BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah tunas bangsa serta generasi penerus bangsa yang menjadi tumpuan harapan yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa Indonesia. Sebagai generasi penerus, kelompok remaja merupakan aset bangsa atau modal utama Sumber Daya Manusia (SDM) bagi pembangunan bangsa di masa yang akan datang. Kelompok remaja yang berkualitas memegang peranan penting dalam mencapai kelangsungan serta keberhasilan tujuan pembangunan nasional, sehingga perlu mendapat perhatian yang serius untuk meningkatkan kualitasnya (Kristina, 2014). Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan BKKBN (2011), jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah sebanyak 237,6 juta jiwa dan 26,67 persen diantaranya adalah remaja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali (2014), jumlah remaja di Bali menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 berdasarkan kelompok usia 10-19 tahun adalah sebesar 611.033 jiwa. Sebanyak 48,3% (295.046 jiwa) diantaranya berjenis kelamin perempuan. Sedangkan jumlah penduduk remaja usia 10-19 tahun di kota Denpasar adalah sebesar 44.054 jiwa dengan 48,09% diantaranya berjenis kelamin perempuan (BKKBN, 2011). Jumlah remaja yang tinggi tentu akan diikuti dengan berbagai masalah yang berhubungan erat dengan remaja (Meilani, dkk, 2014). Remaja khususnya remaja putri merupakan calon ibu yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas SDM di masa yang akan datang. 1
2 Oleh karena itu, perhatian akan keberadaan remaja ini perlu mendapat perhatian yang lebih serius dari pihak yang terkait. Masa remaja atau masa pubertas merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang terjadi pada usia 10-19 tahun yang ditandai dengan perubahan fisik, emosi, dan psikis, serta terjadi pematangan organ reproduksi. Masa ini dicirikan dengan berbagai hal, salah satunya dengan terjadinya menarche pada anak perempuan (Rohan dan Siyoto, 2013). Menarche adalah menstruasi yang dialami pertama kali oleh seorang perempuan. Menarche biasanya terjadi pada usia 10-16 tahun pada seorang remaja putri (Jahja, 2012). Terdapat beberapa gangguan psikologi pada saat menarche, salah satunya kecemasan atau ketakutan terhadap menstruasi. Apabila gangguan ini terus berlanjut dan tidak segera diatasi, maka akan dapat menimbulkan fobia atau hypochondria terhadap menstruasi. Fobia atau hypochondria yang terjadi secara terus menerus akan dapat mempengaruhi beberapa fungsi fisik, seperti hormon seksual, sehingga akan dapat menyebabkan terjadinya retensi pada menstruasi (Lubis, 2013; Kartono, 2006). Apabila seorang remaja putri merasakan gangguan ringan seperti cemas dan takut, namun tidak mendapat penanganan lebih lanjut, dapat mengakibatkan gangguan psikis yang lebih berat bagi remaja itu sendiri. Respati (2011) mengungkapkan terdapat kasus dimana seorang remaja berusia kurang lebih 11 tahun yang dibawa ke tempat pelayanan kesehatan dengan kondisi lemas hampir pingsan dan berdarah-darah. Orang tuanya panik dan tidak tahu apa yang terjadi karena anaknya tidak mampu menjawab pertanyaan orang tuanya. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata remaja tersebut mengalami menarche. Hal ini
3 menunjukkan bahwa informasi yang diberikan oleh orang tuanya terkait menarche masih kurang sehingga remaja putri tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi menarche. Dengan demikian, peranan dukungan orang tua khususnya ibu sangat penting bagi remaja putri. Dari hasil penelitian Utami dan Mulyati (2008), terlihat bahwa dengan adanya dukungan sosial (ibu) yang diterima oleh remaja putri, maka rasa cemas mereka dalam menghadapi menarche dapat berkurang. Hasil penelitian Hartatin, dkk (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial yang diterima anak dengan kesiapan menghadapi menarche. Selain itu, hasil penelitian Ayu, dkk (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan kesiapan menghadapi menarche pada remaja putri. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa dukungan ibu memang penting bagi remaja putri ketika akan mempersiapkan diri dalam menghadapi menarche. Dari data tahunan Puskesmas Denpasar Selatan II tahun 2014, jumlah penduduk remaja di Desa Sanur pada tahun 2014 adalah sebanyak 1.919 jiwa. Jumlah tersebut tersebar di dua desa, diantaranya Desa Sanur Kaja sebanyak 792 jiwa dan Desa Sanur Kauh sebanyak 1.127 jiwa. Persentase jumlah penduduk remaja tersebut adalah sebanyak 8,02% dari total penduduk di Desa Sanur. Desa Sanur merupakan salah satu daerah pariwisata dan perkotaan yang terletak di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Sarwono (2012) menyatakan bahwa dalam sebuah studi di SMP daerah perkotaan dan pedesaan, didapatkan hasil bahwa rata-rata usia menarche di perkotaan lebih cepat jika dibandingkan dengan daerah pedesaan.
