BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum dimana pancasila. sebagai falsafah atau pandangan hidup dan Undang-Undang Dasar 1945

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP SENGKETA TATA USAHA NEGARA TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI BNI 1946 AKIBAT SKANDAL PEMALSUAN LC FIKTIF

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

BAB III KRONOLOGIS PENYELESAIAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA ANTARA DIREKSI PT.BNI DAN KARYAWANNYA

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 116/PUU-XIII/2015 Jangka Waktu Pengajuan Gugatan Atas Pemutusan Hubungan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

PROSES PELAKSANAAN GUGATAN INTERVENSI DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan industrial menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa kekuasaan

BAB III KEWENANGAN HAKIM TATA USAHA NEGARA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2004

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (Rechstaat). Landasan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 61/PUU.D-VIII/2010 Tentang Perlindungan dan Penghargaan Terhadap Hak-Hak Buruh

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan olehnya dapat di pertanggung jawabkan dihadapan hukum.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XIV/2016 Perselisihan Hubungan Industrial

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 39/PUU-XII/2014 Hak Memilih

Pengujian Ketentuan Penghapusan Norma Dalam Undang-Undang Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XII/2014 Pembentukan Pengadilan Hubungan Industrial di Kabupaten/Kota

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

KUASA HUKUM Fathul Hadie Ustman berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 20 Oktober 2014.

BAB I PENDAHULUAN. kehakiman diatur sangat terbatas dalam UUD Buku dalam pasal-pasal yang

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 86/PUU-XII/2014 Pengangkatan Tenaga Honorer/Pegawai Tidak Tetap

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN I. UMUM

TANGGUNG JAWAB BPN TERHADAP SERTIPIKAT YANG DIBATALKAN PTUN 1 Oleh : Martinus Hadi 2

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 134/PUU-XII/2014 Status dan Hak Pegawai Negeri Sipil

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUTUSAN Nomor 88/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENDAFTARAN GUGATAN TERHADAP KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA DAN TINDAKAN KONKRIT/FAKTUAL (GUGATAN UMUM) DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. menyambung hidupnya.untuk bisa mendapatkan biaya tersebut setiap orang

MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh

BAB I PENDAHULUAN. Peradilan Tata Usaha Negara telah diatur didalam Undang-Undang Nomor

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12 /PUU-VII/2009 Tentang Undang-undang Kepabeanan (Sertifikat Registrasi Pabean)

P U T U S A N No. 26 K/PHI/2007 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perselisihan hubungan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XI/2013 Penyelenggaraan RUPS

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

KOMPETENSI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 129/PUU-XII/2014 Syarat Pengajuan Calon Kepala Daerah oleh Partai Politik dan Kedudukan Wakil Kepala Daerah

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. Oleh: NY. BASANI SITUMORANG, SH., M.Hum. (Staf Ahli Direksi PT Jamsostek)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

R. Soegijatno Tjakranegara, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, 95. (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h. 18

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

KUASA HUKUM Muhammad Sholeh, S.H., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Oktober 2014.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIII/2015 Proses Seleksi Pengangkatan Hakim

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-VIII/2010 Tentang Pengajuan Saksi Yang Meringankan Tersangka/Terdakwa ( UU Hukum Acara Pidana )

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XV/2017 Kewajiban Pengunduran Diri Bagi Anggota DPR, DPD dan DPRD Dalam PILKADA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum dimana pancasila sebagai falsafah atau pandangan hidup dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasr negaranya.sehingga warga masyarakat dijamin kedudukannya dalam hukum. Peran serta pemerintah secara positif aktif dalam kehidupan bermasyarakat diperlukan dalam mencapai usaha untuk mencapai keserasian,keseimbangan dan kesalarasan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan masyarakat atau kepentingan umum. Dalam melaksanakan tugasnya, pemerintah wajib menjunjung tinggi harkat dan martabat serta hak dan kewajiban asasi warga masyarakat 1.Menyadari peranan pemerintah yang semakin dominan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, maka pemerintah perlu mempersiapkan langkah-langkah untuk menghadapi kemungkinan timbulnya perbenturan kepentingan, perselisisihan atau sengketa antara badan atau pejabat tata usaha Negara dengan warga masyarakat. Dari segi hukum, untuk menyelesaikan sengketa tersebut diperlukan pembentukan suatu peradilan tata usaha Negara, sehingga dikeluarkanlah Undang-Undang nomor 14 tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok 1 H.Rozali Abdullah, HukumAcaraPeradilan Tata Usaha Negara,Cet.9, (Yogyakarta:PT.RajaGrafindoPersada, 2004),hal.11

