Edisi 2 ROADMAP DEPTAN.indb 1 2/15/2013 7:35:34 PM

dokumen-dokumen yang mirip
DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

BAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun , yang bertujuan untuk

5 / 7

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan Pangan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), pp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

UPAYA OPTIMALISASI PANGAN BERBASIS TEPUNG NONBERAS SEBAGAI PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN CILACAP

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

POLA KONSUMSI PANGAN POKOK DI BEBERAPA PROPINSI DI INDONESIA

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI E

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizinya (BKP, 2013). Menurut Suhardjo dalam Yudaningrum (2011), konsumsi

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. serealia, umbi-umbian, dan buah-buahan (Kementan RI, 2012). keunggulan yang sangat penting sebagai salah satu pilar pembangunan dalam

PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

I. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai

BERAS ANALOG SEBAGAI VEHICLE PENGANEKARAGAMAN PANGAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN ORASI ILMIAH ORASI ILMIAH. Prof. Dr. Ir.

KONSUMSI DAN KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN RUMAHTANGGA PERDESAAN DI INDONESIA: Analisis Data SUSENAS 1999, 2002, dan 2005 oleh Ening Ariningsih

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

Transkripsi:

Edisi 2 ROADMAP DEPTAN.indb 1 2/15/2013 7:35:34 PM

Undang-Undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Ketahanan pangan adalah suatu kondisi dimana setiap individu dan rumahtangga memiliki akses secara fisik, ekonomi, dan ketersediaan pangan yang cukup, aman, serta bergizi untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan seleranya bagi kehidupan yang aktif dan sehat. Penerbit: Kementerian Pertanian Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jl. Harsono RM No.3, Ragunan-Jakarta 12550, INDONESIA ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI Tahun 2012 Foto: Dokumentasi Badan Ketahanan Pangan Desain: Penebar Art ROADMAP DEPTAN.indb 2 2/15/2013 7:35:34 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 DAFTAR ISI Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [3] ROADMAP DEPTAN.indb 3 2/15/2013 7:35:34 PM

{4} PENEBAR SWADAYA ROADMAP DEPTAN.indb 4 2/15/2013 7:35:34 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 DAFTAR Tabel DAFTAR Gambar Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [5] ROADMAP DEPTAN.indb 5 2/15/2013 7:35:34 PM

DAFTAR Lampiran [6] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 6 2/15/2013 7:35:34 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [7] ROADMAP DEPTAN.indb 7 2/15/2013 7:35:34 PM

Sambutan Menteri Pertanian RI Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Buku Roadmap Diversifikasi Pangan 2011-2015 ini disusun sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan percepatan diversifikasi atau penganekaragaman konsumsi pangan. Diversifikasi pangan merupakan salah satu prioritas dari empat target sukses pertanian, karena itu program atau gerakan percepatan diversifikasi konsumsi pangan harus dilaksanakan secara terstruktur dan terukur, dengan kegiatan, sasaran, dan ukuran kinerja yang jelas. Roadmap ini merupakan penjabaran dari Peraturan Presiden (Perpres) No. 22 Tahun 2009. Dalam Perpres tersebut disebutkan dua sasaran dari upaya diversifikasi pangan yaitu: (1) memasyarakatkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman, serta, (2) mengurangi konsumsi beras/ kapita 1,5% per tahun. Saya meyakini bahwa program diversifikasi konsumsi pangan ini hanya akan berhasil apabila semua pemangku kepentingan aktif mendukung pelaksanaan program ini. Perjalanan panjang upaya pelaksanaan diversifikasi pangan di Indonesia telah mengalami pasang surut dari masa ke masa. Namun demikian, upaya tersebut sampai saat ini belum memperlihatkan hasil yang memuaskan, bahkan konsumsi makanan pokok masyarakat Indonesia masih tetap bertumpu pada beras, dan [8] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 8 2/15/2013 7:35:35 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 yang cukup merisaukan secara perlahan beralih ke makanan yang bahan bakunya tidak diproduksi di Indonesia pada saat ini, yaitu terigu. Di sisi lain sebenarnya banyak tersedia makanan sumber karbohidrat berasal dari pangan lokal seperti ubi-ubian (singkong, ubi jalar, talas, ganyong), sukun, jagung dan pisang. Makanan-makanan sumber karbohidrat tersebut posisinya di masyarakat dianggap kurang bergengsi dibandingkan dengan nasi, sehingga muncul pameo kalau belum makan nasi dianggap belum makan. Kita akan terus berupaya mengubah sikap masyarakat tersebut, agar di masa datang lebih berminat untuk mengonsumsi makanan sumber karbohidrat dari bahan baku lokal. Untuk itu, tentunya makanan tersebut harus beragam, bergizi seimbang serta aman dikonsumsi untuk mendukung seseorang hidup sehat, aktif, dan produktif. Untuk mencapai hal tersebut, kegiatan utama diversifikasi pangan pada dasarnya berupa: (1) promosi dan sosialisasi pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman, (2) pemanfaatan lahan pekarangan dengan pola pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), dan pengembangan olahan pangan berbasis pangan lokal. Saya berharap buku ini dapat dijadikan acuan oleh seluruh pemangku kepentingan dalam implementasi kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Menteri Pertanian RI Suswono Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [9] ROADMAP DEPTAN.indb 9 2/15/2013 7:35:35 PM

Kata Pengantar Diversifikasi atau penganekaragaman pangan merupakan salah satu kunci sukses pembangunan pertanian sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014. Upaya peningkatan diversifikasi pangan dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang, dan menghindari ketergantungan pada 1 jenis pangan pangan pokok seperti beras. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati kedua terbesar, dengan 77 spesies tanaman sumber karbohidrat seperti serealia (jagung, sorghum, hotong, jali, jawawut dll), ubi-ubian (singkong, ubi jalar, talas, sagu, ganyong, garut, gembili, gadung dll), dan buah (sukun, pisang, labu kuning, buah bakau, dll). Pangan sumber karbohidrat tersebut tersedia dan tumbuh subur di seluruh Indonesia, dan secara tradisional dikonsumsi sebagai pangan pokok maupun kudapan. Dengan kecenderungan bergesernya budaya makan masyarakat ke arah makanan instan, maka ketersediaan pangan lokal harus diupayakan mengikuti trend permintaan konsumen dan tersedia di pasar serta mudah dijangkau secara fisik maupun ekonomi (murah). Tujuan yang diinginkan adalah meningkatkan [10] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 10 2/15/2013 7:35:35 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 kualitas konsumsi pangan masyarakat ke arah pangan yang beragam dan bergizi seimbang serta aman, berbasis sumberdaya lokal, untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Upaya peningkatan diversifikasi pangan memerlukan dukungan dan sinergi kegiatan lintas sektor serta peran aktif para pemangku kepentingan termasuk pembuat kebijakan, pelaku usaha, peneliti dan para pihak yang peduli terhadap ketahanan pangan berbasis sumberdaya lokal dan pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pada akhirnya saya mengharapkan dukungan dari semua stakeholder terkait untuk secara bersama-sama menyukseskan upaya peningkatan diversifikasi pangan dengan mengutamakan pangan-pangan lokal sumber karbohidrat, sumber protein, sumber vitamin dan mineral yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Achmad Suryana Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [11] ROADMAP DEPTAN.indb 11 2/15/2013 7:35:35 PM

