BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI HASIL PERANCANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BANGKA TENGAH

ANALISIS DAN SINTESIS

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

BAB VI HASIL PERANCANGAN

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Syarat Bangunan Gedung

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB II TINJAUAN TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43),

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Rencana Tata Ruang Wilayah. pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Hal tersebut telah digariskan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

Pengembangan RS Harum

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

BAB V KONSEP PERANCANGAN

HUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

6.1 Peruntukkan Kawasan

BAB V KONSEP PERENCANAAN

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING. IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ruang Terbuka Ruang terbuka merupakan suatu tempat atau area yang dapat menampung aktivitas tertentu manusia, baik secara individu atau secara kelompok (Hakim,1993). Contoh ruang terbuka meliputi jalan, taman, pedestrian, plaza, pemakaman, lapangan olahraga. Secara teoritis pengertian ruang terbuka (Open Space) adalah: a. Merupakan ruang yang terdiri dari ruang keras (hard space) dibatasi oleh dinding arsitektural serta digunakan untuk aktfitas sosial dan ruang lunak (soft space) didominasi oleh lingkungan alam seperti kebun, jalur hijau, dan taman (Trancik,1986). b. Merupakan ruang 3 dimensi yang dibatasi oleh berbagai elevasi ketinggian seperti bangunan dan pohon (Krier,1979). Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa ruang terbuka adalah sebuah ruang yang terdiri dari perkerasan ataupun penghijauan yang dapat menampung berbagai aktivitas manusia didalamnya. Secara umum, ruang terbuka di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Pengertian ruang terbuka hampir sama dengan ruang terbuka hijau (RTH). Beberapa fungsi sosial ruang terbuka (Open Space) adalah : a. Tempat bermain terutama bagi anak-anak. b. Tempat berolahraga. c. Tempat Berinteraksi sosial masyarakat d. Ruang untuk mendapatkan udara segar atau bersantai e. Sebagai pembatas di antara massa bangunan Beberapa fungsi ekologis ruang terbuka (Open Space) adalah : a. Menyerap air hujan b. Memperbaiki, mempengaruhi kualitas udara c. Menambah nilai arsitektur bangunan d. Memelihara ekosistem tertentu 6

2.2 Ruang Terbuka Hijau 2.2.1 Definisi Ruang Terbuka Hijau Pada dasarnya semua aktivitas manusia tidak terlepas dari ruang terbuka hijau, baik itu anak-anak hingga lanjut usia. Sebagaimana kita ketahui, bahwa ruang terbuka hijau itu sangat penting salah satunya untuk berinteraksi sosial manusia. Namun, keberadaan ruang terbuka hijau yang baik sulit di temukan. Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, menyatakan bahwa RTH merupakan tempat tumbuh tanaman baik disengaja atau tidak pada area berbentuk memanjang atau mengelompok. Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan vegetasi. Manfaat yang di hasilkan RTH kota yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (Dep. Pekerjaan Umum, 2008). Keberadaan RTH sangat berperan dalam memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Jika dipandang dari fungsinya, maka ruang terbuka hijau dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik atau ruang tempat berinteraksi manusia. ruang publik berkembang sejalan dengan kebutuhan manusia dalam melakukan kegiatan bersama baik berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya (Darmawan,2006). Berdasarkan penjelasan Pasal 29 Ayat (1) UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bahwa RTH publik merupakan RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. RTH publik meliputi taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Sedangkan ruang terbuka hijau privat meliputi kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. 2.2.2 Fungsi dan Peranan Ruang Terbuka Hijau Secara umum, RTH dibangun secara merata di perkotaan untuk memenuhi fungsi dari berbagai segi sebagai berikut: a. Segi sosial, ekonomi, dan budaya, bahwa RTH merupakan tempat rekreasi, pendidikan, interaksi sosial masyarakat. 7

