PENGARUH VOLUME IRIGASI PADA BERBAGAI FASE TUMBUH PADA PERTUMBUHAN MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK OLEH HALIMAH RIYANTI A

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

I. PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang tumbuh merambat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. MATERI DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL MENTIMUN (CUCUMIS SATIVUS L.) AKIBAT PERLAKUAN VARIETAS DAN KONSENTRASI ZPT DEKAMON

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JUMLAH BUAH DAN PANGKAS PUCUK (TOPING) TERHADAP KUALITAS BUAH PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

MENENTUKAN KONSENTRASI MOLIBDENUM TERBAIK UNTUK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) PADA SISTEM HIDROPONIK

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2014 di Laboratorium

Transkripsi:

PENGARUH VOLUME IRIGASI PADA BERBAGAI FASE TUMBUH PADA PERTUMBUHAN MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK OLEH HALIMAH RIYANTI A24070119 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

RINGKASAN HALIMAH RIYANTI. Pengaruh Volume Irigasi pada Berbagai Fase Tumbuh pada Pertumbuhan Melon (Cucumis melo L.) dengan Sistem Hidroponik (Dibimbing oleh EKO SULISTYONO). Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh volume irigasi pada berbagai fase tumbuh pada pertumbuhan melon (Cucumis melo L.) yang dibudidayakan secara hidroponik. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB, unit lapangan Cikabayan Dramaga Bogor mulai bulan Februari hingga Juni 2011. Penelitian ini dilaksanakan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu volume irigasi. Perlakuan pada penelitian ini adalah volume irigasi yaitu 0.5 x Eo (evaporasi permukaan air bebas), 1 x Eo, 1.5 x Eo dan 2 x Eo masing-masing diberikan pada seluruh fase tumbuh, yaitu seluruh fase tumbuh (dari tanam hingga panen), fase tanam hingga berbunga dan fase berbunga hingga panen. Jumlah perlakuan ada 12 taraf perlakuan, antara lain : (0.5T) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (0.5T 1 ) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga (0.5T 2 ) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada bunga-panen (1T) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-panen (1T 1 ) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-bunga (1T 2 ) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada bunga-panen (1.5T) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (1.5T 1 ) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga (1.5T 2 ) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada bunga-panen (2T) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-panen (2T 1 ) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-bunga (2T 2 ) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada bunga-panen Masing-masing taraf perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan.

iii Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih melon varietas Alien yang diperoleh dari toko pertanian yang ada di Bogor dan pasir yang digunakan sebagai media tanaman melon, pemupukan menggunakan pupuk hidroponik dengan komposisi 32-10-10 yang digunakan pada fase tanam hingga berbunga dan komposisi 10-55-10 yang digunakan pada fase berbunga hingga panen. Pestisida yang digunakan antara lain decis dan fungisida yang diaplikasikan seminggu sekali dengan cara disemprot pada tanaman mulai dari tanaman berumur 3 MST. Beradasarkan hasil penelitian bahwa secara umum perlakuan irigasi memberikan hasil yang berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan vegetatif, generatif maupun pada bobot kering tanaman. Pada pengamatan vegetatif maupun generatif perlakuan irigasi 1.5xEo (evaporasi permukaan air bebas) dan 2xEo memberikan pengaruh pertumbuhan tertinggi. Pada pangamatan fase vegetatif, perlakuan volume irigasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat 3 MST dan 4 MST, jumlah daun saat 3, 4, dan 5 MST, serta jumlah cabang saat 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 MST namun tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST hingga 9 MST, jumlah daun saat 6 MST hingga 9 MST dan jumlah cabang saat 9 MST. Sedangkan pada fase generatif perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga tanaman, jumlah bunga jantan dan betina saat 7 MST dan 8 MST, bunga hermaprodit 8 MST, bobot buah, diameter vertikal dan horizontal buah tetapi tidak berbeda nyata pada jumlah bunga hermaprodit saat 7 MST. Produksi bobot buah terbesar dihasilkan oleh perlakuan irigasi 1.5 x Eo T 2.

PENGARUH VOLUME IRIGASI PADA BERBAGAI FASE TUMBUH PADA PERTUMBUHAN MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor HALIMAH RIYANTI A24070119 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

LEMBAR PENGESAHAN Judul : PENGARUH VOLUME IRIGASI PADA BERBAGAI FASE TUMBUH PADA PERTUMBUHAN MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK Nama : Halimah Riyanti NIM : A24070119 Menyetujui, Pembimbing Skripsi Dr. Ir.Eko Sulistyono MSi NIP. 19620225 198703 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Tanggal Lulus : Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr NIP. 19611101.198703.1.003

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 25 Mei 1989. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Suryanto dan Ibu Suhariyati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Manna Bengkulu Selatan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 14 Madiun dan lulus pada tahun 2004. Penulis kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 3 Madiun dan lulus pada tahun 2007. Tahun 2007 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor). Penulis juga aktif di berbagai kepanitian acara mahasiswa. Tahun 2009 penulis sebagai sie medis dalam kepanitiaan MPD (Masa Perkenalan Departemen). Pada tahun 2010 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) selama 2 bulan di Desa Pantirejo Kabupaten Pekalongan.

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga skripsi yang berjudul Pengaruh Volume Irigasi pada Berbagai Fase Tumbuh pada Pertumbuhan Melon (Cucumis melo L.) dengan Sistem Hidroponik ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan Skripsi disusun untuk memenuhi tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) agronomi hortikultura. Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksananan penelitian dan penulisan skripsi ini serta dalam kehidupan kampus penulis. Ucapan penghargaan penulis tujukan kepada : 1. Dr. Ir.Eko Sulistyono MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing akademik. 3. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS dan Dr. Ir. Sobir, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis. 4. Kedua orang tua, ibu bapak dan mbakku Amalia Riyanti yang telah memberikan dukungan, semangat serta doa tulus yang selalu diberikan kepada penulis. Penulis akan selalu memberikan yang terbaik untuk ibu dan bapak. 5. Mansur Setya Putra, yang telah banyak memberikan dukungan serta bantuannya, terima kasih banyak atas segalanya, sukses selalu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukan. Bogor, Juni 2011 Penulis

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Botani dan Diskripsi Tanaman Melon... 3 Teknik Budidaya Melon... 3 Sistem Hidroponik... 5 Volume Irigasi dan Fase Tumbuh... 6 BAHAN DAN METODE... 8 Tempat dan Waktu Penelitian... 8 Bahan dan Alat... 8 Metode Penelitian... 8 Pelaksanaan Penelitian... 10 Pengamatan... 12 HASIL DAN PEMBAHASAN... 14 Kondisi Umum... 14 Pertumbuhan Vegetatif... 15 Pertumbuhan Generatif... 23 Bobot Kering Tanaman... 28 KESIMPULAN DAN SARAN... 31 Kesimpulan... 31 Saran... 31 DAFTAR PUSTAKA... 32 LAMPIRAN... 35

