Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

dokumen-dokumen yang mirip
Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Kecenderungan Penggunaan Software Pemodelan dalam Proses Desain Terkait Alasan dan Usia Pengguna

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat

Pengaruh Penggunaan Skylight & Sidelight pada Shopping Mall terhadap Perilaku Manusia

korespondensi antara kerusakan ekologi dan penyebabnya.

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

Rumah Impian Mahasiswa

Keluhan dan Harapan Masyarakat terhadap Karakteristik Toilet Umum di Indonesia

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi Publik terhadap Kawasan Bersejarah

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

Lingkungan Rumah Ideal

Persepsi Masyarakat tentang Penggunaan Energi dalam Rumah Tinggal Berdasarkan Profesi

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

Korespondensi antara Kualitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa

Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building

Preferensi Hunian yang Ideal Bagi Pekerja dan Mahasiswa pada Kelompok Umur Dewasa Awal / Early Adulthood

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana

Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan

Kafe Ideal. Devi J. Tania. Abstrak

Preferensi Masyarakat terhadap Material Bangunan

Persepsi Praktisi dan Akademisi terhadap Penerapan Teknologi BIM di Arsitektur

Ruang Favorit dalam Rumah

KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN ELEMEN KOTA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT INDONESIA

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Perbedaan Preferensi Gender dan Motivasi

Preferensi Masyarakat tentang Tipologi Sekolah yang Meningkatkan Semangat dan Minat Belajar Siswa

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Pertimbangan Pemilihan Titik-Titik Temu Transportasi Publik

Kota Impian: Perspektif Keinginan Masyarakat

Preferensi Masyarakat dalam Menikmati Streetscape Perkotaan yang Ideal

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

Citra Kota Bandung: Persepsi Mahasiswa Arsitektur terhadap Elemen Kota

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

Preferensi Pasangan Berlibur Terhadap Jenis Penginapan dan Keadaan Interior

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Penilaian Kinerja Ruang Terbuka Sunken Court ITB

Penilaian Jalur Pedestrian oleh Masyarakat Urban dan Kriteria Jalur Pedestrian yang Ideal Menurut Masyarakat

Karakter Fisik Spasial Tempat Favorit Dewasa Muda

MENARA SINAR MAS DI KAWASAN MEGA KUNINGAN, JAKARTA DRAFT LAPORAN TUGAS AKHIR AR 4099

Mushola di dalam Rumah

Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Motivasi dan Preferensi Gender

Teritori Ruang Dagang Bazar di Tangerang Selatan

Eksternalitas Penggunaan Ruang Publik sebagai Pasar Kaget (Pop-up Market) bagi Masyarakat Dewasa Muda Kota Bandung

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tempat dengan Desain Menarik di Bandung

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

Pengaruh Kepuasan Berhuni terhadap Keinginan Pindah pada Hunian Sewa

Penggunaan Langgam Rumoh Aceh pada Bangunan Perkantoran di Kota Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Prioritas Pengembangan Kawasan Pusat Olahraga berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Pengunjung

Identifikasi Faktor Kebutuhan Area Transisi :

Potret Kualitas Wajah Kota Bandung

Analisis Kualitas Faktual Sebagai Salah Satu Alat Evaluasi Penentu Kualitas Ruang Terbuka Publik di Kota Bandung

Ketertarikan Publik terhadap Keberadaan Creative Space

Perencanaan Berbasis Partisipasi dalam Rangka Mencapai Pembangunan Kampung yang Layak Huni

Physical Milieu Ruang Komunal Desa Adat (Pakraman) Tenganan Pegeringsingan Bali

Korespondensi Permasalahan dan Pemilihan Tempat di Alunalun sebagai Ruang Terbuka Publik

Hasil Observasi Karakter Gang di Kawasan Kampung Kota Bantaran Sungai di Babakan Ciamis, Bandung

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Hubungan antara Jenis Hunian Sewa dan Kualitas Interaksi Sosial Mahasiswa