b. Segi Fisik, bahwa RTH berfungsi sebagai pengatur iklim, penyerapan air tanah, produsen oksigen, peneduh, penghalang angin, habitat satwa. c. Segi ekosistem perkotaan, RTH merupakan bagian dari usaha pangan, produsen oksigen, tanaman berbunga, dan lain-lain. d. Segi estetis, bahwa RTH berperan untuk meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kota. Dapat menciptakan keseimbangan dan keserasian antara berbagai bangunan, taman kota, jalur hijau jalan, jalur biru kali dan bantaran rel kereta api (Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006). 2.2.3 Manfaat Ruang Terbuka Hijau Menurut Hakim dan Utomo (2004) bahwa manfaat RTH di wilayah perkotaan antara lain sebagai berikut : a. Memciptakan kenyamanan, kesehatan dan keindahan lingkungan sebagai paru-paru kota. b. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat kota c. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga, dan buah d. Sebagai tempat tumbuh tumbuhan dan hidup satwa. e. Berfungsi sebagai area resapan air untuk mengurangi aliran air, menangkap dan menyimpan air, menjaga keseimbangan tanah untuk menjamin kesuburan tanah serta sebagai area sirkulasi udara perkotaan. f. Sebagai tempat sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi perkotaan Dari pernyataan para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa dengan adanya RTH di perkotaan dapat dikatakan sangat penting karena manusia memerlukan tempat-tempat yang nyaman, aman, dan indah. Pentingnya RTH terhadap manusia yaitu agar manusia memiliki tempat untuk berkumpul atau bersosialisasi. 8

2.2.4 Jenis-Jenis Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan tabel 2.1, dapat dilihat bahwa jenis-jenis RTH berdasarkan fungsi dan aktivitas sebagai berikut: Tabel 2.1 Jenis-Jenis RTH No Jenis RTH Fungsi Aktivitas 1. Taman Kota - Paru-Paru Kota - Konservasi air tanah 2. Taman Wisata Alam - Pelestarian tumbuhan dan hewan 3. Taman Rekreasi - Sarana rekreasi tanpa di batasi oleh bangunan 4. Taman Lingkungan - Peredam kebisingan Perumahan/ - Area interaksi sosial Permukiman - Area bermain dan olahraga 5. Taman Lingkungan Perkantoran - Taman untuk Beristirahat - Sirkulasi udara 6. Taman Hutan Raya - Pelestarian tumbuhan dan hewan - Untuk kepentingan penelitian - Area Pariwisata 7. Hutan Kota - Habitat satwa liar - Menciptakan lingkungan sehat, nyaman, sejuk 8. Hutan Lindung - Mencegah banjir - Mengatur kualitas air - Keseburan tanah 9. Bentang Alam - Pengaman kawasan lindung perkotaan, pengendali air 10. Cagar Alam - Kawasan penelitian dan pengembangan ilmu - Rekreasi - Rekreasi - Olahraga - Bermain - Bersantai - Bersosialisasi masyarakat - Berkumpul, Bersantai - Bermain, Olahraga - Upacara - Olahraga - Area parkir - Rekreasi - Penelitian - Kehidupan satwa liar - Kawasan dijaga ketat. - Tempat rekreasi, tempat mendaki - Meneliti 9

11. Kebun Raya - Kawasan hijau untuk penelitian 12. Kebun Binatang - Tempat rekreasi - Sebagai area Penelitian - Meneliti - Atraksi hewan pelihara - Rekreasi - Meneliti 13. Pemakaman Umum - Area pemakaman - Area penghijauan - Pemakaman - Berziarah 14. Lapangan Olahraga - Tempat bermain - Area olahraga - Meningkatkan kualitas - bersosialisasi - berolahraga - berkumpul lingkungan 15. Lapangan Upacara - Area upacara - Kegiatan upacara 16. Parkir Terbuka - Sirkulasi Kota - Parkir 17. Lahan Pertanian Perkotaan - Sebagai Area Pangan - Penanaman - Pengolahan - Distribusi Pangan 18. Jalur Tegangan - Jalur pengaman - Penghijauan Tinggi tegangan tinggi 19. Sempadan - Area Penyerapan - Penghijauan - Area Penghijauan - Area perlindungan dari bencana 20. Jalur Pengaman - Pengaman ruang - Pedestrian Jalan disamping lalu lintas 21. Jalur Hijau - Budidaya tanaman - Penghijauan 22. Daerah Penyangga - Peredam kebisingan - melindungi area sekitar apabila terjadi bencana - Penghijauan 23. Taman Atap - Atap bangunan - Peneduh - mengurangi kebisingan (Sumber: Peraturan Menteri No1 Tahun 2007) - penghijauan - taman di atap bangunan 10