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam... 16 2. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman... 18 3. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun... 20 4. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang... 22 5. Pengaruh perlakuan terhadap umur berbunga... 23 6. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, bunga betina dan bunga hermaprodit... 25 7. Pengaruh perlakuan terhadap bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah... 27 8. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering batang, daun, bobot kering akar serta ratio tajuk/akar... 29

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tanaman melon di lapangan... 14 2. Tinggi tanaman melon perlakuan 0.5T saat 4 MST... 16 3. Cabang pada tanaman yang segera dipangkas... 21 4. Bunga tanaman melon... 24 5. Bobot buah melon terbaik 1.5 x Eo T 2... 27 6. Panen brangkasan... 28

DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Kandungan Pupuk Hidroponik... 36 2. Denah Percobaan... 37 3. Jadwal Irigasi... 38 4. Pengamatan Evaporasi... 39 5. Pot Hidroponik dan Panci Evaporasi... 40 6. Tabel Volume Irigasi... 41 7. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam... 44

PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan terhadap tanaman hortikultura khususnya buah-buahan meningkat seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan gizi. Salah satu komoditas buah-buahan yang menjadi prioritas dan perlu mendapat perhatian adalah melon (Cucumis melo L.) Tanaman melon termasuk salah satu jenis tanaman buah-buahan semusim yang mempunyai arti penting bagi perkembangan sosial ekonomi khususnya dalam meningkatkan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja. Melon kini berkembang sebagai komoditas agribisnis dan memiliki nilai ekonomi serta prospek yang cukup besar dalam pemasarannya. Menurut Fiar (2010) buah melon mengandung antikoagulan yang disebut dengan adenosine sehingga mampu menghentikan penggumpalan sel darah yang dapat memicu timbulnya penyakit stroke atau jantung serta kandungan karotenoid yang tinggi pada buah melon dapat mencegah kanker dan menurunkan resiko serangan kanker paru-paru. Kandungan nutrisi buah melon adalah 34 mg vitamin C, 15.00 mg kalsium, 25.00 mg fosfor, dan 0.5 mg zat besi. Pencapaian kualitas buah yang baik dapat dilakukan dengan mengoptimalkan lingkungan tumbuh, seperti penggunaan sistem hidroponik. Menurut Jones (1930) sistem hidroponik merupakan teknologi budidaya tanaman tanpa tanah dengan pemberian larutan hara yang dibutuhkan tanaman. Pemupukan dan irigasi dapat diaplikasikan secara bersamaan (Susila, 2006). Sistem hidroponik tersebut dapat mengontrol kebutuhan hara tanaman sehingga kualitas buah yang dihasilkan optimal. Tanah yang merupakan media dalam budidaya konvensional, semakin lama unsur haranya semakin berkurang dan tanamanpun akan kekurangan nutrisi, sehingga dibutuhkan suatu teknologi baru yang dapat mengatur pemberian nutrisi dengan mudah agar kebutuhan nutrisi tanaman tercukupi. Teknologi hidroponik solusinya, yaitu dengan pemberian nutrisi yang langsung ke bagian akarnya.

2 Budidaya melon di rumah kaca memerlukan pemeliharaan khusus, salah satunya volume irigasi yang berkaitan dengan kebutuhan air dan hara pada tanaman serta fase tumbuh pada tanaman melon juga mempengaruhi kualitas buah melon. Kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi. Sulistyono (2007) menyatakan bahwa kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai volume air yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman selain yang berasal dari curah hujan. Air mutlak dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk pertumbuhan. Tujuan Penelitian ini betujuan untuk mengetahui berapa kebutuhan air untuk tanaman melon dan perbedaan volume air pada berbagai fase tumbuh mempengaruhi pertumbuhan dan produksi melon. Hipotesis Terdapat pengaruh perbedaan volume air pada berbagai fase tumbuh untuk pertumbuhan dan produksi melon.

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Diskripsi Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon merupakan tanaman semusim (annual), tumbuh menjalar di tanah atau dapat dirambatkan pada turus bambu yang mirip dengan tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) (Rubatzky, 1999). Melon mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1980-an di daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) oleh PT Jaka Utama Lampung. Famili Cucurbitaceae umumnya memiliki bunga monoecious, dengan bunga jantan dan bunga betina atau hermaprodit berada dalam satu tanaman (Richards, 1997). Melon termasuk dalam buah pepo, yaitu pada biji terdapat lapisan tipis yang menyelimuti (lendir). Lendir tersebut terasa manis, kenyal, dan tidak banyak mengandung air. Buah melon menghasilkan banyak biji dalam jumlah banyak (300-500 biji), berwarna puti atau kusam, berbentuk elips dan licin. Tanaman melon terdiri dari dua daun lembaga sehingga dimasukkan dalam kelas tumbuhan berbiji belah (dikotil) dan tergolong dalam genera Cucumis. Secara lengkap dilihat dari segi taksonomi tumbuhan, tanaman melon diklasifikasikan mulai dari kingdomnya adalah Plantarum, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dikotil, sub-kelas Sympetalae, ordo Cucurbitales, famili Cucurbitaceae, genus Cucumis, dan spesies Cucumis melo L (Resh, 2004). Teknik Budidaya Melon Pemilihan Benih dan Pembibitan Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit yang sehat, kuat dan terawat baik pada awalnya. Bibit yang jelek tidak akan mungkin menghasilkan tanaman melon yang mampu berproduksi bagus di lapangan. Oleh karena itu, pembibitan merupakan kunci awal keberhasilan dalam budidaya melon. Hal ini tak lepas pula dari peran pemilihan benih yang

4 berkualitas yang akan menentukan pertumbuhan selanjutnya pada tanaman melon. Benih yang akan digunakan pada penelitian ini adalah benih melon varietas Alien. Benih ditanam pada kedalaman 2-3 cm pada media pasir, kecambah tanaman melon akan mucul pada 4 8 hari setelah penanaman. Daun sejati tumbuh setelah 5 6 hari setelah membukanya kotiledon, lalu diikuti oleh pertumbuhan sekitar 2 4 tunas-tunas aksilar pada batang primer. Transplanting dan Pemeliharaan Tanaman melon perlu disemaikan terlebih dahulu agar pertumbuhannya lebih dapat dikontrol dan seragam. Persemaian dan pembibitan umumnya menjadi satu (tidak dilakukan dalam tempat yang berbeda) (Prihmantoro dan Indriani, 2002). Umur pembibitan yang siap untuk dipindahkan adalah sekitar 10-14 hari, saat telah keluar sekitar 3 daun pada tanaman. Melon (Cucumis melo L.) merupakan jenis tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber devisa dari sektor non-migas. Produksi dan pertumbuhan tanaman melon tetap baik ditanam pada musim hujan maupun musim kemarau. Namun yang paling baik ditanam pada musim kemarau karena rasa buahnya lebuh manis (Cahyono, 1996). Langkah strategis yang menentukan pertumbuhan dan produktivitas tanaman melon adalah pemeliharaan tanaman. Faktor lingkungan sangat besar peranannya dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon di lapangan. Pemeliharaan tanaman melon dimulai dari penyulaman, pemangkasan tunas, pengikatan batang, pengikatan tangkai buah, pemupukan tambahan, pengairan, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit (Warni dan Purbiati, 2010). Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon membutuhkan para-para atau ajir untuk menopang berat tanaman dan buah serta sebagai arah rambatan tanaman. Dalam rumah kaca dapat digunakan tali rambat sebagai ganti ajir. Panen Pemanenan dilakukan secara bertahap dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap dipanen. Kriteria buah yang siap untuk dipanen adalah bila