Ringkasan eksekutif Tingginya dominasi beras dalam pola konsumsi pangan penduduk Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu penyebab masih rendahnya kualitas konsumsi pangan nasional, yang belum beragam dan bergizi seimbang yang diindikasikan oleh skor Pola Pangan Harapan. Kontribusi beras dalam konsumsi kelompok padi-padian sebesar 996 kkal/kap/hari atau mencapai 80.6 persen terhadap total energi padipadian (1.236 kkal/kap/hr) pada tahun 2011. Beras sebagai pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, tidak hanya telah membudaya dalam pola konsumsi pangan masyarakat namun juga dianggap memiliki citra pangan yang lebih baik dari sisi sosial. Sementara komoditi sumber karbohidrat lainnya yang biasa dikonsumsi sebagian masyarakat di masa lampau, saat ini semakin tergeser sejalan dengan perkembangan ekonomi dan teknologi serta sebagai ekses dari kebijakan pemerintah berupa program penyaluran beras bagi keluarga miskin atau RASKIN. Sementara keberagaman jenis pangan dan keseimbangan gizi dalam pola konsumsi pangan dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Dengan memperhatikan pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia yang masih belum sesuai harapan tersebut, maka penganekaragaman konsumsi pangan [12] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 12 2/15/2013 7:35:35 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 atau diversifikasi konsumsi pangan menjadi penting untuk dilaksanakan guna menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing. Untuk mencapai kualitas konsumsi pangan yang lebih baik, perlu ditingkatkan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, buah/biji berminyak, gula serta sayur dan buah atau dikenal sebagai penganekaragaman konsumsi secara horizontal. Selain itu, peningkatan kualitas konsumsi pangan juga dapat dicapai melalui penganekaragaman vertikal yaitu konsumsi aneka ragam jenis pangan sumber karbohidrat dan olahannya (jenis padi-padian: jagung dan olahannya, hotong, sorghum, biji jali, dan jenis padi-padian lainnya), aneka pangan sumber protein dan olahannya (aneka pangan hewani dan aneka kacang-kacangan), serta aneka pangan sumber vitamin dan olahannya (beragam jenis sayur dan buah-buahan). Dengan demikian, peningkatan konsumsi kelompok pangan sumber tenaga, pembangun dan pengatur perlu diiringi dengan penurunan konsumsi beras. Upaya penganekaragaman konsumsi pangan harus berbasis sumber pangan setempat atau khas daerah. Hal ini agar diartikan bahwa pengurangan konsumsi beras tidak dapat digantikan dengan konsumsi gandum/terigu yang hampir seluruhnya diimpor. Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, bahwa upaya penganekaragaman konsumsi pangan harus berbasis sumber pangan setempat atau khas daerah. Hal ini agar diartikan bahwa pengurangan konsumsi beras tidak dapat digantikan dengan konsumsi gandum/ terigu yang hampir seluruhnya diimpor. Sementara konsumsi umbi-umbian bukan hanya sebagai pangan pilihan pengganti padi-padian namun juga sebagai pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [13] ROADMAP DEPTAN.indb 13 2/15/2013 7:35:35 PM

berpati (starchy foods) yang banyak mengandung serat dan dibutuhkan tubuh untuk dikonsumsi setiap hari, seperti sagu, ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang, labu kuning, dan sukun. Upaya diversiifikasi konsumsi pangan tentunya akan menghadapi berbagai tantangan seperti laju pertumbuhan penduduk yang harus disertai dengan ketersediaan pangan yang memenuhi gizi. Dari aspek psikologis, modernisasi dalam kehidupan masyarakat tanpa disadari menggerus pola konsumsi masyarakat dari mengonsumsi pangan lokal kepada pangan yang instan. Situasi pergeseran pola konsumsi pangan masyarakat ini disebabkan oleh banyak hal seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan masih aman. Sebagian masyarakat masih memiliki prinsip asal kenyang. Di sisi lain, untuk mempercepat proses adaptasi masyarakat kembali kepada pangan lokal diperlukan pengembangan teknologi tepat guna baik untuk memproduksi maupun mengolah bahan pangan terutama pangan lokal non beras. Melalui teknologi tepat guna dapat ditingkatkan nilai tambah dan nilai sosial dari pangan lokal selain beras. Saat ini ketersediaan dan akses terhadap teknologi semacam itu diindikasikan relatif rendah. Dengan semakin disadarinya bahwa diversifikasi konsumsi pangan merupakan suatu tuntutan yang penting untuk dilaksanakan melalui suatu gerakan percepatan diversifikasi konsumsi pangan secara terkoordinasi dan sinergi antar kebijakan di tingkat pusat lintas sektor dan daerah serta dukungan partisipasi aktif pihak swasta dan masyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan sesuai kewenangan masing-masing namun saling mendukung, termasuk pengembangan program-program percepatan pengurangan kemiskinan. Berbagai kegiatan pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan dalam rangka percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Kegiatan promosi/kampanye dilakukan melalui iklan layanan masyarakat, poster, baliho, leaflet, komik dan lainlain. Hampir semua provinsi dan kabupaten/kota telah mengeluarkan aturan/ [14] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 14 2/15/2013 7:35:35 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 edaran tentang upaya penganekaragaman konsumsi berbasis sumber daya lokal. Pengenalan masyarakat terhadap menu pilihan pengganti beras dan terigu baik sebagai pangan pokok maupun kudapan, dilakukan dengan melibatkan para ahli teknologi pangan dari perguruan tinggi dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Di samping itu upaya peningkatan kualitas konsumsi pangan dilakukan melalui upaya pemberdayaan kelompok wanita untuk mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan dengan menanam sayur dan buah serta budidaya ternak kecil melalui pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Sawut Singkong Kuning Lengkap Mie Ubi Pelangi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [15] ROADMAP DEPTAN.indb 15 2/15/2013 7:35:35 PM

