ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

V. PEMBAHASAN. perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perwakilan Rakyat sebagai lembaga legislatif terlebih dahulu menentukan

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan lembaga publik, diantaranya : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan di Indonesia telah dilalui sejak kemerdekaannya 70

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

I. PENDAHULUAN. pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

Transkripsi:

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2011-2013 WIRMIE EKA PUTRA *) VINNIE ALVIONITA **) *) Staff Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi **) Alumni Prodi Keuangan Daerah FEB UNJA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ekonomi terhadap Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus di Kabupaten Sarolangun periode 2011-2013. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis deskriftif. Hasil penelitian ini menunjukan Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2013 rata-rata 11,60%, Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sarolangun pada tahun 2011-2013 rata-rata 96,49%, Perkembangan Dana Alokasi Uumu (DAU) Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2013 Rata-rata 10,5% Sedangkan Perkembangan Dana Alokasi Khusus (DAK) Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2013 Rata-rata 11,2%. Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana alokasi khusus. PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut jaya (2014) Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan dari kegiatan perekonomian dimana hal tersebut berdampak pada jumlah produksi barang dan jasa yang semakin bertambah sehingga kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi dapat tercapai melalui pelaksanaan otonomi daerah karena memberikan keleluasaan kepada pemda untuk mengurus, mengembangkan, dan menggali potensi yang dimiliki masing-masing daerah.pertumbuhan ekonomi daerah diproksikan dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Menurut UU No 32 Tahun 2004 menjelaskan definisi otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahandan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan asli daerah yang terdiri dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dari laba perusahaan daerah dan lain- lain pendapatan yang sah. Saat ini masih banyak masalah yang dihadapi pemerintah daerah terkait dengan upaya meningkatkan penerimaan daerah. Dana Alokasi Umum, adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya di dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Konsekuensi akibat penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah mengakibatkan perlunya perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang menyebabkan terjadinya transfer yang cukup signifikan di dalam APBN 65

dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana tersebut untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang mungkin tidak penting. Dana Alokasi Khusus, merupakan dana yang berasal dari APBN dan dialokasikan ke daerah kabupaten/kota untuk membiayai kebutuhan tertentu yang sifatnya khusus, tergantung tersedianya dana dalam APBN. Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dan atau kubutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Adapun PDRB dengan harga konstan 2000 Kabupaten Sarolangun pada tahun 2011-2013 selalu mengalami mengalami peningkatan. Tingkat PDRB harga konstan 2000 tertinggi yaitu pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp.6.432.168.000.000 dan tingkat PDRB harga konstan terendah pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 4.667.127.000.000. untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.1 PDRB Kabupaten Sarolangun Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2011-2013 (Dalam Juta Rupiah) No. Tahun PDRB 2011 4.667.127 2 2012* 5.380.165 3 2013** 6.432.168 Rata-rata 5.493.153,33 Sumber : Badan Pusat Statistik kabupaten Sarolangun Keterangan : * Angka di perbaiki ** Angka sementara Rumusan Masalah Permasalahan-permasalahan tersebut memunculkan beberapa pertanyaan sebagai perumusan masalah antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimana Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sarolangun dari tahun 2011-2013? 2. Bagaimana Perkembangan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2013? 3. Bagaimana Perkembangan Dana Alokasi Umum di Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2013? 4. Bagaimana Perkembangan Dana Alokasi Khusus di Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2013? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sarolangun dari tahun 2011-2013. 2. Untuk Mengetahui Perkembangan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2013? 3. Untuk Mengetahui Perkembangan Dana Alokasi Umum di Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2013? 4. Untuk Mengetahui Perkembangan Dana Alokasi Khusus di Kabupatan Sarolangun Tahun 2011-2013? 66

METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, Menurut Nur Indriantorodn bambang Supono (2002),data skunder yang dimaksud adalah data yang sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak serta dipublikasikan oleh pihak pertama. Dalam penelitian ini data skunder yang digunakan adalah dalam bentuk time series selama tahun 2012-2013. 2. Sumber Data Sesuai dengan metode yang digunakan dalam pengumpulan data, penelitian memperoleh data tersebut dari : 1. Badan Pusat Statistik (BPS) Kbupaten Sarolangun. 2. Kantor Dinas Pendapatan Kabupaten Sarolangun. 3. Perpustakaan. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini di lakukan dengan penelususan data sekunder. Data yang digunakan penelitian ini dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Dokumentasi merupakan perolehan proses perolehan dokumen dengan mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen dan data-data yang diperlukan. Dalam penelitian ini data dokumentasi yangdimaksud untuk memperoleh gambaran tentang praktek pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Metode Analisis Data Dalam Menjawab Rumusan Masalah Penelitian ini Metode analisis yang penulis gunakan adalah metode analisis Deskriptif Kuantitatif. 1. Untuk menjawab rumusan PE = masalah pertama digunakan dengan metode analisis rumusan pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai berikut : Keterangan : PE = Laju Pertumbuhan Ekonomi. PDRBt = Total PDRBt Pada tahun tertentu. PDRBt-1 = Total PDRBt pada tahun tertentu - pada tahun sebelumnya. 2. Untuk Menjawab Rumusan masalah kedua, ketiga dan keempat digunakan rumus sebagai berikut : PPD = Keterangan : PPD = Perkembangan Penerimaan Daerah. PDt = Pendapatan Asli Daerah, dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus tahun Teretentu. PDt-1 = Pendapatan Asli Daerah tahun sebelumnya, Dana Alokasi Umum tahun sebelumnya dan Dana Alokasi tahun sebelumnya 67

Definisi Operasional Variabel 1. Pertumbuhan Ekonomi adalah merupakan besar kecilnya persentase peningkatan produksi barang dan jasa masyarakat menurut sektor produksi yang ada di Kabupaten sarolangun. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan bilai PDRB Kabupaten Sarolangun berdasarkan harga konstan 2000. 3. Penerimaan daerah merupakan potensi daerah Kabupaten Sarolangun yang dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan daerah. 4. Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah di kabupaten Sarolangun. 5. Dana Alokasi Umum adalah Dana yang bersumber daripendapatan APBD yang di alokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk medanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 6. Dana Alokasi Khusus adalah Dana yang bersumber dari pendapatan APBNyang di alokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. PEMBAHASAN Analisis Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus di Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2013 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2011-2013. Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor yang paling penting dalam pembangunan suatu daerah,yang mana pertumbuhan ekonomi tersebut diharapkan terjadi setiap tahunnya karena dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dapat memberi pengaruh positif terhadap perekonomian daerah dan sekaligus menjadi langkah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu daerah. Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau suatu wilayah yang terus menerus menunjukkan peningkatan, hal ini menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut berkembang dengan baik. Untuk mengetahui apakah suatu pertumbuhan ekonomi mengalami perkembangan, perlu ditentukan perubahan yang sebenarnya terjadi dalam kegiatan kegiatan ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun.dilakukan dengan menghitung PDRB berdasarkan harga konstan 2000. Untuk melihat Tingkat perkembangan pertumbuhan ekonomi dikabupaten Sarolangun tahun 2011-2013 dapat dilihat pada tabel 1 berikut 68