5 telah terjadi retakan dan garis pemisah antara tangkai buah dan buahnya tampak jelas, warna kulit kekuningan, dan beraroma harum. Pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari karena pada saat itu kondisi buah masih segar dan kandungan airnya banyak. Panen dan penanganan pasca panen yang salah akan menurunkan kualitas buah (Prihmantoro dan Indriani, 2002). Sistem Hidroponik Hidroponik merupakan budidaya tanaman tumbuh tanpa tanah, telah dikembangkan dari hasil percobaan yang dilakukan untuk menentukan zat apa yang membuat tanaman tumbuh dan komposisi tanaman (Resh, 2004). Teknologi hidroponik ini masih termasuk baru, diperkirakan mulai dikenal di Indonesia pada akhir tahun 80-an. Namun teknologi hidroponik ini mulai mendapat perhatian di Indonesia dalam lima tahun terakhir, khususnya untuk menghasilkan produk hortikultura dan flortikultura. Di negara-negara subtropik teknologi hidroponik sudah dikenal dan diterapkan cukup lama sehingga sudah sampai pada tahap yang sangat maju terutama dalam hal penciptaan lingkungan tumbuh yang optimal bagi pertumbuhan tanaman (Chadirin, 2007). Menurut Wijayani dan Widodo (2005), buah yang ditanam dalam greenhouse memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan penanaman di lahan terbuka. Penggunaan greenhouse bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang terkendali agar pertumbuhan tanaman optimal, seperti melindungi tanaman dari angin dan hujan, menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit serta menjaga suhu dan kelembapan lingkungan. Sistem hidroponik melon pada dasarnya hampir sama dengan sistem hidroponik sayuran. Penggunaan larutan nutrisi pada media tumbuh merupakan faktor utama dalam budidaya melon secara hidroponik. Hara makro yang diperlukan dalam media hidroponik adalah N, P, K dan Ca. sedangkan hara mikro yaitu Fe dan Mn. Pada budidaya secara hidroponik, nilai ph pada media tanam perlu dijaga dalam kisaran 6.2-6.8 untuk menjamin ketersediaan hara (Susila, 2006).

6 Volume Irigasi dan Fase Tumbuh Pengelolaan air membutuhkan penanganan yang serius berkenaan dengan memaksimalkan penggunaan air permukaan. Pengaturan penggunaan air yang efisien sangat diperlukan untuk memaksimalkan areal tanam. Pengaturan kebutuhan air (volume irigasi) ini dapat dilakukan dengan pengaturan jadwal tanam terhadap petak irigasi. Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pertanian. Pada mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas mengairi lahan dengan air saja tanpa memperdulikan berapa air yang sebenarnya dibutuhkan oleh lahan dan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan air dalam tanah. Tanaman dapat tumbuh dengan baik dalam kapasitas lapang, tetapi saat kadar air berada pada titik layu permanen pertumbuhan tanaman menjadi tertanggu. Tingkat respon tanaman terhadap air dipengaruhi oleh jenis tanaman dan sistem perakaran saat terjadi kekurangan air pada periode pertumbuhan (Supriyadi, 2006). Hubungan air dengan pertumbuhan tanaman untuk melihat diperlukannya suatu pemahaman tentang respon tanaman terhadap air. Menurut Kramer (1996) air pada tanaman akan berfungsi sebagai : (1) penyusun utama jaringan tanaman, (2) pelarut garam, gula dan senyawa lainnya sehingga larutan tersebut dapat bergerak dari satu sel ke sel lainnya, (3) pengatur suhu, (4) mempertahankan turgor tanaman, (5) pereaksi dalam fotosintesis dan dalam hidrolitik. Kebutuhan air tanaman untuk pertumbuhan merupakan jumlah air yang digunakan oleh tanaman untuk tumbuh normal atau disebut evapotranspirasi. Besarnya kebutuhan air tanaman untuk setiap pertumbuhan ditentukan oleh tingkat pertumbuhan, faktor iklim, dan jenis dari tanaman tersebut. Kebutuhan air tanaman dalam hal ini adalah sebesar evaporasi dari tanaman itu sendiri yang nnantinya akan dijadikan dasar untuk mennentukann jumlah air yang harus diberikan pada waktu penyiraman. Kebutuhan air tanaman pada tanaman melon terbagi dalam lima tahap pertumbuhan yaitu tahap awal (15 hari) yang ditandai dengan mulainya pertumbuhan batang dan daun utama, tahap vegetatif (25 hari) ditandai dengan tumbuhnya bakal cabang atau bakal batang muda, tahap pembungaan (20 hari) ditandai dengan munculnya bunga jantan dan bunga betina, tahap terbentuknya buah (20 hari) ditandai dengan bakal buah yang membesar dan

7 menjadi buah yang nyata, dan tahap pematangan (10 hari) ditandai dengan adanya perubahan warna buah dan aroma yang harum. Fase tumbuh pada tanaman melon memiliki beberapa tahap, mulai dari tanam hingga panen. Fase tumbuh pada tanaman melon memiliki beberapa tahap, mulai dari tanam hingga panen yaitu seluruh fase tumbuh (tanam hingga panen), fase tanam hingga berbunga dan fase berbnga hingga panen. Fase tumbuh ini juga berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sehingga menentukan kualitas dan produksi buah melon (Resh, 2004).