Keladi Isi Ubi Ungu Nasi Bingu Jagung Lengkap Kentang Golong Lengkap [16] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 16 2/15/2013 7:35:35 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 Nasi Jagung Campur Nasi Keribang Jali Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [17] ROADMAP DEPTAN.indb 17 2/15/2013 7:35:35 PM

pendahuluan 1 A. Latar Belakang Membangun ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ketahanan pangan dimaksud adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut, salah satu kunci sukses Kementerian Pertanian adalah peningkatan diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok tertentu. Hal ini didasari oleh pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia yang masih belum beragam, bergizi seimbang, dan aman serta masih didominasi oleh beras. Kontribusi beras dalam konsumsi kelompok padi-padian sebesar 996 kkal/kap/ hari atau mencapai 80,6 persen terhadap total energi padi-padian (1.236 kkal/ kap/hr) pada tahun 2011. Di samping itu, rendahnya konsumsi pangan hewani, sayuran, buah dan aneka kacang menyebabkan kualitas konsumsi pangan masyarakat masih rendah yang diindikasikan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) 77,3 tahun 2011 atau masih di bawah PPH yang ideal sebesar 100. Keberagaman jenis pangan dan keseimbangan gizi dalam pola konsumsi pangan dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal. [18] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 18 2/15/2013 7:35:35 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 Penganekaragaman konsumsi pangan atau diversifikasi pangan harus dilaksanakan guna menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing. Data Human Development Reports UNDP (United Nations Development Programme) tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2011, mengindikasikan bahwa Indonesia dikategorikan ke dalam Medium Human Development dan menduduki peringkat 124 dari 187 negara, sementara Singapura peringkat 26, Brunei Darussalam peringkat 33, Malaysia peringkat 61, Thailand peringkat 103 dan Vietnam peringkat 128. Selain itu, masih banyak tantangan yang akan dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan pangan di masa mendatang, baik secara nasional, regional bahkan internasional, seperti laju pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi di berbagai belahan dunia, serta isu perubahan iklim. Sementara, sumber daya alam (lahan dan air) semakin terbatas, sebagai akibat dari konversi lahan pertanian ke non pertanian, meluasnya wilayah gurun atau penggurunan (desertification), serta konversi bahan pangan menjadi bahan bakar. Meroketnya harga pangan dunia pada tahun 2007 dan 2008 merupakan satu contoh nyata dari distorsi terhadap keseimbangan antara pasokan dan permintaan pangan dunia. Oleh karena itu, berbagai upaya (dari sisi pasokan dan permintaan) perlu dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan itu, salah satunya adalah optimalisasi pemanfaatan sumber hayati (nabati dan hewani) yang tersedia melalui peningkatan teknologi mulai dari budidaya, penanganan pasca panen hingga pendistribusian serta penumbuhan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi pangan lokal Perkembangan Pola Konsumsi Pangan Pokok Tahun 1954 : Tahun 1987: Tahun 1999: Tahun 2010: Pola konsumsi pangan pokok yaitu konsumsi beras mencapai 53,5%, sedangkan konsumsi ubi kayu (22,26%), jagung (18,9%) dan kentang (4,99%). Pola konsumsi pangan pokok sudah bergeser luar biasa yaitu konsumsi beras menjadi 81,1%, sedangkan konsumsi ubi kayu 10,02% dan jagung 7,82%. Perubahan pola konsumsi pangan pokok berlanjut, yaitu konsumsi jagung hanya sebesar 3,1% dan ubi kayu 8,83% Pangsa non beras (ubi kayu, jagung dan kentang) dalam pola konsumsi pangan pokok hampir tidak ada dan digantikan oleh konsumsi terigu naik 500% menjadi 10.92 kg/ kap/tahun (dalam kurun waktu 30 tahun). Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [19] ROADMAP DEPTAN.indb 19 2/15/2013 7:35:35 PM

yang mampu berkontribusi terhadap pola makan yang beragam dan bergizi seimbang, sekaligus dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok tertentu. Peran industri dan swasta dalam pengembangan pangan lokal untuk mendukung diversifikasi pangan masih harus ditingkatkan. Pada umumnya industri yang bergerak di bidang pangan masih mengandalkan terigu sebagai bahan baku utama meskipun sudah dikembangkan tepung pengganti terigu yang berbasis sumber daya lokal seperti ubi kayu, dan banyak sumber karbohidrat dari jenis Perkembangan Kebijakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Tahun 1960 Tahun 1969 Tahun 1974 Tahun 1993-1998 Tahun 1989 Tahun 1996 Tahun 2002 Tahun 2009 Tahun 2009 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2010 Tahun 2010 Tahun 2012 Program Perbaikan Menu Makanan Rakyat Pemerintah mempopulerkan slogan Pangan Bukan Hanya Beras dengan tujuan untuk memanfaatkan bahan pangan lokal, maka diperkenalkan Beras Tekad dari singkong untuk mengganti beras. Pencanangan kebijakan diversifikasi pangan (INPRES Nomor 14 Tahun 1974) tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat disempurnakan dengan Inpres Nomor 20 Tahun 1979 tentang Menganekaragamkan Jenis Pangan dan Meningkatkan Mutu Gizi Makanan Rakyat. Program Diversifikasi Pangan dan Gizi dilaksanakan oleh Departemen Pertanian. Dibentuk Kantor Menteri Negara Urusan Pangan dengan Program Aku Cinta Makanan Indonesia. Undang-undang No. 7 Tentang Pangan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tentang Ketahanan Pangan Peraturan Presiden RI No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber daya Lokal. Peraturan Menteri Pertanian No. 43/Permentan/ OT.140/10/2009, Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Undang-Undang No. 18 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan Peraturan Menteri Pertanian No.65/Permentan/ OT.140/12/2010 tentang SPM Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang Pembangunan yang berkeadilan Kementerian PPN/Bappenas bertanggung jawab dalam Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015 Pemerintah Provinsi melalui Gubernur diinstruksikan untuk menyusun Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (atau disingkat RAD-PG) pada Tahun 2011 Undang-Undang No. 13 tentang Hortikultura Undang-Undang No.18 tentang Pangan [20] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 20 2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 umbi-umbian termasuk sagu dapat dijadikan bahan pangan pokok masyarakat kedepan. Berkembangnya teknologi pangan dan inovasi-inovasi yang telah dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan perguruan tinggi telah banyak menghasilkan paket teknologi pangan yang berbasis kearifan lokal, menjadi produk pangan yang dapat dikomersilkan. Hal tersebut juga diungkapkan Presiden pada Konferensi Dewan Ketahanan Pangan tahun 2012 dan Sidang Kabinet Terbatas dalam Safari Ramadhan Bidang Pangan di Kementerian Pertanian yang mengamanatkan perlunya koordinasi dan sinergi kegiatan penelitian dan pengembangan pengolahan pangan dengan sektor industri, agar penelitian dapat dirasakan masyarakat khususnya dalam mendukung program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang selama ini belum masuk dalam mainstream pembangunan industri pangan Indonesia, sehingga perlu dilaksanakan kegiatan kerjasama antara pemerintah dan swasta dalam pengembangan diversifikasi pangan. Efektivitas pangan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan akan tercapai apabila didukung dan berjalan seiring dengan pengembangan bisnis pangan dan industri pangan lokal. Kondisi ini menuntut komitmen yang tinggi dari Manfaat terciptanya budaya makan dengan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman: VV VV VV VV VV Meningkatnya citra pangan lokal Turut menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan Turut menciptakan kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan Turut menyumbang pada ketahanan pangan global (dengan menjadi negara pengekspor beras) Meningkatkan kualitas hidup sehat, aktif dan produktif berbagai pihak serta memerlukan rencana bisnis dan industri aneka ragam pangan yang komprehensif. Rencana bisnis dan industri aneka ragam pangan tersebut perlu dikembangkan untuk pemantapan pelaksanaan penganekaragaman konsumsi pangan di berbagai daerah. Dalam rencana tersebut, diperlukan komitmen yang kuat dari para pelaku usaha baik di Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [21] ROADMAP DEPTAN.indb 21 2/15/2013 7:35:36 PM