Kriteria Kota Ideal berdasarkan Persepsi Masyarakat

Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh

Persepsi Masyarakat terhadap Transportasi Umum di Jababodetabek

Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Publik Pantai Bahari, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Preferensi Ruang Hobi

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang

Pemahaman Masyarakat terhadap Faktor Struktural dan Nonstruktural

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja Rizky A. Achsani Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Kualitas pencahayaan yang memadai pada meja kerja akan mendukung terlaksananya aktivitas pengguna. Pengukuran terhadap kualitas pencahayaan dilakukan dengan melihat persepsi pengguna. Penelitian ini akan berfokus pada persepsi pengguna terhadap kualitas pencahayaan di meja kerjanya saat ini dan persepsi pengguna terhadap kualitas pencahayaan yang dianggapnya ideal sesuai dengan pekerjaan pengguna. Hasil responden akan melalui proses content analysis untuk melihat hubungan antar faktor. Dari penelitian ini didapatkan penggunaan pencahayaan alami dari arah samping meja kerja dan penggunaan lampu ataupun penggabungan kedua hal tersebut akan membuat kualitas pencahayaan memadai. Intensitas pencahayaan adalah sesuatu yang sepakat dianggap paling penting untuk mendapatkan kualitas pencahayaan yang ideal walaupun masingmasing pengguna memilki konsep yang berbeda-beda terhadap pencahayaan yang ideal. Kata-kunci : persepsi, kualitas, pencahayaan, meja kerja Pengantar Kualitas pencahayaan yang memadai merupakan salah satu aspek yang mendukung terlaksananya suatu aktivitas. Aktivitas seperti membaca, menulis atau mengerjakan tugas akan membutuhkan standar tingkat kualitas pencahayaan yang berbeda. Untuk mengukur terpenuhinya standar tingkat kualitas pencahayaan masing-masing pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengukuran langsung menggunakan lux meter atau dengan mengetahui persepsi pengguna terhadap cahaya. Penelitian terkait persepsi dan peran pengguna telah dilakukan sebelumnya seperti oleh Escuyer dan Fontoynont (2001) yang melibatkan peran persepsi pencahayaan 41 karyawan kantor di Perancis dalam menentukan sistem kontrol pencahayaan yang ideal. Terdapat pula penelitian oleh Yilmaz (2015) yang melibatkan peran persepsi pengguna terhadap cahaya dalam mengembangkan sistem kontrol pencahayaan yang people-friendly. Menurut Siderus, persepsi pengguna terhadap pencahayaan dipengaruhi oleh empat faktor, yakni kontras antara detail pekerjaan dengan tempat pekerjaan itu dilakukan, intensitas pencahayaan, jenis pekerjaan dan lama waktu pekerjaan. Dari uraian di atas, maka penelitian ini akan menggunakan persepsi pengguna sebagai parameter dalam penentuan tercapainya tingkat kualitas pencahayaan yang memadai dalam menjalankan aktivitas di meja kerja. Hal ini dilakukan untuk menemukan karakteristik tercapainya tingkat kualitas pencahayaan pada meja kerja pengguna saat ini dan karakteristik tercapainya kualitas pencahayaan ideal sesuai dengan pekerjaan pengguna. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 D 039