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca University Farm Kebun Percobaan Cikabayan IPB Dramaga Bogor pada ketinggian tempat 240 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2011. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan adalah benih melon dengan varietas Alien, media hidroponik berupa pasir, pupuk hidroponik dengan kandungan unsur hara makro dan mikro (Lampiran 1) dimana yang digunakan pada saat fase tanam hingga berbunga yaitu komposisi 32-10-10 dan komposisi 10-55-10 yang digunakan pada saat fase berbunga hingga panen. Pupuk ini diaplikasikan dengan cara disiram pada tanaman. Pestisida yang digunakan antara lain decis dan fungisida yang diaplikasikan seminggu sekali mulai dari tanaman berumur 3 MST. Peralatan yang digunakan adalah ember dengan diameter 30 cm dan ember yang digunakan untuk panci evaporasi yang berukuruan tinggi 35 cm dan diameter 30 cm, cangkul, ajir, tray, saringan, tali rambatan, timbangan, gelas ukur 1000 ml dan alat penunjang lainnya. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yang dilakukan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan pada penelitian ini adalah volume irigasi yaitu 0.5 x Eo (evaporasi permukaan air bebas), 1 x Eo, 1.5 x Eo dan 2 x Eo. Eo merupakan evaporasi permukaan air bebas dimana masingmasing diberikan pada seluruh fase tumbuh, yaitu seluruh fase tumbuh (dari tanam hingga panen), fase tanam hingga berbunga dan fase berbunga hingga panen. Jumlah perlakuan ada 12 perlakuan, antara lain : (0.5T) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (0.5T 1 )Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga

9 (0.5T 2 )Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada bunga-panen (1T) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-panen (1T 1 ) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-bunga (1T 2 ) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada bunga-panen (1.5T) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (1.5T 1 )Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga (1.5T 2 )Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada bunga-panen (2T) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-panen (2T 1 ) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-bunga (2T 2 ) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada bunga-panen Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Denah percobaan dapat dilihat pada (Lampiran 2). Metode penyiraman volume irigasi sesuai dengan jadwal irigasi penyiraman (Lampiran 3) yang kemudian dilakukan dengan pengamatan evaporasi (Lampiran 4). Pada pertumbuhan tanaman di rumah kaca terjadi evaporasi, yaitu penguapan air yang menyebabkan penurunan air pada panci evaporasi, gambar atau desain panci evaporasi dapat dilihat pada (lampiran 5). Model rancangan yang diguanakan adalah : Keterangan: Y ijk Y ijk = μ + α i + KK + ε ijk = Nilai pengamatan pada perlakuan volume irigasi ke-i dan ulangan ke-k μ α i = Rataan umum = Pengaruh perlakuan ke-i KK = Kelompok ke-k ε ijk = Galat perlakuan Data yang diperoleh diuji dengan uji F pada taraf 5 %. Jika dalam sidik ragam perlakuan menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda nilai tengah dengan Tukey pada taraf 5 %.

10 Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Hidroponik Umunya media tanam yang digunakan dalam sistem hidroponik adalah media yang bersifat poros, seperti pasir, arang sekam, batu apung, kerikil, dan rockwool. Media yang digunakan pada penelitian ini adalah pasir. Media ini baik untuk diterapkan dalam sistem hidroponik karena selain murah juga sangat mudah didapat. Selain itu media ini memiliki tekstur kasar sehingga memudahkan terjadinya sirkulasi udara dan dapat menghindari penyakit tular tanah (soil born disease). Sebelum pasir digunakan, pasir disaring terlebih dahulu dengan tujuan agar terpisahkan antara kerikil dan pasir. Kontrol Lingkungan Sebelum penelitian dilaksanakan rumah kaca dibersihkan, yaitu dengan cara membersihkan kotoran atau lumut-lumut yang menempel pada atap kaca pada rumah kaca. Prinsip dasar budidaya tanaman secara hidroponik adalah suatu upaya merekayasa alam dengan menciptakan dan mengatur suatu kondisi lingkungan yang ideal bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Selain itu juga membuat lingkungan itu pada kondisi yang optimum dan seragam. Kondisi tersebut dimulai dari persiapan media (disaring terlebih dahulu), pengendalian hama dan penyakit sampai pengaturan suhu dan kelembapan dalam greenhouse. Penanaman Penanaman dilakukan di dalam greenhouse di kebun Cikabayan IPB dengan menanam benih melon pada ember dengan media pasir. Sistem penanaman dengan cara ditanam langsung tanpa persemaian dengan menanam 5 benih per ember yang kemudian akan diseleksi menjadi satu tanaman terbaik pada saat 2 MST.

11 Pemberian Larutan Hara Pemberian larutan hara dilakukan 2 hari sekali bersamaan dengan penyiraman sejak tanaman berumur 3 MST hingga panen, pupuk yang digunakan berupa pupuk cair (Growmore) yang diaplikasikan dengan cara disiram pada tanaman dengan konsentrasi 0.15 %. Tahap persiapan larutan hara adalah sebagai berikut : a. Membuat larutan stok dengan konsentrasi 2.5 % dengan cara melarutkan pupuk growmore 100 gram dalam 4 liter air. b. Mengencerkan larutan stok menjadi konsentrasi 0.15 % berdasarkan rumus pengenceran : C 1 x V 1 = C 2 x V 2 dimana C 1, V 1, C 2, V 2 masing-masing adalah konsentrasi larutan stok, volume larutan stok, konsentrasi larutan hara, dan volume larutan hara yang diperlukan. c. Meberikan irigasi bersama larutan hara dengan volume sesuai dengan perlakuan (Lampiran 6) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : K x Eo. 10-1 x π r 2 Keterangan : K : Koefisien perlakuan (0.5 ; 1 ; 1.5 ; 2) Eo : Evaporasi panci (mm) r : Jari-jari ember hidroponik (cm) Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan antara lain pemupukan, pemangkasan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan 2 hari sekali bersamaan dengan penyiraman sejak tanaman berumur 3 MST hingga panen, pupuk yang digunakan berupa pupuk hidroponik yang diaplikasikan dengan cara disiram pada tanaman dengan konsentrasi 0.15 %. Pemangakasan untuk tanaman melon sangat penting agar pertumbuhannya terarah dan menghasilkan buah yang berkualitas. Pemangkasan ada dua macam, yaitu pemangkasan untuk memperoleh tanaman berbatang ganda, serta pemangkasan pemeliharaan untuk mendapatkan buah yang berkualitas (pemangkasan tunggal). Namun pada penelitian ini hanya menggunakan pemangkasan tunggal. Pemangkasan cabang apikal dilakukan apabila tanaman telah memilki sekitar 23-

12 25 daun. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut gulma yang ada di ember. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pestisida yang digunakan antara lain decis dan fungisida yang diaplikasikan seminggu sekali mulai dari tanaman berumur 3 MST. Pemanenan Panen dilakukan secara bertahap pada tiap buah yang telah memenuhi kriteria panen. Pemanenan dilakukan pagi hari karena pada saat itu kondisi buah masih segar dan kandungan airnya banyak. Buah dipanen dengan menggunakan pisau atau gunting dengan menyisakan sedikit cabang buahnya sekitar 4-5 cm dan membentuk huruf T yang bertujuan untuk memperpanjang masa awet buah atau daya simpan buah. Pengamatan Pengamatan yang akan dilakukan pada penelitian ini meliputi pengamatan saat pemeliharaan meliputi peubah yang diamati sebagai berikut : 1. Tinggi tanaman (cm) yang diukur dari permukaan tanah sampai tajuk tertinggi selama periode pengamatan berlangsung. 2. Jumlah daun dengan menghitung jumlah daun dari daun yang telah terbentuk muncul pertama kali dari setiap tanaman yang ditanam. 3. Jumlah cabang yaitu dengan menghitung jumlah cabang yang telah terbentuk muncul pertama kali dari setiap tanaman yang ditanam. 4. Umur berbunga (HST) yaitu dengan menghitung umur tanaman saat bunga muncul diamati setiap hari selama periode pengamatan berlangsung. 5. Jumlah bunga dengan menghitung jumlah bunga selama periode pengamatan berlangsung. Bunga yang diamati adalah bunga jantan, betina dan hermaprodit. 6. Jumlah buah dengan menghitung jumlah buah dari setiap tanaman pada saat periode panen. 7. Berat buah yaitu menghitung berat buah melon dengan menggunakan timbangan digital yang ada di laboratorium pasca panen IPB.

