BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V PENDANAAN DAERAH

R K P D TAHUN 2014 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

local accountability pemerintah pusat terhadap pembangunan di daerah.

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

5.1 ARAH PENGELOLAAN APBD

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

SOSIALISASI PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PROFIL KEUANGAN DAERAH

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

Keuangan Kabupaten Karanganyar

BAB III PENGELOLAAN KEUNGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

c. Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan daerah tahun anggaran dan proyeksi Tahun 2013 dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB 3. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB VI ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DESA

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Bab-3 Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

LAPORAN KEUANGAN 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS KEMANDIRIAN FISKAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

STRUKTUR APBD DAN KODE REKENING

Arah Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Struktur P-APBD TA. 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum mengenai pengelolaan keuangan di Kabupaten Banyuwangi. Adapun yang menjadi fokus dari bahasan adalah kinerja keuangan masa lalu dan proyeksi, arah kebijakan pengelolaan keuangan, dan kebijakan umum anggaran. 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Kondisi pendapatan daerah Kabupaten Banyuwangidapat dijelaskan dengan menggunakan data realisasi APBD dari tahun 2005 2010. Komposisi pendapatan daerah terdiri daripendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.dilihat dari proporsinya, perkembangan masing-masing komponen pendapatan daerah selama lima tahun terakhir menunjukkan trend yang relatif stabil. Hal ini dapat dilihat pada diagram 3.1. Diagram 3.1: Proporsi Pendapatan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2010 RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 58

Peningkatan pendapatan Kabupaten Banyuwangi dan realisasinya melampaui proyeksi yang ditargetkan dalam APBD. Kenaikan pendapatan Kabupaten Banyuwangiberbanding lurus dengan peningkatan pendapatan yang diperoleh dari pos pendapatan asli daerah dan dana perimbangan dari tahun ke tahun.kecenderungan kenaikan pendapatan daerah inicukup tinggi jika dibandingkan dengan Kabupaten Bondowoso, sebagai daerah terdekat Kabupaten Banyuwangi. Pendapatan daerah Kabupaten Bondowoso pada tahun 2007 adalah Rp. 519,56 milyar; pada tahun 2008 sebesar Rp. 586,83 milyar; dan pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp.678,71 milyar. Sedangkan pendapatan Kabupaten Banyuwangipada tahun 2007 sebesar Rp.924,73 milyar; pada tahun 2008 sebesar Rp.1,02 trilyun; dan pada tahun 2009 naik menjadirp.1,14 trilyun. Namun pada tahun 2010 mengalami sedikit penurunan menjadi sebesar Rp. 1,06 trilyun. Penyumbang terbesar pendapatan dalam struktur Pendapatan APBD Kabupaten Banyuwangi selama 5 tahun terakhir bersumber dari pos dana perimbangan.hal serupajuga terjadidi Kabupaten Bondowoso yang pendapatannya ditopang oleh dana perimbangan hampir 80%. Dana perimbangan Kabupaten Bondowoso pada tahun 2007 sebesar 88,63% (Rp.460 juta), sedangkan pendapatan daerahnya pada tahun 2007 sebesar Rp. 516 juta, tahun 2008 dana perimbangan kabupaten Bondowoso 89, 15% (Rp. 523 juta), pada tahun 2009 dana perimbangan mengalami kenaikan menjadi 78,93% (Rp. 535 juta). Di Kabupaten Banyuwangi, dana perimbangan selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007,pertumbuhan dana perimbangan mencapai 14,4%;pada tahun 2008, kenaikan itu mencapai 15%.Secara keseluruhan,proporsi pendapatan daerah Kabupaten Banyuwangitertopang oleh dana perimbangan sekitar 80%. Dana perimbangan pada tahun 2006 sebesar 87,98%, pada tahun 2007 dana perimbangan masih menjadi penopang terbesar, sebesar 87,72%. Sedangkan pada tahun 2008, dana perimbangan mengalami sedikit penurunan sebesar 87,05% dari pendapatan daerah. Kontribusi pendapatan asli daerah Kabupaten Banyuwangi belum maksimal. Prosentase dari pendapatan asli daerah terhadap pendapatan daerah sebesar 6,6% pada tahun 2006 dan 2007. Namun demikian, pendapatan asli RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 59