kekuasaan kehakiman. Undang-undang ini merupakan landasan awal terbentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986tentang Peradilan Tata Usaha Negara ini tercermin dari adanya suatu Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/MPR/1978tentang Garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang menyatakan secara tegas perlu pembentukan suatu lembaga peradilan baru di Indonesia yaitu peradilan tata usaha Negara Peradilan Tata Usaha Negara diciptakan dengan maksud untuk menyelesaikan segala sengketa yang ada dan timbul antara pemerintah dengan warga masyarakat, akibat adanya perbuatan pemerintah yang dianggap telah melanggar hak-hak warga masyarakat.dengan demikian, tujuan dibentuknya Peradilan Tata Usaha Negara adalah memberikan perlindungan terhadap hak-hak rakyat yang bersumber dari hak-hak individu, dan terhadap hak-hak masyarakat yang didasarkan atas kepentingan bersama setiap individu yang hidup dalam masyarakat. Tujuan tersebut kemudian ditampung dalam penjelasan umum angka (1) Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Dasar konstitusional pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara ini adalah ada pada pasal 24 Undang-Undang Dasar 1954 yang berbunyi: 1. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah agung dan lainlain badan kehakiman menurut undang-undang. 2. Susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman itu diatur dengan undang-undang.

Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman adalah sebagai pelaksana dari pasal 24 undang-undang dasar 1945 tersebut. Dalam pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2009 tersebut dikenal adanya 4 macam lingkungan peradilan yang ada di Indonesia yaitu : 1. Peradilan umum 2. Peradilan agama 3. Peradilan militer 4. Peradilan tata usaha Negara Masing-masing lingkungan peradilan ini berwenang mengadili yang meliputi badan-badan peradilan tingkat 1 dan tingkat 2 yang semuanya bermuara ke Mahkamah Agung RepublikIndonesia. Kesemuanya menjalankan fungsi masing-masing sesuai dengan peraturan perundangundangan. Berdasarkan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 disebutkan pengadilan tata usaha Negara dan pengadilan tinggi tata usaha Negara di lingkungan peradilan tata usaha Negara. Pengertian sengketa tata usaha Negara berdasarkan pasal 1 angka 10Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009, yaitu : Sengketa tata usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan pejabat tata usaha Negara, baik di pusat atau di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usah Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengertian keputusan tata usaha Negara berdasarkan kepada Pasal 1Angka 7 Undang-Undang 51 Tahun 2009, yaitu : Keputusan tata usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha Negara berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku,yang bersifat konkrit, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. berikut : Rumusan pasal 1 angka 3 mengandung elemen-elemen utama sebagai 1. Penetapan tertulis; 2. (oleh) badan atau pejabat tata usaha Negara; 3. Tindakan hukum tata usaha Negara; 4. Konkret, 5. individual; 6. Final 7. Akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata Tujuan pembentukan peradilan tata usaha Negara adalah : 1. Memberikan perlindungan terhadap hak-hak rakyat yang bersumber pada hak individu 2. Memberikan perlindungan hak-hak masyarakat yang didasarkan kepada kepentingan bersama dari individu yang hidup dalam masyarakat tersebut. Dalam putusan peradilan tata usaha Negara hakim harus melihat bahwa pengadilan dalam mengambil suatu putusan harus mewujudkan asas-asas umum pemerintahan yang baik.mengingat bahwa asas-asas umum

pemerintahan yang baik merupakan nilai-nilai etika yang hidup dan berkembang dalam pergaulan suatu masyarakat (living law). Sebagai dasar atau pedoman bagi pejabat administrasi Negara dalam menjalankan tugasnya, sekaligus sebagai alat uji yang digunakan hakim administrasi Negara untuk menilai tindakan dari administrasi Negara. Hakimdalam mengambil suatu putusan harus didasarkan kepada asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik ke dalam 5 (lima) macam asas yang ada dalam pasal 53 huruf b, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009, yakni: 1. asas kepastian hukum 2. asas keterbukaan 3. asas proporsional 4. asas akuntabilitas 5. asas tertib penyelenggaraan Negara 6. asas profesionalisme Suatu tindakan pada umumnya dapat hilang sifatnya sebagai melawan hukum bukan hanya berdasarkan kepada suatu ketentuan dalam perundangundangan, melainkan juga berdasarkan asas-asas keadilan atau asas-asas hukum yang tidak tertulis dan bersifat umum.sama halnya dengan bidang pemerintahan maka dapatlah dikatakan bahwa dengan keputusan ini telah terpenuhi asas-asas pemerintahan yang baik, atau juga dapat disebut sebagai telah memenuhi asas-asas umum peradilan yang baik. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa yang dapat dijadikan objek gugatan peradilan tata usaha Negara hanya berupa keputusan tata usaha Negara yang

dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha Negara. Pengertian keputusan tata usah Negara adalah penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret,individual dan final yang menimbulkan hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Undang UndangNomor 51 tahun 2009 memberikan kewenangan kepada badan-badan lain di luar pengadilan yang ada di lingkungan peradilan tata usaha Negara untuk mengadili sengketa tata usaha Negara tertentu seperti dalam pasal 48,yaitu: 1. Dalam hal suatu badan atau pejabat tata usaha Negara diberi wewenang oleh atau berdasarkan peraturan perundang undangan untuk menyelesaikan secara administrative sengketa tata usaha Negara tersebut harus diselesaikan melalui upaya administrasi yang tersedia 2. Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa tata usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), jika seluruhnya upaya administrasi telah selesai. Salah satu sengketa dengan objek sengketa surat keputusan adalah seperti dalam kasus antara PT.BNI sebagai tergugat (BUMN) melawan karyawannya yang diangkat dengan surat keputusan direksi. Kemudian PT.BNI (BUMN) disebut sebagai tergugat dan karyawan disebut sebagai penggugat. Penggugat menggugat dengan surat gugatan yang didaftarkan pada kepaniteraan PTUN Jakarta pada tanggal 2 Desember 2004 terhadap Keputusan Tata Usaha

Negara yang dikeluarkan tergugat nomor:kp/dir/115/r perihal pemberhentian. Penggugat keberatan terhadap KTUN (obyek sengketa)dengan melayangkan surat tanggal 27 oktober 2004 perihal permohonan waktu menghadap direktur utama BNI (tergugat)yang dibalas oleh tergugat dengan surat nomor DIR/691 tanggal 21 nopember 2004 yang isinya menolak keberatan yang diajukan penggugat. Penggugat semula menjabat sebagai kepala kantor wilayah 10 DKIJakarta, karena peristiwa SKANDAL PEMALSUAN DAN/ATAU LC FIKTIF di kantor BNI Kebayoran Baru Jakarta Selatan, dimutasikan sebagai staff utama divisi sumber daya manusia dengan surat tergugat nomordir/270/r tanggal 2 oktober 2003 perihal mutasi/perubahan posisi dan dalam peristiwa SKANDAL tersebut penggugat menjadi saksi dalam persidangan di pengadilan negeri Jakarta Selatan. Divisi sumber daya manusia PT.BNI mengirim surat no. SDM/11/997/R tanggal 24 februari 2004 perihal pemberitahuan keputusan direksi atas sanksi administrative kepada penggugat, yang isinya antara lain rapat direksi tanggal 16 pebruari 2004 memutuskan atas kasus-kasus penggugat dikenakan sanksi administrative berupa PEMBERHENTIAN TANPA PREDIKAT, namun direksi memberi kesempatan pada penggugat untuk mengajukan permohonan pengunduran diri dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak pemberitahuan tersebut. Berdasarkan surat direksi sumber daya manusia tersebut, penggugat setelah mempertimbangkan baik-baik karena keluarga mengajukan surat tanggal 1 Maret 2004 yang isinya penggugat mengajukan permohonan pengunduran

diri dari perusahaan tergugat(bumn) sesuai keinginan dan rapat direksi. Surat tergugat tanggal 21 Nopember 2004 nomor:dir/691 yang diterima penggugat tanggal 24 Nopember 2004 merupakan KTUN yang konkrit,individual,final dan merugikan kepentingan hukum penggugat secara materiil karena tergugat telah mengenakan sanksi terhadap penggugat tanpa melalui proses atau prosedur yang seharusnya ditempuh lebih dahulu, sehingga tergugat telah bertindak sewenang-wenang dan bertentangan dengan aturan anggaran dasar PT.BNI dan aturan-aturan di lingkungan PT.BNI dan Undang-Undang No.13tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Menurut Penulis, karyawan BNI bukan PNS, dalam hal ini sejak adanya UU No.2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial maka pengadilan Tata Usaha Negaratidak berwenang dalam sengketa kepegawaian. Berdasarkan kasus di atas, untuk dapat mengetahui apakah putusan yang berada dalam lingkungan peradilan tata usaha Negara, putusan tinggi Tata Usaha Negara dan Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam mengeluarkan putusannya sudah sesuai dengan prosedur yang ada atau masih banyak penyimpangan-penyimpangan dari ketentuan yang ada.oleh karena itu dari hal-hal yang diuraikan di atas tersebut, makapenulistertarikuntukmelakukanpenelitiandalamskripsiini dengan judul: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP SENGKETA TATA USAHA NEGARA TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI BNI 1946 AKIBAT SKANDAL