13 8. Diameter buah, meliputi diameter vertikal dan diameter horizontal buah dengan menggunakan jangka sorong digital pada saat periode panen berlangsung. 9. Brangkasan dengan menghitung bobot kering tajuk dan bobot kering akar.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian (Gambar 1). Suhu rata-rata harian di dalam greenhouse adalah berkisar antara 45-49 C dan kelembapannya 47-50%. Suhu rata-rata dalam rumah kaca relatif tinggi yang menyebabkan daun tanaman mengalami kelayuan pada siang harinya namun kelayuan tersebut tidak bersifat permanen. Hama yang menyerang tanaman melon umumnya adalah kutu daun (Bemisia tabacci). Serangan kutu daun ini mulai terjadi saat tanaman berumur 4 MST sedangkan penyakit yang menyerang biasanya adalah embun tepung. Pengendaliannya dilakukan dengan penyemprotan pestisida decis dan fungisida. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut setiap gulma yang tumbuh di ember. Gambar 1. Tanaman melon di lapangan Tanaman melon mengalami stres setelah perlakuan irigasi dilakukan, terutama pada volume irigasi yang kecil. Stres tersebut ditandai dengan kondisi

15 daun yang tampak layu namun hal ini tidak bersifat permanen. Tanaman dapat pulih kembali setelah mendapat irigasi. Panen dilakukan secara bertahap sesuai dengan buah melon yang telah memiliki kriteria buah layak panen. Panen dilakukan dengan melihat penampakan kuantitatif buah yaitu ukuran buah sesuai dengan ukuran normal, serat jala pada kulit buah sangat nyata kasar dan warna kulit hijau kekuniangan serta buah memiliki aroma yang harum. Pertumbuhan Vegetatif Perlakuan volume irigasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat 3 MST dan 4 MST, jumlah daun saat 3 MST, 4 MST dan 5 MST, serta jumlah cabang saat 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 MST namun tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST hingga 9 MST, jumlah daun saat 6 MST hingga 9 MST dan jumlah cabang saat 9 MST (Tabel 1). Tinggi tanaman saat 3 MST perlakuan irigasi 1.5xEo T, 1.5xEo T 2, dan 2xEo T 2 menghasilkan tinggi tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1xEo T 2, 1xEo T 1, 1.5xEo T 1, 2xEo T, 2xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1xEo T dan 0.5xEo T 1 dan pada saat berumur 4 MST perlakuan irigasi 1.5xEo T 2 dan perlakuan 1xEo T 2 menghasilkan tinggi tanaman nyataa lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T dan 0.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1.5xEo T, 2xEo T, 1.5xEo T 1, 0.5xEo T 1 dan 1xEo T (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh perlakuan 0.5xEo merupakan dosis paling kecil yang diberikan saat irigasi sehingga pada perlakuan ini tanaman tidak memiliki tinggi tanaman yang optimal (Gambar 2). Pada fase pertumbuhan vegetatif ini, tanaman sangat sensitif terhadap kekurangan air. Jika terjadi kekurangan kelembapan pada media dalam fase ini maka akan menyebabkan keterlambatan pertumbuhannya. Pemberian air irigasi untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman setelah mengalami kekeringan pada fase ini tidak akan berhasil.

16 Gambar 2. Tinggi tanaman melon perlakuan 0.5T saat 4 MST Pada gambar diatas dapat dilihat dari keadaan tanaman yang mengalami pertumbuhan yang terlambat, batang yang kurang kokoh dan kerdil. Hal ini menandakan bahwa air begitu penting dalam kegiatan budidaya pertanian baik dalam pengembangan tanaman pangan, hortikultura, peternakan maupun perkebunan. Tanpa adanya dukungan ketersediaan air yang sesuai dengan kebutuhan baik dalam dimensi jumlah, mutu, ruang maupun waktunya, maka dapat dipastikan kegiatan budidaya tersebut akan berjalan dengan tidak optimal. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V Tinggi Tanaman 3 MST 0.0074 ** 1.61 12.46 4 MST <.0001 ** 4.18 11.71 5 MST 0.3017 tn 24.97 37.55 6 MST 0.2981 tn 36.62 25.25 7 MST 0.4851 tn 25.25 12.32 8 MST 0.675 tn 19.51 9.12 9 MST 0.675 tn 19.51 9.12

17 Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V Jumlah Daun 3 MST 0.0011 ** 0.44 8.13 4 MST <.0001 ** 0.85 9.47 5 MST <.0001 ** 1.51 10.78 6 MST 0.2753 tn 2.93 17.24 7 MST 0.4955 tn 1.91 8.54 8 MST 0.3001 tn 0.75 3.26 9 MST 0.7277 tn 0.54 2.32 Jumlah Cabang 4 MST 0.0045 ** 0.29 25.11 5 MST 0.0004 ** 0.57 30.9 6 MST 0.0002 ** 0.96 17.54 7 MST 0.0348 ** 1.11 11.02 8 MST 0.0028 ** 1.07 8.67 9 MST 0.4226 tn 2.54 19.49 Umur Berbunga 7 MST <0.001 ** 1.7 4.27 Bunga Jantan 7 MST 0.0005 ** 2.14 35.53 8 MST <.0001 ** 0.66 23.55 Bunga Betina 7 MST 0.001 ** 0.83 35.29 8 MST 0.0372 ** 0.66 39 Bunga Hermaprodit 7 MST 0.4594 tn 0.57 114.15 8 MST 0.0015 ** 0.38 99.25 Bobot Buah <.0001 ** 0.17 12.61 Diameter Vertikal <.0001 ** 2.68 2.21 Diameter Horizontal <.0001 ** 3.8 3.19