Mengapa Penganekaragaman Pangan Penting VV VV VV VV VV Pola konsumsi pangan masyarakat belum beragam, bergizi seimbang, dan aman, serta masih didominasi oleh beras dan terigu. Pemanfaatan pangan lokal khususnya sumber karbohidrat belum optimal. Total permintaan kebutuhan beras terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang masih tinggi (1,49%/tahun). Semakin nyata dampak perubahan iklim global yang dapat mempengaruhi kapasitas produksi pangan domestik dan global. Percepatan peningkatan status gizi perlu segera dilakukan, karena sifat masalah gizi yang jelas terlihat masih cukup berat. tingkat nasional maupun daerah untuk menyukseskan pengembangan industri aneka ragam pangan berbasis sumber daya lokal. Dampak Perubahan Iklim Global Saat ini dunia sedang menghadapi tantangan yang berat dalam pembangunan dengan adanya krisis global ditambah dengan isu perubahan iklim yang semakin dirasakan. Menurut data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang atau 11,96 persen, berkurang 890 ribu orang atau 0,53 persen dibanding dengan penduduk miskin pada bulan yang sama tahun 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Patut diwaspadai perubahan iklim dapat meyebabkan meningkatnya kerentanan masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan dan tidak memiliki kapasitas cukup dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Adanya perubahan iklim global tersebut memberikan dampak pada penurunan kapasitas produksi pangan. Di satu sisi sebagian besar negara produsen justru cenderung mengamankan produksi pangannya untuk memenuhi kebutuhan dan cadangan pangan domestik. Untuk itu perlu ada upaya yang dilakukan, [22] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 22 2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 salah satunya melalui gerakan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal sebagaimana dituangkan di dalam buku Roadmap ini. Roadmap Diversifikasi Pangan tahun 2011 2015 menginformasikan situasi pola konsumsi pangan saat ini baik di tingkat nasional maupun wilayah, tantangan dan peluang, kebijakan, strategi dan pelaksanaan program diversifikasi pangan, keterlibatan swasta dan pemangku kepentingan dalam menyukseskan program diversikasi pangan. B. Maksud dan Tujuan Roadmap Diversifikasi Pangan tahun 2011 2015 ini merupakan acuan bagi pemangku kepentingan dalam upaya meningkatkan diversifikasi pangan secara lebih terintegrasi, sinergis, efektif, dan efisien untuk meningkatkan keragaman dan kualitas konsumsi pangan masyarakat Indonesia. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan VV VV VV VV VV Dari sisi konsumsi merupakan upaya membudayakan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk mendukung hidup sehat, aktif, dan produktif; Dari sisi pengembangan bisnis pangan memberi dorongan dan insentif pada rantai bisnis pangan yang lebih beragam dan aman yang berbasis sumber daya lokal; Pada sisi produksi mendorong pengembangan berbagai ragam produksi pangan, dan menumbuhkan beragam usaha pengolahan pangan (rumah tangga, UMKM, swasta); Dari sisi kemandirian pangan akan dapat mengurangi ketergantungan nasional terhadap pangan impor, dan secara mikro mengurangi ketergantungan konsumen pada satu jenis pangan tertentu, serta mendorong setiap wilayah untuk mengoptimalkan potensi sumber daya pangan setempat dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk; Dari sisi swasembada akan lebih menjamin dicapainya swasembada pangan berbasis potensi sumber daya lokal secara berkelanjutan. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [23] ROADMAP DEPTAN.indb 23 2/15/2013 7:35:36 PM

Kondisi Pola & konsumsi Pangan Saat ini 2 A. Kondisi Umum 1. Kondisi Gizi Masyarakat Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, secara nasional prevalensi kurang gizi pada balita (berat badan menurut umur) sebesar 17,9 persen, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 sebesar 18,4 persen. Hal yang sama terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen pada tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010 dan prevalensi pendek pada balita adalah 35,6 persen tahun 2010, menurun dari 36,7 persen pada tahun 2007. Penurunan juga terjadi pada prevalensi anak kurus, dimana prevalensi balita sangat kurus menurun dari 13,6 persen tahun 2007 menjadi 13,3 persen tahun 2010. Gambar 1. Status Gizi Balita di Indonesia [24] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 24 2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 Walaupun secara nasional terjadi penurunan prevalensi masalah gizi pada balita, tetapi masih terdapat kesenjangan antar provinsi. Terdapat 18 provinsi yang memiliki prevalensi gizi kurang dan buruk diatas prevalensi nasional. Untuk prevalensi pendek pada balita masih ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi diatas prevalensi nasional, dan untuk prevalensi anak kurus teridentifikasi 19 provinsi yang memiliki prevalensi di atas prevalensi nasional. Sumber: Riskesdas, 2010. Gambar 2. Prevalensi Balita Gizi Kurang di Indonesia Tahun 2010 Disamping itu, data yang tercantum dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) juga menggambarkan kondisi yang beragam antar provinsi berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 dan data proporsi penduduk sangat rawan pangan yang bersumber dari Susenas 2009. Kondisi ini merupakan dasar pertimbangan dalam menyusun perencanaan khususnya terkait dengan intervensi pemerintah yang diperlukan dalam mengatasi permasalahan pangan dan gizi di provinsi bersangkutan. Stratifikasi Provinsi Berdasarkan Tingkat Prevalensi Anak Balita Pendek dan Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan dapat dilihat pada matriks berikut. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [25] ROADMAP DEPTAN.indb 25 2/15/2013 7:35:36 PM

