lapang 1 Berorientasi pada RTM Kurang berpihak pada RTM, pada program SPP terdapat RTS yang mendapatkan pinjaman modal 2 Pertemuan anggota SPP minimal satu kali dama satu bulan 3 Harga Raskin ditetapkan Rp. 1.600,-/kg Gratis 4 Penggunaan dana SPP untuk kegiatan produktif Sumber: Analisis data primer, 2011. Pertemuan anggota SPP jarang dilakukan Terdapat sebagian anggota SPP yang menggunakan pinjaman modal untuk kegiatan konsumtif Evaluasi Program Pengentasan Kemiskinan Uraian yang telah disampaikan di depan mengungkapkan bahwa penyimpangan dalam program penanggulangan kemiskinan seringkali terjadi. Penyimpangan atau ketidaksesuaian dengan pedoman pelaksanaan program terjadi disebabkan oleh karakteristik masyarakat yang berbeda-beda di tiap wilayah. Penyimpangan yang terjadi di Desa Kwanyar Barat lebih tepat jika dianggap sebagai bentuk improvisasi yang dilakukan oleh aparat desa guna menjamin berjalannya program. Jika kita lihat pada Raskin misalnya, penjualan lebih disebabkan oleh kekhawatiran tidak terserapnya Raskin oleh RTM penerima manfaat. Permasalahan yang sering terjadi pada Raskin adalah kualitas beras yang kurang baik. Sebagian besar RTM penerima Raskin tidak mengkonsumsi Raskin, namun menjualnya kembali. Kasus pada daerah pedesaan adalah, sebagian besar RTM merupakan petani sehingga seringkali mereka masih mempunyai simpanan hasil panenan. Kondisi ini menyebabkan RTM enggan membeli Raskin. Berbagai penelitian terkait program penanggulangan kemiskinan di negara berkembang menunjukkan bahwa pembangunan kapasitas kelembagaan pada masyarakat miskin perlu menjadi fokus utama. Selain itu pengawasan pada pelaksanaan program harus dilakukan sebaik-baiknya, sehingga program dapat berjalan dengan tanpa ada penyimpangan (Achegbulu, 2011). Penanggulangan kemiskinan di negara berkembang difokuskan pada dua aspek, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar dan pengembangan kegiatan produktif. Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi pangan, pemukiman, pendidikan dan kesehatan. Sedangkan pengembangan kegiatan produktif ditujukan pada penciptaan lapangan kerja dan keberlanjutan nafkah bagi RTM. Pola pinjaman modal bagi usaha mikro merupakan salah satu upaya yang telah terbukti berhasil berbagai negara (Shill, 2009; Agyapong, 2010; Latif et al, 2011). Keterlibatan perempuan dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan seperti pada PKH dan PNPM merupakan satu langkah yang tepat. Berbagai penelitian telah menunjukkan peran perempuan dalam keberhasilan penanggulangan kemiskinan. Kabir & Huo (2011) menemukan bahwa keterlibatan perempuan di pedesaan dalam usaha kecil menyebabkan peningkatan pendapatan serta partisipasi dalam pengambilan keputusan.

Apabila dilihat dari persepsi RTM terhadap manfaat ketiga program penanggulangan kemiskinan, tampak bahwa ketiga program telah memberikan manfaat bagi RTM. Raskin memberikan manfaat jangka pendek berupa pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu hasil penjualan Raskin dirasakan juga membawa manfaat bagi seluruh penduduk desa berupa pembangunan sarana umum seperti masjid dan perbaikan jalan. Sedangkan untuk PKH dan PNPM, RTM merasakan manfaat dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Manfaat jangka pendek yang dirasakan oleh RTM adalah terpenuhinya kebutuhan biaya pendidikan dan kesehatan sehingga mereka mampu mengalokasikan pendapatannya untuk pemenuhan kebutuhan lain. Secara jangka panjang RTM merasakan manfaat berupa terpenuhinya kebutuhan pendidikan bagi anak mereka sehingga diharapkan dapat memperbaiki taraf hidup dan masa depan anak mereka nantinya. Demikian pula dengan kesehatan anak dan ibu hamil, RTM merasakan manfaat dari PKH ini. PNPM selain menghasilkan pembangunan sarana fisik seperti tangkis laut dan jalan, ibu-ibu juga mendapatkan fasilitas permodalan untuk mengembangkan usaha produktif. KESIMPULAN Program penanggulangan kemiskinan di Desa Kwanyar Barat pada tahun 2011 terdiri dari tiga program, yaitu Raskin, PKH dan PNPM. Pelaksanaan PKH sudah cukup baik dibandingkan dengan Raskin dan PNPM, ini dapat dilihat dari setiap tahapan proses pelaksanaannya yang sesuai dengan pedoman umum PKH. Sedangkan untuk Raskin dan PNPM pelaksanaannya tidak berjalan dengan baik. Terdapat beberapa penyimpangan dalam pelaksanaannya yang tidak sesuai dengan pedoman umum. Secara garis besar penerima manfaat menyatakan bahwa ketiga program penanggulangan kemiskinan membawa manfaat bagi kehidupan mereka. PKH dan PNPM memberi manfaat dalam jangka panjang, sedangkan Raskin hanya memberi manfaat dalam jangka pendek. Rumah tangga miskin merasakan manfaat PKH dan PNPM jauh lebih besar dibandingkan dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada beberapa waktu yang lalu. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Pusat Studi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PS2EKP) atas pembiayaan penelitian ini melalui skema Penelitian Mandiri 2011. Referensi Achegbulu, J.O. 2011. Microfinance and Poverty Reduction: The Nigerian Experience. International Business and Management. 3(1): 220-227. Agyapong, Daniel. Micro, Small and Medium Enterprises Activities, Income Level and Poverty Reduction in Ghana A Synthesis of Related Literature. International Journal of Business and Management. 5(12): 196-205. Ellis, F. 2000. Rural Livelihoods and Diversity in Developing Countries. Oxford: Oxford University Press. Hermanto. 1995. Kemiskinan di Perdesaan; Masalah dan Alternatif Penanggulangannya. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Kabir, M.S. & Huo, Xuexi. 2011. Advancement of Rural Poor Women through Small Entrepreneurship Development: The Case of Bangladesh. International Journal of Business and Management. 6(9): 134-140. Kusnadi. 2002. Nelayan; Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Humaniora Utama Press. Bandung. Latif, A., M.S. Nazar, T. Mehmood, F.M. Shaikh, A.A. Shah. 2011. Sustainability of Micro Credit System in Pakistan and its Impact on Poverty Alleviation. Journal of Sustainable Development. 4(4): 160-165. Shil, N.C. 2010. Micro Finance for Poverty Alleviation: A Commercialized View. International Journal of Economis and Finance. 1(2): 191-205.