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja Metode Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif (Creswell, 2008); yang bersifat eksploratif (Groat & Wang, 2002). Metode kualitatif eksploratif ini dilakukan untuk mencari faktor-faktor dari respon kuesioner yang beragam dan merumuskannya untuk melihat hubungan antar faktor untuk tercapainya tingkat pencahayaan yang memadai. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan membuat kuesioner yang disebarkan melalui media online. Kuesioner ditujukan kepada berbagai macam latar belakang pekerjaan dan disebar melalui jaringan pesan pribadi ataupun grup media sosial. Responden yang telah mengisi kuesioner diminta untuk menyebarkan kembali kuesioner kepada temannya yang lain (snowball-nonrandom sampling). Dari hasil penyebaran kuesioner itu didapatkan 79 responden dengan rentang usia 20 hingga 55 tahun. Latar belakang pekerjaan responden beragam seperti arsitek (1), bidan (1), desainer (10), dosen (1), karyawan swasta (50), dan pelajar/mahasiswa (16). Pertanyaan pada kuesioner yang diberikan untuk mendapatkan faktor-faktor persepsi pengguna dibagi mejadi dua, yakni deskripsi kualitas pencahayaan meja kerja saat ini dan deskripsi mengenai kualitas pencahayaan ideal. Jenis pertanyaan untuk mendeskripsikan kualitas pencahayaan meja kerja saat ini adalah closed-ended dan open-ended. Pada jenis pertanyaan closed-ended menggunakan pertanyaan pilihan berganda untuk memilih jenis pencahayaan yang digunakan dan kualitas pencahayaan. Pertanyaan selanjutnya yang berjenis openended adalah mendeskripsikan lokasi meja kerja terhadap pencahayaan. Dari pertanyaan ini akan keluar berbagai macam kata kunci yang menjelaskan faktor dominan yang dirasakan pengguna terhadap meja kerja dan pencahayaan. Jenis pertanyaan untuk mendeskripsikan pencahayaan ideal adalah open-ended. Jenis pertanyaan seperti ini akan memberikan banyak jawaban berbeda yang perlu untuk dianalisis lebih lanjut. Metode Analisis Data Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan content analysis yang akan ditunjukkan melalui tabel kategori kata kunci, analisis ditribusi dan analisis korespondensi. Analisis dan Interpretasi Content analysis terdiri dari tiga tahap pengerjaan, yakni open coding, axial coding dan selective coding. Tahap open coding dilakukan dengan mengumpulkan kata kunci dari deskripsi lokasi meja kerja terhadap pencahayaan dan deskripsi kualitas pencahayaan ideal. lokasi meja berada di area bawah sumber pencahayaan buatan. Meja kerja letaknya jauh dari sumber pencahayaan alami. (Desainer) Penerangan yang baik yaitu penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup serta ada baiknya apabila meja kerja juga terpapar sumber cahaya alami. (Desainer) Deskripsi di atas bila disimpulkan dalam kata kunci untuk deskripsi lokasi meja kerja terhadap pencahayaan adalah di bawah lampu dan jauh. Sedangkan kata kunci yang didapatkan dari deskripsi kualitas pencahayaan ideal adalah langsung terkena pencahayaan alami dan lux Setelah tahap open coding selesai, dilakukan tahap axial coding yang berfungsi untuk menggabungkan kata kunci yang sama dalam satu kategori. Namun, untuk memudahkan mendeskripsikan lokasi meja kerja, maka kategori dibuat tidak terlalu jauh dengan kata kunci yang diberikan oleh responden. Sehingga, deskripsi lokasi meja kerja terdiri dari 31 kategori dan untuk deskripsi kualitas pencahayaan ideal terdiri dari 10 kategori. D 040 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