PEMALSUAN LC FIKTIF (STUDI KASUS PUTUSAN MARI NO.360/K/TUN/2005) B. Permasalahan Dalam penelitian ini akan ditemukan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Keputusan Direksi PT. BNI tentang pemberhentian tanpa predikat tertanggal 16 Februari 2004 terhadap karyawan merupakan Keputusan Tata Usaha Negara sehingga Pengadilan Tata Usaha Negara berwenang untuk memeriksanya? 2. Apakah pertimbangan hukum Putusan Mahkamah Agung No. 5 tahun antara PT.BNI. dengankaryawansudah tepat dan benar? C. Tujuan penelitian Berdasarkan uraian tersebut, di bawah ini dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui, menggambarkan dan menganalisismengenai Keputusan Direksi PT. BNI tentang pemberhentian tanpa predikat tertanggal 16 februari 2004 terhadap pegawai BNIapakah merupakan Keputusan Tata Usaha Negara sehingga Pengadilan Tata Usaha Negara berwenang untuk memeriksanya? 2. Untuk mengetahui, menggambarkan dan menganalisis mengenai pertimbangan hukum Putusan Mahkamah Agung No. DIR/691 tanggal

21 november 2004 dalam perkara antara karyawan dengan PT.BNI (BUMN) apakah sudah tepat dan benar? D. Manfaat penelitian Manfaat penelitian dalam skripsi ini antara lain: 1. Manfaat teoritis Dengan dibuatnya skripsi ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan pikiran dalam mempelajari dan menganalisis suatu kasuskasus yang berkaitan dengan sengketa dalam peradilan tata usaha Negara. 2. Manfaat praktis Dengan dibuatnya skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi dan keterangan dalam menyelesaikan kasus-kasus yang berkaitan dengan pembuktian dalam peradilan tata usaha Negara. E. Kerangka Teoritis dan konsepsional 1. Kerangka teoritis Penelitian ini akan menggunakan beberapa konsep dan pengertian mengenai istilah dalam hukum peradilan tata usaha negara yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian. Konsep yang berkaitan dengan sengketa tata usaha Negara adalah konsep mengenai sengketa kepegawaian menurut hukum peradilan tata usaha negara adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat

pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,perselisihan kepentingan,perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. 2 2. Kerangka Konsepsional - Pengertian keputusan tata usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha Negara yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. 3 - Pengertian tata usaha Negara adalah administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. 4 - Sengketa tata usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha Negara termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5 - Mahkamah agung adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam undang-undang dasar Negara republic Indonesia tahun 1945. 6 2 Ibid,hal 48 3 Indonesia, UndangUndang tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. UU No. 51 Tahun 2009. LN. No. 160 Tahun 2009, TLN No. 5079.Pasal 1ayat (9). 4 ibid,pasal 1 ayat (7). 5 ibid,pasal 1 ayat (10). 6 ibid, Pasal 1 ayat (3).

Penelitian ini akan menggunakan beberapa konsep dan pengertian mengenai istilah dalam hukum peradilan tata usaha negara yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian. Konsep yang berkaitan dengan sengketa tata usaha Negara adalah konsep mengenai sengketakepegawaian menurut hukum peradilan tata usaha negara adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,perselisihankepentingan,perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. F. Metode penelitian Dalam rangka penelitian guna keperluan skripsi merupakan suatu karya ilmiah yang harus disusun secara tegas,jelas dan sistematis berdasarkan faktafakta yang diperoleh.penelitian ini merupakan penelitian ilmiah yang mempelajari, membahas dan mengkaji beberapa gejala dengan cara melakukan analisis yang mendalam atas masalah yang timbul dari gejalagejala tersebut. 7 Dalam penelitian ini mencakup antara lain: 1. Tipe penelitian Penelitian mengenai ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP SENGKETA TATA USAHA 7 Ibid,hal 53 huruf b