Tabel 1. Stratifikasi Provinsi Berdasarkan Tingkat Prevalensi Anak Balita Pendek dan Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan Status Persentase Pendek pada Anak Balita 32 persen Persentase Pendek pada Anak Balita > 32 persen Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan 14,47 persen Strata 1 Kepulauan Riau, Bengkulu, dan Bali. Strata 3 Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Banten, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan > 14,47 persen Strata 2 Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Timur, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Papua. Strata 4 Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimatan Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua Barat. Sumber : - Data anak balita yang pendek berasal dari Riskesdas 2010 - Data proporsi penduduk sangat rawan pangan berasal dari Susenas 2009 Catatan : Kondisi sangat rawan pangan adalah tingkat konsumsi energi rata-rata dibawah 1400 kkal/kap/hari. [26] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 26 2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 2. Situasi Konsumsi Pangan Masyarakat a. Situasi Konsumsi Pangan Nasional Kondisi pola konsumsi pangan masyarakat dapat bergeser dengan cukup dinamis, dipengaruhi oleh banyak hal seperti kondisi sosial, budaya dan ekonomi, preferensi dan ketersediaan. Namun sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden No.22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, bahwa upaya penganekaragaman konsumsi pangan harus berbasis sumber pangan setempat atau pangan lokal. Pengurangan konsumsi beras juga harus disertai dengan pengurangan konsumsi gandum/terigu yang seluruhnya diimpor. Konsumsi beras sebagai sumber karbohidrat dapat disubsitusi dengan karbohidrat lain yang biasa dikonsumsi masyarakat berdasarkan kearifan lokal antara lain: jagung, sorghum, hotong, jali, sagu, ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang, labu kuning, dan sukun. Perbandingan komposisi capaian pola pangan harapan berdasarkan data Susenas tahun 2011 dengan PPH, dapat dilihat pada Gambar 3 berikut : Gambar 3. Pangsa Kelompok Pangan Terhadap Pencapaian Skor PPH pada Tahun 2011 dan PPH Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [27] ROADMAP DEPTAN.indb 27 2/15/2013 7:35:36 PM

Penghitungan skor Pola Pangan Harapan (PPH) didasarkan pada triguna makanan sesuai diagram di bawah ini. Perkembangan situasi konsumsi pangan pada tahun 2011 secara kuantitas dan kualitas belum memenuhi kondisi konsumsi energi menurut PPH untuk memenuhi kecukupan energi sebesar 2.000 kkal/kapita/hari. Perincian realisasi kontribusi energi (pangan) penduduk Indonesia tahun 2011 diuraikan pada Tabel 2. Berdasarkan komposisinya, pangan yang dikonsumsi penduduk Indonesia masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan. Untuk mencapai kualitas konsumsi pangan yang lebih baik, maka di tahun mendatang harus ditingkatkan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, buah/ biji berminyak, serta sayur dan buah (penganekaragaman konsumsi secara horizontal) pada proporsi yang direkomendasikan oleh PPH. Peningkatan kualitas konsumsi pangan juga dapat dicapai melalui penganekaragaman vertikal yaitu konsumsi aneka ragam jenis pangan sumber karbohidrat dan olahannya (jenis padi-padian: jagung dan olahannya, hotong, sorghum, biji jali, dan jenis padipadian lainnya), aneka pangan sumber protein dan olahannya (aneka pangan hewani dan aneka kacang-kacangan), serta aneka pangan sumber vitamin dan olahannya (beragam jenis sayur dan buah-buahan). [28] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 28 2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 Tabel 2. Kualitas Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Berdasarkan PPH No Kelompok Pangan Gram Konsumsi Th. 2011 Energi % AKG Skor PPH Gram Energi PPH % AKG Skor PPH 1. Padi-padian 315,9 1.236 61,8 25,0 275 1.000 50,0 25,0 2. Umbi-umbian 40,0 53 2,6 1,3 100 120 6,0 2,5 3. Pangan hewani 95,9 168 8,4 16,8 150 240 12,0 24,0 4. Minyak dan lemak 22,8 204 10,2 5,0 20 200 10,0 5,0 5. Buah/biji berminyak 6,0 33 1,6 0,8 10 60 3,0 1,0 6. Kacang-kacangan 22,7 56 2,8 5,6 35 100 5,0 10,0 7. Gula 22,2 81 4,1 2,0 30 100 5,0 2,5 8. Sayur dan buah 197,3 83 4,2 20,8 250 120 6,0 30,0 9. Lain-lain 61,2 39 1,9 - - 60 3,0 - Total 1.952 97,6 2.000 100,0 Skor PPH 77,3 100 Sumber : Susenas 2011 Triwulan I; BPS diolah Pusat PKKP BKP Keterangan : Angka Kecukupan Energi 2000 kkal/kap/hari (Widya Karya Pangan dan Gizi VIII, 2004) - Energi : Dalam kkal - Gram : Untuk berat jenis pangan menurut kelompok - AKG : Angka Kecukupan Gizi Konsumsi jagung dalam kelompok padi-padian masih rendah dibanding konsumsi jenis padi-padian lain (beras dan terigu). Begitu juga dengan konsumsi jenis umbi-umbian terutama sagu dan jenis umbi lainnya masih rendah. Konsumsi pangan sumber protein hewani lebih banyak bersumber dari ikan, daging unggas dan telur. Kacang kedelai memiliki proporsi konsumsi yang lebih tinggi sebagai sumber protein nabati utama dalam pola konsumsi pangan penduduk selama tahun 2011. Komoditas minyak sawit dan kelapa merupakan jenis pangan dari kelompok minyak/lemak serta buah/biji berminyak yang memiliki proporsi konsumsi cukup besar dalam sumbangan energi pola konsumsi penduduk nasional. Gambaran konsumsi ini menunjukkan bahwa konsumsi penduduk Indonesia masih didominasi pangan sumber energi (serealia, minyak/lemak, dan buah/biji berminyak), dan masih kurang konsumsi pangan sumber vitamin mineral, serta kurang konsumsi buah-buahan (Tabel 3). Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [29] ROADMAP DEPTAN.indb 29 2/15/2013 7:35:36 PM

