SUGIYANTO UTOMO, 2015 RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 19 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2011

PERANCANGAN TPU MUSLIMIN DALAM RANGKA OPTIMASI RUANG TERBUKA HIJAU PEMAKAMAN DI KOTA BANDUNG. Oleh : Achmad Firmansam B Universitas Padjadjaran

BAB III METODELOGI PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 2 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil KTT bumi di Rio de Janeiro (1992) dan Johannesburg

WALIKOTA PASURUAN, PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PEMAKAMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat lepas dari dua peristiwa penting dalam kehidupannya

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

Matrik Cascading Kinerja Dinas Tata Bangunan dan Kebersihan tahun 2016

- 1 - NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMAKAMAN DAN PENGABUAN JENAZAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PEMAKAMAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara, termasuk Indonesia. Dampak peningkatan jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi dan komunikasi yang telah kita capai sekarang benar-benar

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PEMAKAMAN DI KABUPATEN MADIUN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 47 TAHUN 2011.

-2- Dengan Persetujuan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN. : 1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2012 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BANDUNG NOMOR : 29 TAHUN 1998 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN PELAYANAN PEMAKAMAN UMUM DAN PENGABUAN MAYAT

FORMULA. Bidang Tata Ruang ditetapkan. Σ Izin Pemanfaatan Ruang yang diterbitkan dalam 1 Tahuan FORMULA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

Pelayanan Pemakaman Meliputi : Potensi :

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

- 2 - untuk masyarakat secara luas.

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI WILAYAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 4. Kepadatan Populasi Hubungannya dengan LingkunganLatihan Soal 4.1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perumahan, yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELAYANAN TEMPAT PEMAKAMAN DAN PENGABUAN JENASAH

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA MALANG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERMENDAGRI NO. 9 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI DAERAH

PROFIL KABUPATEN / KOTA

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat yang dapat berjalan seimbang di segala bidang dalam

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

Pembangunan (Jakarta: Universitas Trisakti,2005), hal Dalam Penjelasan Pasal ayat 5 Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

I. PENDAHULUAN. ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR. TAHUN. TENTANG

OPTIMALISASI PEMANFAATAN TAMAN KOTA OLEH MASYARAKAT KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR... TAHUN... TENTANG

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

TABEL 1 RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PRAKIRAAN MAJU TAHUN 2017 KOTA BANDUNG

KEPALA DINAS SUB BAGIAN UMUM BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA SYARIAT ISLAM SEKSI PEMBINAAN SUMBER DAYA TENAGA KEAGAMAAN SEKSI

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

UU NO 4/ 1992 TTG ; PERUMAHAN & PERMUKIMAN. : Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian & sarana pembinaan. keluarga.

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Suatu kota terbentuk karena adanya kebutuhan, utamanya ialah kebutuhan manusia baik dalam hal ekonomi, tempat tinggal maupun makanan. Namun seiring berjalannya waktu tidak hanya kebutuhan makanan dan tempat tinggal saja yang coba dipenuhi dalam kota, melainkan pelayanan pemerintahan dan fasilitas ruang terbuka. Rinaldi (2012:1) mengemukakan bahwa suatu kota adalah tempat bermukimnya warga kota, tempat bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintahan dan lain-lain. Kota sebagai tempat berbagai aktifitas warga kotanya.suatu kota akan memiliki beban yang besar dalam memenuhi kebutuhan warganya. Dalam memenuhi kebutuhan warga kotanya suatu kota perlu memiliki sarana dan prasarana yang menunjang. Menurut Mirsa (2012:32) prasarana kota mendasar ialah seperti jalan, saluran drainase, penyediaan lahan parkir, pemancar telekomusikasi dan gardu listrik. Sedangkan sarana perkotaan berupa fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah bagi seluruh umat beragama, fasilitas social, fasilitas hiburan, serta fasilitas pelayanan pemerintahan. Di samping itu terdapat fasilitas komersil yang harus ada pada suatu kota berupa warung, tempat perbelanjaan, pasar, pusat perbelanjaan umum/pertokoan, fasilitas sosial berupa panti asuhan, serta fasilitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) berupa tempat bermain, lapangan olah raga, kolam berenang, taman kota, hutan kota, dan tempat rekreasi. Dijelaskan lebih lanjut dalam peraturan pemerintah PERMENDAGRI No. 2 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terkuka Hijau Kawasan Perkotaan sebenarnya tempat pemakaman umum termasuk kedalam kawasan ruang terbuka hijau atau RTH. Tempat Pemakaman Umum yang kemudian disingkat TPU memiliki fungsi sebagai ruang terbuka hijau. TPU terdiri atas tiga jenis, yaitu (1) Tempat Pemakan 1