daerahkabupaten Banyuwangi masih lebih tinggi dibanding dengan Kabupaten Bondowoso. Pada tahun 2007 dan 2008, PAD di Kabupaten Bondowoso masingmasing menyumbang sekitar 5,8% dan 6,03% bagi pendapatan daerah. Sedang pada tahun 2008 dan 2009,pendapatan asli daerah Kabupaten Banyuwangimasing-masing sekitar 7,2% dan 7,6%. Diagram 3.2. Proporsi Komponen Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Banyuwangi 2005-2010 Dilihat dari komponen pembentuk PAD di Kabupaten Banyuwangi yang terdiri dari pajak daerah, retribusi, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, dapat diketahui bahwa komponen terbesar penyumbang PAD berbeda-beda dalam beberapa tahun terakhir. Jika pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 lain-lain PAD yang sah berkontribusi terbesar dalam pembentukan PAD, sedangkan pada tahun 2009-2010 retribusi daerah menyumbang proporsi terbesar dalam PAD. Di sisi lain konstribusi pajak daerah cenderung mengalami penurunan meskipun penurunannya relatif kecil.pada tahun 2006, sumbangan pajak daerah terhadap PAD sebesar 30,66%. Namun pada tahun 2010 persentase realisasi pajak daerah sebesar 25,74%.Hal ini menunjukkan bahwa pajak daerah belum RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 60

digali secara optimal melalui langkah ekstensifikasi maupun intensifikasi. Sebagai perbandingan di beberapa daerah, penyumbang terbesar terhadap PAD adalah pajak daerah. Selanjutnya, komponen pendapatan daerah adalah dana perimbangan yang merupakan kontributor terbesar dalam pembentukan pendapatan daerah. Proporsi komponen pembentuk dana perimbangan dapat dilihat dalam diagram berikut : Diagram 3.3. Proporsi Komponen Dana Perimbangan Kabupaten Banyuwangi 2005-2010 Diagram diatas menunjukan bahwa dana alokasi umum merupakan komponen terbesar dalam dana perimbangan di Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan dana alokasi khusus pada lima tahun terakhir menunjukan persentase yang relatif meningkat. Disisi lain, Kabupaten Banyuwangi tidak mendapat dana perimbangan dari propinsi. Besarnya dana alokasi umum yang cenderung meningkat menunjukan ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Pada masa yang akan datang, diperlukan berbagai langkah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sehingga dapat meningkatkan kemandirian fiskal daerah. Komponen pendapatan daerah selanjutnya adalah lain-lain pendapatan yang sah yang terdiri dari pendapatan hibah, bagi hasil pajak dari propinsi, dana RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 61

penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan keuangan dari propinsi, dan sumbangan pihak ketiga. Proporsi sumbangan kompoenen lain-lain pendapatan yang sah dapat dilihat dalam diagram berikut : Diagram 3.4. Proporsi Komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah Kabupaten Banyuwangi 2006 2010 Selama lima tahun terakhir, bagi hasil pajak dari propinsi mempunyai kontribusi terbesar dalam pembentukan lain-lain pendapatan yang sah. Namun demikian, komponen tersebut cenderung mengalami penurunan proporsi setiap tahunnya. Pada tahun 2006, bagi hasil pajak dari propinsi berkontribusi 100%, maka pada tahun 2009 menurun menjadi 41,35%, namun meningkat lagi menjadi 65,78% pada tahun 2010. Disisi lain, pendapatan hibah cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 berkontribusi 9,03%, maka pada tahun 2009 menjadi 44,13% seiring dengan penurunan kontribusi bagi hasil pajak dari propinsi. Pembangunan Kabupaten Banyuwangipada dasarnya tergantung dari APBD yang akan disusun dan dilaksanakan selama lima tahun ke depan.apabila melihat stuktur anggaran, dimana pada bagian pendapatan memiliki korelasi dengan RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 62

pengelolaan pendapatan asli daerah serta kekayaan daerah yang dimiliki, maka pendapatan daerah menjadi tolok ukur kemandirian suatu daerah. Penggalian sumber-sumber pendanaan dari daerah, pemanfaatan sumbersumber pendapatan asli daerah perlu ditingkatkan, agar ketergantungan sumber keuangan dari pemerintahan pusat dan pemerintahan provinsi lambat laun bisa dikurangi. Untuk itu perlu adanya terobosan-terobosan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.beberapa sektor yang bisa menjadi penyumbang peningkatan PAD antara lain adalah pajak daerah, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.peningkatan pajak daerah digali dari pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak bumi dan bangunan, serta jasa restoran dan hotel. Tabel 3.1: Rata Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2006-2010 (%) No URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata Pertumbuhan 1 PENDAPATAN DAERAH 50,39 14,74 10,34 12,09 (7,28) 16,06 1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 26,88 13,73 21,06 17,58 (9,93) 13,86 1.1.1 Pajak Daerah 15,72 8,86 14,25 4,88 (6,13) 7,52 1.1.2 Retribusi Daerah (27,12) 3,06 48,85 51,37 (3,56) 14,52 1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan 40,47 28,63 29,13 (10,93) 18,52 21,16 Daerah yang dipisahkan 1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 205,71 21,32 7,16 10,52 (28,81) 43,18 1.2 DANA PERIMBANGAN 52,53 14,40 9,49 3,26 (0,99) 15,74 1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak & BP 24,60 18,55 15,00 15,87 (8,33) 13,14 1.2.2 Dana Alokasi Umum 57,78 10,96 10,44 (0,56) (0,64) 15,60 1.2.3 Dana Alokasi Khusus - 70,60 (6,34) 41,87 2,11 21,65 1.2.4 Dana Perimbangan dari Prop (100,00) - - - - (20,00) 1.3 LAIN-2 PENDAPATAN YG SAH 50,44 21,66 10,94 139,91 (46,95) 35,20 1.3.1 Pendapatan Hibah (100,00) - 14,27 1038,17 (100,00) 170,49 1.3.2 Bagi Hasil Pajak dari Prop. - (13,59) 21,30 27,75 (15,60) 3,97 RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 63

No URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-Rata Pertumbuhan 1.3.3 Dana Penyesuaian dan OK (100,00) - 10,92 (100,00) - (37,82) 1.3.4 Bantuan Keu dari Propinsi - - (89,69) 4502,16 (95,71) 863,35 1.3.5 Sumbangan Pihak III - - - - (32,93) (6,59) Dilihat dari rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Banyuwangi 2006-2010, secara umum menunjukan pertumbuhan yang relatif baik khususnya untuk komponen PAD. Selama lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah sebesar 16,06%. Namun demikian, pertumbuhan pendapatan daerah cenderung mengalami penurunan, jika pada tahun 2006 pertumbuhannya sebesar 50,39%, pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar 7,28%. Rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah tertinggi disumbang oleh lainlain pendapatan yang sah. Komponen pembentuknya terdiri dari pendapatan hibah, bagi hasil pajak dari propinsi, dana penyesuaian, bantuan keuangan dari propinsi, dan sumbangan pihak III. Bantuan keuangan dari propinsi dan pendapatan hibah mempunyai rata-rata pertumbuhan yang tinggi, masing-masing sebesar 863,35% dan 170,49% selama lima tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa Kabupaten Banyuwangi rata-ratamenerima bantuan keuangan dari propinsi yang relatif besar selama lima tahun terakhir, khususnya pada tahun 2007, sebesar lebih dari 3,7 milyar rupiah. Sedangkan Dana Penyesuaian dan otonomi khusus dan Sumbangan Pihak IIImengalami pertumbuhan negatif. Selanjutnya, untuk melihat perkembangan pendapatan daerah selama lima tahun kedepan diperlukan proyeksi dengan menggunakan asumsi-asumsi yang sesuai. Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Pertumbuhan ekonomi dalam periode tahun ke tahun diprediksikankan sebesar 6,08 6,27% pada tahun 2011, meningkat menjadi sebesar 6,2-6,4% tahun 2012, sebesar 6,32-6,51% tahun 2013, sebesar 6,42-6,60% tahun 2014 dan pada tahun 2015 diprediksi sebesar 5,51-6,69%.Secara lengkap, prediksi tersebut dapat digambarkan dalam grafik dibawah ini: RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 64

Grafik 3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Banyuwangi tahun 2011-2015 b. Tingkat inflasi diperkirakan rata-rata antara sebesar 6%-8% dari tahun 2011 hingga tahun 2015; c. Laju pertumbuhan penduduk diperkirakan sebesar 0.44%. d. PAD akan mengalami peningkatan 15-30% yang disebabkan oleh pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2009 mengenai pengalihan pajak ke daerah. e. Terdapat berbagai kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi yang akan dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Banyuwangi lima tahun kedepan. Berdasarkan hasil analisis trend dengan berbagai asumsi diatas, pendapatan daerah yang terdiri dari tiga komponen cenderung mengalami kenaikan selama lima tahun kedepan. Namun demikian, jika dilihat dari proporsi masing-masing komponen, komponen PAD dan lain-lain pendapatan yang sah diproyeksikan akan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan dana proporsi dan dana perimbangan akan mengalami trend penurunan walaupun dengan proporsi yang relatif kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa pada masa yang akan datang, Kabupaten Banyuwangi akan memulai untuk menuju kepada kemandirian fiskal daerah yang ditunjang oleh PAD yang tinggi,sehingga RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 65

ketergantungan fiskal daerah terhadap pusat melalui DAU dan DAK dapat dikurangi. Diagram 3.5. Proyeksi Komponen Pendapatan Daerah Kabupaten Banyuwangi 2011 2015 Gambar diatas menunjukan bahwa lima tahun kedepan, pendapatan daerahkabupaten Banyuwangimasih tergantung dari dana perimbangan yang proporsinya masih sekitar 73,64% di tahun 2015, meskipun selama lima tahun kedepan dana perimbangan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini tidak terlepas dari prediksi dana bagi hasil pajak yang semakin menurun sebagai akibat penyerahan pajak dari pusat kedaerah sesuai UU No. 28 Tahun 2009.Disisi lain, jika ditahun 2010, proporsi PAD terhadap pendapatan daerah sebesar 7,39%, maka di tahun 2015 diproyeksikan sebesar 12,99%. Selain itu, dari komponen lain-lain pendapatan yang sah juga diproyeksikan mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2010 proporsinya terhadap pendapatan daerah sebesar 6,98%, maka pada tahun 2015 diproyeksikan meningkat hingga 13,37%. Proyeksi pendapatan daerah 2011-2015 secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut : RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 66

RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 67

Tabel 3.2. Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2011 sampai dengan 2015 No. U R A I A N REALISASI PENDAPATAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 PENDAPATAN DAERAH 1.060.416.491.742,00 1.211.463.764.985,00 1.241.077.787.152,28 1.265.513.136.867,59 1.289.104.168.649,42 1.318.303.947.821,38 1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 78.343.007.504,00 91.305.508.317,00 115.406.002.506,00 131.552.458.033,27 148.953.166.536,71 171.259.496.122,76 1.1.1 Pajak Daerah 20.166.908.400 23.458.553.810 35.611.451.855,68 43.596.686.721,36 51.004.200.054,76 60.063.158.792,37 1.1.2 Retribusi Daerah 29.679.753.945 20.762.677.017 25.578.138.443,12 28.082.787.451,33 30.585.226.492,25 35.083.799.532,66 1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan 9.466.891.192 13.337.736.000 15.946.498.700,25 16.718.053.414,58 19.486.397.363,57 23.253.712.314,00 Daerah yang dipisahkan 1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 19.029.453.967 33.746.541.490 38.269.913.506,95 43.154.930.446,01 47.877.342.626,13 52.858.825.483,73 1.2 DANA PERIMBANGAN 908.016.621.577,00 954.894.237.247,00 957.142.909.406,63 962.046.644.543,85 967.732.605.127,02 970.742.097.305,42 1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak & BP 64.524.239.577 57.309.987.247 55.808.170.708,19 54.966.095.676,73 52.290.718.939,23 50.009.860.830,97 1.2.2 Dana Alokasi Umum 761.897.082.000 815.653.050.000 819.266.649.977,58 823.144.645.222,35 830.780.970.060,04 835.348.157.011,39 1.2.3 Dana Alokasi Khusus 81.595.300.000 81.931.200.000 82.068.088.720,87 83.935.903.644,77 84.660.916.127,74 85.384.079.463,06 1.2.4 Dana Perimbangan dari Prop - - - - - - 1.3 LAIN-2 PENDAPATAN YG SAH 74.056.862.661,00 165.264.019.421,00 168.528.875.239,65 171.914.034.290,47 172.418.396.985,69 176.302.354.393,19 RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 67

3.1.2. Kondisi Belanja Daerah Kondisi belanja daerah Kabupaten Banyuwangimengalami pertumbuhan sebagaimana pendapatan daerah. Penerapan format anggaran surplus/defisit baik secara absolut maupun relatif menunjukan adanya suatu peningkatan sisi belanja, belanja Kabupaten Banyuwangi sebesar Rp. 681,2 milyar (2006), Rp.932,4 milyar (2007), Rp.924,1 milyar (2008), Rp.1,17 trilyun (2009),dan Rp.1,4 trilyun (2010 APBD Perubahan). Sebagai perbandingan, belanja daerah Kabupaten Bondowoso sekitar Rp.498,6 milyar (2007), Rp.600,9 milyar (2008), dan Rp.705,6 milyar (2009). Diagram 3.6.Komponen Belanja Kabupaten Banyuwangitahun 2005-2010 Diagram diatas menunjukan bahwa selama tahun 2005-2010 menunjukan dominasi belanja langsung dalam komponen belanja di Kabupaten Banyuwangi. Namun demikian, dalam periode tersebut nilai belanja tidak langsung berfluaktuasi dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2005 persentase belanja tidak langsung terhadap total belanja sebesar 64,94%, menurun menjadi 62,65%, selanjutnya pada tahun 2010 proporsinya menjadi sebesar 75,17%. Sedangkan belanja RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 68

langsung relatif mengalami penurunan. Pada tahun 2005 proporsinya sebesar 25,06%, menurun menjadi sebesar 24,83% pada tahun 2010. Diagram 3.7.Komponen Belanja Tidak Langsung Kabupaten Banyuwangi tahun 2005-2010 Komponen belanja tidak langsung terbesar adalah belanja pegawai dari tahun ketahun. Pada tahun 2005 sebesar 92,18% menurun menjadi sebesar 71,20%. Hal ini mengindikasikan belanja tidak langsung tidak hanya untuk belanja pegawai, tetapi untuk komponen lainnya seperti belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan, dan sebagainya. Sedangkan belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja modal, serta belanja barang dan jasa. RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 69