Tabel 3. Konsumsi Berdasarkan Kelompok Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2011 Kelompok Bahan Pangan Konsumsi Tahun 2011 Energi (kkal/ kap/hari) gram/kap/hari kg/kap/thn I. Padi-padian 1236 a. Beras 996 281,7 102,8 b. Jagung 12 4,3 1,6 c. Terigu 228 29,9 10,9 II. Umbi-umbian 53 a. Singkong 33 27,6 10,1 b. Ubi jalar 10 8,1 3,0 c. Kentang 2 4,3 1,6 d. Sagu 4 1,3 0,5 e. Umbi lainnya 2 1,8 0,7 III. Pangan Hewani 168 a. Daging ruminansia 15 5,5 2,0 b. Daging unggas 39 13,0 4,8 c. Telur 27 19,6 7,1 d. Susu 29 5,7 2,1 e. Ikan 57 52,0 19,0 IV. Minyak dan Lemak 204 a. Minyak kelapa 36 4,1 1,5 b. Minyak sawit 163 18,1 6,6 c. Minyak lainnya 5 0,6 0,2 V. Buah/biji berminyak 33 a. Kelapa 27 5,1 1,9 b. Kemiri 6 0,9 0,3 VI. Kacang-kacangan 56 a. Kedelai 47 20,7 7,6 b. Kacang tanah 6 0,9 0,3 c. Kacang hijau 2 0,8 0,3 d. Kacang lain 1 0,3 0,1 VII.Gula 81 a. Gula pasir 74 20,2 7,4 b. Gula merah 7 2,0 0,7 VIII. Sayuran dan buah 83 a. Sayur 44 133,7 48,8 b. Buah 39 63,6 23,2 IX. Lain-lain 39 a. Minuman 29 49,9 18,2 b. Bumbu-bumbuan 10 11,3 4,1 Sumber: Susenas 2011 triwulan I, BPS diolah BKP [30] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 30 2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 b. Situasi Konsumsi Pangan Wilayah Seperti halnya kondisi nasional, situasi konsumsi di beberapa provinsi juga belum mencapai keberagaman dan keseimbangan, hal ini dilihat dari skor mutu pangan (skor Pola Pangan Harapan) yang masih jauh di bawah ideal. Berdasarkan hasil olah data Susenas-BPS tahun 2011, skor mutu pangan tertinggi sebesar 86,8 dicapai oleh Provinsi Bali, dan skor mutu pangan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 69,6 pada tahun 2011 (Gambar 4). Umumnya hampir seluruh provinsi belum memiliki pola konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Hanya sembilan provinsi yang mampu mencapai skor mutu pangan diatas 80. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan beragam, dan bergizi seimbang belum menjadi pola konsumsi pangan penduduk rata-rata nasional. Konsumsi pangan penduduk masih didominasi oleh sumber karbohidrat terutama padi-padian yaitu proporsi beras menempati porsi yang besar dalam menu makanan sebagian besar penduduk provinsi secara nasional. Tabel 4. Pembagian Kelompok Wilayah Berdasarkan Skor PPH dan Tingkat Konsumsi Beras Tahun 2011 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [31] ROADMAP DEPTAN.indb 31 2/15/2013 7:35:36 PM

Konsumsi di beberapa sentra produksi cenderung memiliki kualitas konsumsi pangan penduduk yang rendah yaitu seperti di Provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan NTB memiliki skor mutu pangan dibawah skor PPH sebesar 77. Hal ini menggambarkan bahwa ketersediaan pangan yang memadai di suatu wilayah belum menjamin konsumsi pangan yang berkualitas, karena pola konsumsi pangan sangat erat kaitannya dengan pola perilaku, pengetahuan gizi, preferensi, maupun budaya makan penduduk. (Sumber: Susenas 2011 Triwulan I, BPS diolah BKP) Gambar 4. Capaian Skor PPH per Provinsi Tahun 2011 [32] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 32 2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 B. Pola Konsumsi 1. Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Pola konsumsi pangan pokok di Indonesia selama lima tahun terakhir (2005-2010) umumnya didominasi oleh beras dan terigu. Jika dilihat perkembangannya pola konsumsi pangan pokok penduduk Indonesia tahun 2005, sebagian besar (22 provinsi dari 33 provinsi) di Indonesia memiliki pola konsumsi beras-terigu, sedangkan 11 provinsi lainnya memiliki pola konsumsi beras-terigu-ubi kayu (Provinsi DI Yogyakarta dan Maluku Utara), beras-jagung-ubi kayu (Provinsi Nusa Tenggara Timur), beras-jagung-terigu (Provinsi Gorontalo), beras-terigu-ubi kayu-sagu (Provinsi Sulawesi Tenggara dan Maluku), dan beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu (Provinsi Papua). Pola konsumsi pangan pokok Provinsi Aceh, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat dan Papua Barat tidak terpantau karena data SUSENAS tahun 2005 untuk provinsi tersebut tidak tersedia. Pada tahun 2007, pola konsumsi pangan pokok tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2005. Terdapat 24 provinsi dengan pola konsumsi pangan pokok beras-terigu dan hanya Provinsi Gorontalo pola konsumsinya berasjagung. Provinsi Lampung mengalami perubahan pola konsumsi pangan pokok dari beras-terigu pada tahun 2005 menjadi beras-terigu-ubi kayu pada tahun 2007. Provinsi Jawa Timur dan Gorontalo memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-terigu. Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perubahan pola konsumsi pangan pokok menjadi beras-terigu-sagu. Provinsi Maluku dan Maluku Utara memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar, dan hanya Provinsi Papua dengan pola konsumsi pangan pokok beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Pola konsumsi Provinsi Papua Barat tidak terpantau karena data tidak tersedia. Pada tahun 2008, pola konsumsi pangan pokok tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan pada tahun 2007. Terdapat 24 provinsi dengan pola konsumsi pangan pokok beras-terigu. Provinsi Lampung dan Maluku Utara memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-terigu-ubi kayu, sedangkan Provinsi Jawa Timur dan Gorontalo memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-jagung- Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [33] ROADMAP DEPTAN.indb 33 2/15/2013 7:35:36 PM