2.3 Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kepemilikan Berdasarkan tabel 2.2, dapat dilihat bahwa klasifikasi jenis RTH berdasarkan kepemilikan sebagai berikut: Tabel 2.2 Kepemilikan RTH No. 1 2 3 4 Jenis RTH Publik RTH Privat RTH Pekarangan a. Pekarangan rumah tinggal b. Halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha c. Taman atap bangunan RTH Taman dan Hutan Kota a. Taman RT b. Taman RW c. Taman Kelurahan d. Taman Kecamatan e. Taman Kota f. Hutan Kota g. Sabuk hijau (green belt) RTH Jalur Hijau Jalan a. Pulau Jalan dan Median Jalan b. Jalur Pejalan Kaki c. Ruang dibawah jalan layang RTH Fungsi Tertentu a. RTH sempadan rel kereta api b. Jalaur hijau jaringan listrik tegangan tinggi c. RTH sempadan sungai d. RTH sempadan pantai e. RTH pengamanan sumber air baku/ mata air f. Pemakaman (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008) 2.3.1 Ruang Terbuka Hijau Publik Ruang terbuka hijau (RTH) Publik adalah RTH yang lokasi lahannya merupakan milik pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum serta dikelola oleh pemerintah. Yang termasuk RTH Publik adalah taman kota, taman lingkungan, taman pemakaman, pedestrian, jalur hijau sepanjang jalan, pantai, sungai, kereta api. 11

2.3.2 Ruang Terbuka Hijau Privat Ruang terbuka hijau (RTH) Privat adalah RTH yang lokasi lahannya merupakan milik individual atau pribadi serta dikelola oleh pihak swasta/ perseorangan yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah daerah. Yang termasuk RTH Privat adalah halaman rumah milik swasta/ masyarakat yang ditanami tumbuhan. 2.4 Nilai-Nilai Ruang Terbuka Hijau Wijanarko (2006) mengungkapkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam RTH meliputi nilai ekologis dan alam, nilai psikologis, nilai sosial-budaya serta nilai estetika. Nilai ekologis dari RTH adalah sebagai tempat yang menyediakan udara segar, menyerap gas karbondioksida(co 2 ), menahan angin dan dapat mengurangi tingkat kebisingan yang disebabkan oleh kendaraan ataupun sumber lainnya. Nilai psikologis dari RTH adalah sebagai tempat berkumpul keluarga, tempat bermain anak-anak, serta dapat dijadikan sebagai tempat untuk melepaskan lelah atau stress. Nilai sosial-budaya yang terkandung dalam RTH adalah sebagai tempat atau ruang untuk interaksi sosial antar masyarakat sehingga nilai sosial dapat tumbuh dan berkembang pada RTH. Nilai estetika dari ruang terbuka hijau adalah dengan adanya berbagai jenis vegetasi yang ditata dengan rapi dapat menciptakan kenyamanan visual. Adanya variasi tanaman mulai dari rumput-rumputan hingga pohon tinggi dapat menambah nilai estetika pada RTH. 2.5 Fasilitas Pendukung Ruang Terbuka Hijau Menurt Rubenstein (1992), mengemukakan bahwa fasilitas/ elemen pendukung RTH sebagai berikut: a. Ground Cover, adalah elemen utama sebagai penutup tanah berupa tekstur, material. Adapun dari segi material dibedakan atas 2 (dua),yakni: Material Keras : batu-bata, paving, aspal Material Lunak : rumput dan tanah liat 12