18 Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V BK Brangkasan Batang <.0001 ** 1.86 10.48 Daun <.0001 ** 1.94 5.29 Akar 0.0007 ** 0.14 15.84 Ratio tajuk/akar <.0001 ** 6.23 7.52 Keterangan : ( ** ) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan ( tn ) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Tinggi tanaman pada 5 MST hingga 10 MST menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, hal ini disebabkan karena telah dilakukan pemangkasan tunas apikal atau pucuk pada tanaman melon dengan memangkas batang utama dan menyisakan minimum 24 helai daun per tanaman yang merupakan salah satu cara pemangkasan agar tanaman tetap terarah dan berproduksi optimal. Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman Tinggi Tanaman Perlakuan 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 9.23 b 19.30 d 47.77 a 122.17 a 192.20 a 210.90 a 210.90 a 0.5T 1 11.43 ab 36.27 b 71.90 a 163.77 a 219.13 a 219.13 a 219.13 a 0.5T 2 12.10 ab 18.53 d 68.90 a 148.97 a 201.27 a 201.27 a 201.27 a 1T 12.00 ab 35.00 b 83.43 a 164.23 a 214.80 a 214.80 a 214.80 a 1T 1 13.50 ab 22.53 cd 65.10 a 141.07 a 198.30 a 206.13 a 206.13 a 1T 2 13.76 ab 58.96 a 51.33 a 123.90 a 191.43 a 209.90 a 209.90 a 1.5T 14.26 a 40.43 b 71.17 a 149.37 a 204.03 a 217.00 a 217.00 a 1.5T 1 13.20 ab 36.73 b 49.53 a 112.07 a 182.57 a 210.43 a 210.43 a 1.5T 2 16.00 a 60.43 a 44.47 a 116.50 a 200.90 a 219.03 a 219.03 a 2T 12.90 ab 38.66 b 100.43 a 187.33 a 211.93 a 211.93 a 211.93 a 2T 1 12.33 ab 32.03 bc 71.73 a 137.57 a 205.73 a 205.73 a 205.73 a 2T 2 14.33 a 29.83 bcd 72.30 a 173.53 a 237.27 a 239.73 a 239.73 a Uji F ** ** tn tn tn tn tn Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

19 Pada tahap vegetatif harus diperhatikan pada proses pembentukan akar, hal ini karena kebutuhan air tanaman cukup tinggi serta mencegah adanya semaian yang mati. Dalam fase ini juga terdapat periode pertunasan yang berlangsung setelah periode pembentukan akar (Anonim, 1994). Air merupakan unsur sangat penting bagi tanaman dan merupakan penyusun sepertiga dari berat karbohidrat dan protein pada tanaman serta untuk pertumbuhan tinggi tanaman (Harjadi, 1996). Jumlah daun saat 3 MST dengan perlakuan irigasi 2xEo T, 1xEo T 2 dan 0.5xEo T 2 menghasilkan jumlah daun nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0.5xEo T 1, 1xEo T, 1xEo T 1, 1.5xEoT, 1.5xEo T 1, 1.5xEo T 2, 2xEo T 1 dan 2xEo T 2. Pada saat berumur 4 MST perlakuan irigasi 2xEo T 1 menghasilkan jumlah daun nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 0.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1xEo T 1, 1xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T1, 1.5xEo T 2 dan 2xEo T 2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2xEo T dan 1xEo T (Tabel 3). Pada saat tanaman berumur 3 dan 4 MST, telah muncul daun-daun yang produktif untuk perkembangannya, konsentrasi yang terkecil yang diberikan saat irigasi yaitu pada perlakuan 0.5xEo T memberikan jumlah daun yang terendah yang mengindikasikan tanaman tersebut tumbuh kurang optimal. Irigasi yang diberikan sedikit tentu sangat mempengaruhi pertumbuhan daun pula. Air sangat penting bagi tumbuhan, 30 % - 90 % berat tumbuhan tersusun atas air. tumbuhan juga menggunakan air pada proses fotosintesis di daun. Oleh karena itu irigasi yang diberikan sedikit maka pertumbuhan daunpun akan terlambat. Pada saat 5 MST, perlakuan irigasi 2xEo T 1 menghasilkan jumlah daun nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2xEo T, 1xEo T, 1xEo T 1, 2xEo T 2, 0.5xEo T 2, 1.5xEo T, 0.5xEo T 1, 1.5xEo T 1, 0.5xEo T dan 1xEoT 2. Pada 6 MST hingga 10MST perlakuan volume irigasi tidak berbeda nyata hal ini dikarenakan telah dilakukan pemangakasan pucuk atau tunas apikal yang hanya menyisakan daun minimum 24 helai daun. Menurut Atmosoedarjo et al (2000) pemangkasan merupakan suatu teknik untuk mengatur bentuk tanaman agar dapat menumbuhkan tunas baru dan memungkinkan melakukan panen pada tingkat produksi tertentu.

20 Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun Perlakuan Jumlah Daun 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 4.3 b 7.0 c 11.0 de 15.0 a 21.0 a 23.3 a 23.6 a 0.5T 1 5.3 ab 8.6 c 12.3 cde 18.3 a 23.6 a 23.6 a 23.6 a 0.5T 2 6.3 a 8.3 c 13.6 cd 17.6 a 22.0 a 22.3 a 23.0 a 1T 5.6 ab 11.6 b 16.6 abc 17.3 a 23.0 a 23.0 a 23.3 a 1T 1 5.6 ab 8.0 c 16.0 bc 17.0 a 22.3 a 23.0 a 23.3 a 1T 2 6.0 a 6.6 c 10.6 de 15.3 a 22.6 a 24.0 a 24.0 a 1.5T 5.3 ab 9.0 c 13.0 cde 18.3 a 22.6 a 23.6 a 23.6 a 1.5T 1 5.0 ab 7.6 c 12.3 cde 14.0 a 20.0 a 23.0 a 23.3 a 1.5T 2 5.3 ab 7.0 c 8.6 e 14.6 a 21.6 a 22.6 a 23.6 a 2T 6.3 a 12.0 ab 19.0 ab 20.3 a 23.6 a 23.6 a 23.6 a 2T 1 5.6 ab 14.3 a 20.6 a 17.0 a 23.3 a 23.6 a 23.6 a 2T 2 5.3 ab 7.6 c 14.0 cd 19.3 a 22.6 a 23.0 a 23.3 a Uji F ** ** ** tn tn tn tn Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%. Selama tahapan masa tumbuh, kebutuhan air terus meningkat. Pada tahap tersebut kebutuhan air digunakan untuk pertumbuhan titik tumbuh dan pembentukan daun tanaman yang lebih banyak. Tanaman melon selain memiliki banyak cabang lateral yang tumbuh pada setiap ketiak daun, namun juga memiliki tunas apikal yang tumbuh terus tidak terarah apabila tidak dipangkas. Tunas apikal daun ke 20-25 dipangkas untuk menghentikan pertumbuhan batang utama. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan gunting atau pisau yang tajam agar tidak merusak permukaan batang. Jumin (1992) menyatakan bahwa defisit air langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses ini pada sel tanaman ditentukan oleh tekanan turgor. Hilangnya turgiditas dapat menghentikan pertumbuhan sel (pembesaran) yang akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat. Pada (Tabel 4) terlihat bahwa jumlah cabang pada saat 4 MST perlakuan 1xEo T menghasilkan jumlah cabang nyata lebih banyak dibandingkan dengan