NEGARA TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI 1946 AKIBAT SKANDAL PEMALSUAN LC FIKTIF merupakan suatu penelitian yuridis normative, sebagai suatu penelitian normative, maka penelitian ini berbasis pada analisis norma hukum, baik hukum dalam arti Law As It Is Written In The Books(dalam peraturan perundang-undangan), maupun hukum dalam arti Law As It Is Decided By Judge Through Judicial Process (putusan-putusan pengadilan). Dengan demikian obyek yang dianalisis adalah norma hukum, baik dalam peraturan perundang-undangan yang secara konkrit ditetapkan oleh hakim maupun putusan pengadilan. Dalam hal ini penelitian hukum positif yang digunakan adalah Undang-Undang nomor.51 tahun 2009, undang-undang nomor.9 tahun 2004danUndangUndang No. 5 Tahun1986 tentangperadilan Tata Usaha Negara. 2. Sifat penelitian Menurut sifatnya maka penelitian ilmiah ini bersifat deskriptif analisis karena penelitian ini bermaksud menggambarkan kaidah hukum dan informasi yang telah ada sebelumnya.berdasarkan jenis dan bentuknya data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan.namun demikian, untuk melengkapi atau mendukung analisis data sekunder ini dapat diperoleh dari peraturan perundang-undangan. 3. Pengumpulan data

Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan melalui kegiatan studi dokumen terhadap sumber data hukum sekunder yang bersumber dari a. Bahan Hukum Primer yang meliputi UUD 1945 pasal 24,UU no. 14 tahun 1970 pasal 10 ayat (1), UU no. 5tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004 jo UU No. 51 Tahun 2009.Bahan hukum sekunder, bahan hukum yang berumber dari buku-buku sebagaimana tercantum dalam Daftar Pustaka b. Bahan Hukum tersier yng meliputi kamus hukum, ensiklopedi 4. Analisa Penelitian data hasil penelitian inidianalisis secara kualitatif, artinya data kepustakaan dan hasil wawancara dianalisis secara mendalam, holistic dan komprehensif. Penggunaan metode analisis secara kualitatif didasarkan pada pertimbangan, yaitu pertama data yang dianalisis beragam, memiliki sifat dasar yang berbeda antara satu dengan lainnya, serta tidak mudah untuk dikuantitatifkan.kedua, sifat dasar data yang dianalisis adalah menyeluruh(comprehensive) dan merupakan satu kesatuan bulat(holistic). Hal ini ditandai dengan keanekaragaman datanya serta memerlukan informasi yang mendalam (Indepth Information). 5. Lokasi penelitian Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan.studi kepustakaan dilakukan di beberapa tempat, seperti perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul, PTUN,Mahkamah Agung,PT TUN. G. Sistematika Penulisan BABI : PENDAHULUAN Berisi dan menguraikan mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teoritis dan Konsepsional, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan BABII : TINJAUAN UMUM TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA Bab ini menguraikan mengenai Peradilan Tata Usaha Negara yang meliputi Pengertian Tata Usaha Negara dan Peradilan Tata Usaha Negara, Sengketa Tata Usaha Negara, Pihak dalam Sengketa Tata Usaha Negara, Objek Sengketa Tata Usaha Negara, Alasan Gugatan Tata Usaha Negara, Jangka Waktu Pengajuan Gugatan Tata Usaha Negara, Prosedur penyelesaian Sengketa Tata Usaha Negara, BAB III : KASUS POSISI PERKARA PUTUSAN MAHAKAMAH AGUNG RI REG. NO. DIR/270/R TANGGAL 2 OKTOBER 2003

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai uraian kasus posisi dan fakta hukum kasus tersebut tersebut berdasarkan undang-undang nomor 5 tahun 1986 joundangundang No. 9 tahun 2004 joundangundang no.51 tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. BABIV : Keputusan Direksi PT. BNI tentang pemberhentian tanpa predikat Sebagai Keputusan Tata Usaha Negara dan Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara sertaanalisispertimbangan hukum Putusan Mahkamah Agung No. SDM/11/997/R tanggal 24 Februari 2004 dalam perkara antara pegawai BNI 1946 dengan PT.BNI (Persero) BAB V : PENUTUP Bab ini merupakan bagian akhir dari seluruh kegiatan penulisan, yang berisi kesimpulan dan saran.