Diagram 3.8. Komponen Belanja Langsung Kabupaten Banyuwangi tahun 2005-2010 Dalam komponen belanja langsung diatas, menunjukan bahwa komponen belanja modal memiliki proporsi terbesar dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Hal ini mengindikasikan bahwa belanja modal berkaitan dengan investasi pemerintah. Proporsi Belanja modal pada tahun 2005 sebesar 26,50% dari total belanja langsung, meningkat menjadi 45,21% pada tahun 2010. Komponen selanjutnya adalah belanja barang dan jasa serta belanja pegawai. Komponen belanja pegawai merupakan komponen terkecil yang berkontribusi terhadap belanja langsung,dimana pada tahun 2005 proporsinya sebesar 13,97% menurun sebesar 5,33% pada tahun 2010. Berdasarkan struktur anggarandi atas, secara kumulatif anggaran untuk menunjang program-program pembangunan (belanja langsung) mengalami penurunan, padahal belanja daerah mengalami kenaikan yang digunakan untuk belanja tidak langsung. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pembiayaan belanja langsung antara lain : 1. Pemenuhan standar pelayanan publik minimal di daerah; 2. Peningkatan efisiensi pelayanan publik di daerah; RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 70

3. Pengimplementasian strategi pro growth (pro investment), pro job, dan pro poor di daerah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat; 4. Peningkatan akuntabilitas dan transparansi anggaran serta peningkatan partisipasi masyarakat. Kondisi di atas menunjukkan bahwa kebutuhan daerah (fiscal need) di Kabupaten Banyuwangi belum sebanding dengan kapasitas fiskal yang dimiliki daerah (fiscal capacity). Konsekuensi dari hal tersebut adalah munculnya kesenjangan fiskal (fiscal gab). Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam mengurangi kesenjangan fiskal adalah melalui peningkatan kemandirian daerah, antara lain melalui kebijakan efisiensi dan efektifitas belanja yang dimanfaatkan sebaik-baiknya dan seoptimal mungkin untuk peningkatan pelayanan, pemberdayaan masyarakat, dan kemandirian daerah guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Upaya lainnya adalah melalui perbaikaniklim usaha dan investasi di wilayah Kabupaten Banyuwangi, yang dapat meningkatkan kegiatan usaha dan aktifitas perekonomian lainnya.pada akhirnya, kegiatan demikian akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam rangka mempertimbangkan belanja-belanja tersebut, maka diperlukan struktur anggaran dan pengelolaan keuangan daerah yang tepat. Struktur anggaran yang tepat merupakan syarat pokok (necessary condition) bagi pengelolaan keuangan yang baik di daerah. Untuk itu,ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, struktur anggaran di daerah harus secara eksplisit memisahkan pendapatan dan pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari utang misalnya, tidak bisa diklaim sebagai pendapatan karena suatu saat nanti dana tersebut harus dikembalikan. Demikian pula, penerimaan yang berasal dari kinerja anggaran tahun-tahun sebelumnya (seperti dana cadangan dan SILPA) ataupun dana-dana yang sifatnya temporer (seperti hasil penjualan aset daerah) tak bisa dimasukkan ke dalam komponen pendapatan daerah, karena berpotensi mengganggu perencanaan keuangan daerah. RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 71

Kedua, struktur alokasi anggaran harus disusun sesuai prioritasnya, yakni antara alokasi belanja untuk urusan yang bersifat wajib dan pilihan, serta antara alokasi belanja yang dirasakan manfaatnya secara langsung dan tidak langsung oleh masyarakat. Pengelolaan keuangan di daerah meliputi mobilisasi pendapatan, penetapan alokasi belanja daerah, dan mobilisasi pembiayaan. Untuk memenuhi syarat kecukupan (sufficient condition) bagi pengelolaan keuangan daerah yang baik, maka daerah perlu memahami dan menggali potensi/keunggulan daerah serta mengidentifikasi pokok-pokok permasalahan yang ada. Prioritas-prioritas pembangunan daerah dengan beberapa pertimbangan tersebut menjadi dasar pola alokasi belanja di Kabupaten Banyuwangi. Selanjutnya dalam mengahadapi dinamika pembangunan daerah kedepan yang semakin dinamis diperlukan suatu proyeksi belanja daerah sehingga pemerintah daerah dapat mengantisipasi berbagai persoalan, khususnya yang berkaitan dengan pengeluaran daerah. Proyeksi belanja daerah juga dapat menunjukan kemampuan keuangan daerah jika dibandingkan dengan sisi penerimaan daerahnya. Dengan kondisi perekonomian baik regional, nasional, maupun internasional yang semakin kondusif setelah diguncang krisis keuangan global tahun 2009, menimbulkan harapan baru bahwa pembangunan kedepan diharapkan dapat berjalan dengan baik. Hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Proyeksi belanja daerah dilihat dari komponen belanjanya, yaitu belanja langsung dan tidak langsung dapat dilihat dalam diagram berikut : RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 72