21 perlakuan 1.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 0.5xEo T, 0.5xEo T 1, 1xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T 2, 2xEo T, dan 2xEo T 2 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1xEo T 1 dan 2xEo T 1. Sama halnya pada 4 MST, jumlah daun pada 5 MST perlakuan 1xEo T yang paling tinggi yaitu menghasilkan jumlah cabang nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 1, 1xEo T 1, 1xEo T 2, 2xEo T 2, 0.5xEo T, 0.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata pada perlakuan 2xEo T 1 dan 2xEo T 1. Demikian selanjutnya hingga tanaman berumur 8 MST memberikan perngaruh yang nyata terhadap perlakuan. Jumlah cabang yang banyak menandakan bakal buah akan banyak pula, hal ini dikarenakan bunga betina tumbuh pada cabang lateral tanaman (ketiak daun), namun pertumbuhan cabang ini harus dikendalikan dengan baik agar pertumbuhan tanaman dapat terarah yaitu dengan cara pemangakasan cabang lateral. Pemangkasan cabang merupakan cara untuk mengurangi titik tumbuh pada bagian lateral yang membutuhkan suplai fotosintat dan hara sehingga persaingan untuk mendapatkan fotosintat dan hara menjadi berkurang (Gambar 3). Bleasdale (1973), Janick (1972), dan Kinnet (1977) menyatakan pemangkasan yang tepat dapat dipergunakan untuk mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Harjadi (1989) menambahkan bahwa tanaman yang berada dalam keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif menyebabkan tingginya laju fotosintesis sehingga tidak semua karbohidrat digunakan untuk perkembangan batang dan daun tetapi sebagian digunakan untuk perkembangan bunga dan buah. Gambar 3. Cabang pada tanaman yang segera dipangkas

22 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang ini berbeda nyata hingga tanaman berumur 8 MST sedangakan pada 9 MST tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan pada saat tanaman berumur 9 MST, cabang-cabang produktif sudah tidak dapat tumbuh lagi akibat tanaman sudah berumur tua dan kecenderungan tanaman melon akan layu menjelang fase pemanenan. Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2004) pemangkasan cabang tanaman melon adalah memangkas dan membuang cabang-cabang yang tidak produktif dengan bertujuan untuk menjamin pertumbuhan tanaman sehingga proses produksi berlangsung maksimal dan mengurangi kelembaban dalam tajuk tanaman. Hal tersebut akan mengurangi resiko terjadinya serangan hama dan penyakit, serta merangsang tumbuhnya tunas-tunas produktif. Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang Jumlah Cabang Perlakuan 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 1.0 b 1.3 b 5.0 abcde 11.0 ab 12.6 ab 14.3 a 0.5T 1 1.0 b 1.3 b 6.0 abcde 9.6 ab 12.0 ab 11.0 a 0.5T 2 1.3 b 1.3 b 4.0 cde 9.0 ab 13.6 a 12.0 a 1T 2.6 a 4.0 a 7.0 ab 10.0 ab 11.6 ab 12.6 a 1T 1 1.6 ab 1.6 b 3.6 de 9.3 ab 11.0 ab 15.3 a 1T 2 1.0 b 1.6 b 7.3 a 12.0 a 13.6 a 14.6 a 1.5T 1.0 b 1.3 b 6.3 abcd 10.6 ab 12.0 ab 13.0 a 1.5T 1 1.3 b 2.0 b 5.6 abcde 9.0 ab 13.3 a 14.0 a 1.5T 2 1.0 b 1.3 b 3.3 e 10.6 ab 13.6 a 14.3 a 2T 1.0 b 2.3 ab 6.6 abc 8.6 b 9.6 b 10.3 a 2T 1 1.6 ab 2.3 ab 4.3 bcde 10.0 ab 13.3 a 12.3 a 2T 2 1.0 b 1.6 b 6.3 abcd 11.0 ab 12.3 ab 12.6 a Uji F ** ** ** ** ** tn Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%. Penelitian yang diakukan oleh Sumiati (1987) menunjukkan bahwa pemangkasan cabang pada tanaman melon dengan meninggalkan maksimal 3

23 cabang utama dapat meningkatkan bobot per buah dan bobot buah per tanaman. Selain itu Sutopo (1988) menambahkan bahwa pemangkasann cabang tanaman melon akan mempercepat panen pertama dan memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan. Pertumbuhan Generatif Perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga tanaman, jumlah bunga jantan dan betina saat 7 MST dan 8 MST, bunga hermaprodit 8 MST, bobot buah, diameter vertikal dan horizontal buah tetapi tidak berbeda nyata pada jumlah bunga hermaprodit saat 7 MST. Perlakuan irigasi 0.5xEo T menghasilkan kecepatan umur berbunga nyata lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan 1xEo T 2, 1.5xEo T, dan 1.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0.5xEo T 2, 1xEo T 1, 2xEo T 1, 2xEo T 2, 2xEo T, 0.5xEo T 1, 1.5xEo T 1 dan 1xEo T (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap umur berbunga Umur Berbunga Perlakuan 7 MST 0.5T 47 a 0.5T 1 37.7 cde 0.5T 2 44.3 ab 1T 37 de 1T 1 44 ab 1T 2 36 e 1.5T 35.7 e 1.5T 1 37 de 1.5T 2 35 e 2T 39.7 bcde 2T 1 42.7 abc 2T 2 41.7 bcd Uji F ** Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

24 Pada tabel terlihat bahwa perlakuan 0.5xEo T memiliki kemampuan berbunga paling lambat dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 47 hari setelah tanam. Volume irigasi dengan dosis yang paling kecil yang diberikan pada seluruh fase tanam inilah yang mempengaruhi umur berbunga yang paling lambat. Pada fase generatif ini juga membutuhkan cukup air hingga periode pemasakan yang sudah tidak membutuhkan air. Pengatusan atau pengeringan ini dimaksudkan agar buah dapat masak secara bersamaan (Anonim, 1994). Fase pertumbuhan generatif pada tanaman melon ditandai dengan keluarnya bunga yang kemudian diikuti dengan munculnya buah. Pada fase ini tanaman memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Parameter yang diamati dalam fase ini adalah umur berbunga, jumlah bunga jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit serta bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah. Pengamatan umur berbunga yang diamati dari setiap tanaman adalah pada saat 7 MST. Tanaman melon mulai membentuk bunga jantan pada minggu ke-5 setelah tanam yaitu pada umur 35 HST, jumlah bunga jantan lebih banyak dibandingkan dengan bunga betina (Gambar 4). Gambar 4. Bunga tanaman melon Jumlah bunga jantan (kiri) dan betina (kanan) masing-masing memberikan pengaruh sangat nyata pada 7 dan 8 MST. Perlakuan irigasi 0.5xEo T 2 pada bunga jantan saat 7 MST menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 2 namun tidak berbeda nyata pada perlakuan 2xEo T 1,