b. Bangku (tempat duduk), diperlukan untuk beristirahat atau bersantai menikmati suasana taman. Bangku dapat dibuat dari besi, kayu, batu atau beton dan memiliki sandaran. Umumnya bangku yang baik memiliki ketinggian 37,5-45cm. c. Tanaman peneduh, berfungsi sebagai peneduh terhadap sinar matahari dan hujan, mengurangi kebisingan, polusi kendaraan bermotor, dan memperindah kawasan. d. Tempat sampah, merupakan prasarana dalam menjaga kebersihan lingkungan taman. e. Jam, apabila ditempatkan pada posisi yang tepat dapat menjadi landmark di taman. f. Lampu, dimana berfungsi sebagai penerangan bagi pengguna ruang terutama pada malam hari. g. Sculpture, berfungsi sebagai penambah estetika dan vocal point (menarik perhatian mata). Contohnya: patung, air mancur. 2.6 Kebijakan Dan Standar Ruang Terbuka Hijau Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengharuskan proporsi ruang terbuka hijau sebanyak 30% dengan rincian sebesar 20% ruang terbuka hijau publik, dan 10% ruang terbuka hijau privat dari luas wilayahnya. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin ekosistem kota. Standar kebutuhan RTH menurut peraturan menteri pekerjaan umum No.05/PRT/M/2008 berdasarkan jumlah penduduk dapat dibagi kedalam beberapa unit lingkungan. Penyediaan RTH berdasarkan jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.3. 13

No. Tabel 2.3 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Unit Lingkungan Tipe RTH Luas Min/Unit (m 2 ) Luas Min/Ka pita (m 2 ) Lokasi 1 250 jiwa Taman RT 250 1,0 Di tengah lingkungan RT 2 2500 jiwa Taman RW 1250 0,5 Di pusat kegiatan RW 3 30.000 jiwa Dikelompokkan Taman 9000 0,3 dengan sekolah/pusat Kelurahan kelurahan Dikelompokkan Taman 24.000 0,2 dengan sekolah/pusat 4 120.000 jiwa kecamatan kecamatan Pemakaman Disesuaikan 1,2 Tersebar Taman Kota 144.000 0,3 Di pusat wilayah/kota 5 480.000 jiwa Hutan Kota Disesuaikan 4,0 Di dalam/kawasan pinggiran Untuk fungsi Disesuaikan dengan Disesuaikan 12,5 tertentu kebutuhan (Sumber: Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2008) 2.7 Kebijakan Pada Rumah Susun Dalam UU Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun, menetapkan bahwa persyaratan keandalan bangunan rumah susun meliputi: a. Persyaratan kenyamanan, meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antarruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta terhadap tingkat getaran dan tingkat kebisingan. b. Persyaratan keselamatan, merupakan kemampuan bangunan rumah susun untuk mendukung beban muatan serta untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir. c. Persyaratan kesehatan, meliputi sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan. 14

d. Persyaratan kemudahan. Meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan rumah susun serta sarana dan prasarana dalam pemanfaatan bangunan rumah susun. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun, menetapkan tentang prasarana, sarana, dan utilitas di lingkungan rumah susun sebagai berikut: a. Prasarana merupakan kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian rumah susun yang memnuhi standar tertentu untuk kebutuhan tempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman meliputi drainase, jaringan jalan, sanitasi, air bersih, dan tempat sampah. b. Sarana merupakan fasilitas dalam lingkungan hunian rumah susun yang berfungsi sebagai pendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya meliputi sarana umum (ruang terbuka hijau, tempat rekreasi, sarana olahraga, tempat pemakaman umum, sarana pemerintahan, dan lain-lain) dan sarana ekonomi (kesehatan, pendidikan, peribadatan, dan perniagaan). c. Utilitas Umum merupakan kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian rumah susun yang mencakup jaringan listrik, jaringan gas, dan jaringan telepon. 2.8 Kenyamanan 2.8.1 Definisi Kenyamanan Hakim (1993) menyatakan bahwa kenyamanan adalah segala sesuatu yang memperlihatkan dirinya sesuai dan harmonis dengan penggunaan suatu ruang, baik ruang itu sendiri maupun dengan berbagai bentuk, tekstur, warna, simbol maupun tanda, suara dan bunyi kesan, intensitas dan warna cahaya maupun bau, atau apapun juga. Dengan kata lain kenyamanan merupakan kepuasan manusia dalam melaksanakan suatu aktivitas di suatu ruang. Kenyamanan merupakan salah satu bentuk kepuasan manusia dalam menyikapi sesuatu. Apabila manusia merasa nyaman dalam suatu ruang baik itu ruang terbuka hijau, maka manusia akan senantiasa berada di ruang tersebut dalam kurun waktu yang lama dan terus-menerus. Dengan adanya manusia yang 15