Diagram 3.9.Prediksi Kondisi Belanja Kabupaten Banyuwangitahun 2011-2015 Komposisi belanja daerah tahun 2011-2015 didominasi oleh belanja tidak langsung yang relatif menurun dari tahun ke tahun. Penurunan tersebut seiring dengan kenaikan komponen belanja langsung yang didominasi oleh pengeluaran barang dan jasa serta belanja modal. Hal ini menunjukan bahwa pada masa yang akan datang, belanja langsung khususnya modal harus menjadi prioritas belanja daerah, karena berkaitan langsung dengan investasi pemerintah yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara lebih detail proyeksi belanja daerah dapat dilihat dalam tabel berikut : RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 73

Tabel 3.3. Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi tahun 2011 sampai dengan 2015 No. U R A I A N TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2. BELANJA 1.299.239.047.016 1.369.229.189.585 1.376.559.291.048 1.395.418.878.356 1.423.575.998.188 1.443.974.031.015 2.1 BELANJA TIDAK 976.633.855.136 1.004.456.230.143 1.046.351.133.418 1.053.443.514.500 1.069.481.737.884 1.084.211.081.275 LANGSUNG 2.1.1 Belanja Pegawai 695.346.631.450 833.145.364.143 837.830.181.352 841.047.428.112 845.203.700.103 849.922.607.491 2.1.2 Belanja bunga 0 0 0 0 0 0 2.1.3 Belanja Hibah 48.700.000 36.281.500.000 67.044.762.449 68.824.926.800 70.715.008.976 75.660.050.064 2.1.4 Belanja Bantuan Sosial 138.458.740.000 78.412.000.000 81.694.823.410,00 82.438.564.561,07 91.133.184.372 94.400.239.476 2.1.5 Belanja Bantuan Keuangan 59.206.701.686 48.497.366.000 54.111.728.894,22 54.290.892.758,30 54.790.892.758 55.290.892.758 2.1.6 Belanja bagi hasil 54.573.082.000 120.000.000 126.462.527 130.991.992 134.576.497 139.145.432 2.1.7 Belanja Tidak terduga 29.000.000.000 8.000.000.000 5.543.174.785,61 6.710.710.275,95 7.504.375.178 8.798.146.053 2.2 BELANJA 322.605.191.880 388.772.959.442 330.208.157.630 341.975.363.856 347.410.343.106,41 359.762.949.740 LANGSUNG 2.2.1 Belanja Pegawai 17.189.972.450 14.935.578.500 16.699.381.675 16.292.612.863 14.915.815.748,45 17.658.123.697 2.2.2 Belanja Barang Jasa 159.557.287.953 145.667.961.332 112.135.419.690 119.552.084.047 121.906.106.305,79 127.995.261.219 2.2.3 Belanja Modal 145.857.931.477 228.169.419.610 201.373.356.265 206.130.666.945 210.588.421.052,17 217.109.564.824 SURPLUS/(DEFISIT) (238.822.555.274) (181.765.424.600) (135.481.503.896) (129.905.741.488) (127.787.912.341,04) (125.670.083.194) RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 75

3.1.3. Kondisi Pembiayaan Daerah Struktur anggaran pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan sebagai berikut : a. Penerimaan pembiayaan,mencakup : 1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Sebelumnya: sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya dianggarkan berdasarkan estimasi dan pada perubahan APBD sesuai dengan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 2) Pencairan dana cadangan: pencairan dari dana cadangan disesuaikan dengan rencana penggunaan dana cadangan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Pembentukan Dana Cadangan; 3) Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan: hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dapat berupahasil penjualan perusahaan milik daerah/bumd, penjualan aset milik pemerintah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah; 4) Penerimaan pinjaman: Penerimaan pinjaman daerah dianggarkan sesuai dengan rencana penarikan pinjaman dalam tahun anggaran sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui, termasuk penerimaandari penerbitanobligasi daerah yang akan direalisasikan pada tahun anggaran berkenaan. 5) Penerimaan kembali pemberian pinjaman:penerimaan pokok dari pemberian pinjaman termasuk penerimaan pokok dari pemberian dana bergulir. b. Pengeluaran Pembiayaan: 1) Pembentukan dana cadangan: Pembentukan dana cadangan dianggarkan melalui sejumlah dana cadangan yang harus disisihkan dalam tahun anggaran sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Pembentukan Dana Cadangan. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah pada RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 76