25 2xEo T 2, 1xEo T 1, 1xEo T, 0.5xEo T 1, 1.5xEo T 1, 0.5xEo T, 1.5xEo T, 1xEo T 2 dan 2xEo T. Pada saat 8 MST perlakuan 1.5xEo T 1, 1.5xEo T 2 dan 2xEo T 1 menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 2xEo T tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1.5xEo T, 0.5xEo T 2, 1xEo T 1, 1xEo T 2, 2xEo T 2, 0.5xEo T, 0.5xEo T 1 dan 1xEo T (Tabel 6). Kekurangan yang terus menerus dapat menurunkan laju fotosintesis sehingga diperlukan beberapa hari setelah irigasi agar dapat kembali ke laju fotosintesis aslinya. Menurut Polunin (1990) menunjukkan bahwa stres air (tanpa irigasi) memperlambat munculnya bunga akibat memperpendek periode pengisian biji sehingga meningkatkan kandungan air dalam biji sewaktu panen. Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, bunga betina dan bunga hermaprodit Bunga Jantan Bunga Betina Bunga Hermaprodit Perlakuan 7 MST 8 MST 7 MST 8 MST 7MST 8 MST 0.5T 4.7 abcd 2.3 abc 1.3 bc 3.0 a 0.7 a 1.0 ab 0.5T 1 5.7 abcd 1.7 bc 3.0 abc 1.3 ab 0.0 a 0.0 b 0.5T 2 11.0 a 3.0 ab 3.3 ab 1.7 ab 0.3 a 0.0 b 1T 5.7 abcd 1.7 bc 1.7 abc 1.3 ab 0.3 a 0.3 ab 1T 1 8.0 abcd 3.0 ab 4.0 a 1.7 ab 1.0 a 0.3 ab 1T 2 3.7 bcd 3.0 ab 1.7 abc 1.7 ab 0.7 a 1.0 ab 1.5T 3.7 bcd 3.3 ab 1.3 bc 1.3 ab 1.0 a 0.0 b 1.5T 1 5.3 abcd 4.0 a 3.3 ab 1.3 ab 0.7 a 0.3 ab 1.5T 2 2.3 d 4.0 a 0.7 c 2.7 ab 0.3 a 0.0 b 2T 3.3 cd 1.0 c 2.3 abc 1.3 ab 0.7 a 0.0 b 2T 1 10.0 ab 4.0 a 2.3 abc 2.0 ab 0.0 a 0.3 ab 2T 2 9.0 abc 2.7 abc 3.3 ab 1.0 b 0.3 a 1.3 a Uji F ** ** ** ** tn ** Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%. Tanaman melon merupakan jenis tanaman yang memproduksi bunga jantan lebih banyak dibandingkan dengan bunga betina. Pada tabel 6 terlihat

26 bahwa pada saat tanaman berumur 7 MST, bunga jantan bisa mencapai 11 bunga jantan bila dibandingkan dengan bunga betina yang hanya ada 4 bunga betina. Semua bunga jantan yang mekar sebelum bunga betina siap diserbuki harus dibuang, walaupun dalam dua hari akan rontok dengan sendirinya. Maksudnya agar pertumbuhan tanaman mengarah ke pertumbuhan bunga betina. Perlakuan 1xEo T 1 menghasilkan jumlah bunga betina nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T 2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 2xEo T 2, 0.5xEo T 1, 2xEo T 1, 2xEo T, 1xEo T 2, 1xEo T, 1.5xEo T dan 0.5xEo T. Pada 8 MST perlakuan 0.5xEo T menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 2xEo T 2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T 2, 2xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1xEo T 1, 1xEo T 2, 0.5xEo T 1, 1xEo T, 1.5xEo T, 1.5xEo T 1, 2xEo T. Tanaman memerlukan air dalam jumlah yang cukup agar pertumbuhannya tidak terhambat. Tanaman melon sensitif terhadap kekurangan air pada tahap pembungaan dan pembentukan buah. Jika terjadi kekurangan air pada tahap tersebut maka akan menyebabkan penurunan hasil produksi tanaman. Perlakuan irigasi pada jumlah bunga hermaprodit pada 7 MST tidak berpengaruh nyata, hal ini dikarenakan jumlah bunga hermaprodit sangat sedikit jumlahnya dan merata pada setiap tanaman tetapi pada 8 MST memiliki pengaruh yang nyata terhadap perlakuan. Perlakuan 2xEo T 2 menghasilkan jumlah bunga nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 1.5xEo T, 1.5xEo T 2 dan 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 0.5xEo T, 1xEo T 2, 1xEo T, 1xEo T 1, dan 2xEo T 1. Berdasarkan Tabel 7, perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap bobot buah, diameter vertikal maupun diameter horizontal. Perlakuan 2xEo T 1 menghasilkan bobot buah nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 1xEo T 1, 2xEo T 2, 2xEo T, 1xEo T 2, 1xEo T 1, 1.5xEo T 1, 0.5xEo T 2, 0.5xEo T 1, dan 1.5xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T 2 (Gambar 5).

27 Gambar 5. Bobot buah melon terbaik 1.5 x Eo T 2 Kebutuhan air terus meningkat sampai pada tahap pembentukan buah (Sismiyati, 2003). Perlakuan 2xEo T 1 merupakan perlakuan yang menghasilkan bobot buah terbesar apabila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan dengan dosis terbanyak dan irigasi yang diberikan dari fase tanam hingga berbunga ini sangat mempengaruhi bobot buah yang dihasilkan. Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah Bobot Buah Diameter (mm) Perlakuan (kg) Vertikal Horizontal 0.5T 1.559 bc 121.21 bcd 123.23 abc 0.5T 1 1.097 c 11915 cd 118.37 bcde 0.5T 2 1.108 c 125.17 abc 129.79 a 1T 1.268 c 115.32 de 108.72 e 1T 1 1.451 c 132.22 a 120.4 abcd 1T 2 1.287 c 128.53 ab 121.43 abcd 1.5T 1.085 c 128.58 ab 127.77 ab 1.5T 1 1.180 c 103.39 f 107.98 e 1.5T 2 2.055 ab 127.34 ab 120.52 abcd 2T 1.370 c 113.76 de 116.19 cde 2T 1 2.173 a 128.42 ab 124.20 abc 2T 2 1.394 c 109.58 ef 111.85 de Uji F ** ** ** Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.