berada pada suatu ruang dalam jumlah yang banyak, maka fungsi dari ruangan tersebut dapat tercipta salah satunya yaitu interaksi sosial. 2.8.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan Menurut Hakim (1993), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan adalah: a. Sirkulasi Sirkulasi sangat berpengaruh terhadap pola pergerakan dari ruang yang satu ke ruang yang lain. Sirkulasi yang kurang baik berpengaruh terhadap kenyamanan manusia. Pembagian sirkulasi menurut fasilitasnya adalah sebagai berikut : - Sirkulasi Manusia, yaitu meliputi jalur pedestrian yang saling berhubungan dengan aktivitas di dalamnya. Hal ini perlu di perhatikan dalam perencanaan sirkulasi manusia adalah lebar jalan, fasilitas penyeberangan, penambahan nilai estetika, dan lain-lain. - Sirkulasi Kendaraan, meliputi jalur distribusi (jalur cepat) dan jalur akses (jalur lambat). Hubungan kedua jalur ini yang harus diperhatikan adalah rambu lalu lintas dan ruang parkir yang disesuaikan dengan keadaan site. b. Daya alam atau iklim Salah satu hal yang mempengaruhi kenyamanan secara thermal adalah radiasi matahari, angin, curah hujan - Sinar Matahari berpengaruh pada daerah tropika terutama pada siang hari maka perlu adanya peneduh. Dengan adanya peneduh, diharapkan sinar matahari langsung dapat berkurang. Terutama pada area olahraga terbuka seperti lapangan basket perlu disesuaikan letak orientasi lapangan terhadap matahari. (Lihat pada Gambar 2.1). 16

Gambar 2.1 Ilustrasi Pengaruh Sinar Matahari (Sumber: Hakim,1993) - Angin pada suatu daerah perlu diperhatikan agar tercipta ruang yang nyaman dan sejuk. Pada area terbuka perlu adanya penghalang angin (pohon) agar kecepatan angin dapat dikurangi sehingga suasana nyaman dapat tercipta. Gambar 2.2 Ilustrasi Pengaruh Angin (Sumber: Hakim,1993) b. Kebisingan Pada daerah yang padat penduduk dan industri, maka kebisingan merupakan salah satu masalah yang mengganggu kenyamanan penduduk sekitar. Hal ini dapat dikurangi dengan menanam tanaman-tanaman tertentu sebagai elemen penyaring kebisingan. (Lihat Gambar 2.3). 17

Gambar 2.3 Ilustrasi Pengaruh Kebisingan (Sumber: Hakim,1993) c. Bau-bauan Pada daerah pembuangan sampah, maka bau yang tidak sedap dapat tercium oleh orang yang berada atau melalui daerah tersebut. Hal ini dapat dikurangi dengan ditanami pohon atau semak yang dapat mengurangi bau. (Lihat Gambar 2.4) Gambar 2.4 Ilustrasi Pengaruh Bau-Bauan (Sumber: Hakim,1993) d. Bentuk Faktor kenyamanan bentuk yang dimaksud yaitu dari segi perencanaan konstruksinya seperti bentuk bangku/ kursi, lampu taman, susunan bentuk tempat duduk. Perencanaan bentuk yang kurang baik juga berpengaruh terhadap kenyamanan penggunanya seperti posisi duduk yang tidak nyaman. (Lihat Gambar 2.5). 18