dasarnya dapat membentuk dana cadangan guna membiayai kebutuhan yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran. Pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang sekurang-kurangnya mengatur persyaratan pembentukan dana cadangan, pengelolaan dan pertanggungjawabannya; 2) Penyertaan modal Pemerintah Daerah:Penyertaan modal yang dianggarkan melalui sejumlah penyertaan modal yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang penyertaan modal. Bentuk penyertaan modal ini, misalnya melalui suntikan dana terhadap badan usaha daerah yang telah dimiliki, pembentukan usaha baru, baik secara sendiri oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi, bekerjasama dengan pemerintah daerah lainnya, atau propinsi dan pemerintah pusat, maupun bekerjasama dengan sektor swasta, ermasuk di dalamnya adalah investasi nirlaba Pemerintah Daerah; 3) Pembayaran pokok utang: Jatuh tempo jumlah pembayaran pokok utangyang dianggarkan sejumlah pokok pinjaman yang harus dibayarkan dalam tahun anggaran sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui antara Pemerintah Daerah dengan pemberi pinjaman; 4) Pemberian pinjaman: Pemberian pinjaman kepada pihak ketiga termasuk dalam bentuk dana bergulir untuk meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. 3.2 Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Mengacu kepada proyeksi indikator makro ekonomi dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi, maka strategi-strategi kebijakan fiskal dalam tahun 2010-2015 akan tetap diarahkan kepada hal-hal berikut: (1) Mengoptimalkan peningkatan penerimaan daerah yang berasal dari sumbersumber PAD dan Dana Perimbangan; (2) Meningkatkan efisiensi pengelolaan APBD dari sisi belanja; (3) Meningkatkan sumber penerimaan daerah melalui RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 77

intensifikasi dan ekstensifikasi PAD dan Bagi Hasil Pajak yang lebih rasional dan proporsional; (4) Meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor swasta, baik dalam pembiayaan maupun pelaksanaan pembangunan. Cara yang terakhir ini misalnyadilakukan melalui kerjasama melalui model kerjasama masyarakat, swasta, dan pemerintah (public-private patnership). Cara yang tekahir ini perlu dilakukan mengingat kemampuan pemerintah daerah di dalam menggerakkan kegiatan-kegiatan ekonomi dan pembangunan lainnya masih sangat terbatas. Untuk itu, pelibatan masyarakat dan kelompok bisnis menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan. 3.2.1 Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah Pengelolaan pendapatan daerah lebih diarahkan pada optimalisasi pendapatan daerah melalui upaya yang efektif dan efisien serta mendapatkan dukungan masyarakat. Arah pengelolaan pendapatan: 1. Kewenangan yang lebih luas dalam mengoptimalkan perolehan pendapatan daerah; 2. Mendayagunakan dana melalui pola deposito; 3. Perubahan manajemen keuangan dengan memberi peran lebih pada kas umum daerah; 4. Intensifikasi dan ekstensifikasi penggalian sumber-sumber pendapatan daerah, terutama melalui usaha daerah dan pendayagunaan aset daerah, termasuk pendapatan dari pihak ketiga; 5. Peningkatan kemampuan dan optimalisasi organisasi di bidang pendapatan atau organisasi penghasil. Upaya-upaya efektif dalam penggalian sumber-sumber pendapatan daerah harus terus dilakukan tanpa harus menambah beban bagi masyarakat. Upaya ini diperlukan agar pendapatan daerah tidak lagi harus bergantung pada satu atau dua jenis pajak daerah saja. Diversifikasi sumber pendapatan daerah menjadi mutlak dicari agar ketergantungan dan resiko dapat disebar, mengingat struktur ekonomi di RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 78

Banyuwangi lebih banyak didominasi oleh sektor primer. Oleh karena itu, sudah saatnya dirancang berbagai tindakan yang dapat menggali sumber-sumber pendapatan daerah yang berbasis pada sektor primer dan mata rantainya. 3.2.2 Arah Pengelolaan Belanja Daerah Dalam menentukan belanja daerah terdapat tiga elemen penting, yaitu masyarakat sebagai pemberi amanat, Pemerintah Daerah, dan DPRD dengan peran dan fungsinya masing-masing sebagai pelayan masyarakat. Sehingga hakekat anggaran belanja daerah sebagai perwujudan dari amanat rakyat kepada Pemerintah Daerah dan DPRD dalam meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Rencana belanja disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja (berorientasi pada hasil). Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan alokasi anggaran. Orientasi belanja daerah diprioritaskan untuk efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Peningkatan alokasi belanja yang direncanakan oleh setiap pengguna anggaran harus diikuti dengan peningkatan prestasi kerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Belanja Daerah diarahkan pada peningkatan proporsi belanja untuk memihak kepentingan publik, disamping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan pemerintahan. Dalam penggunaannya, belanja daerah harus tetap mengedepankan efisiensi dan efektivitas sesuai dengan prioritas, yang diharapkan dapat memberikan dukungan program-program strategis daerah. Penggunaan anggaran untuk belanja barang dan jasa, berdasarkan pada patokan harga dasar yang telah ditetapkan dalam HSPK (Harga Satuan Pokok Kegiatan). 3.2.3 Arah Pengelolaan Pembiayaan Daerah Kebijakan Umum Pembiayaan Daerah pada dasarnya merupakan bagian dari Kebijakan Umum APBD. Karena itu, kebijakan yang disepakati dalam pos RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 79