2 Umum (TPU), (2) Tempat Pemakaman Bukan Umum (TPBU), (3) Tempat Pemakman Khusus (TPK). Jenis-jenis tempat pemakaman tersebut memiliki perbedaan dalam penggunaan dan pengelolaanya, menurut Peraturan Daerah Kota Bandug No 21 Tahun 2001 Tentang Ketentuan-ketentuan Pelayanan Pemakaman Umum Dan Pengabuan Mayat, Tempat Pemakaman Umum selanjutnya disingkat TPU adalah areal tempat pemakaman milik/dikuasai Pemerintah Daerah yang disediakan untuk umum yang berada dibawah pengawasan, pengurusan dan pengelolaan pemerintah daerah dan sekaligus dapat menjadi paru-paru kota/taman kota. Kota Bandung sebagai ibu kota dari Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu kota yang berkembang dengan pesat. Hal ini terlihat berdasarkan data tahun 2007 Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Kota Bandung sebesar 1,88% atau mengalami pertambahan penduduk rata-rata pada tahun 2007 sebesar 43.802 jiwa penduduk. Salah satu faktor penyebabnya ialah terpusatnya kegiatan pemerintahan di Kota Bandung, terutama bagi masyarakat Jawa Barat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika tahun 2013, Kota Bandung berpenduduk sebesar 2.455.517 jiwa penduduk. Dengan jumlah penduduk yang besar Kota Bandung memiliki tingkat kepadatan penduduk yang terhitung tinggi. Angka kepadatan penduduk Kota Bandung bedasarkan data Badan Pusat Statistika tahun 2013 ialah 14.676 jiwa/km 2. Laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung dipengeruhi oleh pertumbuhan penduduk, baik oleh pertumbuhan penduduk secara alami maupun pertambahan penduduk secara sosial. Pertambahan penduduk alami ialah pertambahan penduduk yang sebabkan faktor kelahiran dan kematian. Sedangkan pertambahan peduduk sosial ialah pertambahan penduduk yang disebabkan oleh terjadinya arus urbanisasi, imigrasi dan transmigrasi. Pertambahan penduduk alami Kota Bandung berdasarkan data pada tahun 2012, tercatat angka kelahiran berdasarkan pada akta kelahiran yang dikeluarkan terdapat

3 sebanyak 33.858 akta. Angka kematian di kota bandung berdasarkan data pada tahun 2012, akta kematian tercatat sebanyak 1.777 akta. Pertumbuhan penduduk sosial Kota Bandung pada tahun 2012 tercatat dari surat ijin tinggal tetap bagi warga asing yang dikeluarkan oleh dinas imigrasi Kota Bandung sebanyak 36.446 berkas. Selain itu jumlah transmigrasi dari Kota Bandung tercatat sebanyak 82 jiwa, dengan penyebaran penduduk ke daerah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Kepadatan penduduk Kota Bandung memiliki tingkat kepadatan yang cukup padat dengan masyarakatnya yang heterogen. Agama yang dipeluk oleh masyarakat Kota Bandung sebagian besar yaitu agama Islam dan Kristen. Dilihat dari segi agama dan kepercayaan yang dipegang oleh penduduk Kota Bandung, kebutuhan akan lahan tempat pemakaman umum menjadi sangat penting dan perlu mendapat perhatian lebih, karena mayoritas penduduk memerlukan lahan untuk memakamkan sanak saudara maupu keluarganya yang sudah meniggal. Kota Bandung memiliki 13 tempat pemakaman umum yang dikelola oleh Dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung dengan luas keseluruhan sebesar 1.461.508 m 2, diantaranya: Tabel 1.1 TPU Di Kota Bandung No Nama TPU Peruntukkan Luas Lahan (m 2 ) Lokasi TPU 1 TPU Cikadut Hindu/Buddha 561.557 Jalan Cikadut 2 TPU Astana Anyar Islam 74.469 Jalan Bojongloa 3 TPU Sirnaraga Islam 156.000 Jalan Pajajaran 4 TPU Pandu Kristen 127.700 Jalan Pandu 5 TPU Maleer Islam 79.534 Jalan Jembatan Opat 6 TPU Gumuruh Islam 20.000 Jalan Gumuruh 7 TPU Cikutra Islam 83.608 Jalan Cikutra 8 TPU Legok Ciseureuh Islam 16.651 Jalan Moch. Toha 9 TPU Ciburuy Islam 21.000 Jalan Moch. Toha 10 TPU Babakan Ciparay Islam 32.990 Jalan Makam 11 TPU Cibarunay Islam 17.500 Jalan Cibarunay 12 TPU Nagrog Islam 222.415 Jalan Nagrog 13 TPU Rancalili Islam 41.531 Jalan Sawo Endah Sumber : Siteplan situasi 13 TPU Beserta Photo Kota Bandung-TA 2013