Tabel. 1 Tingkat Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sarolangun Tahun 2011-2013 Tahun PDRB atas dasar harga konstan 2000 Perkembangan (%) (Rupiah) 2011 4.667.127.000.000-2012 5.380.165.000.000 15,27 2013 6.432.168.000.000 19,55 Jumlah 16.479.460.000.000 34,82 Rata-rata 11,60 Sumber : BPS Kabupaten Sarolangun Berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sarolangun hampir selalu mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Periode tahun 2012 yaitu 15,27% dengan PDRB atas harga konstan 2000 sebasar Rp. 5.380.165.000.000 sedangkan 2013 tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 19,55% dengan PDRB atas dasar harga konstan sebesar Rp. 6.493.168.000.000. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sarolangun ini dikarnakan 9 sektor perekonomian yaitu (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (2) pertambangan dan penggalian (3) industri pengolahan (4) Listrik, gas dan air bersih (5) bangunan (6) perdagangan, hotel dan restoran (7) pengangkutan dan komunikasi (8) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (9) jasa jasa meningkat setiap tahunnya. Dalam hal ini sektor perekonomian yang berperan besar adalah sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta perdagangan, hotel dan restoran. Dengan demikian masih terbuka peluang yang lebar bagi peningkatan nilai tambah melalui pengembangan industri pengolahan berbasis komoditas unggulan pertanian dan perkebunan. Agar kegiatan industri pengolahan dapat berkembang dan memungkinkan terjadinya efisiensi produksi (economies of scale), perlu dibangun keterkaitan dengan pasar-pasar di tingkat regional dan nasional. Untuk itu sinergi pusat-daerah dan antar daerah perlu diperkuat khususnya dalam hal pengembangan jaringan transportasi yang terintegrasi. Dengan demikian diharapkan mobilitas barang dari sentra produksi ke pusat pengolahan dan selanjutnya ke pasar regional dan nasional menjadi lebih efisien. Untuk mendorong peningkatan investasi di sektor riil, upaya-upaya memfasilitasi para pelaku usaha mengembangkan aktivitasnya perlu terus ditingkatkan. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sarolangun Kemampuan suatu daerah dalam mengatur dana dan mengurus rumah tangganya ditandai dengan kemampuan daerah tersebut mengelola keuangan daerah sendiri. Pendapatan Asli Derah (PAD) sangat berperan dalam rencana peningkatan kememdirian pemerintah daerah Kabupaten sarolangun agar tidak tergantung pada pemerintah pusat. Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten Sarolangun terus menerus usaha untuk meningkatkan penerimaan Pendapatn Asli Daerah (PAD) untuk lebih memperkuat kemandirian pemerintah daerah Kabupaten Sarolangun dalam memacu perkembangan pendapatan daerah. 69

Tabel. 2. Pertumbuhan Pendapatan Asli Derah (PAD) Kabupaten Sarolangun Tahun Anggaran 2011-2013 Tahun PAD Pertumbuhan % 2011 31.605.925.980,21-2012 28.009.764.671,40-11,37 2013 31.307.607.303,24 11,77 Jumlah 0,4 Rata-rata Pertumbuhan 0,13 Sumber: Dispenda Kabupaten sarolangun (data diolah) Dilihat dari perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sarolangun periode 2011-2013 berpeluktuasi. Perkembangan terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu -11,37%.. Berdasarkan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sarolangun dapat dilihat rata-rata perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sarolangun dalam setiap tahunnya rata-rata adalah sebesar 0,13 persen. Pendapatan Asli Daerah (PAD) idealnya menjadi sumber utama pendapatan lokal, sumber pendapatan lain relatif fluktuatif dan cenderung diluar kontrol (Kewenangan) Pemerintah Daerah. Daerah yang pertumbuhan ekonominya positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dari perspektif ini seharusnya Pemerintah Daerah lebih berkonsentrasi pada pemberdayaan ekonomi lokal untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dari pada mengeluarkan produk perundangan terkait dengan pajak ataupun retribusi. Perkembangan Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten Sarolangun Pemerataan kemampuan keuangan antardaerah yang di maksudkan untuk mengurangi ketimbangan kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah kabupaten Sarolangun. Oleh karena itu Kabupaten Sarolangun terus menerus usaha untuk meningkatkan Dana Alokasi Umum (DAU) untuk lebih memperkuat pemerintah daerah Kabupaten Sarolangun. Untuk mengetahui Dana Alokasi Umum (DAU) dapat di lihat pada tabel 3 berikut : Tabel. 3. Pertumbuhan Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten Sarolangun Tahun Anggaran 2011-2013 Tahun DAU Pertumbuhan (%) 2011 352.955.764.000,00-2012 419.840.650.000,00 18,94 2013 472.596.090.000,00 12,56 Jumlah 31,5 Rata-rata pertumbuhan 10,5 Sumber ; BPPKAD Kabupaten Sarolangun (data diolah) 70