Kata kunci yang dijadikan contoh tersebut apabila melalui tahapan axial coding akan bergabung dengan kata kunci lainnya dalam satu kategori. Untuk lebih jelasnya lihat tabel satu dan dua. Rizky Amalia Achsani Tabel 1. Contoh axial coding deskripsi lokasi meja kerja terhadap pencahayaan No Kategori Kata Kunci 1. Sumber pencahayaan alami jauh Jauh 2. Menggunakan lampu ruangan Dibawah lampu Lampu disamping atas Lampu ruangan Tabel 2. Contoh axial coding deskripsi kualitas pencahayaan ideal No Kategori Kata Kunci 1. 2. Intensitas cahaya yang baik Pencahayaan alami sesuai standar Lux Terang Cahaya fokus Penerangan cukup Langsung terkena pencahayaan alami Cahaya alami dari jendela Cahaya alami dari samping Dari hasil pengkategorian kata kunci akan dilakukan analisis distribusi, untuk menemukan faktor dominan yang dirasakan oleh pengguna terhadap kualitas pencahayaan. Gambar 1. Analisis distribusi dari deskripsi meja kerja pada responden yang menggunakan pencahayaan alami Pencahayaan alami dan buatan Untuk jenis penggunaan pencahayaan alami dan buatan, responden banyak menggunakan lampu ruangan (19), disusul oleh pencahayaan alami terletak di samping meja kerja (10), sumber pencahayaan alami dekat (3), meja terletak di tengah ruangan dan sumber pencahayaan alami yang jauh (2). Lebih jelasnya dapat dilihat di gambar dua. Pencahayaan alami Untuk jenis penggunaan pencahayaan alami, banyak responden menjawab pencahayaan alami yang terletak disamping meja kerja adalah yang terbaik (4), disusul oleh sumber pencahayaan alami yang dekat (2). Lebih jelasnya dapat dilihat di gambar satu. Untuk penggunaan pencahayaan alami, kualitas pencahayaan yang memadai akan didapatkan apabila lokasi meja kerja terletak dekat dengan pencahayaan alami terutama yang berada di samping meja kerja. Gambar 2. Analisis distribusi dari deskripsi meja kerja pada responden yang menggunakan pencahayaan alami dan buatan Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 D 041

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja Penggunaan lampu ruangan ditambah dengan penggunaan pencahayaan alami yang berada di samping meja kerja akan membuat kualitas pencahayaan memadai oleh pengguna yang menggunakan pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan buatan Pencahayaan alami terletak di samping meja kerja meja kerja Penggunaan lampu Untuk jenis penggunaan pencahayaan buatan, responden banyak menggunakan lampu ruangan (9). Pencahayaan Pencahayaan Alami dan Buatan Pencahayaan Buatan Gambar 4. Diagram intersection pemilihan penggunaan pencahayaan Persepsi tentang kualitas pencahayaan ideal Untuk persepsi pengguna terhadap kualitas pencahayaan yang ideal didapatkan bahwa responden paling banyak memilih intensitas cahaya yang baik (39), dilanjutkan dengan tidak terdapat efek silau (31), pencahayaan buatan sesuai standar (22), pencahayaan alami sesuai standar (14), tidak terdapat pembayangan pada meja kerja (13). Gambar 3. Analisis distribusi dari deskripsi meja kerja pada responden yang menggunakan pencahayaan buatan Penggunaan lampu ruangan dianggap pengguna yang menggunakan pencahayaan buatan akan membuat kualitas pencahayaan memadai. Dari ketiga analisis diatas, diperoleh bahwa penggunaan pencahayaan alami yang terletak disamping meja kerja, penggunaan pencahayaan alami berupa lampu ruangan dan penggunaan kedua pencahayaan dengan karakteristik diatas akan memberikan kualitas pencahayaan yang memadai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar empat. Gambar 5. Analisis distribusi dari kualitas pencahayaan ideal Hasil dari analisis distribusi diatas didapatkan bahwa 5 hal utama yang paling dianggap penting untuk mendapatkan kualitas pencahayaan yang ideal adalah : 1. Intensitas cahaya yang baik 2. Tidak terdapat efek silau 3. Pencahayaan buatan sesuai standar D 042 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