Gambar 2.5 Ilustrasi Bentuk Tempat Duduk (Sumber: Rutledge,1986) Pemilihan bentuk tempat duduk perlu diperhatikan untuk tercapai kenyamanan pengguna dalam berinteraksi sosial. Menurut Rutledge (1981), bentuk tempat duduk dibagi beberapa tipe sebagai berikut: - Circle (lingkaran), cocok untuk individu (privasi) dan berpasangan, tetapi memiliki kekurangan apabila duduk lebih dari 2 (dua) orang. (Lihat Gambar 2.6). Gambar 2.6 Bentuk Circle (Sumber: Rutledge,1981) - Curve (kurva), pada bentuk ini hanya satu sisi yang bisa dipergunakan. Sisi yang baik digunakan untuk duduk kelompok yaitu sisi cekung. (Lihat Gambar 2.7). 19

Gambar 2.7 Bentuk Curve (Sumber: Rutledge,1981) - Straight Slab (Memanjang), bentuk ini baik digunakan untuk duduk sendiri maupun berpasangan, tetapi kurang baik jika duduk berkelompok. (Lihat Gambar 2.8). Gambar 2.8 Bentuk Straight Slab (Sumber: Rutledge,1981) - Single Pod (Tunggal), bentuk ini baik untuk 2-4 orang secara individual. Tetapi sulit untuk interaksi berpasangan. (Lihat Gambar 2.9). Gambar 2.9 Bentuk Single Pod (Sumber: Rutledge,1981) 20

- Single Jogs (siku tunggal), bentuk ini baik di gunakan untuk berpasangan, tetapi untuk berkelompok kurang baik karena jarak orang 1 dan 4 cukup jauh. (Lihat Gambar 2.10). Gambar 2.10 Bentuk Single Jogs (Sumber: Rutledge,1981) - Multi Jogs (berliku-liku), bentuk ini merupakan bentuk yang paling baik diantara yang lain. karena bentuk ini dapat menampung pengguna individu, berpasangan, maupun berkelompok secara bersamaan. (Lihat Gambar 2.11). Gambar 2.11 Bentuk Multi Jogs (Sumber: Rutledge,1981) e. Keamanan Faktor keamanan merupakan salah satu masalah yang penting karena masalah ini dapat menghambat aktivitas yang akan dilakukan. Faktor keamanan yang dimaksud tidak sebatas kejahatan saja tetapi juga terhadap hal-hal lain 21

misalnya keamanan bermain anak-anak maupun terhadap pengguna ruang lainnya. (Lihat Gambar 2.11). Gambar 2.12 Ilustrasi Keamanan Area Bermain (Sumber: Rutledge,1986) f. Kebersihan Faktor kebersihan merupakan sesuatu yang dapat menambah nilai ketertarikan suatu tempat serta menambah nilai kenyamanan daerah tersebut, karena bebas dari sampah dan bau-bauan yang tidak menyenangkan. Untuk memenuhi hal tersebut perlu disediakan tempat pembuangan sampah di tempattempat tertentu. h. Keindahan (estetis) Faktor Keindahan merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dalam hal penciptaan kenyamanan karena keindahan dapat mencakup masalah kepuasan batin dan panca indera sehingga rasa nyaman dapat di peroleh. Salah satu hal agar keindahan dapat dicapai adalah dengan mempergunakan variasi bentuk tanaman. Selain itu, berdasarkan Project For Public Space bahwa faktor kenyamanan meliputi persepsi tentang keselamatan, kebersihan, ketersediaan tempat duduk. Adapun faktor kenyamanan yang dimaksud dalam mengevaluasi faktor kenyamanan pada suatu tempat (taman lingkungan) sebagai berikut: a. Aman, segi keamanan yang dimaksud adalah terbebas dari kriminalitas. b. Bersih, yaitu bahwa taman lingkungan terbebas dari sampah. 22

c. Area hijau, yang dimaksud adalah taman lingkungan memiliki penghijauan yang baik. d. Tenang, bahwa pengguna ruang merasa tenang pada saat berada di taman lingkungan. e. Aksesibilitas, yang dimaksud adalah area taman lingkungan mudah dijangkau bagi penggunanya. f. Area duduk, yaitu memiliki area duduk yang tepat, kapasitas tempat duduk yang tepat bagi penggunanya dalam melakukan aktivitas. g. Menarik atau unik, yaitu taman lingkungan memiliki kesan yang baik bagi pengguna ruang. 23