Dilihat dari perkembangan Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten Sarolangun periode 2011-2013 berpeluktuasi. Perkembangan terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu 18,94%.. Berdasarkan perkembangan Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten Sarolangun dapat dilihat rata-rata perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sarolangun dalam setiap tahunnya rata-rata adalah sebesar 10,5 persen. Dana Alokasi Umum (DAU) idealnya pelaksanaan otonomi daerah harus mampu mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat, daerah lebih mandiri, yang salah satunya di indikasi dengan meningkatnya kontribusi pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam hal pembiayaan daerah. Perkembangan Dana Alokasi Khusus (DAK) Kabupaten Sarolangun Kemampuan suatu daerah dalam mengatur dana dan mengurus kegiatankegiatan yang mengurus daerah ke Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan keuangan di bawah rata-rata nasional yang menyediakan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang merupakan urusan daerah. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten sarolangun terus menerus untuk meningkatkan perkembangan pertumbuhan Dana Alokasi Khusus. Untuk mengetahui Dana Alokasi Khusus (DAK) dapat dilihat pada tabel 4 berikut : Tabel. 4. Pertumbuhan Dana Alokasi Khusus (DAK) Kabupaten Sarolangun Tahun Anggaran 2011-2013 hun DAK Pertumbuhan % 2011 42.177.900.000,00-2012 51.688.990.000,00 22,54 2013 45.967.650.000,00-11,06 Jumlah Rata-rata Pertumbuhan 11,48 3,82 Sumber : dispenda Kabupaten sarolangun (data diolah) Dilihat dari perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sarolangun periode 2011-2013 berpeluktuasi. Perkembangan terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu -11,06%.. Berdasarkan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sarolangun dapat dilihat rata-rata perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sarolangun dalam setiap tahunnya rta-rata adalah sebesar 3,82 persen. Dana Alokasi Khusus (DAK) idealnya untuk membantu daerah-daerah engan kemampuan di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan urusan daerah Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa : 1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sarolangun periode 2011-2013 rata-rata 11,60 persen per tahunnya. 71

2. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sarolangun periode 2011-2013 rata-rata sebesar 0,13 persen per tahunnya. 3. Perkembangan Dana Alokasi Umum Kabupaten Sarolangun periode 2011-2013 rata-rata sebesar 10,5 persen per tahunnya. 4. Perkembangan Dana Alokasi Khusus Kabupaten Sarolangun periode 2011-2013 rata-rata 3,82 persen per tahunnya. Saran Berdasarkan kesimpulan yang di kemukakan sebelumnya,maka saran dalam penelitian in adalah : 1. Diharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun lebih meningkatkan pengelolaan sumber daya yang ada di Kabupaten Sarolangun. 2. Merumuskan kembali sistem pemungutan PAD yang berlaku dengan sisitem yang lebih efisien dan efektif agar lebih bermanfaat bagi pengembangan ekonomi di Kabupaten Sarolangun. Daftar Pustaka Angra Mainyu, 2014. Ekonomi Ragional dan Teori prtumbuhan. Jakarta, di akses Tanggal 18 Febuari 2015. Jaya, 2014 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Jurnal Akuntansi Universitas Udaya. www.ojs.unud.ac.id. Di akses pada tanggal 18 april 2014. Mardiasmo, 2002 Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta. Peraturan Pemerintah No.5 8 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pengaturan Mentri Dalam Negri No.29 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggung Jawaban dan Pengurusan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Prakarsa, Febrian Dwi 2014. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Pengeluaran Pemrintah daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya 2014. Saptawibawa, 2012. Manajemen Keuangan Daerah dan Keuangan Negara. Syafrizal, 2014. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Situngkir, Anggiat 2009. Tesis, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal pada Pemko/Pemkab Sumatra Utara. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara Medan 2009. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah. Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang no.3 3 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah. Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Wenny, Cherry Dhia 2012. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadapa Keuangan pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provini 72

Sumatra Selatan, Jurnal Ilmiah STIE MDP, Vol 2 No.1 September 2012, STIE MDP. Yani Ahmad 2013, Hubungan Keuuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia/Ahmad Yani-Ed. Revisi-Cet.5- Jakarta, RajawaliPers 2013. Luh Putu Rani Mayasari, Ni Kadek Sinarwati, Gede Adi Yuniarta, 2014. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengelokasiaan Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten Bulelang, e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Genesha, Jurusan Akuntansi Program S1, Volome 2 No.1 Tahun 2014 73