4 Berdasarkan tabel 1.1 Kota Bandung memiliki 13 TPU dengan jumlah keseluruhan makam yang dimiliki berjumlah 187.565 makam, dengan terdiri dari 133.872 makam aktif dan 53.693 makam tidak aktif. Dihitung dari luasnya, pemakaman di Kota Bandung berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Rafi i memiliki luas 1.454.955 m 2, namun dalam penelitiannya tercatat sekitar 96% lahan telah digunakan dan hanya tersisa 4% atau sekitar 58.198 m 2 lahan yang dapat digunakan. Ketersediaan lahan pemakaman di Kota Bandung sudah jauh berkurang. Akan tetapi pada kenyataannya Kota Bandung sudah tidak lagi memiliki lahan kosong yang dapat digunakan. Dengan hanya memiliki 4% lahan yang dapat dipergunakan, ketersediaan lahan pemakaman di Kota Bandung hanya mencukupi hingga 9 tahun mendatang atau pada tahun 2021 bila dihitung dari tahun penelitian sebelumnya. Hal ini dikarenakan angka kematian di Kota Bandung berdasarkan berita (metro Bandung) mencapai 20-30 orang setiap harinya, dan warga yang dimakamkan di Kota Bandung mencapai 6.600 jiwa penduduk pertahunnya. Untuk mengatasi ketersediaan lahan pemakam, ada beberapa cara yang digagas oleh pemerintah khususnya dinas Pemakaman dan Pertamanan Kota Bandung. Salah satunya dengan mengadakan sistem makam tumpang, dengan syarat masih dalam satu keluarga ataupun mendapatkan ijin secara tertulis dari ahli waris jenazah yang bersangkutan. Selain itu terdapat pula jasa kremasi atau pengabuan jenazah yang disediakan oleh pihak swasta. Penggunaan kedua cara pemakaman tersebut merupakan solusi dalam memenuhi ketersediaan dan kebutuhan lahan tempat pemakaman umum di Kota Bandung. Namun semua itu masih perlu dikaji dan dilihat bagaimana masyarakat mampu menanggapi hal demikian. Untuk itu melihat latar bekakang diatas peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan sasaran utama ialah pandangan dan sikap dari warga Kota Bandung terhadap ketersediaan lahan pemakam, maka untuk kepentingan itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

5 RESPONS MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN MAKAM TUMPANG DI KOTA BANDUNG. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas maka peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah yang diajukan dan dijadikan acuan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu : 1. Bagaimana respons kognitif masyarakat Kota Bandung terhadap kebijakan makam tumpang? 2. Bagaimana respons afektif masyarakat Kota Bandung terhadap kebijakan makam tumpang? 3. Bagaimana respons konatif masyarakat Kota Bandung terhadap kebijakan makam tumpang? 4. Bagaimana proyeksi penyediaan lahan pemakaman di kota Bandung dengan kebijakan makam tumpang? C. Tujuan Penelitian Adapula tujuan dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagi berikut : 1. Untuk mengidentifikasi respons kognitif masyarakat Kota Bandung dalam menyikapi kebijakan makam tumpang. 2. Untuk mengidentifikasi respons afektif masyarakat Kota Bandung dalam menyikapi kebijakan makam tumpang. 3. Untuk mengidentifikasi respons konatif masyarakat Kota Bandung dalam menyikapi kebijakan makam tumpang. 4. Untuk memproyeksikan ketersediaan lahan pemakaman di Kota Bandung dengan kebijakan makam tumpang.

6 D. Manfaat Penelitian Dilakukannya penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik untuk dinas terkait maupun bagi pandangan masyarakat pada umumnya, dan diantaranya ialah: 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai respon masyarakat Kota Bandung terhadap kebijakan makam tumpang. b. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai proyeksi lahan pemakaman dengan menerapkan kebijakan makam tumpang c. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan sumbangan pemikiran untuk bidang pendidikan geografi yang berkaitan dengan geografi dalam ranah sosial. d. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai salah satu sumber data bagi pengembangan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi mengenai proyeksi lahan pemakaman di Kota Bandung dengan kebijakan makam tumpang. b. Sebagai bahan masukan bagi Pemerntah Kota Bandung mengenai kebijakan makam tumpang.