4 Dari hasil studi pendahuluan di 6 Sekolah Dasar (SD) di wilayah Desa Sanur, didapatkan data jumlah siswa kelas VI adalah sebanyak 274 orang. Sebanyak 54,3% diantaranya berjenis kelamin perempuan. Siswa kelas VI tersebut rata-rata berusia 11-13 tahun yang tergolong remaja awal. Informasi yang diperoleh dari 15 siswi kelas VI yang belum menarche di salah satu SD di Desa Sanur, ditemukan sebanyak 33% (5 orang) mengatakan belum tahu apa itu menstruasi, 60% (9 orang) mengatakan tidak pernah mendapat dukungan apapun terkait menstruasi dari ibunya, 80% (12 orang) menyatakan cemas dan takut jika mengalami menstruasi, serta 73% (11 orang) menyatakan bahwa menstruasi itu adalah hal yang menakutkan dan memalukan. Berdasarkan atas uraian di atas, diketahui bahwa dukungan ibu terhadap remaja putri di Desa Sanur terkait kesiapan menghadapi menarche masih cukup rendah. Hal ini dapat mempengaruhi psikis dan pandangan remaja putri terhadap menarche, sehingga remaja putri kurang memiliki kesiapan dalam menghadapi menarche. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang gambaran dukungan ibu dan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di Desa Sanur. 1.2 Rumusan Masalah Menarche merupakan pengalaman psikis yang direspon dengan berbagai reaksi psikis oleh remaja putri. Dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi menarche, dukungan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan anak. Siswi kelas VI SD di wilayah Desa Sanur merupakan anak usia sekolah yang sudah memasuki fase remaja, namun masih banyak dari mereka yang menyatakan
5 ketidaksiapan dalam menghadapi menarche. Berdasarkan data di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran dukungan ibu dan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di Desa Sanur? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui gambaran dukungan ibu dan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di Desa Sanur. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui gambaran dukungan ibu terhadap remaja putri mengenai kesiapan menghadapi menarche 2. Mengetahui gambaran kesiapan remaja putri menghadapi menarche 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kajian untuk penelitian selanjutnya terkait dengan remaja dan kesiapan menarche. 1.4.2 Manfaat praktis 1 Bagi institusi Sebagai informasi yang dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche.
6 2 Bagi wilayah penelitian Sebagai bahan pertimbangan, masukan, dan informasi yang digunakan untuk melakukan kajian terhadap masalah kesehatan reproduksi remaja, melalui edukasi atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi sehingga para ibu memberikan dukungan terhadap putrinya, serta remaja putri lebih siap menghadapi menarche. 3 Bagi responden Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam upaya meningkatkan dukungan ibu serta meningkatkan kesiapan remaja putri menghadapi menarche. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah kesehatan reproduksi remaja, yaitu mengetahui gambaran dukungan ibu dan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di Desa Sanur.