terigu, dan hanya Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-ubi kayu. Terdapat beberapa provinsi yang mengalami perubahan pola konsumsi, diantaranya Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi beras-terigu-ubi kayu-sagu, Provinsi Papua menjadi beras-terigu-ubi jalar-sagu dan Provinsi Maluku menjadi beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Pola konsumsi pangan pokok provinsi Papua Barat tidak terpantau karena data tidak tersedia. Pola konsumsi pangan pokok tahun 2009 mengalami beberapa perubahan dibandingkan tahun 2008. Terdapat 27 provinsi dengan pola konsumsi beras-terigu. Provinsi Lampung, Jawa Timur, dan Sulawesi Barat mengalami perubahan pola konsumsi menjadi beras-terigu, sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami perubahan pola konsumsi menjadi beras-jagung. Terdapat 5 provinsi di wilayah Indonesia Timur yang memiliki pola konsumsi tiga komoditas atau lebih, yaitu Gorontalo dengan pola konsumsi beras-jagung-terigu, Provinsi Maluku Utara pola konsumsinya beras-teriguubi kayu, Provinsi Maluku dan Papua Barat pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayusagu, serta Provinsi Papua pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Pola konsumsi pangan pokok tahun 2010 tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2009. Terdapat 27 provinsi dengan pola konsumsi pangan pokok beras-terigu. Provinsi Nusa Tenggara Timur pola konsumsinya beras-jagung. Terdapat lima provinsi di wilayah Indonesia Timur yang memiliki pola konsumsi pangan pokok tiga komoditas atau lebih, yaitu Gorontalo dengan pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-terigu, Provinsi Maluku Utara pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu, Provinsi Maluku dan Papua Barat pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-sagu, serta Provinsi Papua pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut dan Lampiran 1 (Tabel 1.1.). [34] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 34 2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 2. Pola Konsumsi Pangan Sumber Protein Pola konsumsi pangan sumber protein nasional selama lima tahun terakhir didominasi oleh ikan, kacang kedele, daging unggas dan telur. Pangan sumber protein penduduk Indonesia sebagian besar bersumber dari pangan hewani yaitu ikan. Indonesia dengan wilayah lautan yang luas menjadi potensi penyediaan ikan yang sangat potensial dalam memenuhi kebutuhan protein penduduk. Konsumsi ikan yang telah menjadi pola di hampir sebagian besar wilayah Indonesia didorong oleh keterjangkauan secara ekonomi yaitu harga ikan lebih terjangkau di seluruh tingkat pendapatan masyarakat. Kontribusi ikan dalam pola konsumsi pangan sumber protein rata-rata sebesar 40 persen selama tahun 2005-2010. Sumbangan protein yang cukup besar ini menjadikan asupan konsumsi protein asal pangan hewani dapat dipenuhi (Tabel 5). Jenis pangan sumber protein yang dikonsumsi selama tahun 2005 2010 lebih didominasi oleh pangan hewani dibanding nabati. Sejak tahun 2007 semua komoditas pangan hewani telah menjadi tren konsumsi pangan penduduk Indonesia. Hal ini mencerminkan tingginya preferensi masyarakat terhadap pangan hewani dibanding pangan sumber protein nabati. Selama lima tahun terakhir dari semua jenis pangan sumber protein nabati, hanya kacang kedelai yang memiliki tren konsumsi yang tinggi dibanding jenis kacang-kacangan lainnya. Kontribusi kacang kedelai hampir 12 kali lipatnya dibanding rata-rata konsumsi kacang tanah, dan hampir 6 kali lipat dibanding rata-rata konsumsi kacang hijau. Untuk itu, diperlukan upaya lebih maksimal untuk meningkatkan konsumsi kacang-kacangan dalam rangka diversifikasi konsumsi pangan. Namun di sisi lain, konsumsi jenis kacang-kacangan lain seperti kacang mete, kacang merah, dan sebagainya, sudah banyak dikonsumsi di Indonesia namun belum tercatat sehingga pola konsumsi pangan sumber protein asal pangan nabati masih kurang. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [35] ROADMAP DEPTAN.indb 35 2/15/2013 7:35:36 PM

Gambar 5. Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Indonesia Tahun 2010 [36] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 36 2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan Pasal 78 ayat 6 bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan penyuluhan dan pendidikan publik di bidang peternakan dan kesehatan hewan melalui upaya peningkatan kesadaran gizi masyarakat dalam mengonsumsi produk hewan yang aman, sehat, utuh dan halal. Tabel 5. Perkembangan Pola Konsumsi Sumber Protein Selama 2005 2010 No 1 Jenis Pangan Daging ruminansia Kontribusi Konsumsi (% AKP) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 4.6 4.3 5.1 5.3 5.3 5.5 2 Daging unggas 10.3 8.8 11.0 11.1 11.0 11.9 3 Telur 9.2 9.1 9.3 9.1 9.7 10.5 4 Susu 3.7 4.0 5.4 5.4 5.3 5.2 5 Ikan 42.3 42.2 38.6 42.2 41.7 41.3 6 Kedelai 23.8 27.2 24.7 22.4 23.2 21.7 7 Kacang tanah 3.7 2.6 4.0 2.7 2.3 2.5 8 Kacang hijau 9 Kacang lain 1.9 1.5 1.5 1.4 1.1 1.0 0.5 0.3 0.4 0.4 0.5 0.4 Ikan Ikan Ikan Ikan Ikan Ikan Kedelai Kedelai Kedelai Kedelai Kedelai Kedelai POLA KONSUMSI Telur D.Unggas Telur D.Unggas D.Unggas Telur D.Unggas Telur D.Unggas Telur D.Unggas Telur Susu Susu Susu D.Ruminansia D.Ruminansia Sumber : Data Susenas 2005-2010, BPS diolah BKP D.Ruminansia D.Ruminansia Susu 3. Pola Konsumsi Pangan Sumber Vitamin dan Mineral Pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral secara nasional umumnya didominasi oleh buah-buahan. Selama tahun 2005, 2007 hingga 2010 pisang dan daun ketela pohon telah menjadi pola konsumsi pangan sumber vitamin dan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [37] ROADMAP DEPTAN.indb 37 2/15/2013 7:35:37 PM