pembiayaan berfungsi sebagai penunjang terhadap pencapaian sasaran dan tujuan yang diinginkan serta disepakati dalam Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kebijakan Umum pembiayaan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan Manajemen Pembiayaan Daerah dalam rangka akurasi, efisiensi, efektifitas dan profitabilitas; 2. Apabila APBD dalam keadaan surplus, kebijakan yang diambil adalah melakukan transfer ke persediaan Kas Daerah dalam bentuk Giro/Deposito, Penyertaan Modal, atau sisa lebih perhitungan anggaran tahun berjalan; 3. Apabila APBD dalam keadaan defisit, kebijakan yang diambil adalah memanfaatkan anggaran yang berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, rasionalisasi belanja, pinjaman daerah, atau memperluas kemitraan. 3.3. Kebijakan Umum Anggaran Berdasarkan arah pengelolaan pendapatan dan belanja daerah, maka kebijakan umum anggaran yang akan ditempuh pemerintah Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut : 1. Dalam pengelolaan anggaran pendapatan daerah akan lebih difokuskan pada upaya untuk memobilisasi sumber-sumber pendapatan daerah yang muncul sebagai akibat peningkatan aktifitas ekonomi serta dari adanya berbagai program investasi yang telah dijalankan pada periode-periode sebelumnya. Kebijakan pendapatan daerah, khususnya untuk Pendapatan Asli Daerah mengalami pertumbuhan. Dalam periode ini diupayakan adanyapertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha. Dengan demikian,dapat diwujudkan stabilitas fiskal daerah, khususnya dalam memberikan ketersediaan sumber pembiayaan dalam menjaga RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 80

kelancaran penyelenggaraan pemerintahan daerah dan peningkatan kualitas pelayanan publik. 2. Kebijakan belanja daerah pada tahun 2011 hingga tahun 2015 adalah melalui upaya adanya perimbangan komposisi dari belanja langsung setiap tahunnya, serta peningkatan alokasi anggaran lebih diarahkan untuk pembiayaan program-progran pembangunan yang mengarah pada upaya meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Dalam mengalokasikan anggaran harus mengacu pada norma dan prinsip anggaran, yaitu Transparansi dan Akuntabilitas, Disiplin Anggaran dan Keadilan Anggaran, serta Efisiensi dan efektifitas anggaran: a. Transparansi dan akuntabilitas anggaran menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat meliputi tujuan, sasaran, kebijakan, program, fungsi, dan sumber pendanaan serta korelasi antara besaran anggaran dengan hasil dan manfaat yang ingin dicapai dari suatu kegiatan, sehingga penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran dilakukan secara transparan dan akuntabel; b. Disiplin Anggaran: Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraanterukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian penerimaan; Semua penerimaan dan pengeluaran daerah harus dianggarkan dalam APBD melalui rekening Kas Umum Daerah. c. Keadilan anggaran: tidak adanya diskriminasi penetapan tarif dalam pungutan yang diberlakukan pada masyarakat, sedangkan dalam konteks belanja harus mengalokasikan belanja daerah secara adil dan merata tanpa diskriminasi. d. Efisiensi dan efektifitas anggaran: untuk dapat mengendalikan RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 81

tingkat efisiensi dan efektifitas anggaran harus ditetapkan secara jelas tujuan, sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator prestasi kerja. Selain itu, penetapan harga satuan yang rasional. Sesuai dengan pendekatan prestasi kerja yang digunakan dalam penyusunan APBD, setiap alokasi biaya yang direncanakan harus dikaitkan dengan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai. 3. Usulan program, kegiatan, dan anggaran dinilai tingkat kewajarannya melalui akselerasi dan sinkronisasi program bersama stakeholders. Penilaian kewajaran meliputi: a. Kesesuaian tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan program dan kegiatan yang diusulkan dalam mendukung terwujudnya visi daerah; b. Kaitan logis antara permasalahan yang akan diselesaikan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan prioritas program dan kegiatan yang diusulkan; c. Kapasitas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk melaksanakan kegiatan dalam pencapaian kinerja yang diinginkan; d. Keselarasan dan keterpaduan kegiatan dari masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sehingga memberikan manfaat dampak positif bagi masyarakat. Usulan program dan kegiatan tersebut di atas disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. 4. Kebijakan umum anggaran RPJMD Kabupaten Banyuwangi tahun 2010-2015 diarahkan dalam tiga fungsi utama, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi. a. Fungsi alokasi, yaitu penganggaran untuk kegiatan pembangunan yang tidak mungkin dilaksanakan oleh masyarakat/swasta karena bersifat public services seperti penanganan prasarana dasar, penyediaan infrastruktur; RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 82

b. Fungsi distribusi, yaitu penganggaran diarahkan untuk pemerataan, keadilan sosial, dan mengurangi kesenjangan, yang antara lain meliputi penanganan masalah kemiskinan, pengembangan wilayah tertinggal dan lainnya; c. Fungsi stabilisasi, yaitu penganggaran diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat serta stabilitas keamanan dan ketertiban. RPJMD Kabupaten Banyuwangi 2010-2015 Bab III 83