4. Pencahayaan alami sesuai standar 5. Tidak terdapat pembayangan pada meja kerja Rizky Amalia Achsani Apabila dibandingkan dengan kajian pustaka yang diberikan diawal. Kelima hal tersebut hanya menjelaskan satu faktor, yakni intensitas pencahayaan. Untuk kontras antara detail pekerjaan dengan tempat pekerjaan itu dilaku-kan, jenis pekerjaan dan lama waktu pekerjaan tidak tersebutkan pada respon pengguna. Persepsi terhadap kualitas pencahayaan ideal akan dilanjutkan hingga tahap selective coding untuk melihat lebih rinci karakteristik kualitas pencahayaan yang dibutuhkan untuk masingmasing pekerjaan. Analisis distribusi akan melalui tahap analisis korespondensi dengan hasil yang ditampilkan melalui dendogram pada gambar enam. Hasil yang didapatkan adalah : Tabel 3. Karakteristik Kualitas Pencahayaan Ideal No Pekerja an 1. Pelajar/ Mahasi swa Karakteristik - Efektifitas penggunaan pencahayaan alami dan buatan - Elemen interior yang terintegrasi dengan pencahayaan Pencahayaan alami dan buatan yang sesuai standar - Intensitas cahaya yang baik - Tidak terdapat efek silau 2. Desain er 3. Karyaw an Swasta 4. Dosen - Kontroling sistem pencahayaan - Tidak terdapat efek panas Gambar 6. Analisis korespondensi kualitas pencahayaan ideal dengan pekerjaan Terlihat bahwa pelajar/mahasiswa merumuskan kualitas pencahayaan ideal dengan adanya sebuah konsep integrasi antara pencahayaan alami, buatan dan interior. Desainer masih akan melakukan pilihan antara pencahayaan alami dan buatan yang dirasa akan memenuhi kualitas pencahayaan yang dibutuhkannya. Karyawan swasta lebih melihat dari segi kualitas seperti intensitas dan efek yang dihasilkannya. Dosen memilih bahwa adanya sistem bangunan yakni terkait kontroling akan membuat kualitas pencahayaan yang memadai. Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan adanya karakteristik penggunaan pencahayaan alami yang terletak disamping meja kerja, penggunaan pencahayaan alami berupa lampu ruangan dan penggunaan kedua pencahayaan dengan karakteristik diatas akan memberikan kualitas pencahayaan yang memadai. Berdasarkan persepsi pengguna, kualitas pencahayaan yang memadai adalah yang memberikan intensitas pencahayaan sesuai standar. Konsep kualitas pencahayaan pada masingmasing pekerjaan menyimpulkan bahwa pelajar/ mahasiswa merumuskan kualitas pencahayaan ideal dengan adanya sebuah konsep integrasi antara pencahayaan alami, buatan dan interior. Desainer masih akan melakukan pilihan antara Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 D 043

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja pencahayaan alami dan buatan yang dirasa akan memenuhi kualitas pencahayaan yang dibutuhkannya. Karyawan swasta lebih melihat dari segi kualitas seperti intensitas dan efek yang dihasilkannya. Dosen memilih bahwa adanya sistem bangunan yakni terkait kontroling akan membuat kualitas pencahayaan yang memadai. Penelitian terhadap persepesi pengguna atas tingkat pencahayaan di sekelilingnya merupakan hal yang penting untuk dibahas. Hal tersebut dikarenakan manusia adalah subjek dari arsitektur, desain yang dibuat haruslah mem-buat pengguna merasa nyaman untuk tinggal didalamnya. Penelitian ini mengambil responden dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda dan jumlah responden yang sedikit, sehingga kesimpulan hanya dapat sebatas eksploratorif dan kurang dapat digeneralisasi. Konsep pencahayaan ideal diatas masih perlu diteliti lebih lanjut untuk melihat bagaimana konsep tersebut akan mendukung pengguna melaksanakan aktivitasnya secara nyata. Daftar Pustaka Escuyer, S. & Fontoynont, M. (2001). Lighting controls : a field study of office worker reaction. Ligthting Research and Technology Journal, 33 (2), 77-94. Yilmaz, F.S. (2015). People-friendly lighting controls Users performance and feedback on different interfaces. Ligthting Research and Technology Journal, Retrivied from Sage journals website : http://lrt.sagepub.com/. Siderus, K. Visibility, Performance and Perception. Retrieved from Pioneer Lighting website : http://www.pioneerlighting.com/new/pdfs/mesopic %20Vision%20Ken%20Siderius.pdf Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. D 044 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015