mineral penduduk Indonesia. Selama tahun 2005, jenis pangan sumber vitamin yang telah menjadi pola konsumsi yaitu pisang, daun ketela pohon, rambutan, dan salak. Pada tahun 2007, rambutan dan salak tidak lagi menjadi pola konsumsi tapi duku tergolong menjadi komoditas buah-buahan yang berkontribusi dalam pola konsumsi sumber vitamin dan mineral. Pola konsumsi sumber vitamin mineral pada tahun 2008-2009 sama dengan pola konsumsi pada tahun 2005, sedangkan pada tahun 2010, hanya pisang dan daun ketela pohon yang tercatat dalam pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral (Tabel 6). Tabel 6. No Pola Konsumsi Pangan Sumber Vitamin dan Mineral Tahun 2005-2010 Jenis Pangan Kontribusi Konsumsi (%AKE) 2005 2007 2008 2009 2010 1 Daun Ubi Kayu 8.3 8.7 9.6 9.8 7.5 2 Rambutan 7.5 4.8 7.1 5.0 4.0 3 Duku 3.0 5.1 1.1 0.7 4.1 4 Salak 5.3 4.2 6.5 5.3 4.3 5 Pisang Lain2 16.0 16.2 17.3 17.2 15.0 6 Gado-gado 6.6 - - - 6.4 POLA KONSUMSI -Pisang Lain2 - Daun Ubi K. (ketela pohon) - Gado-gado - Rambutan Salak - Pisang Lain2 - Daun Ubi K. (ketela pohon) - Duku Sumber : Data Susenas, 2005, 2007-2010; BPS; diolah BKP - Pisang Lain2 - Daun Ubi K. (ketela pohon) - Rambutan - Salak - Pisang Lain2 - Daun Ubi K (ketela pohon) - Salak - Rambutan - Pisang Lain2 - Daun Ubi K. (ketela pohon) - Gado-gado Dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral penduduk Indonesia umumnya didominasi oleh komoditas pangan yang bersumber dari pekarangan atau paling tidak bisa dikembangkan oleh setiap keluarga di pekarangan yang dimilikinya. Pemenuhan kebutuhan akan sumber vitamin dan mineral umumnya dipenuhi dari daun ketela pohon untuk jenis sayuran dan buah pisang untuk jenis buah-buahan yang semuanya bisa dikembangkan di pekarangan, bahkan pada lahan pekarangan yang sangat terbatas luasannya. Untuk itu, potensi pekarangan harus lebih ditingkatkan lagi [38] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 38 2/15/2013 7:35:37 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 dalam pemanfaatannya serta lebih dikembangkan lagi dalam budidaya tanaman sayuran dan buah-buahan untuk konsumsi pangan sehari-hari. Berdasarkan pasal 95 Undang-Undang No.13 Tahun 2010 tentang Hortikultura bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertugas meningkatkan konsumsi hortikultura masyarakat melalui: (a) penetapan dan sosialisasi buah dan sayuran sebagai produk pangan pokok; (b) penetapan target pencapaian angka konsumsi buah dan sayuran per kapita per tahun sesuai dengan standar kesehatan; dan (c) pemuatan materi hortikultura ke dalam kurikulum pendidikan nasional atau daerah. Dalam undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa komoditas sayur dan buah bukan hanya sebagai pendamping pangan pokok melainkan tergolong sebagai pangan utama yang harus dikonsumsi masyarakat setiap harinya. Selain itu, undang-undang tersebut juga menetapkan bahwa pencapaian angka konsumsi sayur dan buah per kapita setiap tahunnya didasarkan pada standar kesehatan, yang dalam perencanaan konsumsi pangan sejalan dengan standar komposisi Pola Pangan Harapan (PPH). Standar konsumsi sayur dan buah berdasarkan komposisi Pola Pangan Harapan yaitu sebanyak 250 gram/kap/hari. Kondisi pola konsumsi sayur dan buah penduduk Indonesia saat ini masih dibawah anjuran, sehingga perlu upaya peningkatan konsumsi sayur dan buah bagi seluruh masyarakat, diantaranya melalui pendidikan formal (kurikulum pendidikan), maupun melalui sosialisasi secara berkelanjutan kepada seluruh lapisan masyarakat. Apabila dilihat dari pangan lokal yang dikonsumsi masyarakat di tingkat provinsi banyak yang masih mempunyai potensi untuk dikembangkan dan dihidupkan kembali budaya makannya, seperti pada Lampiran 5. *** Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [39] ROADMAP DEPTAN.indb 39 2/15/2013 7:35:37 PM

TANTANGAN, PERMASALAHAN DAN PELUANG 3 A. Tantangan Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya percepatan diversifikasi konsumsi pangan, adalah: 1. Meningkatnya jumlah penduduk Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,3% per tahun, sehingga pada tahun 2009 penduduk Indonesia diprakirakan sejumlah 231.369.500 jiwa. Namun berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237.556.363 jiwa, meningkat sebesar 2,67% dari prakiraan jumlah penduduk tahun 2009. Laju pertumbuhan jumlah penduduk ini menuntut adanya ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, harga terjangkau dan tersedia di setiap saat, hal ini merupakan tantangan yang sangat besar. Ditambah lagi dengan kebijakan pemerintah yang masih lebih terfokus kepada penyediaan beras (pangan pokok) tanpa disertai pertimbangan yang memadai bagi peningkatan produksi/ pengadaan pangan yang berbasis sumber daya lokal seperti umbi-umbian yang selain dapat berfungsi sebagai sumber karbohidrat, juga sumber serat. Mengonsumsi beras tetap harus dilengkapi dengan umbi-umbian karena dapat melengkapi fungsi gizi dari beras. [40] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI ROADMAP DEPTAN.indb 40 2/15/2013 7:35:37 PM

ROADMAP Diversifikasi Pangan Tahun 2011-2015 2. Globalisasi perdagangan dan pergeseran pola konsumsi pangan masyarakat ke arah pangan yang lebih instan Semakin terbukanya perdagangan global dan dihapuskannya hambatan perdagangan berakibat pada menjamurnya produk pangan impor dengan jenisjenis pangan yang tidak seluruhnya dapat dikembangkan di dalam negeri. Aneka pangan impor baik bahan mentah (gandum, aneka sayuran, aneka buah, daging, ikan, susu, dan sebagainya), hingga berbagai jenis pangan siap saji tinggi lemak dan gula namun rendah serat dan karbohidrat kompleks membawa perubahan pada semakin banyaknya jenis-jenis pangan yang tidak dapat diproduksi secara lokal namun masuk dalam pola konsumsi pangan. Menjamurnya restoran yang menyajikan makanan siap saji ini telah menggeser kebiasaan makan di rumah dan konsumsi pangan tinggi serat rendah gula yang biasa disiapkan di rumah. Disamping itu seiring dengan perkembangan/kemajuan teknologi, peningkatan status sosial-ekonomi masyarakat yang diikuti dengan gaya hidup yang lebih modern yang menuntut masyarakat untuk bergerak lebih cepat mendorong pemilihan konsumsi makanan serba instant. Ditinjau dari pandangan ilmu gizi perubahan perilaku tersebut dapat meningkatkan peluang terjadinya masalah gizi lebih, obesitas dan penyakit degeneratif (Baliwati dkk, 2004). 3. Masih rendahnya tingkat konsumsi pangan sumber protein, vitamin dan mineral serta tingginya konsumsi beras dan terigu Kondisi pola konsumsi pangan masyarakat yang masih didominasi oleh beras/padi, perlu mendapat perhatian dengan menurunkan konsumsi beras dan meningkatkan konsumsi umbi-umbian dari kelompok sumber karbohidrat. Di samping itu, perlu pula meningkatkan konsumsi produk ternak dan ikan sebagai sumber protein; serta sayuran dan buah sebagai sumber vitamin, mineral dan zat gizi lainnya. Kualitas konsumsi masyarakat pada tahun 2010 untuk kelompok pangan hewani serta sayuran dan buah masih di bawah target Pola Pangan Harapan (PPH). Sebagai contoh, kontribusi kelompok pangan hewani (sebagai salah satu sumber protein) terhadap Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI [41] ROADMAP DEPTAN.indb 41 2/15/2013 7:35:37 PM